Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NOR SALEHA

NIM : 043007057

1. Remunerasi merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang berkaitan
dengan masalah penghargaan finansial yang diterima karyawan sebagai ganti dari
pelaksanaan tugas organisasional. Dengan kata lain, remunerasi pada dasarnya merupakan
suatu hubungan tukar-menukar antara karyawan dan organisasi. Karyawan menukar
tenaganya dengan penghargaan finansial yang disediakan oleh organisasi.Berdasarkan
konsep tukar-menukar tersebut, menurut Bernardin dan Russel (1998) remunerasi dapat
dipandang sebagai:

1. Suatu sistem penghargaan yang memotivasi karyawan untuk melaksanakan


pekerjaannya;

2. Suatu cara berkomunikasi penting yang digunakan organisasi untuk menyampaikan


dan menguatkan nilai, budaya, dan perilaku yang diinginkan; dan

3. Suatu mekanisme penting yang memungkinkan organisasi untuk mencapai sasaran


bisnis mereka. Atas dasar pendapat di atas, maka salah satu cara untuk meningkatkan
motivasi, komitmen organisasi, dan prestasi kerja karyawan dapat dicapai melalui
pengaturan sistem remunerasi.

Dalam prakteknya, masalah remunerasi merupakan salah satu fungsi personalia yang sulit dan
kompleks. Bagi organisasi, menentukan struktur upah yang dapat diterima dan memuaskan
semua pihak merupakan tugas yang tidak mudah, hal itu karena dalam upah melekat berbagai
kepentingan yang seringkali justru saling berlawanan antara yang satu dengan lainnya.

Keadilan Sistem Remunerasi

Pada instansi pemerintah, keadilan dalam sistem remunerasi merupakan amanah Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999. Dengan diterapkannya sistem remunerasi yang berkeadilan
diharapkan pegawai negeri termotivasi untuk bekerja lebih baik. Selama ini dalam menentukan
besarnya gaji, pemerintah telah memasukkan aspek beban kerja dan tanggung jawab, meskipun
dalam prakteknya aspek kepangkatan dan senioritas masih menjadi komponen utama dalam
penetapan besarnya remunerasi.

Oleh karena itu, ketika semangat reformasi sampai pada sistem remunerasi, maka pemerintah
membuat kebijakan baru dengan memasukkan aspek tunjangan kinerja dalam komponen
remunerasi. Tunjangan kinerja adalah bentuk insentif yang diberikan kepada pegawai
berdasarkan pada capaian kinerja pegawai yang bersangkutan.

Dengan adanya unsur tunjangan kinerja dalam komponen remunerasi diharapkan sistem
remunerasi pegawai negeri menjadi lebih adil. Dan dengan adanya keadilan dalam remunerasi
diharapkan dapat mencegah kesenjangan kesejahteraan, baik antar Pegawai Negeri maupun
antara Pegawai Negeri dengan pegawai swasta.

Secara sederhana konsep keadilan dalam sistem remunerasi adalah ketika organisasi mengaitkan
nilai input dari suatu pekerjaan atau jabatan dengan besarnya remunerasi. Artinya, semakin
tinggi input maka akan semakin tinggi pula remunerasi (output). Input suatu jabatan ditunjukkan
dari persyaratan suatu jabatan. Semakin tinggi persyaratan suatu jabatan, maka semakin tinggi
pula harga suatu jabatan.

Kelayakan Sistem Remunerasi

Selain harus adil sistem remunerasi juga harus layak. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 dinyatakan bahwa setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan
layak. Yang dimaksud dengan gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji Pegawai Negeri harus
mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga Pegawai Negeri yang bersangkutan
dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya.

Pengertian layak tersebut memang bersifat relatif, namun demikian nilainya haruslah tetap
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang normal, bukan untuk hidup mewah dan megah.
Karena tidak mungkin ukuran kelayakan itu di bawah nilai kebutuhan standar untuk hidup yang
layak atau sebaliknya, juga tidak mungkin nilai kelayakan itu melebihi nilai kebutuhan standar
untuk hidup yang layak.
Untuk menetapkan kelayakan remunerasi tersebut organisasi dapat membandingkan upah suatu
jabatan dengan jabatan yang sama pada organisasi lain. Atau dapat juga ditetapkan berdasarkan
peraturan pemerintah tentang upah minimum atau dengan menggunakan perbandingan
kebutuhan pokok minimum.

Dalam konteks birokrasi pemerintah Indonesia, perilaku kontra produksi ditunjukkan dalam
perilaku kerja yang serba instan, bermalas-malasan, kecenderungan mencari muka kepada
atasan, tidak ada semangat berkreasi dan berinovasi yang semuanya bermuara pada rendahnya
produktivitas kerja.

Sumber Referensi;

https://indotimur.com/opini/keadilan-dan-kelayakan-sistem-remunerasi-dan-perilaku-kontraproduktif

ADPU4533 Etika Administrasi Pemerintahan


2. Penerapan nilai-nilai keadilan dalam pemerintahan bisa menjadi permasalahan yang kompleks
dan bervariasi dari satu negara ke negara lain. Beberapa permasalahan umum dalam penerapan
nilai-nilai keadilan dalam pemerintahan saat ini adalah sebagai berikut:

1. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi: Banyak negara menghadapi masalah ketidaksetaraan


sosial dan ekonomi yang signifikan, di mana sebagian masyarakat memiliki akses lebih baik
terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi dibandingkan dengan yang
lain. Penerapan keadilan dalam mengurangi ketidaksetaraan ini bisa menjadi tantangan besar.
2. Korupsi: Korupsi adalah permasalahan umum di banyak pemerintahan. Korupsi merusak
prinsip-prinsip keadilan, karena kebijakan dan sumber daya seringkali dialihkan ke pihak-
pihak yang korup atau memiliki akses kekuasaan politik.
3. Keadilan dalam Hukum dan Sistem Peradilan: Tidak semua individu memiliki akses yang
sama terhadap sistem peradilan. Di beberapa negara, ada masalah dalam hal akses yang
terbatas ke peradilan, ketidaksetaraan perlakuan di dalam sistem peradilan, dan keputusan
hukum yang seringkali tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
4. Hak Asasi Manusia: Permasalahan terkait hak asasi manusia, seperti perlakuan buruk
terhadap tahanan, pelanggaran hak-hak etnis atau agama tertentu, dan isu-isu migrasi,
seringkali menjadi tantangan dalam penerapan nilai-nilai keadilan.
5. Keadilan Sosial: Penerapan nilai keadilan sosial dalam mendistribusikan manfaat sosial dan
ekonomi kepada seluruh masyarakat seringkali menjadi kontroversial. Penentuan bagaimana
sumber daya publik seperti pendidikan, perumahan, dan pelayanan kesehatan didistribusikan
secara adil bisa memicu perdebatan politik.
6. Pemenuhan Hak-hak Marginal dan Rentan: Pemerintahan sering berjuang untuk memastikan
bahwa hak-hak kelompok-kelompok marginal dan rentan, seperti kaum miskin, disabilitas,
atau minoritas, dihormati dan dipenuhi dengan adil.
7. Partisipasi Publik: Memastikan partisipasi yang lebih luas dari masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan politik dan tindakan pemerintah seringkali menjadi permasalahan.
Masyarakat yang kurang terwakili dalam proses ini dapat merasa bahwa nilai-nilai keadilan
tidak diterapkan.
8. Implikasi Teknologi: Penggunaan teknologi, seperti kecerdasan buatan dan analisis data
besar, juga menghadirkan permasalahan baru dalam konteks privasi dan diskriminasi, yang
berhubungan dengan nilai-nilai keadilan dalam penggunaan teknologi ini.
Setiap negara memiliki dinamika, tantangan, dan konteks uniknya sendiri. Untuk mengatasi
permasalahan penerapan nilai-nilai keadilan dalam pemerintahan, seringkali dibutuhkan
reformasi hukum, kebijakan, transparansi, pengawasan, serta komitmen dari pemerintah dan
masyarakat sipil untuk memperbaiki sistem pemerintahan dan mewujudkan prinsip-prinsip
keadilan.

Sumber Referensi
ADPU4533 Etika Administrasi Pemerintahan

3. Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki peran penting dalam menegakkan ajaran
keadilan di organisasi pemerintahan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh
ASN untuk mencapai tujuan ini:
- Mematuhi Hukum dan Aturan: ASN harus selalu mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dalam organisasi pemerintahan. Ini termasuk etika dan kode etik yang diberlakukan.
ASN harus memastikan bahwa tindakan mereka selaras dengan hukum dan tidak melanggar
hak individu atau prinsip keadilan.
- Transparansi: Memastikan transparansi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas
adalah langkah penting. ASN harus membuka informasi yang relevan kepada publik dan
melaporkan secara jujur tentang tindakan dan kebijakan yang diterapkan.
- Akuntabilitas: ASN harus siap untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Jika terdapat
ketidakadilan atau kesalahan, mereka harus mengambil langkah-langkah korektif dan
memperbaikinya.
- Pemberdayaan Masyarakat: ASN dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk memastikan
partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Ini termasuk mendengarkan keluhan,
mendiskusikan masalah, dan melibatkan masyarakat dalam pembuatan kebijakan yang
berdampak pada mereka.
- Menyuarakan Kepentingan yang Adil: ASN yang melihat ketidakadilan dalam organisasi
pemerintahan harus memiliki keberanian untuk menyuarakan keprihatinan mereka. Mereka
dapat melaporkan masalah tersebut kepada atasan atau instansi terkait dan berpartisipasi
dalam diskusi dan debat untuk mencari solusi yang lebih adil.
- Komitmen pada Hak Asasi Manusia: Memahami dan mendukung hak asasi manusia adalah
penting. ASN harus memastikan bahwa hak-hak individu dihormati dan tidak ada
diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau faktor lainnya dalam pelaksanaan
tugas mereka.

- Pelatihan dan Pengembangan: ASN dapat memperoleh pelatihan dan pendidikan tambahan
dalam etika, hak asasi manusia, dan kebijakan yang mendukung nilai-nilai keadilan. Ini akan
membantu mereka lebih memahami dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan dalam
pekerjaan mereka.

- Bekerja dengan Rekan Kerja: Kerjasama dan komunikasi yang baik dengan rekan kerja,
atasan, dan bawahan juga penting. Hal ini membantu dalam merumuskan dan menerapkan
kebijakan yang lebih adil serta memastikan bahwa nilai-nilai keadilan diterapkan di seluruh
organisasi.

Menerapkan ajaran keadilan dalam organisasi pemerintahan memerlukan komitmen, keberanian,


dan kesadaran individu, terutama dari ASN, untuk menjaga dan memperbaiki sistem agar lebih
adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.

Sumber referensi

ADPU4533 Etika Administrasi Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai