KEJANG DEMAM
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Penyakit Anak
Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatera Utara
Oleh :
Pembimbing:
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
2.3 Epidemiologi................................................................................................12
KESIMPULAN ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
STATUS PASIEN
Ruangan : Annisa
1. Identitas Pribadi
Umur : 4 tahun
1
Riwayat Kelahiran : Normal Vacum Forceps
Sectio secar
Sectio Caesaria
Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 kali
Polio : 3 kali
Hepatitis B : 4 kali
DPT : 3 kali
Campak : 1 kali
2 8
Hepatitis B √ √ √ √
BCG √
Polio √ √ √ √
DPT √ √ √
Campak √
Riwayat Perkembangan:
Duduk : 8 Bulan
2
Merangkak : 7 Bulan
Berdiri : 9 Bulan
Riwayat Nutrisi:
0-6 bulan
ASI : hanya di berikan sampai 4 bulan saja diberikan setiap menangis 2 bulan sisanya
6-9 bulan
RESPONE SCORE
EYE
Membuka mata spontan (Normal) 4
Dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta 3 4
Membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri 1
VERBAL
Bicara jelas atau tersenyum menuruti perintah 5
Menangis tapi bisa dibujuk 4
Menangis tidak bisa dibujuk 3 5
Gelisah, agitasi 2
Tidak ada respon 1
MOTORIK
Dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan 6
Dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (lokalisasi 5
nyeri)
Respons gerakan menjauhi rangsangan nyeri (menarik karena nyeri) 4 6
Fleksi ekstremitas karena nyeri 3
Ekstensi ekstremitas karena nyeri 2
Tidak ada respon berupa gerak 1
TOTAL 15 15
3
Nilai 12-14 : Gangguan Kesadaran Ringan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pernafasan : 32 x/i
Temperature : 37 °C
SpO2 : 95 %
Tekanan Darah :-
Data Antropometri
Berat Badan : 16 Kg
Tinggi Badan : 90 Cm
Lingkar Kepala : 46 Cm
Status Gizi
4
2. Pemeriksaan Fisik
Rangsangan Meningeal
o Brudzinski I dn II (-)
Kulit
c. Pucat : ditemukan
f. Lainnya :-
Kepala : Normocephali
a Wajah : Simetris
c Hidung : Simetris, Polip (-), Sekret (-), Pernapasan cuping Hidung (-)
e Telinga : DBN
Thorax :
o Jantung
5
b. Palpasi : iktus cordis teraba di ICS IV
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II (+) normal, murmur (-), Gallop (-)
o Paru
Abdomen
a. Inspeksi : Datar
c. Perkusi : Tympani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
MCH 28 26-34 pg
MCHC 33 32-36 %
Eosinophil 2 1-3 %
Basophil 0 0-1 %
N.Seg 82 53-75 %
Limfosit 8 20-45 %
Monosit 9 4-8 %
RESUME
Pasien anak perempuan usia 4 tahun dibawa orang tuanya ke rumah Sakit Haji
Medan dengan keluhan kejang dirumah sebanyak 1 kali lama kejang kurang lebih 5
menit, riwayat kejang disertai demam pada usia 1 tahun 6 bulan., demam (+), lemas (+),
pucat (+)
Pemeriksaan Fisik
HR : 100 x/i
RR : 32 x/i
T : 37°C
BB : 8.3 kg
TB : 80 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
7
Kulit : sianosis (-), icterus (-), pucat (+), edema (-)
Wajah : Simetris
Hidung : DBN
Telinga : DBN
Leher : DBN
Thorax : DBN
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
EEG
Pungsi Lumbal
DIAGNOSA BANDING
1. kejang demam
2. meningitis
DIAGNOSA
Kejang Demam
TERAPI
8
a. IVFD RL 20 gtt/I mikro
c. Paracetamol 250 mg
Follow Up
Tanggal S O A P
2/7/2021 Kejang (+) HR:98 x/i -kejang a. IVFD RL 20
Demam (+) RR:24 x/i demam gtt/I mikro
Spastik(+) T:38,9 °C b. Inj diazepam
SPO2: 99% 2mg/12 jam
c. Paracetamol
250 mg
Telah dilaporkan seorang pasien anak perempuan umur 4 tahun dengan diagnosis
Data yang diperoleh dari anamnesa yaitu kejang terus menerus 1 kali sebelum
Pasien memiliki riwayat kejang pertama kali pada umur 1 tahun 6 bulan. Pasien
9
Dari pemeriksaan fisik di ruang rawat didapatkan kesadaran compos mentis, suhu
febris, thoraks dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas normal, selama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang demam
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal
10
serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan. Kejang Demam
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
neorologis yang paling sering ditemukan pada anak , terutama pada golongan anak
Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam ( Wulandari & Erawati, 2016)
Kejang demam biasanya terjadi pada anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun,
dengan puncak insiden terjadi pada usia sekitar 18 - 24 bulan (Lowenstein, 2010).
Kepustakaan lain menyebutkan bahwa kejang demam sering terjadi pada usia
antara 6 bulan - 3 tahun, sedangkan populasi kejang demam pada usia kurang dari 6
bulan sangatlah kecil (Kusuma dan Yuana, 2010). Kejang demam terjadi pada 2 -
11
5% anak berusia 6 bulan - 5 tahun dan merupakan jenis kejang yang paling umum
terjadi pada anak-anak berusia di bawah 60 bulan. Secara umum, insiden kejang
demam menurun drastis setelah usia 4 tahun dan jarang terjadi pada anak berusia di
atas 7 tahun (Chung, 2014). Insidennya tercatat 3 - 8% pada anak di bawah 5 tahun
(Sidhu dkk., 2013). Perbandingan kejadian kejang demam pada anak laki-laki dan
perempuan adalah 2 : 1 dan terdapat angka kejadian yang lebih tinggi pada ras kulit
hitam. Walaupun demikian, pada beberapa studi besar menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (Kusuma dan Yuana, 2010).
Insiden maupun prevalensi kejang demam umumnya hampir sama dari berbagai
laporan penelitian mengenai kejang demam yang sudah ada. Di Amerika Serikat
dan Eropa Barat tercatat angka kejadian kejang demam 2 - 5% per tahunnya.
Kejang demam lebih sering mengenai populasi Asia, dimana angka kejadiannya
dapat meningkat hingga dua kali lipat (Chung, 2014). Berdasarkan lokasi geografis,
terdapat sedikit variasi prevalensi yang lebih tinggi dari umumnya, seperti di
Finlandia (6,9%), India (5 - 10%), Jepang (8,8%) dan Guam (14%) (Aliabad dkk.,
2013).
dilaporkan seperti: pada RSU Bangli dalam kurun waktu Januari - Desember 2007
terdapat 47 anak dengan kejang demam (Sunarka, 2009), RSUP dr. Kariadi
Semarang periode Januari 2008 - Maret 2009 mendapatkan 82 kasus (Fuadi dkk.,
2010), di RSAB Harapan Kita Jakarta pada tahun 2008 - 2010 sebanyak 86 pasien
kejang demam (Dewanti dkk., 2012), dan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta pada
12
Januari 2009 - Juli 2010 terdapat 160 anak dengan kejang demam (Vebriasa dkk.,
2013).
Sekitar sepertiga dari pasien kejang demam akan mengalami rekurensi dengan
<10% diantaranya dapat mengalami tiga atau lebih episode kejang. Rekurensi lebih
mudah terjadi ketika kejang demam dialami pada setahun pertama kehidupan.
Siqueira (2010) mengungkapkan bahwa 50% anak akan mengalami kejang demam
untuk kedua kalinya dalam jangka waktu 6 bulan setelah kejang demam pertama,
75% dalam waktu setahun dan 90% dalam waktu dua tahun setelah terjadi serangan
pertama.
Penyebab kejang demam Menurut Risdha (2014) yaitu: Faktor –faktor perinatal,
a. Faktor genitika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-
50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang
b. Penyakit infeksi
c. Demam
13
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu
d. Gangguan metabolisme
kurang dari 30 mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg%
e. Trauma.
kepala
f. Neoplasma,toksin.
mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia
g. Gangguan sirkulasi.
Kejang merupakan hasil dari rangsangan berulang pada korteks serebral atau
disebabkan oleh umpan balik positif atau kurangnya jalur inhibisi. Pada tingkat
14
dan pembentukan potensial aksi secara berulang (Lowenstein, 2010). Glutamat
peningkatan eksitasi dan dengan demikian bisa diduga bahwa IL-1β dapat
yang terjadi lebih cepat akan mengakibatkan asupan oksigen cepat habis
potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat. Saat
kejang demam terjadi akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung,
15
otot, dan gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang
yaitu:
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak laki-
laki
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi
7. Komplikasi
a. Kerusakan neorotransmiter
neuron.
b. Epilepsi
16
c. Kelainan anatomi di otak
kelainan diotak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan
sampai 5 tahun
a. Penatalaksanaan keperawatan
8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit akan
dilepaskan
17
b. Penatalaksanaan medis
mg, > 20 kg ; 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata dipakai 0,3 mg/kg
18
Algoritma penatalaksanaan kejang
Kejang (+)
Kejang (+)
Kejang (+)
beri
Fenitoin secara IV (intravena) Dosis : 10 - 20 mg/ kg BB
Dengan kecepatan 1 mg/kg BB/ menit
Kejang (+)
maintenence
Fenitoin secara IV (intravena)
Dosis : 10 - 20 mg/ kg BB
beri
phenobarbital secara IV (intravena) Dosis : 10 - 20 mg/ kg
BB
Dengan kecepatan 1 mg/kg BB/ menit
maintenence
phenobarbital secara IV (intravena)
Dosis : 10 - 20 mg/ kg BB
19
BAB III
KESIMPULAN
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas yang abnormal
serta adanya pelepasan listrik serebal yang sangat berlebihan Kejang Demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC)
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu Kejang demam sederhana dan
Kejang demam kompleks. Adapun perbedaan keduanya adalah kejadian kejang yang
berulang. Pada kejang demam sederhana tidak terjadi kejadian yang berulang,
sedangkan pada kejang demam kompleks terjadi kejang yang berulang pada 24 jam.
pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesa yang mengarah kepada kejang dema
adalah adanya bangkitan kejang yang diikuti dengan peningkatan suhu. Pemeriksan
fisik yang meneggakan diagnose adalah tidak ditemuakan positif pada rangsangan
diazepam rectal 10mg bila anaknya memiliki berat badan lebih dari 12kg dn 5 mg bila
bb anak kurang dari 12kg. bila masih terjadi demam maka berikan diazepam iv dengan
dosis 0,2-0,5mg/kgbb. Bila kejang masih berlanjut berikan fenitoin dengan dosis
20mg/kgbb.
20
DAFTAR PUSTAKA
Leung AK, Robson WL. Febrile seizures. J Pediatr Health Care 2007. 21:250-5.
Bahtera T. Faktor risiko kejang demam berulang sebagai prediktor bangkitan kejang
demam berulang. Kajian mutasi gen pintu voltase kanal ion natrium. Semarang:
21
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,2007.
Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizures. Dalam: Baram TZ,
Shinnar S, penyunting. Febrile Seizures. San Diego : Academic press. 2002.h.1-
25.
Ismael, S.H. Kejang demam. Dalam : kejang pada anak. Jakarta : FKUI. 1983. h.1-
15.
Gordon KE, Dooley JM, Camfield PR, Camfield CS, MacSween J. Treatment of
febrile seizures: the influence of treatment efficacy and side- effect profile on
value to parents. Pediatrics 2001.108:1080-8.
Berg AT. Recurrent Febrile Seizures. In: Baram FZ, Sinnar S.ed Febrile Seizures.
San Diego : Academic Press. 2002.p. 37-49.
Karimzadeh, P, at al, 2008. FebrileConvulsions: The Role Played ByParacinical
Evaluation.. Iran. Iran J Child Neurology Okt 2008, Hal 21-
24.http://journals.sbmu.ac.ir/ijcn/article/view/558/45.
Yuana, I, dkk, 2010. Korelasi Kadar Seng Serum dan Bangkitan Kejang Demam.
Semarang. Sari Pediatri. Oktober 2010. Vol.12, No.3, Hal 150-
156. http://eprints.undip.ac.id/29076/.
Staf Pengajar Ilmu Kedokteran Anak. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid ke 3. FKUI.
Jakarta. 1985. 1139-1140.
Annegers JF, Blakley SA, at al. Recurrence of febrile convulsions in a population
based cohort. Epilepsy Res. 1990. 209-216
Nelson KB, Ellenberg JH. Prenatal and perinatal antecedents of febrile seizures. Ann
Neurol. 1990. 127-131.
Siddiqui TS. Febrile convulsions in children: relationship of family history to type of
convulsions and age at presentation. J Ayub Med Coll Abbottabad 2002;14:26-
8.
22