Devin Chandra
04011181320016
PDU Unsri B 2013
A. Analisis Masalah
1. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan PA, serologi, dan PCR-RFLP?
Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi didapatkan penderita mengalami karsinoma
nasofaring. Hal ini diketahui karena terdapat benjolan di sekitar leher penderita akibat
perbesaran limfonodus di leher. Untuk pemeriksaan serologi, karena penderita terinfeksi
EBV maka terjadi kenaikan titer antibodi terhadap EBV yaitu jenis Epstein-Barr Virus
(EBV) IgA-viral capsid antigen (VCA) dan EBV IgA early antigen (EA). Titer antibodi
dikatakan normal bila semua hasil tes menunjukkan negatif. Hasil PCR-RFLP juga
menunjukkan adanya polimorfisme karena terjadi mutasi setelah sekuens genomik di
mana enzim restriksi gagal memotong sampel sesuai ukuran yang diinginkan dan juga
terdapat 2 alel pada hasil pemeriksaan.
3. Mengapa PCR-RFLP yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan pada kasus ini?
Karena teknik ini merupakan teknik dengan biaya termurah, tercepat (metodenya
simpel), dan cukup akurat untuk mendeteksi penyakit polimorfisme. Teknik ini dapat
mendeteksi penyakit polimorfisme hanya dengan sampel DNA, enzim restriksi, gel
elektroforesis, dan PCR yang berguna mempercepat proses tersebut.
4. Bagaimana mekanisme dari polimorfisme?
Mekanisme dari polimorfisme ini sendiri karena terjadi mutasi pada satu nukleotida
misalnya AAGCCTA ke AAGCTTA. Pada kasus ini, penderita biasanya memiliki dua
alel. Perubahan ini dapat mengakibatkan penderita memberikan respon yang berbeda dari
orang normal terhadap suatu obat, infeksi virus dan patogen.
B. Learning Issue
1. PCR-RFLP
a) Pendahuluan
PCR-RFLP ini sebenarnya merupakan 2 metode berbeda yang dikombinasikan untuk
meningkatkan akurasi dan kecepatan mendapatkan hasil pemeriksaan. Metode ini
dapat digunakan untuk menentukan penyakit genetik pada penderita.
b) Prinsip Kerja
PCR-RFLP ini sebenarnya merupakan 2 metode berbeda yang dikombinasikan untuk
meningkatkan akurasi dan kecepatan mendapatkan hasil pemeriksaan. Prinsipnya
yaitu dengan memecah sampel DNA menjadi potongan kecil dengan enzim restriksi
dan dipisahkan berdasarkan ukuran pecahannya dengan proses agarose gel
elektroforesis, lalu, ditransfer ke membran dengan proses Southern Blot. Hibridisasi
membran terhadap probe DNA dan menentukan ukuran pecahan yang dapat
melengkapi probe. Jika terjadi perbedaan pada ukuran pecahan setiap individual maka
terjadi polimorfisme. Ukuran pecahan ini dapat dianggap sebagai alel. PCR hanyalah
sebagai peningkat kecepatan untuk melakukan analisis RFLP.
R, Tsang, K.. 2004. Sensitivity and specificity of Epstein-Barr virus IgA titer in the
diagnosis of nasopharyngeal carcinoma: a three-year institutional review.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15229902, diakses pada 27 Mei 2014