Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Pelayanan Guru Bimbingan Dan Konseling

Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : DR.H. Masrukhin . S.AG,.M.PD

Disusun Oleh :

1. Sakinatun Najah Nur (2211010039)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN AJARAN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat dinamis dalam kehidupan
manusia . Pendidikan juga dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki
secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam
aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di
mana dia hidup, Pendidikan merupakan fenomena manusia yang sangat kompleks.
Karena sifatnya yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari
berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan
antropologi, ekonomi, politik, komunikasi dan sebagainya.
Pendidikan mempunyai berbagai bentuk, Salah satu bentuk lembaga pendidikan
yang formal adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang
didalamnya terdapat aturan-aturan yang mana harus ditaati oleh seluruh komponen
sekolah tersebut. Sekolah merupakan tempat dimana seseorang mendapatkan
pendidikan, pengajaran serta ketrampilan hidup dalam berhubungan dengan orang lain.
pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang
pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukan, kesusilaan yang
tinggi, dan keimanan serta ketaqwaan yang dalam. Dimana pengembangan manusia
seutuhnya tersebut bisa didapatkan dalam proses pendidikan seperti di sekolah. Namun,
dalam proses pendidikan juga banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-
anak, remaja, dan pemuda yang menyangkut dimensi kemanusiaan mereka.
Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara
optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek
fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan
serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosio budaya di mana dia hidup.
Hubungan antara konselor dengan siswa (klien) akan terjalin dengan mengadakan
bimbingan dan konseling sehingga menjadi suatu keakraban dan keterbukaan. Siswa
akan merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru, juga mendapatkan motivasi untuk
belajar. Siswa yang mempunyai masalah dapat langsung menemui guru pembimbing
untuk berkonsultasi sehingga permasalahan yang dihadapinya tidak semakin berlarut-
larut. Oleh karena itu seorang konselor harus mempunyai keahlian khusus dan metode
yang menarik dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.
Bimbingan dan konseling yang ada di sekolah merupakan sarana Tepat untuk
membimbing dan mengarahkan siswa dari sikap kurang terpuji. Sebab sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang didirikan untuk Kebutuhan hidup yang lebih baik
terlebih di era globalisasi seperti saat ini. Melihat segala sesuatu dapat diakses secara
bebas dan tidak ada yang menjadi Penghalang kecuali diri sendiri. Para siswa

1
membutuhkan bimbingan sebagai Filter dampak negatif dari globalisasi. Achmad
Juntika (2011) menjelaskan Bahwa “dampak negatif dari globalisasi dapat
mengakibatkan konflik, stres, Kecemasan dan frustasi, pelanggaran disiplin, kolusi, dan
korupsi bahkan Penggunaan obat-obatan terlarang.” 1 Bimbingan dan konseling
berperan Sebagai pemeliharaan pribadi siswa untuk membimbing dan mencegah agar
Terhindar dari dampak negatif globalisasi seperti pelanggaran kedisiplinan Yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran.
Pada Hakikatnya sumber permasalahan yang dihadapi oleh siswa pada masa
remaja pada intinya berasal dari luar diri mereka. Seperti sikap orang tua, keadaan
keluarga, pengaruh tayangan televisi, film-video, perilaku teman sebaya yang
menyimpang dan faktor negatif lainnya dalam kehidupan sosial. Faktor-faktor ini
merupakan hal yang menunjang timbulnya permasalahan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa.
Faktor-faktor ini merupakan hal yang menunjang timbulnya permasalahan
sehingga dapat mempengaruhi perilaku kedisiplinan siswa. Dalam hal ini permasalahan
siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat
mengatur waktu untuk melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan,
diatur, atau diharapkan. Jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun
arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau.
Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktifitas belajar dipadukan
aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari.
Disinilah pelayanan guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk
mendampingi mereka. Oleh karena itu, peran kita sebagai guru BK menghadapi siswa
yang seperti itu adalah mengarahkan agar siswa mempunyai kelompok belajar sendiri
di rumah, berkolaborasi dengan orang tua siswa yang bersangkutan untuk memantau
dan memotivasi belajar anak agar mereka bisa disiplin dalam belajar. Pelayanan guru
bimbingan dan konseling hendaknya berjalan secara efektif membantu siswa mencapai
tujuan-tujuan perkembangannnya dan mengatasi permasalahannya termasuk
membimbing para siswa untuk berperilaku disiplin. Pelayanan guru bimbingan dan
konseling merupakan peran yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi berbagai permasalahan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Permasalahan tersebut mencakup permasalahan yang terjadi di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Manfaat bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh guru bimbingan konseling cukup penting bagi seorang siswa untuk
mengatasi berbagai permasalahan termasuk dalam mengatasi permasalahan pribadi
siswa.Berpijak pada paparan di atas, maka diasumsikan bahwa apabila siswa dapat
mengatur waktu belajarnya dengan baik dan pelayanan guru Bimbingan Konseling
dapat berjalan secara efektif maka mereka akan dapat berdisiplin dalam belajar dan
mendapatkan hasil belajar sesuai dengan yang mereka butuhkan dan yang mereka
harapkan. Kenyataan asumsi tersebut dapat terjadi di setiap sekolah.

1Achmad Juntika Nuruhsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 3.

2
B. Fokus Penelitian
Maslah utama yang dikaji dalam proprosal kuantitatif ini adalah Hubungan Pelayanan
Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Kedisplinan Belajar Siswa

C. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan guru BK dan kedisiplinan
belajar siswa?
2. Bagaimana pelayanan guru BK dapat mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa?
3. Sejauh mana hubungan Pelayanan Guru Bk Dengan kedisiplinan belajar siswa?
4. Bagaimana kedisiplinan belajar siswa di sekolah ?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara pelayanan guru Bimbingan dan konseling dengan
kedisiplinan belajar siswa.
2. Untuk mengetahui pelayanan guru BK yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa.
3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pelayanan guru BK dengan
kedisiplinan belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai penyempurnaan konsep maupun
implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan
kualitas sumberdaya manusia.
2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pendidikan terutama
dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
3. Hasil penelitian ini dapat memberikan konrtibusi bagi kemajuan pengetahuan,
khususnya di bidang Bimbingan Dan Konseling.
4. Manfaat Teoritis:

3
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah
intelektual serta dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan terutama mengenai bimbingan dan konseling dalam menanamkan
sikap disiplin.
F. Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini akan disusun secara metodis sesuai alur penyajian laporan penelitian
yang ditargetkan, yang merupakan sistem penulisan yang di perlukan. Berikut adalah
strategi menulis:
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi latar beakang, pusat penelitian atau fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II : KAJIAN TEORI
Dalam subbab ini berisi kajian teori terkait judul, penelitian terdahulu,
kerangka berfikir, pertanyaan penelitian.
Bab III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan metode yang akan digunakan dalam
penelitian, yaitu: jenis pendekatan, setting penelitian, subjek penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, pengujian keabsahan data,
teknik analisis data, dan instrument penelitian.

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

a) LANDASAN TEORI

1. PELAYANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELINNG


a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau
kelompok oleh ahli yang disebut konselor untuk menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi melalui metode wawancara. Di sekolah, mendapatkan bimbingan konseling
adalah salah satu hal yang sangat penting karena berkaitan dengan pengembangan diri
dan pribadi seorang siswa. Biasanya, tugas untuk memberikan bimbingan konseling di
sekolah ini dilakukan oleh guru BK (Bimbingan Konseling). Dalam bukunya Suherlina,
Prayetno menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses membantu seseorang atau
sekelompok orang, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, mengembangkan
kemampuan yang sudah ada pada dirinya, mampu menggunakan kekuatan yang sudah
ada pada dirinya. ,manfaatkan fasilitas yang sudah ada, dan berkembanglah tanpa
melanggar aturan yang sudah ada.2
Disebutkan dalam buku Bimbingan dan Konselin Surya Dharma menguraikan
bahwa arti bimbingan itu sendiri adalah memberikan seuah bantuan kepada orang lain
tanpa adanya unsur paksaan atau secara sukarela dengan ketegasan pemberian bantuan
kearah yang dituju secara konsisten, terus menerus, sistematis, terarah, dan tidak di
laksanakan dengan kebetulan. 3

2 Suherlina, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru : Mutiara Pesisir Sumatra, 2014), 3
3 Surya Dharma, Bimbingan dan Konseling disekolah, (Jakarta : direktur tenaga kependidikan, 2008) hal, 4

5
Dari uraian sudut pandang diatas, dapat disimpulkan bahwa Bimbingan adalah
upaya memberikan bantuan kepada individu untuk mewujudkan potensi yang
dimilikinya, supaya inividu tersebut dapat hidup mandiri tanpa melanggar
aturan , dan tentunya dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri
dilingkungannya. Kemudian bantuan itu harus dilakukan secara teerstruktur
oleh pembimbing hingga individu mampu menjadi pribadi yang mandiri. Dari
sini dapat diketaui bahwa bimbingan adalah suatu tindakan mendidik dalam
pengembangan kepribadian secara individu, serta membantu individu menajdi
versi yang terbik lagi sempurna.
Konseling adalah interpretasi dari istilah Counseling, proses dimana seorang
ahli atau konselor memberikan bantuan kepada individu yang mengalami
masalah. Yaitu bantuan yang diberikan oleh konselor untuk membantu konseli
secara tatap muka, tujuannya adalah agar konseli dapat menentukan solusi dan
tanggung jawabnya sendiri atas berbagai masalah yang sedang dihadapi. 4
Menurut Muhammad Surya dalam bukunya Suherlin tentang konseling,
konseling adalah suatu upaya dimana konselor memberikan bantuan kepada
konseli untuk memperoleh kepercayaan diri, keyakinan, pendapat orang lain,
dan aktualisasi diri serta konsep diri untuk mencapai suatu tujuan. tingkat
perkembangan yang optimal dalam hubungannya dengan lingkungan. Roehman
Natawidjaya menambahkan dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling bahwa konseling merupakan bagian integral dari bimbingan,
hubungan timbal balik antara dua orang yang bertujuan untuk membantu
mencapai pemahaman tentang diri sendiri dan masalah yang dihadapi saat ini
dan masa depan.5
Menurut Tohirin, konseling adalah hubungan timbal balik antara konsultan dan
penerima konsultasi dengan tujuan mencari solusi yang didukung oleh keahlian
dalam tatanan yang tidak melanggar norma-norma yang berlaku. Pandangan
tersebut dilengkapi oleh Prayitno bahwa konseling adalah proses pemberian
bantuan kepada individu yang mengalami masalah melalui wawancara dengan

4 Afifuddin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hal 15-16.
5 Suherlina, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, hal 11

6
para ahli dan pada akhirnya memecahkan masalah yang dihadapi oleh individu
tersebut. 6
Dari berbagai definisi konseling di atas dapat kita lihat bahwa konseling
merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan,
yaitu memberikan bantuan secara individual. Dengan interaksi pribadi antara
konselor dengan konselinya guna mengatasi masalah atau mengoptimalkan
potensi.

b. Tujuan Pelayanan Guru Bimbinga Dan Konseling


Menurut W.S. Winkel, seorang guru pembimbing (konselor) sekolah adalah
orang yang memimpin suatu kelompok konseling sepenuhnya bertanggung jawab
terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok itu. Dalam hal ini guru pembimbing
(konselor) dalam institusi pendidikan tidak dapat lepas tangan dan menyerahkan
tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok sepenuhnya kepada para
konseling sendiri. Ini berarti guru pembimbing baik dari segi teoritis maupun segi
praktis harus bertindak sebagai ketua kelompok diskusi dan sebagai pengatur
wawancara konseling bersama. Oleh karena itu guru pembimbing harus memenuhi
syarat yang menyangkut pendidikan akademik, kepribadian, keterampila
berkomunikasi dengan orang lain dan penggunaan teknik teknik konseling.
Abin Syamsudin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai konsuler dituntut
untuk mampu mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar,
diagnose, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu
pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi
kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan
oleh konselor professional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah
siswa yang mungkin bisa dibimbing leh guru yaitu masalah yang termasuk kategori
ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi
dengan teman sekolah, bertengkar, mencuri kelas ringan, dll.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu
pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya cukup penting dalam mendukung
keberhasilan pendidikan. Lebih jauh, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-

6Ramayulis Mulyadi, Bimbingan dan Konseling Islam dimadrasah dan Sekolah, (Jakarta : Kalam Mulia, 2016),
hal 113

7
anak, remaja, dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah, dan lagi pula bahwa
permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan
bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar
sekolah.
Prayitno (1999, 30) menyatakan bahwa keberadaan pelayanan bimbingan untuk
:Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan;Bimbingan
diberikan oleh guru pembimbing.
Sebagai guru BK kita mempunyai peran yang sangat penting dalam
membimbing siswa yang mempunyai permasalahan dalam belajar, seperti halnya
kedisiplinan belajar. Dalam permasalahan kedisiplinan belajar sebagai seorang guru BK
kita harus tanggap dengan adanya permasalahan tersebut dan bisa mengidentifikasi
adanya masalah dan penyebab dari masalah tersebut dan apa yang akan dilakukan atau
diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan kedisplinan dalam belajar.
c. Kedisiplinan belajar siswa di sekolah
Kedisiplinan dibentuk dari kata disiplin, secara etimologi disiplin berasal dari
bahasa Latin “disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman,
kata tersebut mengalami perubahan menjadi “kedisiplinane” yang artinya kepatuhan
atau yang menyangkut tata tertib. Sejalan dengan itu dijelaskan Mulyati (2007:168)
“kedisiplinan adalah ketaatan (kepatuhan kepada peraturan dan tata tertib).” Sekarang
ini kata kedisiplinan telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan,
sehingga banyak pengertian kedisiplinan ang bermacam dari para ahli yang satu dengan
yang lain.
Dalam penelitian ini kedisiplinan yang dimaksud adalah kedisiplinan siswa
dalam belajar, berikut ini pengertian kedisiplinan yang diungkapkan oleh beberapa
sumber. Kedisiplinan dalam arti luas menurut Ahmad Rohani (2004:133) yakni :
Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu peserta
didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan
peserta didik terhadap lingkungannya.
Dolet Unaradjan (2003:62) menyatakan bahwa disiplin yaitu suatu upaya sadar
dan bertanggung jawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan
mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar membuahkan ha-hal positif baik bagi
dirisendiri maupun orang lain. Kedisiplinan berpengaruh besar pada kesuksesan
8
manusia. Sedangkan menurut Mulyati (2007:102, “disiplin yaitu perangkat teori dan
teknik yang perlu dipelajari dan dikuasai untuk dapat diterapkan di lapangan.”Adapun
Soegeng Prijodarminto (2004:23) menyatakan hal berikut:
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan, dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku d
alam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga,
pendidikan dan pengalaman.
Menurut Sukardi (2003: 102) menjelaskan disiplin diartikan sebagai suatu
rentetan kegiatan atau latihan yang berencana yang dianggap perlu untuk mencapai
tujuan. Masalah disiplin berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan harus
ditaati. Disiplin bukan hanya mempunyai arti taat atau patuh pada peraturan atau
ketentuan yang datang dari orang lain, lembaga atau pemerintah, namun aturan-aturan
tersebut juga datang dari diri sendiri yang merupakan kesadaran, kerelaan untuk
melaksanakan rencana kegiatan yang telah direncanakan. Seorang yang disiplin berarti
tingkah laku dan keputusannya dilakukan dengan sadar dan rela, sesuatu yang
memungkinkan dapat menjadikan dirinya sebagai orang yang taat pada peraturan yang
berlaku. Sukardi (2003: 102) menjelaskan disiplin diartikan sebagai suatu rentetan
kegiatan atau latihan yang berencana yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.
Mulyono (1993: 1) menjelaskan bahwa dalam surat edaran yang berkaitan
dengan gerakan disiplin nasional mengartikan disiplin adalah sikap hidup dan perilaku
yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari
luar.Disiplin belajar dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah suatu rentetan
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan sikap hidup yang
mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar dalam
rangka untuk mencapai tujuan. Jadi disiplin belajar merupakan suatu sikap mental yang
mengandung kerelaan tanpa paksaan untuk melakukan rentetan kegiatan dalam rangka
menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai siswa, sebagai individu yang belaja
dalam rangka mencapai tujuan.
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208)
disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau
norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak
(orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa
9
adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan
(kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di
sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam
berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya.
Sedangkan Bentuk-bentuk dari kedisiplinan belajar ini dapat dilihat dari kegiatan
belajar di sekolah, belajar mengisi waktu luang, dan belajar melaksanakan tugas
sekolah. Tekun dan dinamis mengikuti ke seluruh program belajar di sekolah, tertib
catatan dan tertib mencatat, dan tidak suka membolos atau tidak masuk tanpa ijin atau
meninggalkan sebagian jam pelajaran, memanfaatkan waktu luang untuk diskusi atau
belajar di perpustakaan sekolah, dan melaksanakan tugas ekstrakurikuler, belajar sesuai
program yang disusun, dan belajar sesuai waktu secara teratur.Semua aktifitas siswa
yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah,
yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
d. Teori Kedisiplinan belajar
disiplin belajar merupakan suatu sikap mental yang mengandung kerelaan tanpa
paksaan untuk melakukan rentetan kegiatan dalam rangka menunaikan tugas dan
tanggung jawab sebagai siswa, sebagai individu yang belaja dalam rangka mencapai
tujuan.Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208)
disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau
norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak
(orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). Dengan demikian disiplin siswa
adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.
b) HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dilakukan oleh Sakinatun Najah Nur program studi Bimbingan dan
Konseling Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus dengan Judul: Hubungan
Pelayanan Guru Bimbingan Dan Konseling Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan Pelayanan guru
bimbingan konseling dalam kedisiplinan belajar siswa.
c) PARADIGMA PENELITIAN

10
Paradigma dalam penelitian ini menekankan pada hubungan antara guru bimbingan dan
konseling dengan siswa di sekolah yang mana Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari
ketaatan siswa kepada tata tertib yang berkaitan dengan Jam belajar di sekolah.
Dengan demikian maka para siswa dapat disiplin pada tata tertib atau norma – norma
di sekolah yang berkaitan tentang belajar.
d) PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian ini sebagai berikut:
H0= tidak ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan
belajar siswa Terbanggi Besar.
Ha= ada hubungan antara pelayanan bimbingan Konseling dengan kedisiplinan belajar
siswa Terbanggi Besar.
Ha (hipotesis kerja): Ada pengaruh secara signifikan antara hubungan pelayanan guru
bimbingan dan konseling dengan murid.
Ho (hipotesis nihil): Perilaku murid tidak signifikan terhadap hubungan Pelayanan
Bimbingan dan konseling di sekolah.

e) KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sebagaimana yang diuraikan pada latar
belakang masalah dan rumusan masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep
yang mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka berfikir penelitian yang
menggambarkan hubungan antara variable bebas (pelayanan bimbingan dan konseling)
dan variable tergantung (kedisiplinan belajar siswa) sebagai berikut:
Kedisiplinan belajar siswa (tidak bisa mengatur waktu dalam belajar(Y)
Pelayanan guru Bimbingan dan Konseling (x)

11
BAB III

12
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin,2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung : Pustaka Setia.


Mahmud, Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Ramayulis Mulyadi, 2016. Bimbingan dan Konseling Islam dimadrasah dan Sekolah,
Jakarta : Kalam Mulia.

13
Suherlina,2014. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Pekanbaru : Mutiara Pesisir
Sumatra.
Surya Dharma,2008 Bimbingan dan Konseling disekolah, Jakarta : direktur tenaga
kependidikan.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Surini. 2010.Hubungan Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa .Semarang :


Proposal Skripsi.
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

14

Anda mungkin juga menyukai