Anda di halaman 1dari 16

KORELASI ANTARA EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN DENGAN

PLEOMORFISME NUKLEAR PADA PASIEN KARSINOMA PAYUDARA


TIPE DUKTAL INVASIF DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram

Oleh

Arlita Aryanti Putri

H1A013008

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018
KORELASI ANTARA EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN DENGAN
PLEOMOFISME NUKLEAR PADA PASIEN KARSINOMA PAYUDARA
TIPE DUKTAL INVASIF DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Arlita Aryanti Putri, Fathul Djannah, Nurhidayati

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

e-mail : arlitaryanti19@gmail.com

Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran


Universitas Mataram

Jumlah tabel :3

Jumlah gambar :0

2
ABSTRAK

KORELASI ANTARA EKSPRESI RESEPTOR ESTROGEN DENGAN


PLEOMORFISME NUKLEAR PADA PASIEN KARSINOMA PAYUDARA
TIPE DUKTAL INVASIF DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Arlita Aryanti Putri, Fathul Djannah, Nurhidayati


Latar Belakang : Karsinoma payudara adalah karsinoma yang memperlihatkan
proliferasi sel epitel yang tidak terkontrol membatasi ductus atau lobus payudara.
Diagnosis dini pada penderita karsinoma payudara tipe duktal invasif dengan
menggunakan pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui derajat keganasan
karsinoma payudara duktal invasif, yaitu dengan menggunakan sistem Bloom dan
Richardson. Sistem tersebut berdasarkan pada formasi tubulus, derajat pleomorfis
inti dan tingkat aktivitas mitosis sel. Estrogen pada wanita juga berperan dalam
proliferasi sel-sel pada kelenjar payudara. Mutasi ER akan mengakibatkan
ekspresi sel target yang berbeda dari seharusnya dan dapat menjadi predisposisi
keganasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi reseptor estrogen,
gambaran pleomorfisme nuklear, menganalisis korelasi antara reseptor estrogen
dengan pleomorfisme nuklear pada pasien karsinoma payudara tipe duktal di
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik laboratoris dengan
desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang telah
didiagnosa Karsinoma Payudara di poliklinik bedah di Rumah Sakit di NTB.
teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Untuk menganalisis korelasi antara ekspresi reseptor estrogen dengan
pleomorfisme digunakan uji koefisien kontingensi.
Hasil : Dari 40 sampel penelitian memiliki ekspresi estrogen yang positif yaitu 21
sampel (52,5%) dan mayoritas derajat pleomorfisme pada sampel memiliki derajat
pleomorfisme ringan yaitu 20 sampel (50%). Dari uji koefisien kontingensi di
dapatkan hasil p=0,084 (p=>0,05) yang berarti tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara eskpresi reseptor estrogen dengan pleomorfisme nuclear pada
karsinoma payudara tipe ductal di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kesimpulan : Ekspresi reseptor estrogen tidak ada korelasi yang signifikan
dengan derajat pleomorfisme nuklear pada karsinoma payudara tipe duktal di
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kata Kunci : Reseptor estrogen, pleomorfisme nuklear, karsinoma payudara tipe
duktal invasif.

3
ABSTRACT

CORRELATION OF ESTROGEN RECEPTOR (ER) EXPRESSION WITH


NUCLEAR PLEOMORPHISM IN INVASIVE DUCTAL BREAST
CARCINOMA PATIENTS IN WEST NUSA TENGGARA
Arlita Aryanti Putri, Fathul Djannah, Nurhidayati

Background: Breast carcinoma is a carcinoma that exhibits uncontrolled


epithelial cell proliferation limiting the ductus or breast lobe. Early diagnosis in
patients with invasive ductal breast carcinoma using histopathologic examination
to determine the degree of malignancy of invasive ductal breast carcinoma by
using Bloom and Richardson system. The system is based on tubular formation,
degree of pleomorphs nuclei and cell mitosis activity level. Estrogen in women
also plays a role in the proliferation of cells in the breast gland. Mutation of ER
will result in expression of target cells that are different than they should be and
can predispose to malignancy. This study aims to determine the expression of ER,
description of nuclear pleomorphism, analyze the correlation between ER with
nuclear pleomorphism in invasive ductal breast carcinoma patients in West Nusa
Tenggara Province.
Methods: This study was laboratory analytical research with cross sectional
design. The population in this study were patients who had been diagnosed with
breast carcinoma at the surgical polyclinic in hospitals in West Nusa Tenggara.
The sampling technique used was purposive sampling and contingency coefficient
test was used to analyze the correlation of ER and pleomorphism.
Results: From 40 samples, 21 samples had positive estrogen expression (52.5%)
and 20 samples had mild degree of the majority degree pleomorphism (50%). The
contingency coefficient test showed no significant correlation between ER
expression with the degree of nuclear pleomorphism in invasive ductal breast
carcinoma in West Nusa Tenggara Province (p=0,084).
Conclusions: There was no significant correlation between ER expression with
the degree of nuclear pleomorphism in invasive ductal breast carcinoma in West
Nusa Tenggara Province.
Keywords: Estrogen receptor (ER), nuclear pleomorphism, invasive ductal breast
carcinoma.

4
PENDAHULUAN

Karsinoma payudara merupakan karsinoma yang paling sering didiagnosis

pada wanita di 140 dari 184 negara di seluruh dunia1. Karsinoma payudara juga

merupakan salah satu jenis karsinoma terbanyak di Indonesia. Berdasarkan

Pathological Based Registration di Indonesia, karsinoma payudara menempati

urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. Diperkirakan angka

kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 perempuan2. Berdasarkan dari Data

Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi karsinoma payudara tertinggi pada

Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 0,7% dengan 11.511 kasus dan prevalensi

karsinoma payudara yang terendah pada Provinsi Papua Barat yaitu 0,2% dengan

80 kasus, sedangkan pada provinsi Nusa Tenggara Barat prevalensinya sebesar

0,2% dengan 479 kasus2.

Karsinoma payudara adalah suatu keganasan jaringan payudara yang

berasal dari sel epitel yang membatasi duktus maupun lobulus payudara.

Karsinoma payudara dibagi menjadi karsinoma yang belum menembus membrane

basal (non-invasif) dan karsinoma yang telah menembus membrane basal

(invasif)3. Karsinoma payudara tipe invasif dibedakan menjadi dua subtipe

berdasarkan ada tidaknya reseptor estrogen (ER) pada nukleus sel4. Reseptor

estrogen dapat menjadi penanda prediktif yang paling kuat dalam pengelolaan

karsinoma payudara, baik dalam menentukan prognosis dan memprediksi respon

terhadap terapi hormon5. Untuk menentukan terapi pada karsinoma payudara tipe

duktal invasif tidak hanya diperlukan derajat histopatologi saja tetapi juga perlu

mengetahui bagaimana perjalanan penyakit tersebut6. Salah satu pathogenesis

5
kemungkinan terjadinya karsinoma payudara yaitu adanya ketidakseimbangan

hormone reseptor estrogen pada sel epitel payudara dapat menimbulkan

proliferasi dan diferensiasi sel-sel payudara. Karsinoma ditandai dengan

diferensiasi yang beragam dari sel yang berdiferensiasi dengan baik sampai yang

sama sekali tidak berdiferensiasi. Karsinoma yang terdiri atas sel tidak

berdiferensiasi dikatakan bersifat anaplastik. Tidak adanya diferensiasi dianggap

sebagai tanda utama keganasan. Sel anaplastik memperlihatkan pleomorfisme

yaitu variasi yang nyata dalam bentuk dan ukuran2. Mutasi ER akan

mengakibatkan ekspresi sel target yang berbeda dari seharusnya dan dapat

menjadi predisposisi keganasan7.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan sampel sebanyak 150 sampel

pasien karsinoma payudara ductal invasif bahwa ekspresi reseptor estrogen positif

berkorelasi secara signifikan dengan nilai histologis pleomorfisme nuklear8.

Adanya korelasi antara ekspresi ER dengan derajat pleomorfisme karsinoma

payuda ra tipe duktal invasive menunjukkan bahwa protein ER berperan dalam

karsinogenesis6. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Hajar

Mataram.

6
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan desain cross

sectional. Rekam medis hasil pemeriksaan histopatologi pasien yang terdiagnosis

karsinoma payudara tipe duktal invasif, kemudian dilakukan pencocokan dengan

blok parafin yang meliputi kode rekam medis, nama, dan umur. Dilakukan

pencatatan data derajat pleomorfisme nuklear dari rekam medis. Dilakukan

pemeriksaan imunohistokimia pada blok paraffin, penilaian ekspresi ER dan

diinterpretasikan berupa ekspresi ER-positif atau ER-negatif berdasarkan sistem

skor Allred.

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah pasien karsinoma payudara di Provinsi NTB

yang dilakukan pemeriksaan histopatologi di Rumah Sakit Islam Siti Hajar

Mataram. Sampel penelitian adalah pasien dengan karsinoma payudara yang

menunjukkan positif tipe duktal invasif berdasarkan hasil pemeriksaan

histopatologi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian.

Sampel pada penelitian ini diambil secara non probability sampling, dengan

tehnik purposive sampling.

Ekspresi Reseptor Estrogen (ER)

Variabel bebas pada penelitian ini yakni ekspresi ER. Ekspresi ER diperiksa

dengan pemeriksaan imunohistokimia, dan diinterpretasikan dengan sistem

skoring Allred, yang menggabungkan intensitas dan proporsi sel yang tercat

7
positif, dengan total skor 0-8, dimana skor 0-2 adalah negatif dan 3-8 adalah

positif9.

Pleomorfisme Nuklear

Variabel terikat pada penelitian ini yakni pleomorfisme nuklear.

Pleomorfisme inti sel dinilai dari regularitas ukuran inti dan bentuk sel epitel,

dimana peningkatan iregularitas membran inti dan rasio inti/sitoplasma menjadi

tanda bertambahnya skor pleomorfisme inti sel pada sediaan slide histologi yang

diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) dilakukan dibawah

mikroskop (400x) (10). Hasil perhitungan tersebut selanjutnya dikategorikan

berdasarkan Nottingham Modification of Bloom and Richardson grading system,

yaitu ≤5 (skor 1), 6-10 (skor 2) dan >10 (skor 3)10.

Analisis Statistik

Korelasi antara karakteristik Pleomorfisme nuklear dengan variabel utama diuji

menggunakan analisis uji korelasi koefisien kontingensi.

HASIL PENELITIAN

Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 sampel blok

paraffin karsinoma payudara tipe ductal invasif dengan data usia tertulis dalam

rekam medis. Sampel kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok

berdasarkan usianya < 50 tahun dan ≥ 50 tahun. Sampel blok paraffin kemudian

dicat dan dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengetahui ekspresi

ER, lalu dilihat pada mikroskop untuk mengetahui derajat pleomorfisme nuclear

sampel karsinoma payudara tipe duktal invasif di dari RSI Sitti Hajar Mataram.

8
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Ekspresi Ekstrogen

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan ekspresi estrogen pada

karsinoma payudara tipe ductal invasif di RSI Siti Hajar Mataram, sebagai

berikut:

Berdasarkan data grafik diatas mayoritas ekspresi estrogen pada sampel

sebanyak 21 sampel (52,5%) memiliki ekspresi estrogen yang positif.

9
Tabel 2. Karakteristik Derajat Pleomorfisme Nuklear Pada Sampel

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan derajat pleomorfisme nuklear

pada karsinoma payudara tipe ductal invasif di RSI Siti Hajar Mataram, sebagai

berikut:

Berdasarkan data grafik diatas, mayoritas derajat pleomorfisme pada sampel

sebanyak 14 sampel (35%) memiliki derajat pleomorfisme ringan.

10
Tabel 3. Distribusi Derajat Pleomorfisme Nuklear Berdasarkan Ekspresi ER

Ekspresi ER

Pleomorfisme Nuklear Positif Negatif Total

(n/%) (n/%) (n/%)

Ringan 7 (35,0%) 13 (16,0%) 20 (100%)

Sedang 4 (66,7%) 12 (33,3%) 6 (100%)

Berat 10 (71,4%) 4 (28,6%) 14 (100%)

Total 21 (100%) 19 (100%) 40 (100%)

Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui bahwa pleomorfisme nuklear

ringan banyak ditemukan pada karsinoma payudara dengan ekspresi estrogen

positif dibandingkan estrogen reseptor negatif dengan selisih 19%, pada

pleomorfisme nukelar sedang banyak ditemukan pada karsinoma payudara dengan

eskpresi estrogen positif dibandingkan ekspresi estrogen negative dengan selisih

33,4%, dan pada pleomorfisme nuclear besar banyak ditemukan pada karsinoma

payudara dengan ekspresi ER positif dibandingkan ekspresi ER negatif dengan

selisih 42,8%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ekspresi ER yang

positif memiliki tingkat derajat pleomprfisme nuklear ringan,sedang, dan berat.

11
Uji Hipotesis

Data primer dan sekunder ini kemudian diolah dengan software computer

menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi untuk mencari korelasi ekspresi

ER dengan derajat pleomorfisme nuklear. Berikut hasil uji korelasi koefisien

kontingensi yang diketahui bahwa nilai uji korelasi koefisien kontingensi diatas

menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara ekspresi ER dengan derajat

pleomorfisme nuklear pada karsinoma payudara tipe ductal invasif dengan nilai

0,084 ( p>0,05).

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara eskpresi

reseptor estrogen dengan derajat pleomorfisme pada penderita karsinoma

payudara tipe duktal invasif di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSI Siti Hajar Mataram yang

dilaksanakan pada bulan April 2017 hingga bulan Januari 2018 dan terdapat 40

sampel penelitian yang telah memenuhi kritera penelitian ini. Setelah mengetahui

bagaimana eskpresi estrogen dan derajat pleomorfisme pada sampel, peneliti

melakukan uji hipotesis menggunakan koefisien kontingensi antara ekspresi

reseptor estrogen dengan pleomorfisme nuklear didapatkan hasil yaitu 0,084

(p>0,05) tidak signifikan. Dengan hal ini dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat

korelasi antara ekspresi reseptor estrogen dengan derajat pleomorfisme nuklear,

namun pada saat melakukan analisis tabulasi silang didapatkan hasil bahwa

ekspresi ER yang positif memiliki tingkat derajat pleomprfisme nuklear

12
ringan,sedang, dan berat. Hasil uji hipotesis yang tidak signifikan diduga

disebabkan pada sampel peneliti yang kecil yaitu hanya 40 sampel.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aye Thike et al (2001) di Singapore

dengan sampel sebanyak 150 sampel pasien karsinoma payudara ductal invasif

bahwa ekspresi reseptor estrogen positif berkorelasi secara signifikan dengan nilai

histologis pleomorfisme nuklear (P < 0,05)8. Penelitian lain menyebutkan bahwa

ekspresi estrogen positif mempengaruhi pleomorfik secara sitologis, yaitu sel

pleomorfik raksasa dengan variasi 5 kali lipat (sering kali> 10 kali lipat) banyak

dari sel raksasa ini multinukleat. Karsinoma pleomorfik pada payudara juga

sudah dianggap sebagai prediktor dari penurunan kelangsungan hidup pasien.

Kasus pleomorfisme karsinoma payudara paling banyak sebelumnya telah

dilaporkan ada kaitannya dengan agresifitas ekspresi estrogen tersebut11.

13
SIMPULAN

Pada hasil penelitian tidak terdapat korelasi yang bermakna antara ekspresi

reseptor estrogen dengan derajat pleomorfisme nuklear pada karsinoma payudara

tipe duktal invasif di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. International Agency for Research on Cancer. GLOBOCAN 2012, Breast


Cancer Estimated Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012.
[Internet] 2013. Available from:
http://globocan.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/breast-new.asp
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Stop Kanker. infodatin-Kanker
[Internet]. 2015. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf

3. Robbins L Stanley., Kumar Vinay., Ramzi S., Cotran. Dalam: Buku Ajar
Patologi Robbins, Ed. 7, Vol. 2. Jakarta : EGC;2007

4. Allred DC, Brown P, Medina D. The origins of estrogen receptor alpha-


positive and estrogen receptor alpha-negative human breast cancer. Breast
Cancer Res [Internet]. 2004;6(6):240–5. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1064085&tool=p
mcentrez&rendertype=abstract
5. Payne SJL, Bowen RL, Jones JL, Wells CA. Predictive markers in breast
cancer - The present. Histopathology [Internet]. 2008;52(1):82–90. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18171419
6. Susilo, I. EKSPRESI PROTEIN ER (Estrogen Receptor) PADA KANKER
PAYUDARA DERAJAT KEGANASAN BAIK, SEDANG DAN BURUK
[Internet], 2006;7(1), 88–93

7. Crandall, C. J., Sehl, M. E., Crawford, S. L., Gold, E. B., Habel, L. A., Butler, L.
M.,Sinsheimer, J. S. Research article Sex steroid metabolism polymorphisms and
mammographic density in pre- and early perimenopausal women, [Internet] 2000 ;
11(4), 1–15. https://doi.org/10.1186/bcr2340

8. Thike Aye., Jiuan Mei., Puay Hoon Tan. Immunohistochemical expression of hormone
receptors in invasive breast carcinoma: correlation of results of H-score with
pathological parameters. Departments of Pathology and Clinical Research,
Singapore.[Internet] 2001, https://doi.org/10.1080/00313020123290

9. Qureshi A, Pervez S. Allred scoring for ER reporting and it’s impact in


clearly distinguishing ER negative from ER positive breast cancers. J Pak
Med Assoc [Internet]. 2010;60(5):350–3. Available from:
http://ecommons.aku.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1211&context=pakista
n_fhs_mc_pathol_microbio
10. Elston C, Ellis IO. Pathological prognostic factors in breast cancer. I. The
value of histological grade in breast cancer: experience from a large study
with long-term follow-up. Histopathology [Internet]. 1991;19:403–10.

15
Available from: http://e-journallibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-
2559.1991.tb00229.x/abstract
11. Tang, H., Liu, F., Li, H., Huang, X., & Zhao, T. Case Report Pleomorphic carcinoma
of breast : a case report and review of literature, 2014 7(8), 5215–5220

16

Anda mungkin juga menyukai