PENDAHULUAN
bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi
tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqih
1
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia
Unsur – unsur yang harus ada dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah adalah seorang siswa, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini baik guru maupun siswa mempunyai keterkaitan untuk
mencapai sebuah tujuan dan suatu prosedur kerja. Salah satunya adalah hubungan
guru dalam kegiatan pembelajaran maka dari itu guru harus dapat menciptakan
Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa
selaras dan seimbang dalam kelas, yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan
kebersamaan.
Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting
dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan,
materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan
2
dengan tujuan agar setiap pendidik agama dapat memperoleh pengertian dan
metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa menerapkan
metode ceramah saja yang dalam penyampaiannya sering menjemukan peserta didik.
Hal ini disebabkan guru-guru tersebut tidak menguasai atau enggan menggunakan
menyebabkan para siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan materi yang
disampaikan oleh guru. Kurangnya variasi dalam penyampaian materi inilah yang
membuat para siswa kurang terlibat langsung (aktif) di dalam proses pembelajaran,
sehingga hal ini berakibat pada kurang maksimalnya nilai yang diperoleh siswa.
pembelajaran sebagai interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan
belajar mengajar. Jadi, pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa dan
3
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai tujuan
belajar mengajar.
adalah model pembelajaran ”Snowball Throwing” atau ”lemparan bola salju”. Model
diselingi dengan permainan dengan cara saling melempar pertanyaan yang ditulis
melibatkan siswa secara aktif, artinya posisi siswa dalam pembelajaran ini adalah
sebagai subyek dan obyek pendidikan. Model pembelaj ran interaktif ini
dan fakta – fakta tertentu yang sudah diajarkan kepadanya, sekaligus menghadapkan
kepada siswa sejumlah persoalan yang harus dipecahkan secara bersama – sama agar
langsung dan lebih aktif, khususnya ketika mereka membuat pertanyaan yang
nantinya akan dijawab oleh teman – temannya sendiri. Model pembelajaran seperti
konvensional tidak melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran
Berdasarkan hal di atas yang sudah peneliti uraikan, maka peneliti akan
upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta menciptakan suana pembelajaran yang
4
aktif, tertarik, bertanggung jawab dan bersikap positif terhadap pembelajaran
Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengn judul
Pelajaran 2015/2016”.
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
5
3. Bagi Sekolah
4. Bagi Peneliti
masa mendatang.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 . BELAJAR
1) Pengertian Belajar
meniru-niru.
adalah suatu proses interaksi diantara diri manusia dengan lingkungannya yang
Beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar, antara lain:
a) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya
akan menurun.
c) Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
pengalaman.
7
2) Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar.
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
bagiannya /bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-
(a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
8
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep - konsep yang abstrak
(b) Perhatian
(c) Minat
(d) Bakat
siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia
(e) Motif
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai
(f) Kematangan
9
kecakapannya sebelum belajar.belajarnya akan lebih berhasil jika anak
(g) Kesiapan
ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan , maka hasil belajarnya akan lebih baik.
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani.
menjadi tiga faktor , yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
2.2 PEMBELAJARAN
1) Pengertian Pembelajaran
dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material meliputi buku – buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer prosedur, meliputi jadwal dan metode
10
Ada dua macam tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu
dan suatu konseptual atau analisis tugas, sedangkan tujuan keterampilan bekerja
mengelola konflik.
2) Teori Pembelajaran
a. Teori Konstruktivistik
baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat
sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan
sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan
secara rasional.
11
Teori belajar konstuktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat
lingkungan belajar.
b. Teori Behavioristik
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori
ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan
c. Teori Kognitif
12
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
hasil belajar siswa, terutama aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Aktivitas belajar tersebut adalah aktivitas fisik maupun mental. Dalam
kegiatan belajar mengajar, kedua aktivitas tersebut harus selalu berkaitan sehingga
(dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi 177 bermacam kegiatan
wawancara.
laporan.
diagram.
13
g. Mental activities, yang meliputi kegiatan menanggapi, mengingat, menganalisis,
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang – ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama
atau bahkan tidak akan hilang selama – lamanya karena hasil belajar turut serta
14
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai cara berpikir dan
materi kepada siswa, hal ini dikarenakan fungsi guru sebagai perantara.
Dewey ( 1997: 65) berikut ini: “ Teacher are the organs through which pupils
are brought into efective connection with the material. Teacher are the agents
enforced”. (Guru adalah sutu organ tersebut untuk terhubung dengan materi
Hasil belajar siswa yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni:
15
Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor
ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak
belajar siswa. Adanya pengaruh dalam diri siswa,merupakan hal yang logis
dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perbuatan tingkah laku
b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Faktor - faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang
tujuan pengajaran.
THROWING
a. Model Pembelajaran
memperlihatkan dalam bentuk yang sederhana sesuatu yang sukar untuk diamati
16
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari
Namun jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran, maka guru pun dapat secara kreatif mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas sesuai dengan kondisi nyata ditempat
kerja masing– masing, sehingga akan muncul model – model pembelajaran versi
b. Pembelajaran Kooperatif
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas - tugas yang terstruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa, cooperative learning
hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang
didalamnya siswa belajar secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
oarang saja.
17
“Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang
sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman
yang lain”.
masing tetapi perlu adanya kerja sama anggota kelompok. Sebagaimana firman
Allah SWT didalam Al Qur’an Surat Al- Maidah ayat 2 mengajarkan bahwa
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa, dan janganlah
kamu tolong menolong atas kejelekan dan dosa”... (Q .S. Al- Maidah/5: 2)
18
c) Tatap muka
dapat saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak
hanya dengan guru tetapi jugadengan sesama mereka. Interaksi semacam ini
mendominasi atau menggantungakan diri pada orang lain. Oleh karena itu,
tiap anggota kelompok harus tahu teman yang memerlukan, sebab kegagalan
19
seorang anggota kelompok dapat mempengaruhi prestasi semua anggota
kelompok.
banyak materi pelajaran, merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar,
mencapai hasil belajar yang tinggi, memiliki kemampuan yang baik untuk
memiliki aspek psikologis yang lebih sehat dan mampu menerima perolehan
sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok.
20
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing
d) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
f) Evaluasi
g) Penutup.
3) Ciri – ciri
a) Komunikatif.
b) Sistem belajar dua arah ( guru dan siswa sama – sama berperan aktif)
c) Menyenangkan
4) Kelebihan
21
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Pembelajaran Snowball
Throwing
manusiawi, sehingga disebut dewasa dan mandiri. Bertumbuh menjadi dewasa dan
mandiri berarti semakin mampu bertanggung jawab atas diri sendiri, mampu
semakin mengenal dan menjadi diri sendiri, menjauhkn kecenderungan meniru atau
mapel Pendidikan Agama Islam aspek Akidah, Akhlak, Fiqih, dan tarikh serta
yang mendalam, dan penggalian informasi dari siswa. Model pembelajaran snowball
menyenangkan, tidak hanya satu arah saja namun pembelajaran terlaksana dengan
a. Pengertian Puasa
Puasa menurut lughat (bahasa) artinya menahan diri dari segala sesuatu,
sedangkan puasa menurut istilah adalah menahan diri dari makan dan minum
22
serta dari segala hal – hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar
b. Puasa Wajib
Puasa wajib ialah puasa yang harus dilakukan oleh setiapoarang Islam
yang mukalaf (sudah baligh, berakal sehat) dan mampu melaksanakan puasa,
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa ( QS Al-
Baqara/ 2: 183 )”
Perintah puasa langsung ditujukan oleh Allah SWT Kepada orang – orang
beriman maksudnya orang – orang yang mematuhi perintah Allah SWT. Kemudian
Pelaksanaan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan kepada Nabi Muhamad saw
a) Syarat wajib
(1) Islam
(2) Berakal
(4) Mampu
23
Adapun syarat berpuasa adalah sebagai berikut:
(2) Tamyyiz. Tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang baik
(3) Tidak haid. Tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
(4) Tidak nifas. Tidak sah puasa wanita yang nifas, sebelum suci dari nifas
(5) Niat. Niat dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib
3) Rukun Puasa
Rukun artinya perbuatan ibadah yang harus dilakukan oleh seorang muslim.
Apabila ditinggalkan maka ibadahnya tidak sah atau batal. Untuk itu seorang muslim
yang akan melaksanakan ibadah puasa harus memenuhi rukun dibawah ini, antara
lain:
b) Meninggalkan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa Hal – hal yang
(2) Bersetubuh
(6) Murtad
24
4) Macam – macam Puasa Wajib
a) Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan adalah puasa sebulan penuh yang wajib dilaksanakan oleh
umat Islam pada dibulan ramadhan. Puasa ramadhan mulai diwajibkan pada
tahun kedua hijriyah. Jumlah hari dalam bulan ramadhan adalh antara 29 – 30
hari.
b) Puasa Nazar
Nazar artinya janji seseorang tentang kebikan yang asalnya tidak wajib
menurut hokum syara’ tetapi setelah dinazarkan menjadi wajib. Puasa nazar
berarti puasa yang dijanjikan untuk dilakukan oleh seseorang yang bernazar. Jika
orang yang bernazar puasa itu terkabul permohonannya, maka puasa hukumnya
wajib dan jika tidak dikerjakan akan berdosa. Jadi puasa nazar hukumnya wajib.
c) Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah adalah puasa untuk menebus dosa (sebagai denda)
karena melakukan sesutu yang dilarang agama, seperti oaring sedang puasa
dendanya berpuasa selama dua bulan berturut – turut. Jika tidak mampu
Walaupun puasa ramadahan itu wajib bgi setiap muslim, tetapi pada
pengeculian bagi orang tertentu. Adapun orang yang diperbolehkan untuk tidak
25
1) Orang yang sakit
Orang yang sakit tidak kuat berpuasa (jika berpuasa akan menambah sakit),
maka oaring tersebut boleh tidak berpuasa akan tetapi wajib membayar
(mengqadha) pada hari lain sebnyak puasa yang telah ditinggalkannya apabila
sudah sembuh.
2) Musafir
Orang yang melakukan perjalanan jauh dengan jarak tempuh ± 80,640 km.
boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar (mengqadha) pada hri yang lain.
Firman Allah SWT yg artinya :“… Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain …(AL- Baqara/ 2 :
184)”
Keduanya sama seperti orang yang sakit, maka ia boleh tidak berpuasa,
akan tetapi maka wajib membayar (mengqadha) puasanya pada hari yang lain.
Sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang seperti ini hukumnya wajib
Orang tua yang tidak kuat berpuasa, atau orang yang sakit berkepanjangan
fidiyah, yitu member mkan seorang fakir tau miskin setiap hri dengan 2,5 kg beras
(makanan pokok).
26
Fungsi dan keutamaan puasa antara lain sebagai berikut:
4) Memelihara kesehtan.
5) Sebagai pendidikan.
e. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang boleh dilakukan dan boleh juga tidak
berdosa. Syarat dan rukunnya maupun yang membatalkannya sama seperti pusa
wajib.
a) Puasa Hari Senin – Kamis. Umat Islam disunnahkan berpuasa pada setiap
c) Puasa Syawal. Puasa Syawal adalah puasa enam hari pada bulan Syawal
e) Puasa Sya’ban. Puasa Sya’ban adalah puasa pada pertengahan bulan sya’ban.
f) Puasa Abyadh. Puasa Abyadh adalah puasa setiapbuln pada tanggal 13, 14,
15 bulan Qamariyah.
27
Pada dasar semua hari boleh untuk melakukan puasa, terkecuali pada hari
raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, dan hari Tasyrik (tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah)
karena hari – hari tersebut diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan pada hari Syak
(ragu – ragu) dimakruhkan untuk berpuasa, namun boleh saja berpuasa karena
melakukan qadha atau sudah menjadi kebiasaan berpuasa sunnh, seperti sehari
Apabila pada waktu yang dilarang berpuasa, seseorang masih tetp berpuasa
Adapun waktu – waktu yang dilarang (diharamkan) untuk berpuasa antara lain:
berpuasa pada hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Idul Adha (10 Dzulhijjah), dan pada
hari Tasyrik.
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil belajar merupakan produk dari suatu pengalaman seseorang atau interaksi
Pada penelitian ini, hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai
peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan belajar siswa setelah diadakan
28
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Snowball
belajar secara maksimal, maka dapat dilakukan dengan melihat ketuntasan hasil
a. Ketuntasan perseorangan, siswa disebut telah tuntas belajar bila mencapai skor ¿
75.
b. Ketuntasan klasikal, kelas disebut telah tuntas belajar jika di kelas tersebut
terdapat ¿ 85% dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai ¿ 75.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penyelidikan atau kajian secara sistematis dan
terencana yang dilakukan oleh peneliti atau praktisi (guru) untuk memperbaiki
yang ditimbulkannya.
permasalahan di kelas VIII D yaitu rendahnya aktifitas belajar dan hasil belajar PAI
siswa.
pelajaran 2015/2016
Pada penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII D SMP
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat masalah di kelas tersebut yaitu
aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa yang masih rendah. Selain itu, siswa
kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang memiliki tingkat kecerdasan yang heterogen
30
3.4. Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
1. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyan atau latihan serta alat lain yang digunakan
2. Metode Observasi
penelitian.
terjadi di kelas, metode observasi ini memuat tiga fase esensial yaitu pertemuan
3. Metode Wawancara
31
Hopkins, wawancara adalahsuatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam
wawancara ini digunakan untuk mewawancarai siswa sebagai subyek yang akan
diteliti, selain itu juga mewwancarai Guru PAI sebagai mitra kerja atau
kolaborator.
4. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan ,buku, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
Metode ini digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa pada materi
pokok binatang halal dan haram dan menghimpun data mengenai daftar nama
sebelum adanya tindakan, profil sekolah secara umum dan gambaran proses
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) ini
dipilih model Hopkins yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
sebelumnya, dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi
32
Identifikasi Tahap pendahuluan
masalah
Perencanaan
Reflek Aksi
si
Observasi Siklus 1
Perencanaan
Reflek ulang
si
Observasi
Aksi
Siklus 2
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Model Hopkins (Aqib,
2006:31)
1. Persiapan
33
d. Mengidentifikasi Permasalahan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
2. Pelaksanaan
a. Siklus I
Perencanaan
Pelaksanan tindakan
34
3) Guru membimbing siswa dalam bentuk kelompok kecil dengan anggota 4–5
6) Siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara spontan dalam waktu yang
Pengamatan
1) Guru bekerja sama dengan observer mengamati aktivitas kelompok siswa dan
khusus mengenai komunikasi dan kerja sama siswa dalam proses diskusi
kelompok.
Refleksi
35
b. Siklus II
Pada prinsipnya semua kegiatan yang ada pada siklus II hampir sama dengan
siklus I. siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan pada
siswa dan peningkatan hasil belajar PAI (dari hasil belajar PAI siswa).
a. Aktivitas belajar siswa dapat dicari dengan meminta observer mengisi lembar
aktivitas yang sudah disediakan. Dari data yang diperoleh dari observer dapat
tiap aspek aktivitas belajar yang diamati. Persentase aktivitas belajar siswa
secara klasikal dapat dihitung untuk tiap RPP, yaitu dengan menggunakan rumus
selisih persentase aktivitas belajar pada saat pra siklus dan siklus 1, siklus 1 dan
36
siklus 2, dan seterusnya. Penelitian akan dihentikan pada siklus 2 apabila pada siklus
1 telah tercapai peningkatan aktivitas belajar siswa. Apabila hal tersebut tercapai,
maka siklus 2 dilaksanakan sebagai penguatan hasil yang dicapai pada siklus 1.
n
P= × 100 %
N
Keterangan :
Ketuntasan hasil belajar PAI siswa dihitung setelah diperoleh Hasil Belajar
(HB) PAI siswa. Seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai ≥ 75 dari
nilai maksimal 100. Suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah
selisih persentase hasil belajar PAI siswa pada saat pra siklus dan siklus 1, siklus 1
dan siklus 2, dan seterusnya. Penelitian akan dihentikan pada siklus 2 apabila pada
siklus 1 telah tercapai peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara klasikal.
Apabila hal tersebut tercapai, maka siklus 2 dilaksanakan sebagai penguatan hasil
37
BAB IV
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang pada
semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian dan pembahasannya akan
Tenggarang pada siswa kelas VIII D semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, dengan
jumlah siswa sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan. Hasil penelitian diuraikan dalam kegiatan pra siklus, siklus 1 dan siklus
2 dengan indikator aktivitas belajar siswa, hasil belajar PAI siswa, disertai refleksi
dan rancangan perbaikan. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi dan
post test.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang biasa digunakan guru di kelas VIII D SMP
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil penelitian pra siklus diuraikan dalam
aktivitas belajar, ketuntasan hasil belajar PAI siswa, refleksi dan rancangan
38
a. Aktivitas belajar siswa
Berdasarkan data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus pada
Lampiran 1 dan hasil analisis aktivitas belajar siswa, maka dapat dibuat ringkasan
Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siawa (%)
pembelajaran pra siklus yang ditunjukkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar siswa masih rendah, hal tersebut terlihat pada aktivitas memperhatikan
penjelasan guru, dari 24 siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru hanya
dalam diskusi, kegiatan mendengarkan teman saat diskusi dan kemampuan membuat
model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pra siklus. Adapun rata-
39
b. Hasil belajar PAI siswa
Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada pembelajaran pra siklus terdapat
pada Lampiran 1. Data tersebut dapat diringkas seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Pra Siklus
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu
sebanyak 4 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara
klasikal pada pembelajaran pra siklus adalah 20%. Oleh karena itu, hasil belajar PAI
siswa pada pembelajaran pra siklus secara klasikal rendah dan tidak memenuhi
c. Refleksi
Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran ini adalah (1) dapat menjelaskan
materi yang banyak dalam waktu yang singkat, (2) pengelolaan kelas lebih mudah
maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI
40
Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase aktivitas belajar dan hasil belajar PAI seperti yang
disebutkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Rendahnya aktivitas belajar dan hasil
siswa terhadap penjelasan guru dan minat siswa untuk mencatat rendah.
3. Kurangnya media pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini media yang
4. Penilaian yang dilakukan hanya sebatas tes saja sehingga yang terukur dari
dan afektif siswa tidak dapat terukur, sehingga siswa tidak termotivasi untuk
d. Rancangan perbaikan
belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang adalah dengan
41
4.1.2 Siklus 1
Pada uraian hasil analisis data siklus 1 dijabarkan tentang data aktivitas
belajar, hasil belajar PAI siswa, refleksi, dan rancangan perbaikan. Data hasil
aktivitas belajar siswa yang terdapat pada Lampiran 2. Secara ringkas hasil observasi
Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siswa (%)
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dan dengan membandingkan data aktivitas
belajar yang diperoleh pada pembelajaran pra siklus (Tabel 4.1) diperoleh
penjelasan guru meningkat 29.16%, Keaktifan bekerja sama dalam diskusi kelompok
42
pertanyaan meningkat 41.62%, . Adapun rata-rata aktivitas belajar siswa secara
keseluruhan mengalami peningkatan, yaitu dari 10.83% menjadi 47.49%. Hal ini
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Data peningkatan aktivitas belajar dari pra
Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada
Lampiran 3. Data tersebut secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Siklus 1
Kegiatan
Jumlah Jumlah siswa Jumlah siswa
Pembelajara Persentase
siswa yang tuntas yang tidak tuntas
n
Siklus I 24 16 8 66,67%
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu
sebanyak 16 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara
klasikal pada pembelajaran siklus 1 adalah 66,67%, namun secara klasikal masih
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥
85%. Hasil analisis data siklus 1 menunjukkan peningkatan ketuntasan hasil belajar
melihat Tabel 4.2 dan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar PAI
siswa meningkat dari 20% menjadi 66,67%. Dengan demikian, ketuntasan hasil
belajar PAI siswa dari pra siklus ke siklus 1 meningkat sebesar 46.67%. Data
peningkatan hasil belajar dari pra siklus ke siklus 1 dapat dilihat pada Lampiran 7
43
c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan analisis data penelitian siklus 1, maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa selama
sudah baik dan mengalami peningkatan. Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus 1
sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun, tetapi
yaitu:
1. Beberapa siswa masih ada yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan
d. Rancangan perbaikan
pembelajaran.
44
2. Membacakan tiap langkah kerja untuk memandu siswa dalam diskusi dan
4.1.3 Siklus 2
Pada uraian hasil analisis data siklus 2 dijabarkan data aktivitas belajar,
aktivitas belajar siswa yang terdapat pada Lampiran 4. Secara ringkas hasil observasi
Jumlah Persentase
No Aktivitas Belajar Siswa
siswa (%)
45
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dan dengan membandingkan data aktivitas
belajar yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 (Tabel 4.3), diperoleh peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2, yaitu 47,49% pada siklus 1 menjadi 78,33% pada siklus 2,
belajar siswa. Data peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 ke siklus 2 dapat
Data ketuntasan hasil belajar PAI siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada
Lampiran 5. Data tersebut secara ringkas dapat disajikan pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar PAI Siswa pada Siklus 2
Kegiatan
Jumlah Jumlah siswa Jumlah siswa
Pembelajara Persentase
siswa yang tuntas yang tidak tuntas
n
Siklus 2 24 22 2 91.67 %
46
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui bahwa siswa yang tuntas secara individu
sebanyak 22 siswa dari 24 siswa, sehingga ketuntasan hasil belajar PAI siswa secara
klasikal pada pembelajaran siklus 2 adalah 91.67% dan telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 85%. Hasil analisis data siklus 2
Model Pembelajaran Snowball Throwing. Dengan melihat Tabel 4.4 dan Tabel 4.6
dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar PAI siswa meningkat dari 66,67%
menjadi 91,67%. Dengan demikian ketuntasan hasil belajar PAI siswa dari siklus 1
c. Refleksi
aktivitas belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa mengalami
yang dilakukan sebelumnya yakni untuk pemantapan hasil penelitian yang diperoleh
yang terdapat pada siklus 2 adalah masih ada beberapa siswa yang ramai dan tidak
47
Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI antara sebelum tindakan dan sesudah
tindakan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan
hasil belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang tahun pelajaran
rata-rata frekuensi aktivitas belajar siswa pada kegiatan pra siklus, siklus 1, dan
siswa pada pra siklus menjadi 17 pada siklus I dan 22 pada siklus 2, Keaktifan
bekerja sama dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan dari 0 siswa pada pra
siklus menjadi 7 siswa pada siklus 1 dan 18 siswa pada siklus 2. Begitu pula aktivitas
sebelum tindakan dan sesudah tindakan berdasarkan hasil penelitian pada tiap siklus
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar PAI siswa
mengalami peningkatan yaitu 20% pada pra siklus menjadi 66,67% pada siklus 1 dan
4.2 Pembahasan
kegiatan pembelajaran yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, diperoleh peningkatan
aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan frekuensi rata-rata
48
indikator aktivitas belajar siswa yang teramati oleh observer. Sedangkan untuk
ketuntasan hasil belajar PAI siswa, berdasarkan analisis hasil belajar PAI siswa pada
pra siklus, siklus 1 dan siklus 2, ketuntasan hasil belajar PAI siswa juga mengalami
pada siklus 2 , sedangkan pada pra siklus dan siklus 1 belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah karena hanya mencapai 20% dan
66,67%..
Rendahnya aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar PAI siswa tersebut
model pembelajaran Direct Instruction dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Selain itu, sistem penilaian yang digunakan hanya dapat mengukur kemampuan
kognitif saja yaitu dengan menggunakan test, sedangkan aspek psikomotor dan
afektif tidak diukur. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan kegiatan
tampilan siswa dapat dinilai secara langsung sebagai indikator capaian kompetensi
yang dibelajarkan.
pada pra siklus. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan frekuensi aktivitas
belajar siswa yang teramati oleh observer. Adapun ketuntasan hasil belajar PAI
49
siswa, berdasarkan analisis perhitungan data hasil belajar PAI siswa pada siklus 1
dibandingkan pada pra siklus yaitu dari 20% menjadi 66,67%. Oleh karena itu, hasil
ketuntasan hasil belajar PAI siswa sesuai dengan latar belakang penelitian ini. Akan
tetapi, masih diperlukan siklus selanjutnya yang berfungsi sebagai pemantapan hasil
penelitian yang telah dicapai pada siklus 1 dan untuk memperbaiki kekurangan yang
siswa pada siklus 1 dan pra siklus. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan
frekuensi aktivitas belajar siswa yang teramati oleh observer. Adapun ketuntasan
hasil belajar PAI siswa, berdasarkan analisis perhitungan data hasil belajar PAI siswa
pada siklus 2 diketahui bahwa terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar PAI
siswa dibandingkan pada siklus 1 yaitu dari 66,67 % menjadi 91,67%. Dengan
demikian, terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa pada
yang semula berpusat pada guru, dimana guru mendominasi terhadap kegiatan
50
dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
Selain peningkatan aktivitas belajar, ketuntasan hasil belajar PAI siswa juga
Pembelajaran Snowball Throwing karena produk PAI yang diperoleh siswa menjadi
lebih bermakna dan pemahaman siswa terhadap produk PAI tersebut juga tinggi.
afektif juga diperhatikan), juga mempengaruhi ketuntasan hasil belajar PAI siswa.
membuat siswa merasa lebih dihargai karena seluruh kegiatan siswa dalam
pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga siswa akan berusaha untuk menampilkan
kemampuan terbaiknya.
Hasil penilaian diri yang dilakukan oleh siswa menunjukkan respon siswa
yang meningkat positif dari siklus 1 ke siklus 2. Hal tersebut ditunjukkan oleh skor
rata-rata hasil penilaian diri yang diperoleh siswa. Hal ini di tunjukkan dengan siswa
kemampuan yang dimiliki siswa. Hal tersebut untuk mendukung proses diskusi yang
dilakukan oleh siswa. Selain itu, dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam kegiatan
pembelajaran. Adapun solusi dari kendala tersebut yaitu dengan melatih kemampuan
guru dalam mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Guru perlu
mengetahui peristiwa atau kejadian yang biasa dialami siswa dalam kehidupan
51
sehari-hari siswa untuk dihubungkan dengan pembelajaran PAI. Selain itu, untuk
selama kegiatan pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan dan peran guru
Sesuai dengan analisis data yang diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan
bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar PAI siswa kelas VIII D SMP Negeri 1
peningkatan pula dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini membuktikan bahwa Model
52
BAB V
PENUTUP
Tenggarang semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 dapat diambil kesimpulan dan
5.1 Kesimpulan
aktivitas belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tenggarang semester ganjil
pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran
siswa dituntut untuk aktif dalam semua tahap Model Pembelajaran Snowball
53
Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing membuat siswa
belajar PAI pada siswa kelas VIII D SMP negeri 1 Tenggarang semester ganjil
hanya memahami produk dari PAI saja, tetapi proses penemuan produk tersebut
juga dapat diketahui oleh siswa, sehingga pemahaman konsep PAI menjadi
tinggi. Selain itu, dalam melaksanakan penilaian, tidak terbatas pada aspek
kognitif saja tetapi aspek psikomotor dan afektif juga menjadi aspek yang
diperhatikan.
5.2 Saran
guru untuk mahir dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dimiliki siswa dan
54
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2004. Model Penilaian Kelas untuk SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang
Depdiknas.
Dewey, Jhon, Experience and Education, New York: Kappa Delta Pi, 1997
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta
55
56