(210901107)
dapat dikatakan bahwa mengajarkan anak untuk duduk dengan benar, diam agar tidak
mengganggu orang lain, mengetahui seperti apa badan yang bersih, berpakaian rapi,
menghormati dan menyayangi orang yang lebih tua dan yang lebih muda, dan Saling
evaluasi, tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat pencapaian siswa setelah proses
dihasilkan oleh topik, yang biasanya diwakili oleh nilai ulangan atau nilai yang
Hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat dilihat sebagai
prestasi belajar siswa. Karena kegiatan belajar merupakan suatu proses dan
pencapaian merupakan hasil akhir dari proses belajar mengajar, maka prestasi belajar
dan kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan. Hasil tersebut berupa kesan-kesan yang
menyebabkan orang mengubah perilakunya sebagai akibat dari kegiatan belajar. Jika
orang tidak terlibat dalam kegiatan belajar, mereka tidak akan meningkatkan prestasi
belajarnya. Dengan kata lain, keberhasilan belajar adalah hasil evaluasi dari suatu
proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif dan yang secara khusus
disiapkan untuk proses evaluasi tersebut, misalnya dengan nilai rapor (Oktariani,
2018).
hanya dari nilai tes bukan dari proses belajar. Siswa merasa ujian sebagai ajang untuk
mendapatkan peringkat tertinggi saja, hasil yang tidak memuaskan dianggap sebagai
ancaman bagi siswa. Hal ini menimbulkan reaksi positif siswa menjadi lebih
meluangkan waktu untuk belajar, tetapi juga menimbulkan reaksi negatif salah
(Andiwatir & Khakim, 2019) menunjukkan sebuah hasil penelitian terhadap siswa
SMA di Surabaya dengan hasil bahwa 80% dari siswa pernah menyontek (52% sering
dan 28% jarang) sedangkan cara yang paling banyak digunakan sebagai sarana
menyontek adalah teman sebesar 38% dan meja tulis sebanyak 26%.
masalah ini dengan serius sehingga perilaku menyontek masih marak terjadi dunia
siswa. Menyontek adalah salah satu strategi yang digunakan oleh siswa untuk
melakukan tes atau ujian dengan baik. Siswa yang menyontek selama ujian dapat
merusak kepribadian positif mereka. Menjadi tidak jujur adalah perilaku menipu yang
merusak kepercayaan diri siswa. Itu juga mengabaikan praktik terbaik seperti belajar
secara langsung menyalin jawaban dari orang lain pada ujian sambil mengakui bahwa
dan merupakan fenomena yang kompleks. Salah satunya adalah seseorang menyontek
karena didorong untuk meyakini dan mencita-citakan prestasi akademik, yang sering
yang ingin berprestasi baik pada ujian dan tata cara pembelajaran lainnya yang dapat
meningkatkan prestasi siswa sama dengan ini. Pintasan digunakan untuk membantu
Menurut Sieman, tujuan dan harapan siswa untuk sukses merupakan indikator
penting vagi mereka untuk melakukan perilaku menyontek saat ujian. Siswa dengan
harapan yang tinggi untuk diri mereka sendiri sering menyontek karena mereka lebih
fokus pada hasil akhir berupa nilai yang bagus untuk lulus daripada proses
Menurut Bandura (Hmawuri et al., 2020) efikasi diri yang dimiliki oleh seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah persuasi verbal. Persuasi verbal
memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan rasa efikasi diri seseorang dan
verbal bahwa dia dapat mengerjakan tugas yang telah diberikan, maka orang tersebut
akan bekerja lebih giat dan terus bekerja sampai tugas tersebut selesai (Mirsanti,
2019).
Berdasarkan pemaparan tentang fenomena perilaku menyontek yang telah
persuassion terhadap self efficacy pada siswa SMA Negeri 1 Banda Aceh?”
Verbal Guru Dan Kecerdasan Emosi Peserta Didik Terhadap Efikasi Diri
Kini Ditinjau Dari Kepercayaan Diri, Efikasi Diri, Dan Prokrastinasi: Sebuah
245–253.
Mirsanti, N. (2019). Konsep Tafakur untuk Penguatan Efikasi Diri pada Pribadi
Silaen, S. M. J., & others. (2020). Hubungan kepercayaan diri dan kecemasan
dengan perilaku menyontek saat menghadapi ujian nasional pada siswa kelas