Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Verbal Persuassion Terhadap Self efficacy Pada Siswa

SMA Negeri 1 Banda Aceh

Muhammad Irsyad Aqil

(210901107)

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya untuk menggerakkan jiwa peserta didik dari

keadaan alamiahnya menuju peradaban yang lebih manusiawi. Sebagai gambaran

dapat dikatakan bahwa mengajarkan anak untuk duduk dengan benar, diam agar tidak

mengganggu orang lain, mengetahui seperti apa badan yang bersih, berpakaian rapi,

menghormati dan menyayangi orang yang lebih tua dan yang lebih muda, dan Saling

menjaga adalah beberapa contoh proses pendidikan yang digunakan untuk

memanusiakan manusia (Sujana, 2019).

Untuk melihat prestasi seseorang dalam proses pembelajaran perlu dilakukan

evaluasi, tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat pencapaian siswa setelah proses

belajar mengajar berjalan. Kemampuan intelektual siswa sangat mempengaruhi

keberhasilannya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Keberhasilan siswa

dalam mencapai keberhasilan akademik akan sangat dipengaruhi oleh kapasitas

intelektualnya. Kapasitas untuk menguasai semua pengetahuan atau kemampuan yang

dihasilkan oleh topik, yang biasanya diwakili oleh nilai ulangan atau nilai yang

diberikan oleh instruktur (Oktariani, 2018).

Hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai

prestasi belajar siswa. Karena kegiatan belajar merupakan suatu proses dan

pencapaian merupakan hasil akhir dari proses belajar mengajar, maka prestasi belajar

dan kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan. Hasil tersebut berupa kesan-kesan yang

menyebabkan orang mengubah perilakunya sebagai akibat dari kegiatan belajar. Jika
orang tidak terlibat dalam kegiatan belajar, mereka tidak akan meningkatkan prestasi

belajarnya. Dengan kata lain, keberhasilan belajar adalah hasil evaluasi dari suatu

proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif dan yang secara khusus

disiapkan untuk proses evaluasi tersebut, misalnya dengan nilai rapor (Oktariani,

2018).

Karena sistem pendidikan di Indonesia mengandalkan evaluasi pembelajaran

terhadap materi yang telah diberikan untuk menunjukkan kemampuan penguasaan

materi kebanyakan orang sekarang memandang bahwa prestasi belajar semata-mata

hanya dari nilai tes bukan dari proses belajar. Siswa merasa ujian sebagai ajang untuk

mendapatkan peringkat tertinggi saja, hasil yang tidak memuaskan dianggap sebagai

ancaman bagi siswa. Hal ini menimbulkan reaksi positif siswa menjadi lebih

meluangkan waktu untuk belajar, tetapi juga menimbulkan reaksi negatif salah

satunya adalah perilaku menyontek. Berdasarkan penelitian oleh Widiawan dalam

(Andiwatir & Khakim, 2019) menunjukkan sebuah hasil penelitian terhadap siswa

SMA di Surabaya dengan hasil bahwa 80% dari siswa pernah menyontek (52% sering

dan 28% jarang) sedangkan cara yang paling banyak digunakan sebagai sarana

menyontek adalah teman sebesar 38% dan meja tulis sebanyak 26%.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan masih banyaknya perilaku

mencontek yang terjadi di Indonesia. Sayangnya pihak sekolah tidak menangani

masalah ini dengan serius sehingga perilaku menyontek masih marak terjadi dunia

pendidikan. Siswa juga semakin mahir menyontek dengan berbagai cara.

Menyontek telah dipandang sebagai kegiatan yang biasanya dilakukan oleh

siswa. Menyontek adalah salah satu strategi yang digunakan oleh siswa untuk

melakukan tes atau ujian dengan baik. Siswa yang menyontek selama ujian dapat

merusak kepribadian positif mereka. Menjadi tidak jujur adalah perilaku menipu yang

merusak kepercayaan diri siswa. Itu juga mengabaikan praktik terbaik seperti belajar

untuk ujian. Sedangkan, perilaku menyontek mengacu pada tindakan seseorang


menggunakan catatan yang tidak sah, membantu orang lain untuk menyontek, atau

secara langsung menyalin jawaban dari orang lain pada ujian sambil mengakui bahwa

mereka melakukannya (Silaen & others, 2020).

Perilaku menyontek memiliki banyak penyebab dan manifestasi yang berbeda

dan merupakan fenomena yang kompleks. Salah satunya adalah seseorang menyontek

karena didorong untuk meyakini dan mencita-citakan prestasi akademik, yang sering

disebut dengan ekspektasi keberhasilan akademik. Albert Bandura (Meydiansyah,

2021) mendefinisikan istilah "self-efficacy" sebagai keyakinan pada kapasitas

seseorang untuk merencanakan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang

diperlukan untuk mewujudkan tujuan seseorang. Perbuatan menyontek pada siswa

yang ingin berprestasi baik pada ujian dan tata cara pembelajaran lainnya yang dapat

meningkatkan prestasi siswa sama dengan ini. Pintasan digunakan untuk membantu

siswa mencapai tujuan mereka (Meydiansyah, 2021).

Menurut Sieman, tujuan dan harapan siswa untuk sukses merupakan indikator

penting vagi mereka untuk melakukan perilaku menyontek saat ujian. Siswa dengan

harapan yang tinggi untuk diri mereka sendiri sering menyontek karena mereka lebih

fokus pada hasil akhir berupa nilai yang bagus untuk lulus daripada proses

pembelajaran atau pengetahuan materi pelajaran (Meydiansyah, 2021).

Menurut Bandura (Hmawuri et al., 2020) efikasi diri yang dimiliki oleh seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah persuasi verbal. Persuasi verbal

memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan rasa efikasi diri seseorang dan

menunjukkan tindakan yang bermanfaat. Ketika seseorang mendengar dorongan

verbal bahwa dia dapat mengerjakan tugas yang telah diberikan, maka orang tersebut

akan bekerja lebih giat dan terus bekerja sampai tugas tersebut selesai (Mirsanti,

2019).
Berdasarkan pemaparan tentang fenomena perilaku menyontek yang telah

disebutkan diatas mendorong kami untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan Verbal Persuassion Terhadap Self efficacy Pada Siswa SMA

Negeri 1 Banda Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah maka disini muncul permasalahan

yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yaitu “Adakah hubungan verbal

persuassion terhadap self efficacy pada siswa SMA Negeri 1 Banda Aceh?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan penelitian ini adalah

“untuk menjelaskan apakah terdapat hubungan antara verbal persuasion

terhadap self efficacy pada siswa SMA Negeri 1 Banda Aceh”


DAFTAR PUSTAKA

Andiwatir, A., & Khakim, A. (2019). Analisis Perilaku Menyontek dan

Rancangan Perubahan Perilaku pada Siswa SMP. Intuisi: Jurnal Psikologi

Ilmiah, 11(2), 88–97.

Hmawuri, N. Y., Sawiji, H., & Susantiningrum, S. (2020). Pengaruh Persuasi

Verbal Guru Dan Kecerdasan Emosi Peserta Didik Terhadap Efikasi Diri

Peserta Didik. JIKAP (Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi

Perkantoran), 4(1), 84–92.

Meydiansyah, D. Y. (2021). Fenomena Perilaku Menyontek Pada Pelajar Masa

Kini Ditinjau Dari Kepercayaan Diri, Efikasi Diri, Dan Prokrastinasi: Sebuah

Studi Literatur. Consilia: Jurnal Ilmiah Bimbingan Dan Konseling, 4(3),

245–253.

Mirsanti, N. (2019). Konsep Tafakur untuk Penguatan Efikasi Diri pada Pribadi

Introvert. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 2(2), 171–184.

Oktariani, O. (2018). Peranan self efficacy dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa. Jurnal Psikologi Kognisi, 3(1), 45–54.

Silaen, S. M. J., & others. (2020). Hubungan kepercayaan diri dan kecemasan

dengan perilaku menyontek saat menghadapi ujian nasional pada siswa kelas

xii sman 8 bekasi. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora,


4(3), 1–11.

Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia. Adi Widya:

Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 29–39.

Anda mungkin juga menyukai