Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu

berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun

peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban

bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi

tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik

dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Al Qur’an dan Hadits

2. Aqidah

3. Akhlak

4. Fiqih

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam.

Pendidikan Agama Islam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama

menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia

1
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia

dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Unsur – unsur yang harus ada dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

adalah adalah seorang siswa, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai

tujuan. Dalam hal ini baik guru maupun siswa mempunyai keterkaitan untuk

mencapai sebuah tujuan dan suatu prosedur kerja. Salah satunya adalah hubungan

guru dalam kegiatan pembelajaran maka dari itu guru harus dapat menciptakan

suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. 

Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa

dapat melakukan beberapa upaya, sebagai berikut:

1. Sikap guru terhadap pembelajaran di kelas. Guru diharapkan bersikap

menunjang, membantu, adil dan terbuka di dalam kelas

2. Perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina

disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas

3. Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan kerjasama yang serasi,

selaras dan seimbang dalam kelas, yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan

kebersamaan.

Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan Pendidikan Agama

Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan

Agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting

dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan,

materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan

Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang metodologi Pendidikan Agama,

2
dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh pengertian dan

kemampuan sebagai pendidik yang professional.

Guru-guru Pendidikan Agama Islam masih kurang mempergunakan beberapa

metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa menerapkan

metode ceramah saja yang dalam penyampaiannya sering menjemukan peserta didik.

Hal ini disebabkan guru-guru tersebut tidak menguasai atau enggan menggunakan

metode yang tepat, sehingga pembelajaran agama tidak menyentuh aspek-aspek

paedagogis dan psikologis.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tenggarang pada

umumnya masih menggunakan metode konvensional (ceramah), yang tentunya dapat

menyebabkan para siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi yang

disampaikan oleh guru. Kurangnya variasi dalam penyampaian materi inilah yang

membuat para siswa kurang terlibat langsung (aktif) di dalam proses pembelajaran,

sehingga hal ini berakibat pada kurang maksimalnya nilai yang diperoleh siswa.

Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih

meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Pembelajaran merupakan

proses belajar mengajar untuk memperoleh dan memproses pengetahuan,

keterampilan, dan sikap (Dimyati dan Moedjiono, 2002:157), Pembelajaran

merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Hamalik, 1999:57). Sudjana (1993:6) mendefinisikan

pembelajaran sebagai interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan

belajar mengajar. Jadi, pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa dan

unsur-unsur lain berupa material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur untuk

3
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai tujuan

belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran alternatif yang akan diperkenalkan peneliti

adalah model pembelajaran ”Snowball Throwing” atau ”lemparan bola salju”. Model

pembelajaran ini membantu penyampaian materi melalui diskusi kelompok, namun

diselingi dengan permainan dengan cara saling melempar pertanyaan yang ditulis

dalam secarik kertas (seolah – olah sebagai bola salju).

Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang

interaktif. Model pembelajaran interaktif adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif, artinya posisi siswa dalam pembelajaran ini adalah

sebagai subyek dan obyek pendidikan. Model pembelaj ran interaktif ini

dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada siswa mengenai sejumlah pengetahuan

dan fakta – fakta tertentu yang sudah diajarkan kepadanya, sekaligus menghadapkan

kepada siswa sejumlah persoalan yang harus dipecahkan secara bersama – sama agar

memperoleh kesamaan yang utuh.

Model Snowball Throwing menjadikan para siswa lebih dilibatkan secara

langsung dan lebih aktif, khususnya ketika mereka membuat pertanyaan yang

nantinya akan dijawab oleh teman – temannya sendiri. Model pembelajaran seperti

ini berbeda dengan model pembelajaran konvensional karena dalam pembelajaran

konvensional tidak melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran

hanya terpusat pada seorang guru saja.

Berdasarkan hal di atas yang sudah peneliti uraikan, maka peneliti akan

menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai alternatif untuk

upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta menciptakan suana pembelajaran yang

4
aktif, tertarik, bertanggung jawab dan bersikap positif terhadap pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengn judul

” Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar PAI Melalui Model

Pembelajaran Snowball Throwing Materi Pokok Puasa Wajib dan Puasa

Sunnah pada siswa kelas VIII D Semester 1 SMPN 1 Tenggarang Tahun

Pelajaran 2015/2016”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar PAI melalui

penerapan  model pembelajaran Snowball Throwing materi pokok Puasa

Wajib dan Puasa Sunnah semester 1 Kelas VIIID di SMPN 1 Tenggarang?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Dengan model pembelajaran Snowball Throwing dapat membuat siswa untuk

lebih aktif dalam proses pembelajaran PAI.

b. Dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing diharapkan hasil

belajar PAI siswa meningkat.

2. Bagi Guru

Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan

pada siswa sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi PAI.

5
3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu

sekolah yang bersangkutkan.

4. Bagi Peneliti

Pelaksanaan materi ini dapat menambah wawasan baru dalam model

pembelajaran Snowball Throwing bisa digunakan dalam proses mengajar di

masa mendatang.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 . BELAJAR

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku dan penampilan dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru-niru.

Ketika mendefinisikan pengertian belajar maka banyak sekali pendapat-

pendapat yang berbeda dalam menafsirkan pengertian tentang belajar, diantaranya

adalah suatu proses interaksi diantara diri manusia dengan lingkungannya yang

mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar, antara lain:

a) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

responnya menjadi lebih baik sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya

akan menurun.

b) Menurut Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu

sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan.

Lingkungan tersebut mengalami perubahan, dengan adanya interaksi dengan

lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

c) Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

masyarakat. Menurut James O. Witteker merumuskan belajar sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

7
2) Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern

adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a) Faktor – faktor intern

Faktor – faktor intern dibagi menjadi tiga yakni sebagai berikut:

(1) Faktor jasmani

(a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian -

bagiannya /bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu.

(b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah

buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-

lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.

(2) Faktor Psikologis

Sekurang - kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar yakni sebgai berikut:

(a) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan

8
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep - konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata –

mata tertuju pada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.

(c) Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan.

(d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru terealisasi

menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih.jelaslah bahwa

bakat yang mempengaruhi belajar.jika bahan pelajaran yang dipelajari

siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia

senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.

(e) Motif

Motif dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai

motif berpikir memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan

kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar.

(f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,

dimana alat – alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan

baru. anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan

9
kecakapannya sebelum belajar.belajarnya akan lebih berhasil jika anak

sudah siap (matang).

(g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. kesiapan

ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan

padanya sudah ada kesiapan , maka hasil belajarnya akan lebih baik.

(3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani.

a) Faktor – faktor ekstern

Faktor ekstern berpengaruh teradap belajar, dapatlah dikelompokkan

menjadi tiga faktor , yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat.

2.2 PEMBELAJARAN

1) Pengertian Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat

dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

laboratorium. Material meliputi buku – buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide

dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,

perlengkapan audio visual, juga komputer prosedur, meliputi jadwal dan metode

penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.

10
Ada dua macam tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu

tujuan akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan (collaborative skills

objective). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan anak

dan suatu konseptual atau analisis tugas, sedangkan tujuan keterampilan bekerja

sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan

mengelola konflik.

2) Teori Pembelajaran

a. Teori Konstruktivistik

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang

sudah memiliki kemampuan siswa sebelum mempeljari sesuatu. Kemampuan

awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang

baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat

sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan

dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peran utama dalam

kegitan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya

sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan

fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa

diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang

sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan

terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya,

mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya

secara rasional.

11
Teori belajar konstuktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat

mengintepretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks

pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang,

dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman

representasi fungsi konseptual dunia eksternal.

Ciri-ciri Pembelajaran Kosntruktivistik, menurut Joyce dan Weil

(dalam Winataputra, 2001:8-10) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan

lingkungan belajar.

2) Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan

disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.

3) Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negoisasi sosial dan evaluasi

terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

b. Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori

ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan

keluaran atau out put yang berupa respon.

c. Teori Kognitif

Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil

belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak

sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Teori ini

12
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang

mencakup ingatan, emosi, aspek-aspek kejiwaan lainnya.

2.3 AKTIVITAS BELAJAR

Aktivitas belajar dalam mengikuti proses pembelajaran, sangat menentukan

hasil belajar siswa, terutama aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar. Aktivitas belajar tersebut adalah aktivitas fisik maupun mental. Dalam

kegiatan belajar mengajar, kedua aktivitas tersebut harus selalu berkaitan sehingga

akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal (Sardiman, 2006:100). Diedrich

(dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi 177 bermacam kegiatan

yang dapat digolongkan antara lain sebagai berikut.

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya kegiatan membaca,

memperhatikan gambar, dan memperhatikan demontrasi.

b. Oral activities, misalnya kegiatan menyatakan, merumuskan, bertanya,

mengemukakan pendapat, berdiskusi, memberi saran, dan mengadakan

wawancara.

c. Listening activities, misalnya kegiatan mendengarkan uraian, percakapan,

maupun mendengarkan diskusi.

d. Writing activities, misalnya kegiatan menyalin, menulis cerita, karangan, maupun

laporan.

e. Drawing activities, misalnya kegiatan menggambar, membuat grafik, peta dan

diagram.

f. Motor activities, misalnya kegiatan melakukan percobaan, memecahkan

permasalahan, bermain, dan membuat kontruksi.

13
g. Mental activities, yang meliputi kegiatan menanggapi, mengingat, menganalisis,

dan mengambil keputusan.

h. Emotional activities, yaitu kegiatan menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, dan tenang.

2.4 HASIL BELAJAR

1) Pengertian Hasil belajar

Menurut Sudjana (1993:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Slameto (1995:2)

menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri atau interaksi dengan

lingkungannya. Dengan demikian, hasil belajar merupakan produk dari suatu

pengalaman seseorang atau interaksi dengan lingkungannya yang mencakup

bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang – ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

atau bahkan tidak akan hilang selama – lamanya karena hasil belajar turut serta

14
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai cara berpikir dan

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Penilaian akhir yang dimaksud disini bukan sebagai produk jadi,

dengan tidak memperdulikan cara sebagaimana materi pelajaran disampaikan

kepada siswa. Guru harus memperhatikan adanya variasi dalam menyampaikan

materi kepada siswa, hal ini dikarenakan fungsi guru sebagai perantara.

Pendapat tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh John

Dewey ( 1997: 65) berikut ini: “ Teacher are the organs through which pupils

are brought into efective connection with the material. Teacher are the agents

through which knowledge and skills communicated and rules of condu ct

enforced”. (Guru adalah sutu organ tersebut untuk terhubung dengan materi

secara efektif.  Guru adalah agen yang menyampaikan pengetahuan dan

kemampun serta agen yang menyampaikan aturan perilaku).

2) Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yakni:

a) Faktor dari dalam diri siswa

Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadaphasilbelajar yang dicapai. Seperti dikemukakan Clark bahwa hasil

belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan.

15
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor

lain seperti, motivasi, belajar, minat dan perhatian,sikapdan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak

menarik perhatian para ahli pendidik untuk diteliti, seberapa jauh

kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil

belajar siswa. Adanya pengaruh dalam diri siswa,merupakan hal yang logis

dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perbuatan tingkah laku

individu yang diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan,adanya suatu

kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. ia harus berusaha mengerahkan

segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.

b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Faktor - faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau

mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang

paling dominan memepengaruhi hasil belajar disekolah, ialah kualitas

pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi

rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar – mengajar dalam mencapai

tujuan pengajaran.

2.5 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN SNOWBALL

THROWING

a. Model Pembelajaran

Model adalah suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk

memperlihatkan dalam bentuk yang sederhana sesuatu yang sukar untuk diamati

(Roestiyah, 1994:60). Menurut Winataputra (2001:3), model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

16
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

Dalam mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang

dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari

aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang – kadang untuk kepentingan

penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit

menemukan sumber– sumber literaturnya.

Namun jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau

teori dasar pembelajaran, maka guru pun dapat secara kreatif mengembangkan

model pembelajaran tersendiri yang khas sesuai dengan kondisi nyata ditempat

kerja masing– masing, sehingga akan muncul model – model pembelajaran versi

guru yang bersangkutan, yang lebih variatif.

b. Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Anita Lie (2004: 35) menyebut cooperative learning dengan istilah

pembelajaran gotong royong,yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas - tugas yang terstruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa, cooperative learning

hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang

didalamnya siswa belajar secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 - 6

oarang saja.

Sedangkan menurut Slavin ( Rusman : 2015: 42), pembelajaran kooperatif


adalah:

17
“Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas

dijadikan kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang

untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaraan yang setting kelompok - kelompok kecil

dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah bekerja

sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman

sebaya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu

dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman

yang lain”.

Cooperative learning is a complex instructional procedure that requires

conceptual knowledge. David mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

bersifat kompleks dan membutuhkan pengetahuan konseptual.

Keberhasialan kooperatif merupakan keberhasilan bersama dalam sebuah

kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing-

masing tetapi perlu adanya kerja sama anggota kelompok. Sebagaimana firman

Allah SWT didalam Al Qur’an Surat Al- Maidah ayat 2 mengajarkan bahwa

manusia harus bekerja sama,

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa, dan janganlah

kamu tolong menolong atas kejelekan dan dosa”... (Q .S. Al- Maidah/5: 2)

Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada 5 unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan positif

b) Tanggung jawab perorangan

18
c) Tatap muka

d) Komunikasi antar anggota

e) Evaluasi proses kelompok.

2) Interaksi Kooperatif dalam kegiatan Pembelajaran

Johnson mengemukakan tentang empat elemen dasar dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu: saling ketergantungan positif, interaksi tatap

muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan

interpersonal. Dalam interaksi kooperatif guru menciptakan suasana belajar

yang mendorong anak – anak untuk saling membutuhkan. Interaksi yang

saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan

positif (positive interdependence) dapat dicapai melalui saling

ketergantungan tujuan (goal interdependence), saling ketergantungan tugas

(task interdependence), saling ketergantungan sumber belajar (resource

interdependence), saling ketergantungan peranan (role interdependence), dan

saling ketergantungan hadiah (reward interdepence).

Interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar

dapat saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak

hanya dengan guru tetapi jugadengan sesama mereka. Interaksi semacam ini

diharapkan dapat memungkinkan anak – anak menjadi sumber belajar bagi

sesamanya. Dalam kelompok belajar kooperatif , anak tidak diperkenankan

mendominasi atau menggantungakan diri pada orang lain. Oleh karena itu,

tiap anggota kelompok harus tahu teman yang memerlukan, sebab kegagalan

19
seorang anggota kelompok dapat mempengaruhi prestasi semua anggota

kelompok.

3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Trianto mengemukakan tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu

untuk meningkatkan partipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-

sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

Dan Jhonson juga menerangkan dari data hasil penelitian

menunjukkan bahwa belajar kooperatif akan mendorong siswa belajar lebih

banyak materi pelajaran, merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar,

mencapai hasil belajar yang tinggi, memiliki kemampuan yang baik untuk

berfikir secara kritis, memiliki sikap positif terhadap objek studi

menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam aktivitas kerja sama,

memiliki aspek psikologis yang lebih sehat dan mampu menerima perolehan

yang ada diantara teman satu kelompok.

c. Model Pembelajaran Snowball Throwing

1) Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis

pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola.

Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal

sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok.

Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai

tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar.

20
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing

a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru membentuk kelompok

– kelompok dan memnggil masing – masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi.

b) Masing – masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing – masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

c) Kemudian masing – masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk

menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok.

d) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke

siswa lain selama kurang lebih 5 menit.

e) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian.

f) Evaluasi

g) Penutup.

3) Ciri – ciri

a) Komunikatif.

b) Sistem belajar dua arah ( guru dan siswa sama – sama berperan aktif)

c) Menyenangkan

4) Kelebihan

a) Melatih kesiapan siswa

b) Saling memberikan pengetahuan

c) Terciptanya suasana belajar yang komunikatif.

21
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Snowball

Throwing

Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi lebih

manusiawi, sehingga disebut dewasa dan mandiri. Bertumbuh menjadi dewasa dan

mandiri berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, mampu

menyatakan pendapat, dan mampu mengeluarkan potensi – potensi yang

dipercayakan sang Pencipta. Bertumbuh menjadi dewasa dan mandiri berarti

semakin mengenal dan menjadi diri sendiri, menjauhkn kecenderungan meniru atau

sekedar ikut – ikutan, dan semkin jujur dengan diri sendiri.

Penerapan model pembelajaran snowball throwing cocok diterapkan pada

mapel Pendidikan Agama Islam aspek Akidah, Akhlak, Fiqih, dan tarikh serta

kebudayaan Islam. Karena keempat aspek tersebut membutuhkan pemahaman materi

yang mendalam, dan penggalian informasi dari siswa. Model pembelajaran snowball

throwing dapat melatih kesiapan siswa untuk mengeksplorsikan semua pengetahuan

tentang aspek-aspek tersebut kepada guru dan teman-temannya, dengan model

pembelajaran snowball throwing juga dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, tidak hanya satu arah saja namun pembelajaran terlaksana dengan

dua arah antara guru, dan murid sama¬sama berperan aktif.

2.6 MATERI POKOK PUASA WAJIB DAN PUASA SUNNAH

a. Pengertian Puasa

Puasa menurut lughat (bahasa) artinya menahan diri dari segala sesuatu,

sedangkan puasa menurut istilah adalah menahan diri dari makan dan minum

22
serta dari segala hal – hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar

sampai terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT.

b. Puasa Wajib

1) Pengertian Puasa Wajib

Puasa wajib ialah puasa yang harus dilakukan oleh setiapoarang Islam

yang mukalaf (sudah baligh, berakal sehat) dan mampu melaksanakan puasa,

apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.

Firman Allah SWT: Artinya:

“ Wahai orang – oaring yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa ( QS Al-

Baqara/ 2: 183 )”

Perintah puasa langsung ditujukan oleh Allah SWT Kepada orang – orang

beriman maksudnya orang – orang yang mematuhi perintah Allah SWT. Kemudian

mereka melaksanakan dengan sepenuh hati.

Pelaksanaan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan kepada Nabi Muhamad saw

beserta umatnya, tetapi juga diwajibkan kepada para rasul sebelumnya.

2) Syarat wajib dan syarat Sah Puasa

a) Syarat wajib

Seorang muslim diwajibkan melaksanakan puasa apabila memenuhi syarat –

syarat sebagai berikut:

(1) Islam

(2) Berakal

(3) Baligh (dewasa)

(4) Mampu

23
Adapun syarat berpuasa adalah sebagai berikut:

b) Syarat Sah. Adapun syarat sah puasa adalah sebagai berikut:

(1) Islam.Tidak sah puasa orang kafir sebelum msuk Islam

(2) Tamyyiz. Tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang baik

dengan yang buruk)

(3) Tidak haid. Tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.

(4) Tidak nifas. Tidak sah puasa wanita yang nifas, sebelum suci dari nifas

(5) Niat. Niat dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib

3) Rukun Puasa

Rukun artinya perbuatan ibadah yang harus dilakukan oleh seorang muslim.

Apabila ditinggalkan maka ibadahnya tidak sah atau batal. Untuk itu seorang muslim

yang akan melaksanakan ibadah puasa harus memenuhi rukun dibawah ini, antara

lain:

a) Niat berpuasa pada malam hari

b) Meninggalkan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa Hal – hal yang

dapat membatalkan puasa adalah sebagai berikut:

(1) Makan dan minum

(2) Bersetubuh

(3) Memasukan sesuatu pada lubang anggota badan

(4) Muntah dengan sengaja

(5) Datang haid dan nifas, dan keluar mani

(6) Murtad

24
4) Macam – macam Puasa Wajib

Puasa wajib itu terdiri dari bagian yaitu:

a) Puasa Ramadhan

Puasa ramadhan adalah puasa sebulan penuh yang wajib dilaksanakan oleh

umat Islam pada dibulan ramadhan. Puasa ramadhan mulai diwajibkan pada

tahun kedua hijriyah. Jumlah hari dalam bulan ramadhan adalh antara 29 – 30

hari. 

b) Puasa Nazar

Nazar artinya janji seseorang tentang kebikan yang asalnya tidak wajib

menurut hokum syara’ tetapi setelah dinazarkan menjadi wajib. Puasa nazar

berarti puasa yang dijanjikan untuk dilakukan oleh seseorang yang bernazar. Jika

orang yang bernazar puasa itu terkabul permohonannya, maka puasa hukumnya

wajib dan jika tidak dikerjakan akan berdosa. Jadi puasa nazar hukumnya wajib.

c) Puasa Kifarat

Puasa kifarat adalah adalah puasa untuk menebus dosa (sebagai denda)

karena melakukan sesutu yang dilarang agama, seperti oaring sedang puasa

melakukan senggama (bersetubuh) disiang hari pada bulan ramadhan, maka

dendanya berpuasa selama dua bulan berturut – turut. Jika tidak mampu

melaksankannya, maka dia harus memerdekakan budak, jika keduanya tidak

mampu maka harus memberi makan enam puluh orang miskin.

c. Orang yang tidak diperbolehkan berpuasa

Walaupun puasa ramadahan itu wajib bgi setiap muslim, tetapi pada

pengeculian bagi orang tertentu. Adapun orang yang diperbolehkan untuk tidak

berpuasa pada bulan ramadahan adalah sebagai berikut:

25
1) Orang yang sakit

Orang yang sakit tidak kuat berpuasa (jika berpuasa akan menambah sakit),

maka oaring tersebut boleh tidak berpuasa akan tetapi wajib membayar

(mengqadha) pada hari lain sebnyak puasa yang telah ditinggalkannya apabila

sudah sembuh.

2) Musafir

Orang yang melakukan perjalanan jauh dengan jarak tempuh ± 80,640 km.

boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar (mengqadha) pada hri yang lain.

Firman Allah SWT yg artinya :“… Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang

sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)

sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain …(AL- Baqara/ 2 :

184)”

3) Wanita hamil atau menyusui

Keduanya sama seperti orang yang sakit, maka ia boleh tidak berpuasa,

akan tetapi maka wajib membayar (mengqadha) puasanya pada hari yang lain.

Sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang seperti ini hukumnya wajib

mengqadha dan membayar fidiyah juga.

4) Orang yang lanjut usia

Orang tua yang tidak kuat berpuasa, atau orang yang sakit berkepanjangan

tidak ada harapan sembuh kembali, maka baginya boleh mengggantidengan

fidiyah, yitu member mkan seorang fakir tau miskin setiap hri dengan 2,5 kg beras

(makanan pokok).

d. Fungsi Puasa dalam Kehidupan

26
Fungsi dan keutamaan puasa antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.

2) Sebagai latihan pengabdian diri.

3) Sebagai latihan kedisiplinan.

4) Memelihara kesehtan.

5) Sebagai pendidikan.

e. Puasa Sunnah

1) Pengertian puasa sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang boleh dilakukan dan boleh juga tidak

dilakukan. Apabil dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak

berdosa. Syarat dan rukunnya maupun yang membatalkannya sama seperti pusa

wajib.

2) Macam – macam puasa sunnah

a) Puasa Hari Senin – Kamis. Umat Islam disunnahkan berpuasa pada setiap

hari Senin dan Kamis.

b) Puasa Arafah. Puasa Arafah adalah puasa pada tanggal 9 dzulhijjah.

c) Puasa Syawal. Puasa Syawal adalah puasa enam hari pada bulan Syawal

setelah melaksnakan puasa dibulan Ramadhan.

d) Puasa Asyura. Puasa Asyura adalah puasa pada tanggal 10 Muharam.

e) Puasa Sya’ban. Puasa Sya’ban adalah puasa pada pertengahan bulan sya’ban.

f) Puasa Abyadh. Puasa Abyadh adalah puasa setiapbuln pada tanggal 13, 14,

15 bulan Qamariyah.

f. Waktu yang Diperbolehkan dan Diharamkan Berpuasa

1) Waktu yang diperbolehkan puasa

27
Pada dasar semua hari boleh untuk melakukan puasa, terkecuali pada hari

raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan hari Tasyrik (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah)

karena hari – hari tersebut diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan pada hari Syak

(ragu – ragu) dimakruhkan untuk berpuasa, namun boleh saja berpuasa karena

melakukan qadha atau sudah menjadi kebiasaan berpuasa sunnh, seperti sehari

puassehari tidak, lalu puasanya bertepatan dengan hari Syak.

2) Waktu yang diharamkan berpuasa

Apabila pada waktu yang dilarang berpuasa, seseorang masih tetp berpuasa

maka bukan mendapat pahala akan tetapi mendapat dosa.

Adapun waktu – waktu yang dilarang (diharamkan) untuk berpuasa antara lain:

berpuasa pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Idul Adha (10 Dzulhijjah), dan pada

hari Tasyrik.

2.7 KETUNTASAN HASIL BELAJAR

Menurut Sudjana (1993:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Slameto (1995:2) menyatakan bahwa

hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman sendiri atau interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian,

hasil belajar merupakan produk dari suatu pengalaman seseorang atau interaksi

dengan lingkungannya yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pada penelitian ini, hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai

peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan belajar siswa setelah diadakan

28
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Snowball

Throwing Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar dengan menerapkan

Model Pembelajaran Snowball Throwing berhasil sesuai tuntunan ketercapaian

belajar secara maksimal, maka dapat dilakukan dengan melihat ketuntasan hasil

belajar PAI siswa.

Kriteria untuk ketuntasan hasil belajar PAI siswa di SMP Negeri 1

Tenggarang adalah sebagai berikut.

a. Ketuntasan perseorangan, siswa disebut telah tuntas belajar bila mencapai skor ¿

75.

b. Ketuntasan klasikal, kelas disebut telah tuntas belajar jika di kelas tersebut

terdapat ¿ 85% dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai ¿ 75.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penyelidikan atau kajian secara sistematis dan

terencana yang dilakukan oleh peneliti atau praktisi (guru) untuk memperbaiki

pembelajaran dengan mengadakan perbaikan atau perubahan dan mempelajari akibat

yang ditimbulkannya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tenggarang kelas VIII D.

Alasan dipilihnya kelas VIII D sebagai tempat penelitian adalah adanya

permasalahan di kelas VIII D yaitu rendahnya aktifitas belajar dan hasil belajar PAI

siswa.

Adapun waktu penelitian ini adalah dilaksanakan pada semester 1 tahun

pelajaran 2015/2016

3.3 Subjek Penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII D SMP

Negeri 1 Tenggarang tahun pelajaran 2015/2016. Pemilihan subjek pada penelitian

ini didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat masalah di kelas tersebut yaitu

aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa yang masih rendah. Selain itu, siswa

kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen

(pandai, sedang, dan kurang).

30
3.4. Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

a. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran

b. Hasil belajar peserta didik

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis menggunakan beberapa metode

pengumpulan data antara lain:

1. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengethuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Metode Observasi

Pengamatan observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau

kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama

penelitian.

Digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap pembelajaran mapel

PAI dengan menggunakan metode Snowball hrowing.

Dalam penelitian yang diobservasi adalah kegiatan belajar mengajar yang

terjadi di kelas, metode observasi ini memuat tiga fase esensial yaitu pertemuan

perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan.

3. Metode Wawancara

Menurut Denzin wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi atau penjelasan hal-hal yang dippandang perlu. Sedangkan menurut

31
Hopkins, wawancara adalahsuatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam

kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan

pembelajaran mapel PAI melalui model pembelajaran snowball throwing. Metode

wawancara ini digunakan untuk mewawancarai siswa sebagai subyek yang akan

diteliti, selain itu juga mewwancarai Guru PAI sebagai mitra kerja atau

kolaborator.

4. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan ,buku, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agedan, dan sebagainya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa pada materi

pokok binatang halal dan haram dan menghimpun data mengenai daftar nama

siswa, jadwal pembelajaran PAI dikelas yang bersangkutan, hasil belaajar

sebelum adanya tindakan, profil sekolah secara umum dan gambaran proses

pembelajaran PAI dengan model pembelajaran snowball hrowing .

3.6 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) ini

dipilih model Hopkins yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran

berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan - tindakan pada siklus

sebelumnya, dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi

perencanaan , pelaksanaan , pengamatan (observasi), dan refleksi. Untuk lebih

jelasnya dapat diperhatikan pada Gambar 1 berikut.

32
Identifikasi Tahap pendahuluan
masalah

Perencanaan

Reflek Aksi
si

Observasi Siklus 1

Perencanaan
Reflek ulang
si

Observasi

Aksi
Siklus 2

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Hopkins (Aqib,
2006:31)

Model Penelitian Tindakan kelas.

Langkah – langkah dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan ini dimulai dengan alur sebagai berikut :

a. Permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Tenggarang

b. Kesepakatan jadwal Penelitian.

c. Pengamatan , kegiatan pengamatan dilakukan didalam kelas ketika kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

33
d. Mengidentifikasi Permasalahan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

2. Pelaksanaan

a. Siklus I

Siklus ini terdiri atas:

Perencanaan

1) Guru dan peneliti secara Kolaboratif merencanakan penerapan dan

pembelajaran snowball throwing pada materi yang diajarkan yaitu

Puasa Wajib dan Puasa Sunnah.

2) Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan

sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dikelas.

3) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

pembelajaran ( kertas untuk pelaksanaan snowball throwing dan

bahan - bahan lainnya yang menunjang proses pembelajaran PAI).

4) Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa beserta kuncinya untuk

pembelajaran siklus I).

5) Menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawaban.

6) Menyiapkan Pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung.

Pelaksanan tindakan

1) Guru menyampaikan tujuaan pembelajaran (standar kompetensi) yang akan

dicapai pada materi pokok Puasa Wajib dan Puasa Sunnah.

2) Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas.

34
3) Guru membimbing siswa dalam bentuk kelompok kecil dengan anggota 4–5

anak. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan

memperhatikan keharmonisan kerja kelompok.

4) Setiap siswa membuat satu pertanyaan kemudian semua pertanyaan diacak

( dioper ) dengan siswa yang lainnya.

5) Guru memanggil siswa secara acak untuk membacakan pertanyaan yang

didapat siswa sekaligus diminta untuk menjawab.

6) Siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara spontan dalam waktu yang

telah ditentukan diberi nilai tambahan.

Pengamatan

1) Guru bekerja sama dengan observer mengamati aktivitas kelompok siswa dan

mengamati tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas.

2) Mengamati siswa saat menyelesaikan lembar tugas yang telah diberikan

khusus mengenai komunikasi dan kerja sama siswa dalam proses diskusi

kelompok.

3) Mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4) Mengamati perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai

tambahan yang diperoleh dari menjawab pertanyaan yang telah diacak.

Refleksi

1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan ementara

terhadap pembelajaranyang terjadi pada siklus I.

2) Menganalisis dan mendiskusikan dengan guru yang bersangkutan engenai

hasil yang diperoleh pada pembelajaran siklus I untuk elakukan perbaikan

pada pelaksanaan siklus II.

35
b. Siklus II

Pada prinsipnya semua kegiatan yang ada pada siklus II hampir sama dengan

siklus I. siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan pada

hasil refleksi pada siklus I.

1) Tahapan tetap sama yaitu perencanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

2) Materi pelajaran berkelanjutan.

3) Efektifitas kerja kelompok siswa diharapkan semakin tinggi.

4) Hasil belajar siswa dapat meningkat.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, data

disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar

siswa dan peningkatan hasil belajar PAI (dari hasil belajar PAI siswa).

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:

a. Aktivitas belajar siswa dapat dicari dengan meminta observer mengisi lembar

aktivitas yang sudah disediakan. Dari data yang diperoleh dari observer dapat

dihitung persentase aktivitas belajar siswa berdasarkan penilaian observer untuk

tiap aspek aktivitas belajar yang diamati. Persentase aktivitas belajar siswa

secara klasikal dapat dihitung untuk tiap RPP, yaitu dengan menggunakan rumus

statistik sederhana sebagai berikut:

rata−rata siswa yang melakukan aktivitas


p= x 100 %
jumlah seluruh siswa

Keterangan : P = persentase aktivitas belajar

Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diketahui dengan menghitung

selisih persentase aktivitas belajar pada saat pra siklus dan siklus 1, siklus 1 dan

36
siklus 2, dan seterusnya. Penelitian akan dihentikan pada siklus 2 apabila pada siklus

1 telah tercapai peningkatan aktivitas belajar siswa. Apabila hal tersebut tercapai,

maka siklus 2 dilaksanakan sebagai penguatan hasil yang dicapai pada siklus 1.

b. Ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada pembelajaran dengan penerapan

pembelajaran snowball throwing dapat dihitung dengan rumus.

n
P= × 100 %
N

Keterangan :

P : persentase ketuntasan hasil belajar siswa

n : jumlah siswa yang tuntas belajar

N : jumlah seluruh siswa (Depdiknas, 2004:39)

Ketuntasan hasil belajar PAI siswa dihitung setelah diperoleh Hasil Belajar

(HB) PAI siswa. Seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai ≥ 75 dari

nilai maksimal 100. Suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah

mencapai ketuntasan individual ≥ 75.

Peningkatan hasil belajar PAI siswa dapat diketahui dengan menghitung

selisih persentase hasil belajar PAI siswa pada saat pra siklus dan siklus 1, siklus 1

dan siklus 2, dan seterusnya. Penelitian akan dihentikan pada siklus 2 apabila pada

siklus 1 telah tercapai peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara klasikal.

Apabila hal tersebut tercapai, maka siklus 2 dilaksanakan sebagai penguatan hasil

yang dicapai pada siklus 1.

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang pada

semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian dan pembahasannya akan

dijabarkan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini berupa prosedur kerja penelitian tindakan yang dilaksanakan di

dalam kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1

Tenggarang pada siswa kelas VIII D semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, dengan

jumlah siswa sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 8 siswa

perempuan. Hasil penelitian diuraikan dalam kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus

2 dengan indikator aktivitas belajar siswa, hasil belajar PAI siswa, disertai refleksi

dan rancangan perbaikan. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi dan

post test.

4.1.1 Pra Siklus

Kegiatan pembelajaran pra siklus dilaksanakan peneliti dengan menggunakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang biasa digunakan guru di kelas VIII D SMP

Negeri 1 Tenggarang, yaitu menggunakan model pembelajaran Direct Instruction

dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil penelitian pra siklus diuraikan dalam

aktivitas belajar, ketuntasan hasil belajar PAI siswa, refleksi dan rancangan

perbaikan yang akan diuraikan sebagai berikut

38
a. Aktivitas belajar siswa

Berdasarkan data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus pada

Lampiran 1 dan hasil analisis aktivitas belajar siswa, maka dapat dibuat ringkasan

tentang frekuensi aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di

kelas pada pra siklus seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus

Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siawa (%)

1 Memperhatikan penjelasan guru 10 41.67


Keaktifan bekerja sama dalam diskusi
2 0 0
kelompok
3 Keaktifan mendengarkan teman saat diskusi 0 0
4 Keaktifan dan kemampuan membuat pertanyaan 0 0
5 Menjawab Pertanyaan 3 12.5
Rata-rata 2.6 10.83

Berdasarkan analisis data observasi aktivitas belajar siswa pada kegiatan

pembelajaran pra siklus yang ditunjukkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa aktivitas

belajar siswa masih rendah, hal tersebut terlihat pada aktivitas memperhatikan

penjelasan guru, dari 24 siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru hanya

41.67%, menjawab pertanyaan 12.5%,. Kegiatan aktivitas belajar bekerja sama

dalam diskusi, kegiatan mendengarkan teman saat diskusi dan kemampuan membuat

pertanyaan memiliki persentase paling rendah dikarenakan tidak terdapat dalam

model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pra siklus. Adapun rata-

rata aktivitas belajar siswa secara keseluruhan adalah 10.83%.

39
b. Hasil belajar PAI siswa

Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada pembelajaran pra siklus terdapat

pada Lampiran 1. Data tersebut dapat diringkas seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Pra Siklus

Kegiatan Jumlah Jumlah siswa Jumlah siswa yang


Persentase
Pembelajaran siswa yang tuntas tidak tuntas

Pra siklus 24 4 20 20%

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu

sebanyak 4 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara

klasikal pada pembelajaran pra siklus adalah 20%. Oleh karena itu, hasil belajar PAI

siswa pada pembelajaran pra siklus secara klasikal rendah dan tidak memenuhi

kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah ≥ 85%.

c. Refleksi

Pelaksanaan pembelajaran pra siklus menggunakan model pembelajaran

Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran ini adalah (1) dapat menjelaskan

materi yang banyak dalam waktu yang singkat, (2) pengelolaan kelas lebih mudah

dilakukan, sedangkan kelemahan dari pembelajaran tersebut adalah berpengaruh

terhadap rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis sebagaimana dapaparkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI

siswa selama mengikuti pembelajaran pra siklus menggunakan model pembelajaran

40
Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab masih rendah. Hal ini

ditunjukkan dengan persentase aktivitas belajar dan hasil belajar PAI seperti yang

disebutkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Rendahnya aktivitas belajar dan hasil

belajar PAI siswa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Model yang digunakan kurang menarik perhatian siswa, sehingga perhatian

siswa terhadap penjelasan guru dan minat siswa untuk mencatat rendah.

2. Kurangnya kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran, sehingga

frekuensi siswa yang menjawab pertanyaan dan merumuskan kesimpulan

umum juga rendah.

3. Kurangnya media pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini media yang

digunakan hanya sebatas alat tulis-menulis.

4. Penilaian yang dilakukan hanya sebatas tes saja sehingga yang terukur dari

kemampuan siswa hanya aspek kognitif saja. Sedangkan aspek psikomotor

dan afektif siswa tidak dapat terukur, sehingga siswa tidak termotivasi untuk

menampilkan kemampuan terbaiknya.

d. Rancangan perbaikan

Hasil analisis terhadap data observasi yang telah dilakukan selanjutnya

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan perbaikan pada tindakan

selanjutnya. Setelah dilakukan refleksi, maka rancangan perbaikan yang digunakan

untuk menyelesaikan masalah rendahnya aktivitas belajar dan ketuntasan hasil

belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang adalah dengan

menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing

41
4.1.2 Siklus 1

Pada uraian hasil analisis data siklus 1 dijabarkan tentang data aktivitas

belajar, hasil belajar PAI siswa, refleksi, dan rancangan perbaikan. Data hasil

penelitian pada siklus 1 akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Aktivitas belajar siswa

Berdasarkan observasi selama kegiatan pembelajaran siklus 1, diperoleh data

aktivitas belajar siswa yang terdapat pada Lampiran 2. Secara ringkas hasil observasi

aktivitas belajar tersebut dapat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 1

Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siswa (%)

1 Memperhatikan penjelasan guru 17 70.83%

2 Keaktifan bekerja sama dalam diskusi kelompok 7 29.17%

3 Keaktifan mendengarkan teman saat diskusi 9 37.50%

4 Keaktifan dan kemampuan membuat pertanyaan 11 45.83%

5 Menjawab Pertanyaan 13 54.12%


Rata-rata 11 47.49%

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dan dengan membandingkan data aktivitas

belajar yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus (Tabel 4.1) diperoleh

peningkatan persentase aktivitas belajar yang meliputi aktivitas memperhatikan

penjelasan guru meningkat 29.16%, Keaktifan bekerja sama dalam diskusi kelompok

meningkat 29.17%, Keaktifan mendengarkan teman saat diskusi meningkat 37.5%,

Keaktifan dan kemampuan membuat pertanyaan meningkat 45.83%, menjawab

42
pertanyaan meningkat 41.62%, . Adapun rata-rata aktivitas belajar siswa secara

keseluruhan mengalami peningkatan, yaitu dari 10.83% menjadi 47.49%. Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Data peningkatan aktivitas belajar dari pra

siklus ke siklus 1 dapat dilihat pada Lampiran 6

b. Ketuntasan hasil belajar PAI siswa

Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

Lampiran 3. Data tersebut secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Siklus 1

Kegiatan
Jumlah Jumlah siswa Jumlah siswa
Pembelajara Persentase
siswa yang tuntas yang tidak tuntas
n
Siklus I 24 16 8 66,67%

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu

sebanyak 16 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara

klasikal pada pembelajaran siklus 1 adalah 66,67%, namun secara klasikal masih

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥

85%. Hasil analisis data siklus 1 menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar

PAI siswa dengan penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing. Dengan

melihat Tabel 4.2 dan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar PAI

siswa meningkat dari 20% menjadi 66,67%. Dengan demikian, ketuntasan hasil

belajar PAI siswa dari pra siklus ke siklus 1 meningkat sebesar 46.67%. Data

peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus 1 dapat dilihat pada Lampiran 7

43
c. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data penelitian siklus 1, maka dapat

disimpulkan bahwa aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa selama

mengikuti pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing

sudah baik dan mengalami peningkatan. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 1

sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun, tetapi

dalam beberapa tahap pembelajaran perlu mendapat perbaikan seperti memberikan

penjelasan mengenai pembelajaran yang akan diterapkan dengan Model

Pembelajaran Snowball Throwing, membimbing siswa bekerja sama dalam

kelompok diskusi, mendengarkan teman saat diskusi dan membuat pertanyaan.

Kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan ke siklus 2 sebagai penguatan hasil yang

dicapai pada siklus 1.

Ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki pada pembelajaran siklus 1,

yaitu:

1. Beberapa siswa masih ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan

sering bergurau dengan temannya.

2. Beberapa kelompok mengalami kesulitan dalam menyampaikan hasil diskusi

d. Rancangan perbaikan

Adapun rancangan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus 2 untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus 1 yaitu:

1. Selalu memantau siswa dalam kegiatan pembelajaran serta menegur siswa

yang tidak memperhatikan penjelasan guru agar fokus terhadap kegiatan

pembelajaran.

44
2. Membacakan tiap langkah kerja untuk memandu siswa dalam diskusi dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaan atau

langkah kerja yang belum jelas.

3. Memberikan penjelasan yang rinci tentang Model Pembelajaran Snowball

Throwing dan tahap-tahap yang ada di dalamnya serta selalu membimbing

siswa dalam setiap tahap pembelajaran.

4.1.3 Siklus 2

Pada uraian hasil analisis data siklus 2 dijabarkan data aktivitas belajar,

ketuntasasan hasil belajar PAI siswa, refleksi, dan rancangan perbaikan.

a. Aktivitas belajar siswa


Berdasarkan observasi selama kegiatan pembelajaran siklus 2, diperoleh data

aktivitas belajar siswa yang terdapat pada Lampiran 4. Secara ringkas hasil observasi

aktivitas belajar tersebut dapat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2

Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siswa (%)

1 Memperhatikan penjelasan guru 22 91.67%

2 Keaktifan bekerja sama dalam diskusi kelompok 18 75%

3 Keaktifan mendengarkan teman saat diskusi 17 70.83%

4 Keaktifan dan kemampuan membuat pertanyaan 19 79.17%

5 Menjawab Pertanyaan 18 75%

Rata-rata 18.8 78.33%

45
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dan dengan membandingkan data aktivitas

belajar yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 (Tabel 4.3), diperoleh peningkatan

persentase aktivitas belajar yang meliputi memperhatikan penjelasan guru meningkat

75%, Keaktifan bekerja sama dalam kelompok meningkat 29,17%, keaktifan

mendengarkan teman saat diskusi meningkat 70,83%, Keaktifan dan kemampuan

membuat pertanyaan meningkat 79,17%, menjawab pertanyaan meningkat 75%,

Adapun rata-rata aktivitas belajar siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan

dari siklus 1 ke siklus 2, yaitu 47,49% pada siklus 1 menjadi 78,33% pada siklus 2,

sehingga mengalami peningkatan sebesar 30,84%. Hal ini menunjukkan bahwa

penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa. Data peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 ke siklus 2 dapat

dilihat pada Lampiran 6

b. Ketuntasan hasil belajar PAI siswa

Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada

Lampiran 5. Data tersebut secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Siklus 2

Kegiatan
Jumlah Jumlah siswa Jumlah siswa
Pembelajara Persentase
siswa yang tuntas yang tidak tuntas
n

Siklus 2 24 22 2 91.67 %

46
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu

sebanyak 22 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara

klasikal pada pembelajaran siklus 2 adalah 91.67% dan telah memenuhi kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 85%. Hasil analisis data siklus 2

menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI siswa dengan penerapan

Model Pembelajaran Snowball Throwing. Dengan melihat Tabel 4.4 dan Tabel 4.6

dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar PAI siswa meningkat dari 66,67%

menjadi 91,67%. Dengan demikian ketuntasan hasil belajar PAI siswa dari siklus 1

ke siklus 2 meningkat sebesar 25 %. Data peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke

siklus 2 dapat dilihat pada Lampiran 7

c. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data penelitian pada siklus 2,

aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa mengalami

peningkatan. Untuk aktivitas peneliti, secara keseluruhan peneliti telah

melaksanakan semua tahap pembelajaran yang ada pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus 2. Pelaksanaan siklus 2 sesuai dengan tujuan perencanaan

yang dilakukan sebelumnya yakni untuk pemantapan hasil penelitian yang diperoleh

pada siklus 1. Dengan demikian pelaksanaan penelitian dapat dihentikan. Kendala

yang terdapat pada siklus 2 adalah masih ada beberapa siswa yang ramai dan tidak

melaksanakan tahap-tahap diskusi dengan baik.

4.1.4 Hasil Analisis Data

47
Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI antara sebelum tindakan dan sesudah

tindakan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan

Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

hasil belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang tahun pelajaran

2015/2016 semester ganjil.

Berdasarkan perbandingan tiap siklus terlihat bahwa terdapat peningkatan

rata-rata frekuensi aktivitas belajar siswa pada kegiatan pra siklus, siklus 1, dan

siklus 2. Aktivitas memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan dari 10

siswa pada pra siklus menjadi 17 pada siklus I dan 22 pada siklus 2, Keaktifan

bekerja sama dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan dari 0 siswa pada pra

siklus menjadi 7 siswa pada siklus 1 dan 18 siswa pada siklus 2. Begitu pula aktivitas

belajar siswa yang lain juga mengalami peningkatan, meliputi Keaktifan

mendengarkan teman saat diskusi, Keaktifan dan kemampuan membuat pertanyaan

dan menjawab pertanyaan.

Adapun peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI pada kegiatan pembelajaran

sebelum tindakan dan sesudah tindakan berdasarkan hasil penelitian pada tiap siklus

yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar PAI siswa

mengalami peningkatan yaitu 20% pada pra siklus menjadi 66,67% pada siklus 1 dan

91,67% pada siklus 2.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil observasi aktivitas belajar siswa selama

kegiatan pembelajaran yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, diperoleh peningkatan

aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan frekuensi rata-rata

48
indikator aktivitas belajar siswa yang teramati oleh observer. Sedangkan untuk

ketuntasan hasil belajar PAI siswa, berdasarkan analisis hasil belajar PAI siswa pada

pra siklus, siklus 1 dan siklus 2, ketuntasan hasil belajar PAI siswa juga mengalami

peningkatan dan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah

pada siklus 2 , sedangkan pada pra siklus dan siklus 1 belum memenuhi kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah karena hanya mencapai 20% dan

66,67%..

Rendahnya aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya model pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran kurang inovatif. Model pembelajaran yang digunakan adalah

model pembelajaran Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Selain itu, sistem penilaian yang digunakan hanya dapat mengukur kemampuan

kognitif saja yaitu dengan menggunakan test, sedangkan aspek psikomotor dan

afektif tidak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran yaitu melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing. Dengan

menerapkan Model Pembelajaran Snowball Throwing, maka siswa akan dituntut

aktif dalam pembelajaran untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan seluruh

tampilan siswa dapat dinilai secara langsung sebagai indikator capaian kompetensi

yang dibelajarkan.

Berdasarkan analisis data hasil pembelajaran pada siklus 1 yang

menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing diketahui bahwa aktivitas

belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa

pada pra siklus. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan frekuensi aktivitas

belajar siswa yang teramati oleh observer. Adapun ketuntasan hasil belajar PAI

49
siswa, berdasarkan analisis perhitungan data hasil belajar PAI siswa pada siklus 1

diketahui bahwa terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI siswa

dibandingkan pada pra siklus yaitu dari 20% menjadi 66,67%. Oleh karena itu, hasil

kegiatan pembelajaran siklus 1 telah berhasil meningkatkan aktivitas belajar dan

ketuntasan hasil belajar PAI siswa sesuai dengan latar belakang penelitian ini. Akan

tetapi, masih diperlukan siklus selanjutnya yang berfungsi sebagai pemantapan hasil

penelitian yang telah dicapai pada siklus 1 dan untuk memperbaiki kekurangan yang

terdapat pada siklus 1. Siklus 2 dilaksanakan berdasarkan refleksi dari siklus 1.

Berdasarkan analisis data hasil pembelajaran pada siklus 2 diketahui bahwa

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas belajar

siswa pada siklus 1 dan pra siklus. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan

frekuensi aktivitas belajar siswa yang teramati oleh observer. Adapun ketuntasan

hasil belajar PAI siswa, berdasarkan analisis perhitungan data hasil belajar PAI siswa

pada siklus 2 diketahui bahwa terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI

siswa dibandingkan pada siklus 1 yaitu dari 66,67 % menjadi 91,67%. Dengan

demikian, terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa pada

siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1 dan pra siklus.

Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut dikarenakan di dalam

pembelajaran guru (peneliti) menggunakan Model Pembelajaran Snowball

Throwing. Dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing, sistem pembelajaran

yang semula berpusat pada guru, dimana guru mendominasi terhadap kegiatan

pembelajaran, beralih menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena

dengan penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing siswa dituntut aktif

50
dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan

motivator dalam pembelajaran

Selain peningkatan aktivitas belajar, ketuntasan hasil belajar PAI siswa juga

mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak lepas dari penerapan Model

Pembelajaran Snowball Throwing karena produk PAI yang diperoleh siswa menjadi

lebih bermakna dan pemahaman siswa terhadap produk PAI tersebut juga tinggi.

Selain itu, penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam

pembelajaran yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif, (psikomotor dan

afektif juga diperhatikan), juga mempengaruhi ketuntasan hasil belajar PAI siswa.

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran

membuat siswa merasa lebih dihargai karena seluruh kegiatan siswa dalam

pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga siswa akan berusaha untuk menampilkan

kemampuan terbaiknya.

Hasil penilaian diri yang dilakukan oleh siswa menunjukkan respon siswa

yang meningkat positif dari siklus 1 ke siklus 2. Hal tersebut ditunjukkan oleh skor

rata-rata hasil penilaian diri yang diperoleh siswa. Hal ini di tunjukkan dengan siswa

lebih bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas..

Pelaksanaan Model Pembelajaran Snowball Throwing tidak terlepas dari

adanya kendala, diantaranya dibutuhkan kemampuan guru untuk mengeksplorasi

kemampuan yang dimiliki siswa. Hal tersebut untuk mendukung proses diskusi yang

dilakukan oleh siswa. Selain itu, dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam kegiatan

pembelajaran. Adapun solusi dari kendala tersebut yaitu dengan melatih kemampuan

guru dalam mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Guru perlu

mengetahui peristiwa atau kejadian yang biasa dialami siswa dalam kehidupan

51
sehari-hari siswa untuk dihubungkan dengan pembelajaran PAI. Selain itu, untuk

mengatasi keterbatasan waktu maka hendaknya materi yang disampaikan guru

selama kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan dan peran guru

sebagai motivator dalam pembelajaran perlu dioptimalkan agar tercipta pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Sesuai dengan analisis data yang diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan

bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Tenggarang mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus 1 dan terjadi

peningkatan pula dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini membuktikan bahwa Model

Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang.

52
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model

Pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Tenggarang semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 dapat diambil kesimpulan dan

saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang semester ganjil

tahun 2015/2016. Peningkatan dapat terlihat pada peningkatan persentase

frekuensi rata-rata aktivitas belajar yang teramati observer selama pembelajaran

berlangsung. Persentase frekuensi rata-rata aktivitas belajar siswa yang teramati

menunjukkan adanya peningkatan selama pembelajaran berlangsung, yakni dari

pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran

siswa dituntut untuk aktif dalam semua tahap Model Pembelajaran Snowball

Throwing sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

53
Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing membuat siswa

berusaha menampilkan kemampuan terbaiknya dalam proses pembelajaran.

2. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil

belajar PAI pada siswa kelas VIII D SMP negeri 1 Tenggarang semester ganjil

tahun 2015/2016. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran siswa tidak

hanya memahami produk dari PAI saja, tetapi proses penemuan produk tersebut

juga dapat diketahui oleh siswa, sehingga pemahaman konsep PAI menjadi

tinggi. Selain itu, dalam melaksanakan penilaian, tidak terbatas pada aspek

kognitif saja tetapi aspek psikomotor dan afektif juga menjadi aspek yang

diperhatikan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan maka

saran yang dapat diajukan adalah.

1. Pada kegiatan pembelajaran, hendaknya materi yang disampaikan menyesuaikan

dengan alokasi waktu dalam pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang

efektif dan efisien.

2. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing menuntut kemampuan

guru untuk mahir dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki siswa dan

menjadi motivator yang dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga

capaian kompetensi siswa menjadi optimal.

54
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Depdiknas, 2004. Model Penilaian Kelas untuk SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang
Depdiknas.

Dewey, Jhon, Experience and Education, New York: Kappa Delta Pi, 1997

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta

Hamalik, O.1999. Kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Bumi aksara

Lie, Anita, Cooperative Learning, Jakarta: PT.Grasindo,2004

Nasution,S.200. Didaktik Asas asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Rosetiyah, N.K.1994. Masalah Pengajaran sebagai suatu system. Jakarta: Rineka


Cipta

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme Guru,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta

Sudjana, N. 1993. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Winataputra,U.S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas


terbuka.

55
56

Anda mungkin juga menyukai