BAKTERI ESCHERICHIA
COLI MENGGUNAKAN
METODE
PCR(POLYMERASE CHAIN
REACTION)
Kelompok 8
1. Nirwana Arinatupa Ritonga (200205127)
2. Tasya Barokah (200205147)
3. Yeti Oktafiani Sari. ( 200205148)
4. Fatma kirani (200205112)
5. Ines Rebeka Zebua ( 190205115)
DNA
Defenisi DNA Asam Deoksiribonukleat (DNA)
merupakan materi genetik yang membawa
informasi genetik bagi seluruh makhluk hidup.
DNA terdiri atas bagian yang mengkode
genetik (ekson), bagian yang tidak mengkode
genetik (intron) dan bagian yang mengatur
regulasi genetik
Karena fungsinya yang membawa
informasi genetik, DNA sangat berguna
dalam identifikasi penyakit infeksi kanker,
Taq DNA polimerase, konsentrasi: unit per 5L reaksi. Perlu optimisasi. Konsentrasi enzim
terlalu tinggi background non-spesifik, terlalu rendah tidak cukup produk.
2. Konsentrasi dNTPs
Kontrasi primer: terjadi kesalahan priming (mispriming) dan penumpukan hasil yg tidak spesifik
serta menyebabkan munculnya primer-dimer (independent template), produk yg diinginkan
menjadi rendah.
Primer annealing: tergantung pada komposisi dasar, panjang dan konsentrasi primer, normalnya 5oC
dibawah melting temperaturnya (hasil terbaik biasanya antara 55-75oC). Peningkatan suhu
annealing dapat msedikit kesalahan pemanjangan nukleotida.
Primer extension, tergantung pada panjang dan konsentrasi target sekuen serta temperatur;
optimumnya 72oC.
Tahapan-Tahapan Polymerase
Chain Reaction (PCR) :
1.Denaturasi DNA untai ganda akan membuka menjadi dua
untai tunggal.
2.Penempelan primer, primer akan menuju daerah yang spesifik
yang komplemen dengan urutan primer.
3.Reaksi polimerisasi (Extension) Primer yang telah menempel
tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3’nya dengan
penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA
polimerase.
Selain ketiga proses tersebut, PCR didahului dan diakhiri
oleh tahapan berikut
✓ Pra-denaturasi
Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk
memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi
DNA Polymerase
✓ Final elongasi
Dilakukan pada suhu optimum enzim (70oC -72oC)
selama 5-15 menit untuk memastikan bahwa setiap utas
tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara
sempurna. Proses ini dilakukan setelah siklus PCR
terakhir.
Faktor yang dapat menentukan tingkat
keberhasilan teknik amplifikasi DNA
menggunakan PCR
Faktor-faktor itu antara lain deoksiribonukleotida triphosphat (dNTP); oligonukleotida
primer; DNA cetakan (template); komposisis larutan buffer; jumlah siklus reaksi;
enzim yang digunakan; dan faktor teknis dan non-teknis lainnya, seperti kontaminasi.
PCR memiliki keunggulan yaitu mampu melipat gandakan suatu fragmen DNA
sehingga mencapai 109 kali lipat. Oleh karena itu, adanya kontaminasi dalam jumlah
sangat sedikit sekalipun dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dengan
menghasilkan produk amplifikasi yang tidak diharapkan.
Faktor yang dapat menentukan tingkat
keberhasilan teknik amplifikasi DNA
menggunakan PCR
Amplikon, atau hasil amplifikasi DNA dengan PCR dapat dilihat
setelah melalui teknik elektroforesis. DNA amplikon diberi
pewarnaan dengan ethidium bromida yang akan berfluoresens
ketika dipaparkan pada sinar UV level medium dengan Panjang
gelombang 300nm dari UV transilluminator.
TEKNIK
PCR
Teknik PCR dinilai memiliki cukup banyak keunggulan dalam
mendiagnosis penyakit, namun teknik ini juga memiliki beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, beberapa peneliti mengeksplorasi teknik
amplifikasi DNA lebih lanjut, sehingga mereka menemukan metode
amplifikasi yang disebut Loop-mediated Isothermal Amplification
(LAMP). Baik PCR maupun LAMP, masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam penggunaannya. Artikel ini akan mengulas
mengenai perbedaan prinsip kerja, kelebihan, kekurangan, dan aplikasi
teknik PCR dan LAMP sebagai metode diagnostik molekuler.
Kelebihan Dan Kekurangan
Teknik PCR