Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19

2.1.1 Pengertian COVID-19

Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60- 140 nm

(Meng dkk., 2020; Zhu dkk., 2020). Xu dkk. (2020) melakukan penelitian

untuk mengetahui agen penyebab terjadinya wabah di Wuhan dengan

memanfaatkan rangkaian genom 2019- nCoV, yang berhasil diisolasi dari

pasien yang terinfeksi di Wuhan. Rangkaian genom 2019-nCoV kemudian

dibandingkan dengan SARSCoV dan MERS-CoV. Hasilnya, beberapa

rangkaian genom 2019- nCoV yang diteliti nyaris identik satu sama lain dan

2019-nCoV berbagi rangkaian genom yang lebih homolog dengan SARS-CoV

dibanding dengan MERSCoV. Penelitian lebih lanjut oleh Xu dkk. (2020)

dilakukan untuk mengetahui asal dari 2019-nCoV dan hubungan genetiknya

dengan virus Corona lain dengan menggunakan analisis filogenetik. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa 2019- nCoV termasuk dalamgenus

betacoronavirus (Xu dkk., 2020).

2.2Epidemiologi

Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat

24.854.140 kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan 838.924

kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi

terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan

1
11

4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah

Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan

1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus (World

Health Organization, 2020).

Kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah.

Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020

tercatat 172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%).

DKI Jakarta memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak, yaitu 39.037

kasus. Daerah dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa Tenggara Timur

dengan 177 kasus dan di Provinsi Lampung dari Maret hingga 09 November

2020 terdapat 2165 kasus terkonfirmasi, 97 kasus meninggal, 1249 kasus

sembuh (Kemenkes RI, 2020). Seiring dengan terus meningkatnya kasus

terkonfirmasi COVID-19, penelitian mengenai Covid19 masih berlanjut hingga

saat ini ( Kemenkes, 2020).

2.2.1 Patofisiologi COVID-19

Berdasarkan penelitian Xu dkk., (2020) dan Zhu dkk., (2020),

ditemukan bahwa agen penyebab COVID-19 berasal dari genus

betacoronavirus, yang merupakan genus yang sama dengan agen penyebab

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory

Syndrome (MERS). Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa

nasal dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius

dan selanjutnya menuju organ target(Gennaro dkk., 2020).

2.3 Vaksin COVID-19

2.3.1 Vaksin
12

Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau

bagiannya atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa

sehingga aman, yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan

kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu ( Kemenkes, 2020 ).

2.3.2 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ada di Indonesia

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/ 12758/2020 TENTANG Penetapan Jenis Vaksin Untuk

Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Vaksin COVID-19 (Kemenkes, 2021)

Platform Jumla Jadwal Cara


h Pemberia Pemberia
Pengembang dosis n (Hari n
Vaksin ke-)
Inactivate Sinovac Research 2 (0,5 ml 14 Intramuskular
d Virus andDevelopment per
Co., Ltd dosis)
Sinopharm +
Inactivate Beijing 21 Intramuskular
d Virus 2 (0,5 ml
Instituteof per
Biological dosis
Products )
Viral
AstraZenecca 1-2 (0,5 bila 2 Intramuskular
vector
+ University ml dosis:
(Non-
of Oxford per 28
replicatin
g) dosi
s)
Protei 2 (0,5 21 Intramuskular
Novavax
n ml
subuni per
t dosis
)
Moderna +
RNA based National 2 (0,5 28 Intramuskular
Institute ml
Vaccine of Allergy and per
dosis
infectious
)
Disease
RNA based Vaccine
13

(NIAID)

Pfizer Inc.
+ 2 (0,5 ml 28
BioNTech per dosis)
Intramus
kular
12

Pada pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang

Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan

Pandemi COVID-19 yang menyatakan bahwa pengadaan vaksin dilaksanakan

melalui penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penunjukan

langsung badan usaha penyedia, dan/atau kerja sama dengan lembaga/badan

internasional. Penugasan kepada BUMN dalam hal ini ditunjuklah PT Bio Farma

(Persero) yang mendapatkan tugas dari Menteri Kesehatan untuk melaksanakan

kerja sama dengan badan usaha dan/atau lembaga baik dalam negeri maupun

luar negeri dalam melaksanakan vaksin COVID-19, serta menetapkan

ketentuan kerja sama pelaksanaan pengadaan vaksin COVID-19. Hal ini

diperkuat melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk

Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease (COVID-19) yang mana terdapat

enam jenis vaksin, yaitu vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero),

AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm),

Moderna, Pfizer Inc. BioNtech, dan Sinovac Biotech Ltd (Mufidah, 2021 ).

2.3.3 Cara Pemberian Vaksinasi COVID-19

Cara pemberian harus sesuai dengan yang direkomendasikan untuk setiap

jenis vaksin COVID-19. Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan

intramuskular di bagian lengan kiri atas dengan menggunakan alat suntik sekali

pakai (Auto Disable Syringes/ADS). sebagaimana terlihat pada gambar di

bawah ini.
13

Gambar 2.1 Cara Penyuntikan Intramuscular (Kemenkes, 2021)

Untuk vaksin yang diproduksi oleh Pfizer, dibutuhkan upaya pencairan

dan pengenceran terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah pencairan vaksin:

a. Biarkan vial mencair di lemari es pada suhu 2-8ºC. Satu kartonbisa

menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk mencair (vial yang sudah dicairkan

dapat disimpan di lemari es hingga lima hari) atau diamkan vial pada suhu

kamar (hingga 25ºC) selama 30 menit.

b. Vaksin harus mencapai suhu kamar sebelum pelarutan dilakukan dan

harus segera dilarutkan dalam waktu 2 jam.

c. Sebelum pelarutan, bolak-balikkan botol vaksin dengan hati-hati

sebanyak 10 kali (jangan dikocok), lalu periksa cairan di dalam vial. Cairan

tersebut berupa suspensi putih atau putih pudar dan mungkin mengandung

partikel amorf putih atau putih pudar. Jangan gunakan jika cairan berubah

warna atau jika partikel lain terlihat.

2. Langkah pengenceran:

a. Gunakan Natrium Klorida 0,9% USP steril untuk melakukan


14

pengenceran.

b. Dengan menggunakan teknik aseptik, tarik 1,8 ml pengencer kedalam

spuit pengencer (jarum ukuran 21 atau lebih sempit).

c. Bersihkan tutup vial vaksin dengan usap antiseptik sekali pakai.

d. Tambahkan 1,8 ml Natrium Klorida 0,9%, USP ke dalam vial vaksin.

e. Setarakan tekanan vial sebelum mengeluarkan jarum dari vial dengan

menarik 1,8 ml udara ke dalam spuit pengencer yang kosong.

f. Bolak-balikkan botol vaksin dengan hati-hati sebanyak 10 kali (jangan

dikocok), lalu periksa cairan di dalam vial. Cairan tersebut berupa suspensi

putih atau putih pudar dan mungkin mengandung partikel amorf putih atau

putih pudar. Jangan gunakan jika cairan berubah warna atau jika partikel lain

terlihat.

g. Catat tanggal dan jam pengenceran.

3. Langkah-langkah dan prosedur penyuntikan vaksin COVID-19:

a. Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial

vaksin dan memastikan ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan

vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.

b. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit

dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan

mendorong torak sampai pada skala 0.5 ml atau sesuai dosis yang

direkomendasikan, kemudian cabut jarum dari vial.

c. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab,

tunggu hingga kering.

d. Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih


15

dahulu

e. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian usap lokasi

suntikan dengan alcohol swab baru. Jika terjadi perdarahan, tetap tekan

alcohol swab pada lokasi suntikan hingga darah berhenti.

f. Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup

kembali jarum (no recapping).

g. Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran

diminta untuk tetap tinggal di tempat pelayanan vaksinasi selama 30 menit

sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap berada di tempat pelayanan minimal

30 menit setelah sasaran terakhir divaksinasi.(Kemenkes, 2021).

2.4 COVID-19

2.4.1 Pengertian COVID-19

Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60- 140 nm

(Meng dkk., 2020; Zhu dkk., 2020). Xu dkk. (2020) melakukan penelitian

untuk mengetahui agen penyebab terjadinya wabah di Wuhan dengan

memanfaatkan rangkaian genom 2019- nCoV, yang berhasil diisolasi dari

pasien yang terinfeksi di Wuhan. Rangkaian genom 2019-nCoV kemudian

dibandingkan dengan SARSCoV dan MERS-CoV. Hasilnya, beberapa

rangkaian genom 2019- nCoV yang diteliti nyaris identik satu sama lain dan

2019-nCoV berbagi rangkaian genom yang lebih homolog dengan SARS-CoV

dibanding dengan MERSCoV. Penelitian lebih lanjut oleh Xu dkk. (2020)

dilakukan untuk mengetahui asal dari 2019-nCoV dan hubungan genetiknya

dengan virus Corona lain dengan menggunakan analisis filogenetik. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa 2019- nCoV termasuk dalamgenus


16

betacoronavirus (Xu dkk., 2020).

2.4.2 Epidemiologi

Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020,

terdapat24.854.140 kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan

838.924 kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi

terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708

kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah Mediterania

Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513 kasus,

dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571 kasus (World Health Organization,

2020).

Kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah.

Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020

tercatat 172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%).

DKI Jakarta memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak, yaitu 39.037

kasus. Daerah dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa Tenggara Timur

dengan 177 kasus (Kemenkes RI, 2020). Seiring dengan terus meningkatnya

kasus terkonfirmasi COVID-19, penelitian mengenai Covid19 masih berlanjut

hingga saat ini ( Kemenkes, 2020).

2.4.3 Patofisiologi COVID-19

Berdasarkan penelitian Xu dkk., (2020) dan Zhu dkk., (2020),

ditemukan bahwa agen penyebab COVID-19 berasal dari genus

betacoronavirus, yang merupakan genus yang sama dengan agen penyebab

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory

Syndrome (MERS). Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa


17

nasal dan laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius

dan selanjutnya menuju organ target(Gennaro dkk., 2020).

Saat ini COVID-19 menjadi perhatian utama dunia. Cepatnya penyebaran

penyakit disertai penambahan kasus yang masih terus melonjak, termasuk di

Indonesia, serta beragamnya manifestasi klinis Covid19 berpotensipada

kolapsnya systemkesehatan (Vollono dkk, 2020).

2.4.4 Gejala Setelah Pemberian Vaksin COVID-19

Secara umum, vaksin tidak menimbulkan reaksi pada tubuh,

atauapabila terjadi, hanya menimbulkan reaksi ringan. Vaksinasi memicu

kekebalan tubuh dengan menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima

bereaksi terhadap antigen yang terkandung dalam vaksin. Reaksi lokal dan

sistemik seperti nyeri pada tempat suntikan atau demam dapat terjadi sebagai

bagian dari respon imun. Komponen vaksin lainnya (misalnya bahan

pembantu,penstabil, dan pengawet) juga dapat memicu reaksi. Vaksin yang

berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi ringan seminimal

mungkin namun tetap memicu respon imun terbaik. Frekuensi terjadinya reaksi

ringan vaksinasi ditentukan oleh jenis vaksin. Reaksi yang mungkin terjadi

setelah vaksinasi COVID-19 hampir sama dengan vaksin yang lain. Beberapa

gejala tersebut antara lain:

1. Reaksi lokal, seperti: nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, reaksi

lokal lain yang berat, misalnya selulitis.

2. Reaksi sistemik seperti: demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi

(atralgia), badan lemah, sakit kepala

3. Reaksi lain, seperti: reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis,
18

syncope (pingsan) Untuk reaksi ringan lokal seperti nyeri, bengkak dan

kemerahan pada tempat suntikan (Kemenkes, 2021 ).

2.4.5 Tahapan Pemberian Vaksin COVID-19

Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dalam 4 tahapan mempertimbangkan

ketersediaan, waktu kedatangan dan profil keamanan vaksin. Kelompok

prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia

yang berusia

≥ 18 tahun. Kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat

diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai

dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization)

atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan

Makanan. Tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan sebagai

berikut:

Tahap 1 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi

COVID- 19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga

kesehatan,pendidik,tenaga penunjangserta mahasiswa yang sedang menjalani

pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan .

Tahap 2 dengan waktu pelaksanaan Januari-April 2021 Sasaran vaksinasi

COVID- 19 tahap 2 adalah:

a. Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional

Indonesia/KepolisianNegara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas

pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di

bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik negara, dan


19

perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

b. Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).

Tahap 3 dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 Sasaran

vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan dari aspek

geospasial, sosial, dan ekonomi.

Tahap 4 dengan waktu pelaksanaan April 2021- Maret 2022 Sasaran

vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya

dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin ( Kemenkes,

2020 ).

2.4.6 Pemberian Vaksin COVID-19 Pada Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik dan Kependidikan memang termasuk menjadiprioritas

dalam vaksinasi tahap kedua, karena kalau guru bisa selesai divaksinasi, maka

kemudian mereka bisa kembali ke sekolah walaupun belum dalam tahap

mengajar namun untuk mempersiapkan sekolahnya. Hal ini sesuai dengan

Surat Edaran Bersama Menteri Kesehatan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor HK.02.01/MENKES/524/2021, Nomor 4 Tahun 2021 dan Nomor

440/2142/SJ tentang Pelaksanaan Vaksinasi bagi Kelompok Sasaran Pendidik

dan Tenaga Kependidikan dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona

Virus Disease 2019 (COVID-19) . Tenaga pendidik adalahgarda terdepan

dalam Pendidikan, maka dari itu . Tenaga Pendidik perlu disadarkan

pentingnya vaksinasi agar dapat menjalani proses pembelajaran tatap muka .

Tenaga Pendidik harus divaksin karena untuk persiapan pembelajaran tatap


20

muka. Dengan adanya Vaksin ini, seluruh tenaga pendidik dapat menjaga

kesehatan dan menjaga kekebalan tubuh dari Pandemi Covid 19. Diharapkan

dengan adanya vaksinasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

bisa sehat sehingga nantinya sekolah bisa buka kembali dalam rangka

kesinambungan proses pembelajaran di masa pandemi COVID -19 dan

percepatan pelaksanaan pembelajaran tatapmuka ( Lamirin dkk , 2021 ).


21

2.5 Kerangka Teori

Pandemi COVID19

Pencegahan pandemi 1. Sinovac


COVID 19 2. Sinopharm
3. AstraZenecca
4. Novavax
5. Moderna
Vaksin 6. Pfizer Inc

Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat

Komorbid Tidak bergejala Bergejala

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Ket :
: yang di teliti pada penelitian
22

2.6 Kerangka konsep

Vaksin COVID-19 Gelaja – gejala KIPI

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

=Variabel independen

= Variabel dependen

Anda mungkin juga menyukai