Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO.

3, OKTOBER 2015:283-290

Sensitivitas dan Spesifisitas Polimerase Chain Reaction pada Diagnosis Her2/Neu


Karsinoma Payudara Duktal Invasif

Wresnindyatsih1, Triwani2, Yuwono3, Heni Maulani3

1. Mahasiswa Ilmu Biomedik,Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya


2. Dosen Ilmu Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
3. Dosen Ilmu Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Jl. Dr. Moh. Ali Komleks RSMH Palembang, Indonesia

wresnindyatsih@yahoo.co.id

Abstrak

Karsinoma payudara duktal invasif adalah keganasan yang berasal dari sel epitel pelapis duktal-lobuler payudara. Gen
her2/neu merupakan salah satu gen yang mengalami amplifikasi dan menyebabkan terjadinya karsinoma payudara.
Penemuan terapi target anti her2/neu menurunkan angka kematian dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Penelitian ini bertujuan memperoleh nilai sensitivitas dan spesifisitas Polymerase Chain Reaction diagnosis status
her2/neu pada karsinoma payudara dibandingkan dengan pemeriksaan imunohistokimia. Uji diagnostik telah dilakukan
di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. M. Hoesin dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang pada
bulan Januari sampai November 2013. Sebanyak 39 sampel blok paraffin jaringan karsinoma payudara diambil secara
purposif. Dari hasil penelitian terhadap sampel pemeriksaan imunohistokimia didapatkan hasil positif 17,94% (7 dari 39
sampel). Pemeriksaan dengan metode Polymerase Chain Reaction didapatkan hasil positif 28,20% (11 dari 39 sampel)
yang ditandai dengan adanya amplikon DNA spesifik her2/neu >2,0. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan sensitivitas
dan spesifisitas metode Polymerase Chain Reaction 57,14% dan 81,81% dan memiliki nilai prediksi positif dan nilai
prediksi negatif 50,00% dan 85,71%. Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan metode Polymerase Chain Reaction
memiliki sensitivitas lebih rendah daripada metode IHK namun spesifisitas lebih baik dibandingkan dengan metode
IHK. Metode PCR dapat dikembangkan sebagai metode alternatif untuk mendiagnosis status her2/neu.

Abstract
Sensitivity and Specificity of Polimerase Chain Reaction on the Diagnosis Of Her2/Neu Invasive Duct Breast
Cancer. Invasive ductal breast carcinoma is a malignancy derived from ductal±lobular unit epithelial cells lining.
Her2/neu gene is one of the genes that undergo amplification and causing breast carcinoma. The discovery of anti
her2/neu targeted therapy reduce mortality and prolong survival. This study aims was to determine the sensitivity and
specificity of Polymerase Chain Reaction compared with immunohistochemical examination to determine the her2/neu
status in breast carcinoma using her2/neu primary antibody in paraffin blocks tissue samples of breast carcinoma.
Diagnostic tests have been conducted at Anatomic Pathology Laboratorium dr. M. Hoesin Hospital and the Center for
Health Laboratory Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang in Januari to November 2013. There were
39 samples of breast carcinoma tissue paraffin blocks were taken purposively. This study showed positive result by
immunohistochemical examination of 17.94% (7 of 39 samples). Examination by Polymerase Chain Reaction method
obtained positive results 28.20% (11 of 39 samples) were characterized by the presence of specific DNA her2/neu
amplicon more than 2.0. Based on the results obtained sensitivity and specificity of Polymerase Chain Reaction
methods 57.14% and 81.81% and had a positive predictive value and negative predictive value of 50.00% and 85.71%.
It was concluded that in this study the examination of Polymerase Chain Reaction method had lower sensitivity but the
specificity was higher than immunohistochemical examination of her2/neu status. Thus, PCR method can be use as an
alternative method to rule out diagnosis her2/neu status in invasive ductal breast cancer.

Keywords: Immunohistochemistry, Her2/neu, Polymerase Chain Reaction, Sensitivity, Specificity

283
284 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290

1. Pendahuluan her2/neu dengan hasil kesesuaian antara


FISH dan PCR adalah 92%, sedangkan
Karsinoma payudara merupakan keganasan adanya diskordan antara FISH dan PCR
tersering pada wanita (23%) dan penyebab sebesar 8%.4 Penelitian lain juga menunjukkan
kematian kedua setelah kanker paru.1 Data bahwa metode PCR dapat digunakan untuk
registrasi kanker Indonesia tahun 2009 melihat amplifikasi gen her2/neu dengan
melaporkan karsinoma payudara merupakan keuntungan lebih murah, cepat dan tingkat
kanker terbanyak di Indonesia (26%) dengan akurasi setara metode FISH.8 Di Indonesia
kecenderungan meningkat setiap tahunnya. telah dilaporkan penelitian yang sama yang
Salah satu faktor yang mempengaruhi mendukung penelitian ini.9
terjadinya karsinoma payudara ini adalah Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
amplifikasi gen her2/neu. Gen her2/neu nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi
terletak di lengan panjang kromosom 17 positif dan nilai prediksi negative PCR pada
(17q12-21.32).2 Gen ini akan mengalami diagnosis her2/neu karsinoma payudara duktal
overekspresi/amplifikasi pada berbagai tipe invasif.
keganasan pada manusia, salah satunya
adalah pada kanker payudara. Amplifikasi 2. Metode
atau overekspresi gen her2/neu dideteksi
pada 15-30% kasus karsinoma payudara.3,4 Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi
Overekspresi her2/neu juga merupakan Anatomi RSUP dr M. Hoesin Palembang
faktor prediktor signifikan untuk mengetahui untuk pemeriksaan IHK. Pemeriksaan PCR
respon terapi.3,5 Pemeriksaan Imunohistokimia dilakukan di Laboratorium PCR Balai Besar
(IHK) merupakan pemeriksaan rutin yang Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang
direkomendasikan Food and Drugs Sampel penelitian berupa arsip preparat
Administration (FDA) untuk mengetahui histopatologi, blok parafin dan preparat
overekspresi protein reseptor her2/neu pada imunohistokimia her2/neu di Laboratorium
karsinoma payudara menggunakan blok Patologi Anatomi RSUP dr. M. Hoesin
parafin tersimpan. Status her2/neu ditentukan Palembang dari 1 Januari 2013 sampai 10
dengan menggunakan skor Herceptest).5,6 November 2013. Sebanyak 39 sampel yang
Sesuai skor Herceptest skor +1 dianggap diambil secara purposif dilakukan tinjau
tidak terdapat overekspresi protein, ulang preparat dan ekstraksi DNA dari blok
sedangkan skor +2 adalah status meragukan/ parafin tersimpan. Tinjau ulang preparat
equivocal, skor +3 terjadi overekspresi histopatologi untuk menentukan derajat
her2/neu. Skor +2 dapat dilanjutkan dengan histologik berdasarkan Derajat Bloom &
pemeriksaan tingkat DNA seperti CISH Richadson oleh Ellis & Elston dibagi atas
(Chromogen In Situ Hybridization), FISH derajat 1, 2 dan 3.
(Fluorescence In Situ Hybridization). Namun
metode ini sangat mahal dan memerlukan Teknik Imunohistokimia
waktu cukup lama. Polymerase Chain Blok parafin dipotong ketebalan 3um
Reaction (PCR) merupakan suatu metode direkatkan pada slaid poly L Lysin, lalu
pemeriksaan DNA untuk mengetahui diletakkan pada hotplate diinkubasi semalam,
amplifikasi DNA gen her2/neu. Beberapa dilakukan rehidrasi jaringan dan antigen
penelitian terdahulu telah menunjukkan retrieval. Proses IHK dengan menggunakan
bahwa sensitivitas dan spesifisitas PCR kit trekavidin (DAKO) dan antibodi primer
dibandingkan dengan metode IHK untuk her2/neu monoklonal dari DAKO (Jerman).
melihat status amplifikasi gen her2/neu Diagnosis her2/neu menggunakan skor
cukup signifikan yaitu 82% dan 80% dari Herceptest (DAKO) dikelompokkan menjadi
254 kasus yang diteliti).7 Dilaporkan negatif (0 dan, +1), meragukan (+2) dan
penelitian yang membandingkan metode positif (+3).
PCR dan FISH untuk mendeteksi gen
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290 285

Teknik ekstraksi DNA responden (66,67%). Data tersebut sesuai


Blok parafin dipotong pita tebal 3 um dengan banyak rujukan yang melaporkan
sebanyak 50ug, dimasukkan ke dalam tube kasus karsinoma payudara tersering terjadi
dan dilakukan pencucian dengan xilene 1,5ml pada usia reproduktif dan perimenopause.1,5,9
untuk menghilangkan formalin (proses Hal ini dihubungkan dengan status hormonal,
kliring) dan alkohol absolute untuk riwayat kehamilan dan menyusui serta riwayat
menghilangkan parafin (proses dehidrasi). pemakaian kontrasepsi hormonal. Pada usia
Ekstraksi DNA menggunakan High Pure reproduksi pengaruh hormon estrogen dan
FFPET DNA Isolation Kit versi 0,2 Cat. progesteron untuk menyokong fungsi
No. 06 650 767 001 Roche sesuai prosedur reproduksi sangat penting. Namun pada
buku manual. penelitian ini tidak didapatkan data
mengenai status hormonal, riwayat kehamilan
Teknik PCR dan menyusui dan riwayat pemakaian
Instrumen Real Time PCR menggunakan kontrasepsi. Beberapa responden mengalami
Biorad ((i Cycler iQ5TM). Primer DNA kanker payudara di usia menopause (23,70%).
her2/neu (neu-) ¶± Hal ini dapat berhubungan dengan adanya
gAACTggTgTATgCAgATTgC dan pengaruh estrogen eksogen yang
primer DNA reverse her2/neu (neu-R) AgC metabolismenya terjadi diluar ovarium atau
Aag AgT CCC CAT CCT A (TIB Molbiol adanya pengaruh terapi sulih hormon.
Jerman, neu F reference no 013117473). Obesitas memicu peningkatan konsentrasi
FastStart SYBR Green master versi 09 estrogen eksogen sehingga konsentrasi
(Roche, cat. No. 04 673 484 001, 5 ml). estrogen dalam plasma yang tinggi dapat
Masukkan ke dalam plat mikrotube 45 ul memicu terjadinya kanker payudara.1,5
mastermix ditambahkan 5 ul ekstrak DNA Adanya kasus karsinoma payudara pada
sampel Untuk kontrol negatif 45 ul mastermix usia muda di bawah 30 tahun kemungkinan
ditambahkan 5 ul water RNA. Plat ditutup karena faktor genetik yang berhubungan
dengan plastik perekat, dimasukkan ke dengan gen BRCA1 maupun adanya mutasi
GDODP 5HDO 7LPH 3&5 %LRUDG L4 Π&\FOHU kromosom 17 karena faktor lainnya seperti
Interpretasi nilai amplifikasi positif jika karsinogen, pola makan tinggi lemak
jumlah amplikon DNA >2,0 dan negatif hewani, kebiasaan hidup seperti merokok
MLND MXPODK DPSOLNRQ ” dan konsumsi alkohol.1,9 Lokasi tumor
Data ditabulasi dimasukkan dalam tabel tersering adalah payudara kiri yaitu 61,54%.
2x2 dan dilakukan perhitungan untuk Kemungkinan payudara kanan merupakan
mencari nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai payudara yang lebih fungsional pada saat
prediksi positif dan nilai prediksi positif. pemberian ASI, sedangkan payudara kiri
lebih jarang digunakan. Namun belum ada
3. Hasil dan Pembahasan penelitian yang melaporkan hubungan ini.
Ukuran tumor merupakan salah satu faktor
A. Karakteristik Klinikohistopatologi prognosis penting yang menentukan
Karsinoma Payudara Duktal Invasif stadium karsinoma payudara. Menurut
WHO tumor yang memiliki diameter <4
Distribusi karakteristik klinikohistopatologi sentimeter memiliki stadium lebih rendah
pada 39 responden penderita karsinoma yaitu stadium 1-2. Sedangkan diameter
payudara duktal invasif berdasarkan umur, tumor •4 merupakan tumor dengan stadium
lokasi tumor, ukuran tumor, derajat histologi tinggi yaitu 3-4, dimana biasanya massa
dan metastasis limfonodus dari data medikal tumor sudah sangat agresif dan mempunyai
dirangkum dalam Tabel 1. Usia responden potensi metastasis. Pada penelitan ini
antara 28-72 tahun, berdasarkan kelompok dilaporkan responden dengan ukuran tumor
usia reproduksi yang paling banyak adalah •4 sentimeter lebih banyak terjadi
kelompok usia 40-60 tahun sebanyak 26 (66,67%). Hal ini dapat disebabkan karena
286 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290

responden terlambat memeriksakan diri dan Responden dengan metastasis limfonodus


baru berobat setelah merasakan adanya dilaporkan lebih banyak yaitu 22 responden
massa yang membesar dan berulkus. Nodul (56,41%). Metastasis limfonodus merupakan
tumor yang kecil jarang menimbulkan nyeri faktor prognosis mayor dan prediktif yang
dan kadang berupa penebalan saja sehingga sangat penting. Adanya metastasis ke
sulit untuk mendeteksi dini. Namun saat ini limfonodus dilaporkan berhubungan dengan
dengan pemeriksaan SADARI yang stadium klinis, tingkat harapan hidup dan
dianjurkan untuk deteksi dini nodul payudara tingkat kekambuhan penderita.1,5 Semakin
dan pemeriksaan mamografi dapat menjadi banyak metastasis limfonodus yang
penapis tingginya insiden karsinoma payudara ditemukan akan semakin buruk prognosis
stadium lanjut. penderita dan semakin tinggi tingkat
Hasil penelitian ini menunjukkan kekambuhan.Hal ini karena adanya metastasis
responden dengan derajat histologi tumor limfonodus merupakan marker suatu
rendah sebanyak 9 responden (23,07%) dan metastasis jauh. Adanya metastasis ke organ
derajat sedang sebanyak 5 responden yang jauh seperti ke otak, paru dan hati
(12,82%). Pada penelitian ini sebagian besar menunjukkan prognosis yang sangat buruk .1
responden menderita karsinoma payudara
derajat tinggi yaitu 25 responden (64,10%). B. Karakteristik Hasil Pemeriksaan
Derajat histologi merupakan faktor prognosis Her2/neu dengan Metode IHK
kuat untuk meramalkan prognosis penderita
dimana terdapat korelasi signifikan antara Hasil pemeriksaan her2/neu dengan metode
derajat histologi dengan harapan hidup IHK terhadap 39 sampel didapatkan 7
penderita. Hal ini berhubungan dengan sifat (15,38%) sampel positif, sebanyak 10
biologi tumor yang sangat agresif dimana (25,64%) sampel dengan hasil meragukan
secara morfologi sel neoplasia berbentuk dan 22 (56,41%) sampel negatif
sangat pleomorfik dan berpotensi tinggi untuk sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.
menginvasi stroma dan pembuluh Positivitas her2/neu pada pemeriksaan IHK
5,10
limfovaskuler. dari 39 responden terdapat pada 7
responden (17,94%), her2/neu meragukan
Tabel 1. Distribusi Karakteristik ditemukan pada 10 responden (25,64%)
Klinikohistopatologi
dan her2/neu negatif pada 22 responden
Karsinoma Payudara Duktal Invasif (56,41%).
Karakteristik Jumlah Persentase
sampel (%) Tabel 2. Distribusi Ekspresi Reseptor Her2/neu
Umur (n=39) berdasarkan Metode IHK
- < 20 tahun 0 0,00
Ekspresi Reseptor Jumlah Persentase
- 20 tahun-40 tahun 4 10,27
Her2/neu sampel (%)
- 41 tahun-60 tahun 26 66,67
9 23,70 Her2/neu positif (+3) 7 17,94
- • WDKXQ
Her2/neu meragukan 10 25,64
Lokasi tumor (n=39)
15 38,46 (+2) 22 56,41
- Payudara kanan
24 61,54 Her2/neu negatif (0,+1)
- Payudara kiri
Ukuran tumor (n=39) Jumlah 39 100,00
- < 4 sentimeter 13 33,40
- • VHQWLPHWHU 26 66,67
Derajat histology (n=39) Positifitas reseptor her2/neu berdasarkan
- Derajat 1 9 23,07 pemeriksaan IHK dilaporkan terjadi pada
- Derajat 2 5 12,82 15% hingga 30% kasus karsinoma
- Derajat 3 25 64,10
Metastasis limfonodus
payudara.2.3.6 Di Indonesia positifitas reseptor
(n=39) 22 56,41 her2/neu dilaporkan cukup tinggi mencapai
- Positif 17 43,58 20%-30% dari seluruh kasus karsinoma
- Negatif payudara.9 Tahun 2012 kasus karsinoma
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290 287

payudara dengan her2/neu positif mencapai didapatkan sebanyak 28 (71,80%) dapat


20% dari seluruh kasus karsinoma payudara.12 dilihat pada Tabel 6.
Positifitas her2/neu pada pemeriksaan IHK
sangat dipengaruhi oleh kualitas fiksasi Tabel 3. Distribusi hasil pemeriksaan metode
jaringan tumor dan proses pembuatan preparat PCR
IHK. Fiksasi suboptimal akan menyebabkan Metode Jumlah Persentase (%)
protein jaringan rusak sehingga dapat PCR sampel
menimbulkan hasil negatif palsu. Oleh
Positif (*) 11 28,20
karena itu sangat dianjurkan penggunaan
fiksatif formalin buffer netral 10% dengan Negatif(**) 28 71,80
volume 1 berbanding 10-20 kali selama Jumlah 39 100,00
minimal 6 jam dan maksimal 72 jam. (*) : kurva sigmoid
Selain itu proses jaringan yang terlalu lama (**) : tidak terbentuk kurva sigmoid
di dalam alkohol membuat jaringan kering
sehingga protein rusak. Pemeriksaan IHK Positivitas sampel di atas 2,0 ditemukan
harus memperhatikan kualitas antibodi pada 11 sampel, ditunjukkan sebagai kurva
primer dan proses antigen retrieval. Protein sigmoid yang timbul pada CT (Gambar 1)
jaringan sangat dipengaruhi oleh suhu dan sedangkan hasil negatif ditunjukkan
keasaman dimana semakin tinggi suhu dan sebagai kurva ireguler (Gambar 2).
keasaman akan merusak protein reseptor.
Sedangkan proses antigen retrieval yang
tidak sempurna (terlalu sebentar)
menyebabkan ikatan metilen antara sel dan
formalin tidak terbuka sehingga tidak
terjadi ikatan antara reseptor her2/neu
dengan antibodinya. Penyimpanan antibodi
primer juga sangat menentukan, dimana Gambar 1. Hasil Positif (DPSOLILNDVL •
antibody primer harus disimpan pada suhu membentuk kurva sigmoid
di bawah +2qC untuk pemakaian jangka
pendek dan di bawah 0qC untuk pemakaian
jangka panjang. FDA merekomendasikan
pemeriksaan lanjutan untuk status her2/neu
meragukan (+2) dengan metode Hibridisasi
In Situ (In Situ Hybridization atau ISH)
dengan metode kromogen (Chromogen In
Situ Hybridization atau CISH) maupun
dengan teknik fluoresensi (Fluorescence In
Gambar 2. Hasil negatif (amplifikasi < 2,0)
Situ Hybridization atau FISH) untuk
menentukan amplifikasi DNA her2/neu.
Positifitas her2/neu pada kasus yang D. Hasil Uji Diagnostik PCR pada
meragukan dilaporkan hanya 10% dengan Sampel IHK Positif dan Negatif
metode CISH/FISH.2,4
Sebanyak 39 sampel responden dengan
C. Karakteristik Hasil Pemeriksaan status her2/neu positif pada pemeriksaan
Her2/neu dengan Metode PCR IHK dilakukan pemeriksaan PCR. Hasil
pemeriksaan terdapat 3 dari 7 (43%)
Hasil pemeriksaan Her2/neu dengan sampel her2/neu positif pada pemeriksaan
metode Real Time Kuantifikasi (qRT PCR) IHK terjadi amplifikasi pada pemeriksaan
pada sampel jaringan didapatkan nilai PCR (sampel nomer 6,63,74). Sebanyak 4
positif pada 11 (28,20%). Nilai negatif (18,18%) sampel negatif pada pemeriksaan
288 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290

IHK menjadi positif pada pemeriksaan PCR ekstraksi akan jauh lebih mudah
(sampel nomer 30, 64, 67, 76). Sebanyak 3 dibandingkan dengan menggunakan blok
(30%) dari 10 sampel responden +2 dengan paraffin. DNA dari ekstraksi blok paraffin
pemeriksaan IHK menjadi positif dengan kemungkinan sangat sedikit sehingga
pemeriksaan PCR (sampel nomer 41, 72, 73). menjadi negatif palsu. Penyebab lain adalah
kerusakan DNA pada sampel blok paraffin
Tabel 3. Hasil Uji Diagnostik (n= 29) dapat terjadi walaupun blok paraffin yang
diambil merupakan blok paraffin yang telah
Hasil IHK
memenuhi kriteria inklusi. Kemungkinan
Positif Negatif Jumlah
Positif 4 4 8
lain adalah terjadi perubahan struktur basa
Hasil Negatif 3 18 21 DNA atau DNA terdegradasi karena proses
PCR fiksasi dan pembuatan blok paraffin.11
Jumlah 7 22 29 Perbedaan primer DNA yang digunakan
pada beberapa penelitian terdahulu telah
Beberapa penelitian membandingkan dilaporkan dapat menghasilkan hasil
hasil pemeriksaan her2/neu yang negatif.7,9 Polisomi gen her2/neu pada
menggunakan teknik IHK dan PCR telah kromosom 17 dapat menimbulkan nilai
dilakukan. Penelitian Purnomosari sensitivitas yang rendah dimana struktur
menyebutkan bahwa 89% skor 3+ pada DNA polisomi berbeda dengan struktur
pemeriksaan IHK mengalami amplifikasi yang diteliti. Hal ini harus menjadi
dengan metode PCR, 38% skor 2+ terjadi pertimbangan jika metode PCR akan
amplifikasi pada pemeriksaan PCR, digunakan untuk menggantikan metode
sedangkan skor 0-1 tidak terjadi amplifikasi IHK dalam mendiagnosis status her2/neu.
(100%).9 Penelitian lain melaporkan bahwa Diperlukan optimalisasi dan standarisasi
5 dari 6 sampel her2/neu +3 mengalami alat dan prosedur kerja terlebih dahulu
amplifikasi dengan metode PCR, sedangkan 6 untuk meningkatkan sensitivitas PCR.
sampel lainnya dengan her2/neu negatif Penggunaan blok parafin tersimpan sebagai
terjadi amplifikasi dengan menggunakan bahan pemeriksaan PCR yang masih baru
metode PC .2 dikembangkan di beberapa penelitian masih
Hasil uji diagnostik her2/neu terhadap memerlukan standarisasi prosedur kerja
29 sampel pada pemeriksaan metode IHK sehingga mendapatkan metode ekstraksi
yang benar-benar positif dan benar-benar DNA yang optimal.
negatif didapatkan 7 sampel positif dan 22 Penelitian ini sesuai dengan penelitan
sampel negatif. Sedangkan pada pemeriksaan sebelumnya yang menyatakan bahwa
dengan metode PCR didapatkan 8 sampel spesifisitas PCR adalah 80%. Sebanyak 22
positif dan 21 sampel negatif. Data hasil responden dengan her2/neu negatif pada
uji diagnostik pada 29 sampel tampak pada pemeriksaan IHK, 18 responden diantaranya
Tabel 7 di bawah ini. tidak mengalami amplifikasi DNA her2/neu
Hasil uji diagnostik di atas pada pemeriksaan metode PCR. Nilai
menunjukkan bahwa sensitivitas PCR spesifisitas PCR yang cukup tinggi ini
adalah 57,14%. Hasil ini lebih rendah dari sangat penting dalam mendiagnosis status
penelitian sebelumnya.2,4,7 Rendahnya her2/neu pada karsinoma payudara. Hal ini
sensitivitas pada penelitian ini dibandingkan berarti 81,81% responden dengan her2/neu
dengan penelitian lainnya dapat disebabkan negatif akan terdeteksi dengan metode
beberapa faktor. Metode pemeriksaan PCR. Demikian juga dengan nilai duga
sebelumnya kebanyakan menggunakan negatif PCR sebesar 85,71% mempunyai
jaringan segar sedangkan pada penelitian makna penting yang berarti kemungkinan
ini menggunakan blok paraffin tersimpan. untuk mendapatkan hasil her2/neu negatif
Faktor ekstraksi DNA sangat berpengaruh, dengan PCR akan lebih besar yaitu 85,71%.
dimana pada jaringan segar pembuatan Penderita dengan her2/neu negatif
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290 289

mempunyai prognosis lebih baik, tingkat biaya lebih murah dan dapat melakukan
harapan hidup lebih tinggi dan kekambuhan lebih dari 100 sampel/proses. Berdasarkan
lebih rendah.3,4,5 pertimbangan ini banyak penelitian telah
Pada penelitian ini 4 dari 22 responden dilakukan dengan metode PCR untuk
dengan ekspresi her2/neu negatif terjadi menggantikan metode lainnya dalam
amplifikasi pada pemeriksaan PCR. Hal ini mendeteksi status her2/neu.
dapat terjadi karena beberapa faktor antara
lain terjadinya kerusakan protein pada 4. Kesimpulan
sampel blok paraffin namun tidak terjadi
kerusakan DNA selnya, sehingga hasil IHK Metoda PCR dibandingkan dengan metoda
menjadi negatif palsu namun PCR positif. IHK memiliki sensitivitas 57,14%, spesifisitas
Protein jaringan lebih mundah mengalami 81,81%, Nilai prediksi positif 50.00% dan
kerusakan daripada DNA. Faktor lain nilai prediksi negatif 87,71%. Metode PCR
adalah dapat terjadi kontaminasi dari dapat digunakan untuk mendeteksi amplifikasi
sampel lain. Hal ini seharusnya tidak terjadi DNA her2/neu pada kasus-kasus penderita
karena penelitian yang dilakukan sudah karsinoma payudara menggunakan blok
sesuai dengan protokol dan prosedur paraffin tersimpan. Penggunaan metode PCR
penelitian. untuk mendeteksi amplifikasi her2/neu masih
Pada penelitian ini 3 dari 10 (30%) perlu optimalisasi alat dan standarisasi
responden dengan Her2/neu +2 (equivocal) prosedur kerja sehingga dapat meningkatkan
mengalami amplifikasi dengan metode nilai sensitivitasnya. Pemeriksaan PCR
PCR. Hasil ini sesuai dengan penelitian her2/neu dari blok paraffin sangat dipengaruhi
Purnomosari yang melaporkan 38% her2/neu oleh bahan dan kualitas fiksasi, kualitas blok
+2 terjadi amplifikasi dengan PCR. Nilai ini paraffin dan proses ekstraksi DNA.
lebih tinggi dari penelitian lainnya yang Spesifisitas dan Nilai Prediksi Negatif yang
menggunakan metode FISH yang hanya tinggi menjadi dasar kuat pentingnya
terjadi amplifikasi 10%.2,4 Dibandingkan pemeriksaan her2/neu menggunakan metode
dengan FISH dalam mendeteksi her2/neu PCR. Dengan pertimbangan biaya yang
+2, metode PCR jauh lebih baik. Hal ini ekonomis, waktu pemeriksaan lebih cepat,
dapat menjadi pertimbangan bahwa metode tingkat ketelitian tinggi (kuantitatif) dan
PCR dapat digunakan untuk menggantikan nilai spesifisitas tinggi, metode PCR dapat
metode FISH dalam mendeteksi her2/neu menjadi metode pengganti IHK untuk
yang equivocal atau meragukan. FDA mendeteksi amplifikasi DNA her2/neu.
merekomendasikan penderita dengan status Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
her2/neu +2 pada pemeriksaan IHK untuk penelitian sejenis lainnya yang
dilakukan pemeriksaan FISH/CISH. Namun menggunakan sampel blok paraffin lebih
pemeriksaan CISH/FISH masih merupakan banyak dan prosedur ekstraksi DNA yang
pemeriksaan semikuantitatif yang memiliki lebih sempurna sehingga akan
banyak kelemahan diantaranya memiliki menghasilkan nilai sensitivitas dan nilai
tingkat subyektifitas cukup tinggi pada prediksi positif yang lebih tinggi.
pembacaan karena harus menentukan jumlah
amplifikasi DNA secara mikoroskopik. Daftar Acuan
Selain itu teknik FISH cukup mahal dan
1. Colditz G, Chia KS. 2012. Invasive
harus menggunakan mikroskop fluoresensi.
breast carcinoma: Introduction and
Pemeriksaan metode CISH/FISH juga
general features. In Lakhani SR (editor).
memerlukan proses pengerjaan cukup lama
WHO Classification of Tumours of the
yaitu 2-3 hari dengan kapasitas sampel
Breast, 4th edition (page 14-22) . IARC,
yang dikerjakan terbatas (maksimal 20
Lyon.
sampel/proses) sedangkan metode PCR
2. Konigshoff M, Wilhelm J, Bohle RM,
hanya memerlukan waktu 1 hari dengan
Pingoud A, et al. 2003. Her2/neu Gen
290 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 3, JULI 2015:283-290

Copy Number Quantified by Real-Time 8. Lyon E, Millson A, Lowery MC, Woods


PCR: Comparison of Gene R, Writtwer CT. 2001. Quantification of
Amplification, Heterozygosity, and HER2/neu Gene Amplification by
Immunohistochemical Status in Breast Competitive PCR Using Fluorescent
Cancer Tissue. Clin Chem J 49(2): 219- Melting Curve Alalysis. Clin Chem J
229. 47(5):844-851.
3. Allred C, Miller K, Viale G, Brogi E, 9. Purnomosari D, Aryandono T, Setiaji K,
Isola J. 2012. Molecular testing for Nugraha SB, et al. 2006. Comparison of
estrogen receptor, progesterone receptor, multiplex ligation dependent probe
and her2. In Lakhani SR (editor). WHO amplification to immunohistochemistry
Classification of Tumours of the Breast, for assessing Her2/neu amplification in
4th edition (page 22-23) . IARC, Lyon. invasive breast cancer in Molecular
4. Nistor A, Watson PH, Pettigrew N, analysis of early onset Indonesian breast
Tabiti K, et al. 2006. Real-time PCR cancer. Biotechnic & Histochemistry
complements immunohistochemistry in 81(2-3): 79-85.
the determination of HER-2/neu status 10. Ellis IO, Collins L, Ichihara S,
in brest cancer. BMC Clin Path J 6(2):1- MacGrogan G. 2012. Invasive
8, (http://www. carcinoma of no special type In Lakhani
Biomedcentral.com.diakses Januari SR (editor). WHO Classification of
2013). Tumours of the Breast, 4th edition (page
5. 5RVHQ 33 5RVHQ¶V %UHDVW 34-38) . IARC, Lyon.
nd
Pathology. 2 ed. Lippincott Williams 11. Seth R, Angelika B, Harrietta JK.
& Wilkins, (page 358-393), 2012. Analysis of HER2/neu Gene
Philadelphia. Amplification in Microdissected Breast
6. Dabbs, DJ. (2010). Diagnositic Cancer Tumour Samples. Sunnybrook
Immunohistochemistry, Theranostic and and :RPHQ¶V &ROOHJH +HDOWK 6FLHQFHV
Genomic Application. 3rd. edition. Centre and Department of Laboratory
Elsevier Saunders (page:1-57). Medicine and Pathobiology, University
Philladelphia. of Toronto.
7. 2¶ 0DOOH\ )3 3DUNHV 5 /DWWD E, Tjan S, 12. Tinambunan A. 2012. Hubungan antara
Zadro T, et al. 2001. Comparison of HNVSUHVL WRSR,, . GHQJDQ NDUDNWHULVWLN
HER2/neu Status Assessed by histopatologi dan status reseptor
Quantitative Polymerase Chain Reaction hormone pada karsinoma mamma
and Immunohistochemistry. Am J Clin primer dengan her2 positif. Tesis SpPA:
Pathol 115(4). halaman 1.

Anda mungkin juga menyukai