Pembimbing :
Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Laporan kasus ini dengan judul “Infeksi Saluran Kemih”. Penyelesaian Laporan
kasus ini banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sangat tulus kepada dr. Syarifah
Mahlisa Soraya Sp.A selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu,
petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan kasus
ini.
Penulis menyadari baha Laporan kasus ini tentu tentu tidak lepas dari kekurangan
karena kebatasan waktu, tenaga dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan
masukan dan saran yang membangun. Semoga Laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat.
i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
LAPORAN KASUS................................................................................................1
RESUME................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
1
STATUS PASIEN
1. Identitas Pribadi
Riwayat Imunisasi :
BCG :-
Polio : 3 kali
Hepatitis B :-
DPT :-
Campak :-
Jenis Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
Imunisasi
Hepatitis B
BCG
Polio √ √ √
DPT
Campak
Riwayat Perkembangan:
Usia 3 bulan
Riwayat Nutrisi
ASI masih diberikan pada usia 3 bulan, Kurang lebih 11 kali/hari atau setiap
menangis
Glasgow Coma Scale
RESPON SCORE
EYE
Membuka mata spontan (Normal) 4
Dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta 3 4
Membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri 1
VERBAL
Bicara jelas atau tersenyum menuruti perintah 5
Menangis tapi bisa dibujuk 4
Menangis tidak bisa dibujuk 3 5
Gelisah, agitasi 2
Tidak ada respon 1
MOTORIK
Dapat menggerakkan seluruh ekstremitas sesuai dengan permintaan 6
Dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri (lokalisasi 5
nyeri)
Respons gerakan menjauhi rangsangan nyeri (menarik karena nyeri) 4 6
Fleksi ekstremitas karena nyeri 3
Ekstensi ekstremitas karena nyeri 2
4
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Temperature :36,7 °C
Tekanan Darah :-
Data Antropometri
Status Gizi
5
Kesimpulan : Normoweight
1. Pemeriksaan Fisik
Kulit
a. Sianosis :tidak ditemukan
b. Ikterus :tidak ditemukan
c. Pucat :tidak ditemukan
d. Turgor :kembali cepat
e. Edema :tidak ditemukan
f. Lainnya :-
Rambut :Hitam dan bersih
Kepala :Normal
a Wajah :Simetris
b Mata :Konjungtiva = sedikit cekung, hyperimis (-/-),
Pucat (-/-), Sekret (-/-), Pupil isokor(+/+), reflek cahaya
(+/+)
c Hidung :DBN
d Mulut :Bibir kering
e Telinga :DBN
f Leher :Tidak ada Pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak
teraba
g Thorax : Inspeksi : simetris kanan = kiri
Palpasi : Ekspansi dada simetri kanan = kiri
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
6
Urine Rutin
Warna Urin Kuning
Kejernihan Jernih
Kimia
pH 6.50
Berat Jenis 10.15
Protein Urin 2+
Leukosit esterase +2
Elektrolit
Hasil :
Ginjal : kedua ginjal ukuran normal, sistem pelvocalises melebar
Vesica Urinaria : tidak terisi penuh dinding tampak menebal
Kesan :
Hydronefrosis Bilateral
8
Cystitis
Hasil :
- Dilakukan IVP dengan memasukan kontras IV.
- Pada menit ke 5 kontras mengisi pelvicalyses kanan-kiri
- calyx calyx ginjal kanan-kiri flattening-clubbing
- pada menit ke 30 tampak vesica urinaria terisi penuh
Kesan :
Hydronefrosis Bilateral e.c ?
9
RESUME
Pasien usia 3 bulan datang dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit Haji Medan
dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 9 hari, demam bersifat naik turun.
Demam disertai muntah sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit, setiap diberikan asi
os selalu memuntahkannya. Orang tua os mengatakan memberikan paracetamol
ketika os demam. Orang tua os juga mengatakan bahwa pasien sulit buang air
kencing dengan urin bewarna putih seperti susu dan berbau, kondisi os terpasang
kateter pasca operasi uretroscope. Penurunan berat badan sebanyak 4 ons, dari 4 kg
menjadi 3,6 kg.
! Status Gizi
Kesan : Normoweight
DIAGNOSA BANDING
1.ISK + Dehidrasi ringan sedang + anemia
2.DHF + Dehidrasi ringan sedang + anemia
3.Demam Thypoid + Dehidrasi ringan sedang + anemia
DIAGNOSA
ISK + Dehidrasi ringan sedang + anemia
TERAPI
kaEn 3B 20 gtt/mikro
11
Kotrimoxazole 2x2,5 cc
Follow Up
Tanggal S O A P
13/07/2021 Susah BAK T = 35,0°C Anuria + Post IVFD RL 20 gtt/mikro
Muntah (+) HR = 126 x/i Dehidrasi Inj. Ceftriaxone 300 mg/ 24
RR = 24x/i sedang + post jam
SpO2 = 96 % retensi urine Notrimoxazole syr 2x2,5 cc
BB = 3,6 kg Cotrimoxazole 2x2,5 cc
Paracetamol drop 4x0,5 cc
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus,
dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri lain
yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia
stuartii, Morganella morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis, Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri
Proteus dan Pseudomonas sering dikaitkan dengan ISK berulang, tindakan
instrumentasi, dan infeksi nosokomial. Bakteri patogen dengan virulensi rendah
maupun jamur dapat sebagai penyebab ISK pada pasien dengan imunokompromais.
Infeksi Candida albicans relatif sering sebagai penyebab ISK pada imunokompromais
dan yang mendapat antimikroba jangka lama.
1.3 Epidemiologi
ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK tergantung
pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1%
hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3%
pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%.13
Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada
14
anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-
5%.
Faktor risiko ISK bergantung pada jenis kelamin, usia, faktor kolonisasi
periuretra, daya tahan tubuh, gangguan kemampuan mengontrol kandung kemih, dan
pola berkemih. kelainan genitalia eksterna seperti fimosis, hipospadia, epispadia pada
anak lelaki atau sinekia vagina pada anak wanita merupakan faktor risiko ISK pada
jenis kelamin tertentu. Faktor risiko lainnya adalah pemakaian bubble buth, pakaian
dalam terlalu sempit, pemakaian deodoran yang iritatif (khususnya pada anak
perempuan), konstipasi, dan preputium belum disirkumsisi.
1.5 Klasifikasi
ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan
kelainan saluran kemih.
Berdasarkan gejala
ISK Asimtomasik
Terdapatnya bakteriuria bermakna tanpa gejala
ISK Simtomatik
Terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik
ISK Non spesifik
ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik secara
gejala klinis maupun pemeriksaan penunjang
Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas
reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Gejala
klinis pada neonatus dan bayi tidak spesifik sehingga perlu ketelitian untuk menilai
hal tersebut. Demam, tidak mau minum, berat badan tidak naik (failure to thrive),
hematuria, urine bau bususk, dan icterus merupakan gejala yang dapat dijumpai pada
bayi. Icterus tanpa demam sering timbul pada anak yang berusia kurang dari 8
minggu. Pada anak yang berusia antara 2 bulan sampai 2 tahun yang mengalami
16
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan
berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare,
ikterus, dan distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam
yang tinggi dapat disertai kejang. Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat
terjadi demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan
dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala klinik umum biasanya berkurang dan
lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,
disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut, sakit pinggang,
atau pireksia lebih jarang ditemukan.
1.7 Patofisiologi
pengeluaran sitokin, kemokin, dan berbagai faktor inflamasi. Respons inflamasi akan
menyebabkan 3 hal utama, yaitu peningkatan permeabilitas vaskuler, serta
pengambilan/recruitment neutrofil untuk meredakan infeksi dan pembentukan
skar/jaringan parut
1.8 Pemeriksaan laboratorium
1.8.1 Urinalisis
Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, tetapi dapat dilihat dengan
mikrokop fase kontras. Pada urin segar tanpa dipusing (uncentrifuged urine),
terdapatnya kuman pada setiap lapangan pandangan besar (LPB) kira-kira setara
dengan hasil biakan 107 cfu/mL urin, sedangkan pada urin yang dipusing,
terdapatnya kuman pada setiap LPB pemeriksaan mikroskopis menandakan jumlah
kuman lebih dari 105 cfu/mL urin. Jika dengan mikroskop fase kontras tidak terlihat
kuman, umumnya urin steril.
1.8.2 Pemeriksaan darah
Pengambilan sampel urin untuk biakan urin dapat dilakukan dengan cara
aspirasi suprapubik, kateter urin, pancar tengah (midstream), dan menggunakan urine
collector. Cara terbaik untuk menghindari kemungkinan kontaminasi ialah dengan
aspirasi suprapubik, dan merupakan baku emas pengambilan sampel urin untuk
biakan urin. Teknik pengambilan urin pancar tengah merupakan metode non-invasif
yang bernilai tinggi, dan urin bebas terhadap kontaminasi dari uretra. Pada bayi dan
anak kecil, urin dapat diambil dengan memakai kantong penampung urin (urine bag
19
atau urine collector). Pengambilan sampel urin dengan metode urine collector,
merupakan metode yang mudah dilakukan, namun risiko kontaminasi yang tinggi
dengan positif palsu hingga 80%. Child Health Network (CHN) guideline (2002)
hanya merekomendasikan 3 teknik pengambilan sampel urin, yaitu pancar tengah,
kateterisasi urin, dan aspirasi supra pubik, sedangkan pengambilan dengan urine bag
tidak digunakan.
Interpretasi hasil biakan urin bergantung pada teknik pengambilan sampel urin,
waktu, dan keadaan klinik. Untuk teknik pengambilan sampel urin dengan cara
aspirasi supra pubik, semua literatur sepakat bahwa bakteriuria bermakna adalah jika
ditemukan kuman dengan jumlah berapa pun. Namun untuk teknik pengambilan
sampel dengan cara kateterisasi urin dan urin pancar tengah, terdapat kriteria yang
berbeda-beda.
Berdasarkan kriteria Kass, dengan kateter urin dan urin pancar tengah dipakai
jumlah kuman ≥ 105 cfu per mL urin sebagai bakteriuria bermakna, pendapat lain
menyebutkan bermakna jika jumlah kuman > 50x103 cfu/mL, dan ada yang
menggunakan kriteria bermakna dengan jumlah kuman > 104 cfu/mL. Menurut
Paschke, 2010 batasan ISK dengan jumlah kuman > 50x 103 cfu/mL untuk teknik
pengambilan urin dengan midstream/clean catch, sedangkan pada neonatus, Menurut
Lin dkk. (1999) menggunakan jumlah > 105 cfu/mL, dan Menurut Baerton dkk.,
menggunakan batasan kuman > 104 cfu/mL jika sampel urin diambil dengan urine
20
bag.
Cara dipslide adalah cara biakan urin yang dapat dilakukan setiap saat dan di
mana saja, tetapi cara ini hanya dapat menunjukkan ada tidaknya kuman, sedang
indentifikasi jenis kuman dan uji sensitivitas memerlukan biakan cara konvensional.
Terdapat banyak kondisi masa anak yang menyebabkan demam dan sulit
BAK ISK, namun tidak semua demam dan sulit BAK adalah ISK. Kesalahan
diagnosis underdiagnosis atau Overdiagnosis dapat sangat merugikan,
Underdiagnosis dapat berakibat penyakit berlanjut kearah kerusakan ginjal, dan jika
Overdiagnosis menyebabkan anak akan menjalankan pemeriksaan dan pengobatan
yang tidak perlu.
1.10 Tatalaksana
Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi
infeksi,gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis dan
pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan pemberian
antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan parut pada
pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil sampel urin
untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba. Penanganan ISK pada
anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal
lebih lanjut.
Sampai saat ini masih belum ada keseragaman dalam penanganan ISK pada
anak, dan masih terdapat beberapa hal yang masih kontroversi. Beberapa protokol
penanganan ISK telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter berupa uji
klinis dan meta-analisis, meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi protokol
penanganan ini saling melengkapi. Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas: 1.
Eradikasi infeksi akut, 2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional
pada ginjal dan saluran kemih, dan 3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.
21
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter
spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .
22
Konsensus UKK Nefrologi Anak IDAI mengenai pemberian antibiotic sebagai terapi
ISK (2011) adalah sebagai berikut:
Jika kondisi pasien tidak membaik dalam waktu 48 jam, perlu dilakukan
biakan urine ulang dan pertimbangkan melakukan pemeriksaan pencitraan segera
untuk mengetahui kelainan urologi.
Bakteri dapat dijumpai didalam urine (>105 cfu/mL) tanpa gejala klinis,
bahkan abnormalitas anatomi juga tidak dijumpai. Bacteriuria asimtomatik ini
biasanya terjadi pada anak Wanita usia sekolah, namun demikian dapat juga dijumpai
pada usia bayi. Kunci diagnostic membedakan ISK (true UTI) dengan bacteriuria
asimtomatik adalah keberadaan pyuria.
Beberapa penelitian menemukan bahwa bacteriuria asimtomatik tidak
berhubungan dengan kerusakan / parut ginjal. Jika seorang anak mengalami
bacteriuria asimtomatik dan tanpa dijumpai kelainan anatomis maka
direkomendasikan untuk tidak diberi terapi antibiotic. Terapi antibiotic pada keadaan
seperti ini dianggap dapat menyebabkan rekurensi karena antibiotic akan
menghambat kuman dengan virulensi rendah tersebut sebagai profilaksis biologi
menghadapi kuman yang pathogen.
1.12 Deteksi kelainan anatomi dan fungsional serta tatalaksana
jangka panjang. Gambaran ISK atipikal dan ISK berulang merupakan petunjuk
kelainan anatomi pada saluran kemih sehingga panduan tentang indikasi dan waktu
terbaik melakukan pencitraan juga mengetengahkan kedua hal tersebut, di samping
faktor usia bayi/anak.
Konsensus UKK Nefrologi Anak IDAI (2011) mengetengahkan algoritme
pencitraan ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu algoritme pada bayi berusia <6 bulan,
pada usia 6 bulan hingga 3 tahun, dan pada anak usia >3 tahun (Lampiran).
Rekomendasi ini disusun dengan mempertimbangkan manfaat, risiko, dan biaya yang
dikeluarkan serta berbagai guideline. Pilihan pemeriksaan pencitraan hendaknya
ditentukan oleh ketersediaan alat pencitraan pada setiap tempat atau institusi.
Pardede SO, Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis
dan Tata Laksana. Jurnal Sari Pediatri.2018;19(6):364-74
28