Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL

ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

ANGKATAN TAHUN 2018

(PROPOSAL)

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD ZULHAM ALFARIDZIE

NPM. 16310206

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kedokteran merupakan proses pendidikan yang tidak mudah dan

membutuhkan konsentrasi dan kemauan yang kuat untuk dapat menyelesaikan

semua tahap pendidikannya. Kewajiban utama bagi siswa sebagai pelajar adalah

belajar. Akan tetapi saat ini tidak sedikit siswa yang beranggapan bahwa melakukan

aktifitas belajar merupakan hal yang membosankan. Misalkan saja akhir-akhir ini

banyak ditemukan siswa yang malas masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas rumah

dan memiliki prestasi yang rendah. Dalam proses belajar siswa, hambatan atau

kendala yang dihadapi biasanya terjadi karena motivasi belajar peserta didik masih

rendah, hal ini berakibat pada rendahnya dorongan untuk melakukan aktivitas

belajar (Al-Ajami & Soeharto, 2014).

Motivasi dalam belajar yang tinggi memungkinkan akan memperoleh hasil

belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas

usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi hasil belajar yang

diperolehnya. Mahasiswa melakukan berbagai upaya atau usaha untuk

meningkatkan keberhasilan dalam belajar sehingga mencapai keberhasilan yang

cukup memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Di samping itu motivasi juga

menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses belajar mahasiswa tetap jalan. Hal

ini menjadikan mahasiswa gigih dalam belajar (Cleopatra, 2016).

Motivasi belajar terdiri dari tiga komponen penggerak yaitu kebutuhan,

dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila ada kesenjangan antara kenyataan

dengan apa yang sudah dan belum dimiliki. Dorongan muncul karena adanya

1
2

keinginan untuk memenuhi tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan merupakan

inti dari motivasi. Sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai seseorang agar

dapat mengarahkan pada perilaku belajar (Andika KA, 2016).

Berdasarkan penelitian Riezky AK dan Sitompul AZ (2017) didapatkan

hasil bahwa sebanyak 73 (55,3%) mahasiswa fakultas kedokteran Universitas

Abdulyatama yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sebanyak 59 (44,7%) yang

memiliki motivasi belajar rendah. Sementara itu, Suciani dan Rozali (2014)

mendapatkan sebanyak 45 (34,6%) mahasiswa Universitas Esa Unggul dengan

motivasi belajar rendah, kemudian sebanyak 47 (36,2%) mahasiswa mempunyai

motivasi belajar sedang, dan sebanyak 38 (29,2%) mahasiswa memiliki motivasi

belajar tinggi.

Motivasi belajar pada mahasiswa keokteran universitas malahayati,

memiliki penurunan pada motivsi belajarnya. Di dapatkan dari hasil wawancara

kepada 20 responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

angkatan tahun 2018 memiliki 80% penurunan pada motivasi belajarnya dan 20%

memiliki peningkatan pada motivasi belajar. Perilaku yang menunjukan

menurunnya motivasi belajar dari hasil wawancara adalah kepercayaan diri sendiri.

Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan motivasi belajar. Yaitu ada fakrtor

intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Proses belajar mengajar mempunyai tujuan akhir yaitu perubahan tingkah

laku dalam hal ini yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil suatu penilaian

dibidang pengetahuan ketrampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang

dinyatakan dalam bentuk IPK. Hasil belajar yang ditunjukkan oleh seseorang

dipengaruhi oleh faktor internal misalnya motivasi dan faktor eksternal misalkan
3

dukungan orang tua atau keluarga (Hamid & Chandra, 2013). Motivasi

menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar peserta didik. Belajar

tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Hamalik,

2008).

Efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah situasi

dan hasil menguntungkan (Santock, 2012). Efikasi diri berkaitan dengan tiga proses

pembelajaran, yaitu: pertama motivasi akademik, Efikasi diri memengaruhi motivasi

melalui pilihan yang dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Ketika

mahasiswa mempercayai bahwa dirinya mampu menyelesaikan suatu tugas secara

lancar, pelajar akan menjadi lebih baik dalam beraktivitas, berkerja, dan

bersungguh- sungguh. Kedua pencapaian akademik, Pencapaian keberhasilan

akademik memerlukan kemampuan kognisi yang baik. Dengan efikasi diri,

mahasiswa akan mampu mengatur hal yang efektif dan dapat mengatasi setiap

permasalahan yang dihadapinya. Ketiga perkembangan kepribadian, Individu dengan

mengarahkan pada keberhasilan dalam mendapatkan hasil belajar yang baik

(Burgoon, 2008).

Dukungan sosial diartikan sebagai sumber emosional, informasional, atau

pendampingan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu untuk

menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan

(Tumenggung, 2016). Sumber dukungan sosial bisa didapat dari sumber

kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya,

misalnya orangtua, anak, saudara, rekan kerja dan kerabat (Susilowati et al., 2016).

Hakikatnya seorang individu selalu membutuhkan dukungan sosial di dalam segala

aspek kehidupannya, tidak terkecuali bagi mahasiswa. Dukungan sosial, khususnya


4

dari orang tua, akan mempengaruhi seorang mahasiswa untuk selalu giat belajar dan

memperoleh prestasi yang diinginkan. Apabila seorang mahasiswa mendapatkan

dukungan sosial orang tua yang baik, maka ia akan memperoleh motivasi untuk

belajar yang tinggi, dan sebaliknya dukungan sosial orang tua yang buruk akan

menyebabkan seorang mahasiswa mendapatkan motivasi belajar yang rendah

(Suciana & Rozali, 2016).

Dalam motivasi belajar tentunya terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi menurunnya motivasi belajar pada diri seseorang. Motivasi belajar

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal meliputi lingkungan

(alam dan sosial), perhatian orang tua, kurikulum, pengajar, sarana prasarana,

fasilitas, dan administrasi, sedangkan faktor yang kedua yaitu faktor internal yang

meliputi fisiologis (kondisi fisik) dan psikologi (sikap, bakat, minat, kecerdasan, dan

kemampuan koqnitif). Sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar adalah efikasi diri (kemampuan). (Monika&Adman, 2017)

Motivasi yang baik dalam belajar akan menujukkan efikasi diri yang baik dan

menjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha,

keyakinan, kemampuan, terutama didasari oleh motivasi maka siswa natural yang

merupakan dukungan sosial yang diterima individu melalui interaksi sosial dalam

akan belajar dengan tekun dan menghasilkan hasil dan tujuan tercapai. Intensisasi

motivasi siswa akan menentukan tingkat pencapaian tujuan hasil belajar yang

memuaskan (Kurniyawati, 2012).

Seseorang yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan lebih termotivasi

untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi tingkat efikasi diri seseorang maka tingkat

motivasinya akan semakin tinggi pula. Hal ini dicerminkan dengan besarnya usaha
5

yang dilakukan serta ketekunannya dalam mengatasi rintangan-rintangan yang ada.

Ia akan terus mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak mudah menyerah dan bertahan

apabila menemui kesulitan-kesulitan. (Fikriyah 2020)

Dari pemaparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara

efikasi diri dan dukungan sosial orangtua dengan motivasi belajar pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati angkatan tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial orang tua

dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati angkatan tahun 2018?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial orang tua dengan

motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

angkatan tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati angkatan tahun 2018.

2 Untuk mengetahui efikasi diri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati angkatan tahun 2018.

3 Untuk mengetahui dukungan social orangtua pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati angkatan tahun 2018


6

4 Untuk mengatahui hubungan efikasi diri dan dukungan social orangtua

dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati angkatan tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati: hasil penelitian ini

diharapkan bisa menambah kepustakaan yang dapat di manfaatkan oleh

mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan tentang motivasi belajar pada

mahasiwa Fakultas Kedokteran universitas malahayati.

2. Bagi mahasiswa: mengetahui cara untuk memiliki motivasi belajar dengan baik

untuk pembelajaran selanjutnya.

3. Bagi peneliti: mendapatkan pengalaman langsung dalam penelitian ini dan

menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama penelitian.

1.5 Ruang Lingkup

1. Judul Penelitian: Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial

Orangtua dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati Angkatan Tahun 2018.

2. Jenis Penelitian: merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendektan

cross sectional.

3. Subjek Penelitian: penelitian ini akan mengambil subjek penelitian adalah

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati angkatan tahun 2018.

4. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu: penelitian ini lakukan di Universitas

Malahayati pada bulan 2020.


7
BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Sardiman (2016) Kata “motif” di artikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorng untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai sesuatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan

sebagai suatu kondisi intren. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat

di artikan sebagi daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif untuk

mencapai tujuan sangat di rasakan/mendesak.

Khodijah (2014) menjelaskan definisi Motivasi belajar sebagai suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain motivasi adalah

kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedang

motivasi belajar adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk

belajar.

Hamzah B Uno (2013) bahwa motivasi Belajar adalah dorongan internal

dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur

yang mendukung. Motivasi belajar dapat timbul karena dua faktor yaitu faktor

intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik (dari dalam) meliputi keinginan untuk

8
9

berhasil. Dorongan kebutuhan untuk belajar, adanya harapan akan terwujudnya

cita-cita. Faktor ekstrinsik (dari luar) meliputi adanya penghargaan atas suatu

keberhasilan, lingkungan belajar yang kondusif, serta kegiatan belajar yang

menarik.

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

(Indrati EM, 2014)

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar, pada intinya

motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari dalam dan luar diri siswa

yang dapat menjamin keberlangsungan aktivitas belajar sehingga terjadi

perubahan dalam dirinya baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap,

dan tingkah lakunya, serta tercapainya tujuan yang diinginkan.

2.1.2 Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno (2013) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Hasrat dan keinginan untuk berhasil

dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut

motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas

dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motif

semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu

yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan.

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Penyelesaian suatu tugas

tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan

untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu


10

pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru

karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan

akan kegagalan itu.

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Harapan didasari pada

keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang

gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan

kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka

menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan

pangkat.

4. Adanya penghargaan dalam belajar. Pernyataan verbal atau penghargaan

dalam bentuk lainnya terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar peserta

didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk

meningkatkan motivasi belajar peserta didik kepada hasil belajar yang

lebih baik.

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Baik simulasi maupun

permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi peserta

didik. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi

bermakna.

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif. Pada umumnya motif dasar

yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk

oleh lingkungan.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peran yang sangat strategis dalam aktivitas balajar

seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
11

motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal,

maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar harus diterangkan dalam aktivitas

belajar mengajar. Berikut ada beberapa prinsip motivasi belajar, yaitu:

1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar,

seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya.

Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk

belajar.

2. Motivasi instrinsik lebih utama dari pada motivasi esktrinsik dalam

belajar, efek yang timbul dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah

menyebabkan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar

dirinya, dan menyebabkan anak kurang percaya diri.

3. Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada motivasi berupa hukuman,

motivasi pujian diberikan ketika peserta didik memperoleh sesuatu yang

baik, dan motivasi hukuman diberikan kepada anak didik untuk

memberhentikan perilaku negatif anak didik.

4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar kebutuhan

yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginannya untuk

menguasai sejumlah ilmu pengetahan. Oleh karena itulah anak didik

belajar. Anak didik giat belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi

memuaskan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu.

5. Motivasi dapat menumpuk optimisme dalam belajar anak didik yang

mempunyai motivasi dalam belajar selain yakin dapat menyelesaikan

setiap pekerjaan yang di lakukan dia yakin bahwa belajar bukanlah

kegiatan yang sia-sia.


12

6. Motivasi melahirkan prestasi belajar, dari berbagai macam hasil penelitian

selalu menyimpulkan bahwa motivasi memengaruhi prestasi belajar.

Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya

prestasi belajar seseorang anak didik.

2.1.4 Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Hamzah B Uno (2013) Motivasi belajar dapat membantu dalam

memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang

sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi belajar antara lain:

1. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.

2. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

3. Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar.

4. Menentukan ketekunan belajar.

Motivasi belajar menjadikan siswa lebih memahami tujuan dari pembelajaran.

Hal yang mendukung dan menghambat serta mengatasi hambatan tersebut.

Ketekunan belajar siswa ditentukan oleh motivasi belajar, dapat dikatakan

demikian karena motivasi belajar memberikan dorongan dan energi lebih pada

siswa untuk menjaga keberlangsungan proses belajar sehingga mencapai tujuan

yang ditentukan.

Sardiman (2016) Motivasi mempunyai peran yang strategis dalam aktivitas

belajar seseorang. Berikut ini fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


13

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai

pendorong usaha dan mencapai prestasi. Berdasarkan beberapa penjelasan

mengenai fungsi motivasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

motivasi belajar adalah mampu mendorong timbulnya perilaku sehingga

meningkatkan ketekunan dalam belajar, mengarahkan perbuatan untuk lebih

fokus pada tujuan belajar, dan sebagai penggerak untuk menambah semangat

dan gairah dalam belajar.

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Siregar (2014) terdapat enam faktor yang terbagi menjadi factor

internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi Motivasi Belajar dalam proses

pembelajaran yaitu:

1. Internal

a. Cita-cita dan Aspirasi. Cita-cita dan aspirasi adalah faktor yang

dapat memberikan semangat serta memberikan tujuan yang jelas

dalam belajar. Aspirasi merupakan harapan seseorang akan suatu

keberhasilan atau prestasi tertentu.


14

b. Kemampuan peserta didik. Kemampuan peserta didik merupakan

segala potensi intelektual (kemampuan problem solving), kognitif,

motorik, verbal dan sikap.

c. Kondisi peserta didik. Kesehatan jasmani dan rohani akan

mendorong pemusatan perhatian dan gairah dalam berlajar.

d. Efikasi diri

2. Eksternal

a. Kondisi lingkungan sosial yang memadai antara lain: lingkungan

sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial

alamiah, lingkungan sosial keluarga, faktor instrumental

b. Upaya pengajar dalam mengajarkan peserta didik

c. Pengajar adalah salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam

memotivasi seseorang untuk belajar, diantaranya dengan kualitas

dosen, materi perkuliahan, serta metode perkuliahan.

d. Dukungan Sosial Orangtua

2.2 Efikasi Diri

2.2.1 Pengertian Efikasi Diri

Bandura (Suseno 2012) efikasi diri adalah keyakinan individu atas

kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu hal. Individu yang yakin atas kemampuan

dirinya mampu menyusun strategi dan segala tindakannya akan mengarah

kepada pencapaian tujuan. Elvina Rizky (2014) Efikasi diri merupakan


15

keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki. Efikasi adalah

penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau

salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.

Menurut Ghufron & Risnawita (2014) efikasi diri merupakan salah satu aspek

pengetahun tentang diri atau self knowledge yang berpengaruh dalam kehidupan

sehari– hari. Hasil proses kognitif berupa keyakinan, keputusan tentang sejauh

mana seseorang memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas

atau melakukan tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah

keyakinan individu terhadap kemampuan diri dalam mencapai keberhasilan

suatu tugas. Individu memiliki keefektifan yaitu individu mampu menilai dirinya

memiliki kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Efikasi diri

selalu berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, motivasi dan

keteguhan individu.

2.2.2 Aspek Efikasi Diri

Bandura (dalam Ghufron & Rini, 2010) mengemukakan tiap individu itu

berbeda satu sama lain berdasarkan 3 dimensi dari efikasi diri, yaitu magnitude,

generality, dan strength.

1. Tingkat Level (Magnitude) merupakan suatu perbedaan efikasi diri dari

masing-masing individu dalam menghadapi suatu tugas dikarenakan

perbedaan tuntutan serta tujuan yang dihadapi, jika halangan dalam

mencapai tuntutan tersebut sedikit atau kurang maka aktivitas mudah

dilakukan. Tuntutan suatu tugas mempresentasikan bermacam-macam

tingkat kesulitan atau kesukaran dalam mencapai performasi optimal. Jika


16

halangan untuk mencapai tuntutan itu sedikit, maka aktiviitas lebih mudah

untuk dilakukan, sehingga kemudian individu akan mempunyai self

efficacy yang tinggi

2. Tingkat keadaaan umum (generality), individu akan menilai diri merasa

yakin melalui bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi

tertentu dimana keyakinan individu berperan didalamnya. Keadaan umum

bervariasi dalam jumlah dari dimensi yang berbeda-beda, diantaranya

tingkat kesamaan aktivitas, perasaan dimana kemampuan ditunjukkan

(tingkah laku, kognitif, afektif), ciri kualitatif situasi, dan karakteristik

individu menuju kepada siapa perilaku itu ditujukan.

3. Tingkat kekuatan (strength) merupakan pengalaman yang memiliki

pengaruh terhadap self-efficacy, sesuai keyakinan seseorang, pengalaman

yang lemah atau kurang akan melemahkan keyakinannya pula, sedangkan

keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimiliki, individu akan

teguh dalam berusaha. Pengalaman akan memberikan kekuatan yang

berdampak baik pada seseorang jika pengalaman tersebut kuat yang

mendukung kemampuan individu dalam menyampaikan kesulitan yang

dihadapinya.

2.2.3 Indikator Efikasi Diri

Brown dkk (dalam Nuruddin, 2015) mengacu pada aspek efikasi diri yaitu

Magnitude, Generality, dan Strength. Berdasarkan dimensi tersebut terdapat

beberapa indicator dari efikasi diri antara lain:

1. Yakin dapat menyelesaikan tugas tertentu.


17

2. Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang diperlukan

untuk menyelesaikan tugas

3. Yakin bahwa diri mampu berusaha dengan keras, gigih, dan tekun

4. Yakin bahwa diri mampu bertahan menghadapi hambatan dan kesulitan

5. Yakin dapat menyelesaikan permasalahan di berbagai situasi

Dari beberapa indicator di atas dapat disimpulkan bahwa dalam efikasi diri

terdapat kemampuan-kemampuan yang berasal dari keyakinan individu untuk

menyelesaikan sesuatu sesuai tujuan yang ingin dicapainya.

2.2.4 Fungsi-Fungsi Efikasi Diri

Adman (2017) Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan

memberi fungsi pada aktifitas individu. Bandura menjelaskan tentang pengaruh

dan fungsi tersebut, yaitu :

1. Fungsi kognitif, bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri

pada proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang

kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri,

semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri

dan yang memperkuat serta yang akan memperkuat suatu tujuan individu

yaitu komitmen yang baik. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan

mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen pada

dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu dengan efikasi

diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut

menyiapkan langkah-langkah antisipasi bila usahanya yang pertama gagal

dilakukan. Komponen fungsi kognitif diantaranya adalah adanya penilaian

dan perasaan subjektif, cenderung bertindak, dan regulasi emosi.


18

2. Fungsi motivasi, efikasi diri memainkan peranan penting dalam

pengaturan motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan

secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun

tindakan-tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang

masa depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan

mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Individu juga akan

mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang prospektif,

menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian dari

tindakantindakan untuk merealisasikan masa depan yang berharga. Efikasi

diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan menentukan tujuan-

tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar

ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan

kegagalan, individu yang mempunyai keraguan diri terhadap kemampuan

dirinya akan lebih cepat dalam mengurangi usaha-usaha yang dilakukan

atau menyerah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap

kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar ketika

individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan. Motivasi sangat

berperan dalam menentukan tingkah laku dan terhadap proses-proses

dimana motif-motif yang dipelajari diperoleh.

3. Fungsi afeksi, efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu

dalam mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu alami pada

situasi yang sulit dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat

motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan penting dalam

kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi. Penjelasan tersebut


19

sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa efikasi diri mengatur perilaku

untuk menghindari suatu kecemasan. Semakin kuat efikasi diri, individu

semakin berani menghadapi tindakan yang menekan dan mengancam.

Individu yang yakin pada dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada

situasi yang mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran

yang mengganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur

situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi. Individu

yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang

banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang

penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan

ancaman yang mungkin terjadi dan khawatiran terhadap hal-hal yang

sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu menekan

dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri. Afeksi

merupakan komponen emosional dari suatu sikap dimana sikap tersebut

sering kali dipelajari dari orang tua, guru, dan anggota kelompok.

4. Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang

akan diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang

individu percayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam

dirinya, namun individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas

yang menantang dan memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi.

Perilaku yang individu buat ini akan memperkuat kemampuan, minat-

minat dan jaringan sosial yang mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya

akan mempengaruhi arah perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh

sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk


20

meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam

waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

keyakinan telah memberikan pengaruh awal.

2.2.5 Proses-Proses Efikasi Diri

zulkaida (2007) Self efficacy dapat menimbulkan pengaruh melalui beberapa

proses, yaitu :

1. Proses kognitif (cognitive proceses), bahwa efikasi diri individu akan

berpengaruh terhadap pola berfikir yang dapat bersifat membantu atau

menghancurkan.

2. Proses motivasional (motivasional proceses), yang mengatakan bahwa

individu yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan

usahanya untuk mengatasi tantangan.

3. Proses afeksi (Affective proceses), yaitu self efficacy mempengaruhi

beberapa banyak tekanan yang dialami dalam situasi-situasi yang

mengancam. Orang yang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi-

situasi yang mengancam akan merasa tidak cemas dan merasa tidak

terganggu oleh ancaman tersebut. Sebaliknya individu yang tidak yakin

akan kemampuannya dalam mengatasi situasi yang mengancam akan

mengalami kecemasan yang tinggi.

4. Proses seleksi (Selection proceses), self efficacy memegang peranan

penting dalam penentuan pemilihan lingkungan karena individu

merupakan bagian dalam pembentukan lingkungan.


21

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa self efficacy berakibat

pada tindakan manusia melalui proses kognitif, proses motivasi, proses

afeksi, dan proses seleksi.

2.3 Dukungan Sosial Orangtua

2.3.1 Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial diartikan sebagai sumber emosional, informasional atau

pendampingan yang diberikan oleh orang - orang disekitar individu untuk

menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam

kehidupan (Tumenggung, 2016). Dukungan sosial juga didefinisikan sebagai

derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan

oleh orang–orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang

tersebut, dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri

atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok.

Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal,

bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima

(M.Thahir, 2016). Lebih lanjut dukungan sosial menurut House & Khan adalah

tindakan yang bersifat membantu yang melibatkan emosi, pemberian informasi,

bantuan istrumen, dan penilaian positif pada individu dalam menghadapi

permasalahannya (Poegoeh & Hamidah, 2016).

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Dukungan Sosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut

(Pamungkas, 2016):

1. Kebutuhan Fisik

23
22

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan

fisik meliputi sandang dan pangan. Apabila seseorang tidak tercukupi

kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan

sosial.

2. Kebutuhan Sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh

masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat.

Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin

mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu

pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.

3. Kebutuhan Psikis

Kebutuhan psikis di dalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman,

perasaan religius, yang tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.

Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan

maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan

sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai,

diperhatikan dan dicintai.

2.3.3 Bentuk Dukungan Sosial

Bentuk dukungan sosial yaitu (Malwa, 2018):

1) Appraisal Support

Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan

pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.

2) Tangiable Support

Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam
23

menyelesaikan tugas

3) Self Esteem Support

Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten

atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari

sebuah kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang

berkaitan dengan self-esteem seseorang.

4) Belonging Support

Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan

rasa kebersamaan.

2.3.4 Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial adalah orang tua, saudara kandung, anak-

anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat rekan kerja, dan juga tetangga

(Harijanto, 2017). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wentzel bahwa

sumber-sumber dukungan sosial adalah oarang- orang yang memiliki hubungan

yang berarti bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan

sekerja, saudara, dan tetangga, teman- teman dan guru disekolah (Lastary &

Rahayu, 2018).

Dukungan sosial dapat diaplikasikan ke dalam lingkungan keluarga, yaitu

orang tua (Kusrini & Prihartanti, 2017). Jadi dukungan sosial orang tua adalah

dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik secara emosional,

penghargaan, informasi atau pun kelompok. Dukungan orang tua berhubungan

dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri,

percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat

dibagi menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang
24

bersifat negatif (Wijaya, 2017).

2.4 Hubungan Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Orangtua Dengan Motivasi

Belajar

Damyati & Mudjiono (2006) menjelaskan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah, salah satunya yaitu efikasi diri. Efikasi

diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk

mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetensinya.

Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan

perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalisasi

kesulitan yang mungkin terjadi. Pervin & John (dalam Bandura, 1997)

seseorang yang mempunyai self- efficacy yang tinggi akan lebih memiliki

motivasi belajar yang tinggi, semakin tinggi self-efficacy seseorang maka

motivasi belajarnya akan semakin tinggi pula. Hal ini dicerminkan dengan

besarnya usaha yang dilakukan serta ketekunannya dalam mengatasi rintangan-

rintangan yang ada. Ia akan terus mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak

mudah menyerah dan bertahan apabila menemui kesulitan-kesulitan. Orang-

orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan berusaha lebih keras di

dalam mengatasi rintangan-rintangan yang ada. Menurut Bandura (1997)

terdapat tiga aspek efikasi diri yaitu: Mangnitude adalah aspek yang berkaitan

dengan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan, Strength adalah aspek yang

berkaitan dengan tingkat kekuatan seseorang terhadap keyakinan atau

pengharapan individu mengenai kemampuannya, dan Generality adalah yaitu

aspek yang berhubungan dengan luas bidang tugas atau tingkah laku yang
25

mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Faktor Efikasi diri menurut

Bandura (dalam Alwinson,2009) yaitu Pengalaman performasi, pengalaman

vikarius, persusi social dan keadaan emosi.

Dukungan orang tua merupakan faktor yang bersifat social, hal ini baik

secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Dukungan orangtua sebagai komponen penting dengan segenap perhatiannya

yang diberikan kepada anak dalam rangka proses belajarnya, dapat

mempengaruhi motivasi anak itu sendiri (Ahyani & Asmarani,2012).

Orang tua merupakan tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan

pribadi maupun keberhasilan anak. Dukungan orang tua adalah peran orang tua

siswa dalam memberikan kemudahan dalam belajar anaknya, baik dalam

bentuk dukungan moril maupun materil (Syarafuddin, 2012). Dukungan orang

tua yang positif berkaitan dengan hubungan yang erat antara orang tua dan

anak, rasa harga diri yang tinggi keberhasilan akademis dan perkembangan

moral yang maju (Gunarsa, 2004). Sesuai pendapat Syah (2004) faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar berasal dari faktor sosial salah satunya

yaitu faktor keluarga, terutama orang tua. Dengan menunjukkan adanya

keterlibatan langsung dalam belajar anak, mereka melihat dukungan orang tua

merupakan hal-hal yang utama didalam mengarahkan tujuan. Sedangkan

menurut Syarafuddin (2012) dukungan orang tua berkaitan dengan motivasi

belajar karena orang tua merupakan tokoh yang sangat berperan dalam

perkembangan pribadi maupun keberhasilan anak. Dukungan orang tua adalah

peran orang tua siswa dalam memberikan kemudahan dalam belajar anaknya,

baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Aspek-aspek dukungan


26

orang tua yang dikemukakan oleh Sarafino (1996) dan Friedman (1998) yang

meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi,

dukungan instrumental, dan dukungan penilaian.

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Motivasi
Belajar

Faktor
Intrinsik
(Siregar Faktor Ekstrinsik
2014)

Kondisi Fisik dan


Efikasi diri Kemampuan Fsikis Lingkungan
Cita-Cita dan Sosial
Aspirasi

Magnitudo Generality Strength

Dukungan
Sosial
Orangtua

= Tidak di teliti

= Diteliti

Sumber : Fikriyah 2020, Hubungan Efikasi diri dan Kecemasan Dengan

Motivasi Belajar Pada Mahasiswa

Ahyani, N. L. & Asmarani, M. S. (2012). Kecemasan Akan Kegagalan,

Dukungan Orangtua, Dan Motivasi Belajar Pada Siswa Di Pesentren. Proyeksi.

7 (1): 87- 98.


27

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen


Efikasi Diri dan dukungan Motivasi Belajar
social orang tua
28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengukuran variabel dan

mencari hubungan antar variabel, dengan jenis penelitiannya menggunakan

metode kuantitatif dengan metode analitik. Dengan maksud apakah ada

hubungan antara efikasi diri dan dukungan sosial orangtua dengan motivasi

belajar pada mahasiswa kedokteran Universitas Malahayati angkatan tahun

2018. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang di kumpul secara

bersamaan dengan variabel dependen dan variabel independen.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di laksanakan di kampus universitas malahayati dan

akan di laksanakan pada bulan 2020 hingga selesai.

3.3 Rancangan Penelitian

Rencana penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.

Pendekatan ini mempelajari distribusi maupun hubungan secara serentak pada

individu-individu dan mengukur beberapa variable dalam satu waktu sekaligus.

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa kedokteran universitas malahayati angkatan tahun 2018.

29
30

3.4.2 Sampel

Pada penelitian ini, penentuan sample menggunakan Accidental

sampling. teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan beretmu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagi data. Untuk menghitung besar sample dapat digunakan

formula sebagai berikut:

n=

n=

n = 124

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Bersar sampel

e : Tingkat kesalahan pengambilan sampel

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan dari semua variabel

independen dan variabel dependen dengan istilah yang akan di gunakan peneliti

secara oprasional sehingga akhirnya mempermudah untuk setiap pembaca dalam

mnegartikan makna penelitian


31

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Efikasi Diri Efikasi Diri adalah Kuisioner 0 = Tinggi (jika Ordinal
Kepercayaan total skor >45)
seseorang atas 1 = Sedang (jika
kemampuannya total skor 27≤ X≤
dalam menguasai 45)
situasi dan 2 = Rendah (jika
menghasilkan total skor <27)
sesuatu yang
menguntungkan
2. Dukungan Merupakan bentuk Kuisioner 0 = Tinggi (jika Ordinal
Sosial Orangtua bantuan fisik dan total skor >102)
psikologis yang 1 = sedang (jika
diberikan oleh total skor 68≤X≤
anggota 102)
keluarga kepada 2 = Rendah (jika
responden total skor <68)
Motivasi Belajar Adalah keseluruhan Kuisioner 0 = Tinggi (jika ordinal
daya penggerak di total skor >102)
dalam siswa yang 1 = sedang (jika
menimbulkan total skor
kegiatan belajar, 68≤X≤ 102)
menjamin 2 = Rendah (jika
kelngsungkan total skor <68)
kegitatan belajar itu
demi mencapai satu
tujuan

3.6 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah dimana variabel yang mengandung pengertian

ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang

berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain.

3.6.1 Variabel Independen


32

Variabel independen dalam penelitian ini adalah efikasi diri dan dukungan

sosial orangtua.

3.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Jenis data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang di bagikan

kepada mahasiwa kedokteran universitas Malahayati angkatan tahun 2018.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang di kumpulkan pada penelitian ini adalah data primer.

3.7.3 Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pengumpulsan kuesioner

yang di bagikan ke seluruh mahasiswa kedokteran Universitas Malahayati

angkatan tahun 2018.

3.8 Instrumen Penelitian

3.8.1 Kuesioner Motivasi Belajar

Kuesioner motivasi belajar yaitu kuesioner untuk mengukur tingkat

motivasi belajar. Peneliti menggunakan kuesioner yang pernah digunakan

Wulandari (2016) dengan judul “Hubungan Antara Goal Setting (Penetapan

Tujuan) dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri Kaliangkrik”.

Kuesioner ini mempunyai 35 item pernyataan yang telah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas, dengan skor reliabilitas yang dihitung menggunakan Alpha

Cronbach sebesar 0,801. Oleh karena itu reliabilitas skala itu baik karena
33

nilainya hampir mendekati 1 dan terdiri dari 35 item yang valid. Dalam

kuesioner ini, cara penilaian yang digunakan yaitu dengan menggunakan

jawaban alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun untuk skor masing-masing pernyataan

menggunakan skala penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penilaian Item Motivasi Belajar

Penilaian Pernyataan

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tabel 3.3 Kategori Motivasi Belajar

No Kategori Keterangan

.
1 X > 102 Tinggi

2 68 ≤ X ≤ 102 Sedang

3 X < 68 Rendah

3.8.2 Kuesioner Efikasi Diri

Kuesioner Efikasi diri yaitu kuesioner untuk mengukur tingkat Efikasi

diri. Peneliti menggunakan kuesioner yang pernah digunakan Fikriyani (2020)

dengan judul “Hubungan Efikasi Diri Dan Kecemasan Dengan Motivasi Belajar

Pada Mahasiswa”. Kuesioner ini mempunyai 18 item pernyataan yang telah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dengan skor reliabilitas yang dihitung

menggunakan Alpha Cronbach sebesar 0,836. Oleh karena itu reliabilitas skala

itu baik karena nilainya hampir mendekati 1 dan terdiri dari 18 item yang valid.
34

Dalam skuesioner ini, cara penilaian yang digunakan yaitu dengan menggunakan

jawaban alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun untuk skor masing-masing pernyataan

menggunakan skala penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.4 Penilaian Item Efikasi Diri

Penilaian Favourable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tabel 3.5 Kategori Efikasi Diri

No. Kategori Keterangan

1 X > 45 Tinggi

2 27 ≤ X ≤ 45 Sedang

3 X < 27 Rendah

3.8.3 Kuesioner Dukungan Sosial Orang Tua

Kuesioner dukungan sosial orang tua merupakan kuesioner untuk


35

mengukur tingkat dukungan sosial orang tua. Peneliti menggunakan kuesioner

yang pernah digunakan Linasta (2017) dalam penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

SiswaSMA”. Kuesioner ini mempunyai 35 item pernyataan yang telah dilakukan

uji validitas dan reliabilitas, dengan skor reliabilitas yang dihitung menggunakan

Alpha Cronbach sebesar > 0,600. Oleh karena itu reliabilitas skala itu baik

karena nilainya hampir mendekati 1 dan terdiri dari 35 item yang valid.

Dalam kuesioner ini, cara penilaian yang digunakan yaitu dengan

menggunakan jawaban alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun untuk skor masing-masing

pernyataan menggunakan skala penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penilaian Item Dukungan Sosial Orang Tua

Penilaian Pernyataan
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tabel 3.3 Kategori Dukungan Sosial Orang Tua

No. Kategori Keterangan

1 X > 102 Tinggi

2 68 ≤ X ≤ 102 Sedang

3 X < 68 Rendah
36

3.9 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penilitian ini diperoleh melalui kuesioner yang di

bagikan pada seluruh mahasiswa kedokteran universitas malahayati angkatan

tahun 2018.

3.10 Pengolahan Data

3.10.1 Editing

Setelah kuesioner terkumpul, maka di pilih antara kuesioner yang drop

out atau tidak. Kuesioner yang drop out adalah kuesioner yang tidak langkap,

tidak jelas, jawaban yang diberikan tidak relevan, dan tidak konsisten.

3.10.2 Coding

Untuk mempermudah memasukan data pada saat perhitungan, maka

dilakukan cording yaitu dengan mengganti data mentah (yang ada dalam

kuesioner) yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan yang

mudah dibaca.

3.10.3 Processing

Data yang sudah dilewati pengkodean kemudian di proses agar data bisa

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukan data dari

kuesioner ke dalam software SPSS

3.10.4 Entry data

Data yang diperoleh melalui tiga tahap sebelumnya kemudian di

masukan ke Software SPP


37

3.10.5 Cleaning

Melakukan pengecekan kembali bahwa seluruh data yang telah

dimasukkan kedalam Software SPSS memiliki kesalahan atau tidak, yaitu

dengan mendeteksi data untuk mengetahui variasi data dan mendeteksi adanya

data yang tidak konsisten dengan menghubungkan dua variabel.

3.11 Teknik Analisis Data

3.11.1 Analisis Univariat

Analisis dalam penilitian ini yaitu analisis univariat yang digunakan

untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi atau besarnya

proporsi menurut bagian karakteristik, variabel yang diteliti baik untuk variabel

independen maupun variabel yang dependen

3.11.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan dua

variabel, baik berupa komperatif, asosiasi, maupun koralatif. Penelitian ini

menggukanan uji Pearson Product Momen. Uji Pearson Product Momen adalah

salah satu dari beberapa jenis uji kolerasi yang di gunakan untuk mengetahui

derajat keeratan hubungan dua variabel yang bersekala interval atau rasio,

dimana dengan uji ini akan mengembalikan nilainya berkisar -1, 0 dan 1. Nilai

-1 terdapat korelasi negatif yang sempurna, 0 artinya tidak ada kolerasi dan nilai

1 berarti ada kolerasi positif yang sempurna.

Rentang dari koefisiensi kolerasi yang berkisaran antara -1, 0 dan 1

tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila semakin mendekati nilai 1 atau -1

maka hubungan makin erat, sedangkan jika semakin mendekati 0 maka


38

hubungan semakin lemah. Jika p-value perhitungan ≤α (0,05) maka H0 ditolak,

sehingga kesimpilan kedua variabel tersebut berhubungan dengan sebaliknya

jika p-value ≥α (0,05) maka H0 diterima, sehingga kesimpulan kedua variabel

tersebut tidak berhubungan.


39

3.12 Alur Penelitian

Gambar 3.6 Alur Penelitian

Menentukan populasi penelitian

Menentukan jumlah sampel

Menentukan sampel berdasarkan kriteria


inklusi dan mengeluarkan sampel dari
penelitian jika terdapat kriteria eklusi

Melakukan penelitian dnegan


cara mengisi lembar kuesioner

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai