PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Praktikum
Bioteknologi Perikanan Tentang PCR
Oleh :
SYAFITRI SIREGAR
NIM.201710260312085
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERTERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud dengan PCR.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja atau cara kerja dari PCR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Hasil
Berikut ini merupakan hasil dari praktikum PCR
Gambar Keterangan
Hasil PCR dari sampel isolasi DNA
yang berwarna hijau.
3.2. Pembahasan
Elektroforesis biasanya memerlukan media penyangga sebagai tempat
berimgrasinya molekul. Media penyangga yang dipakai pada praktikum kali ini
adalah gel agarose. Matriks agarose yang berfungsi untuk memisahkan protein
berdasarkan ukuran dan menstabilkan pH buffer agar muatan protein tidak
berubah. Mesin elektroforesis dinyalakan dengan tegangan 60 V selama 50 menit.
Pada saat proses elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari
elektroda negatif menuju elektroda positif sampai pada jarak tertentu dan pada gel
agarose tergantung pada berat molekulnya. Semakin rendah berat molekulnya
maka semakin jauh juga protein bergerak dengan kata lain mobilitasnya tinggi.
Begitu pula sebaliknya protei yang berat molekulnya lebih besar akan bergerak
pada jarak yang lebih pendek dengan kata lain mobilitasnya rendah. Protein
dengan mobilitas tinggi akan berhenti bergerak pada bagian bawah gel, sedangkan
protein yang mobilitasnya rendah. Dengan demikian pada jalur pergerakan protein
akan didapatkan jajaran protein (disebut sebagai band atau pita protein) yang
sudah terseparasi berdasarkan berat molekulnya.
Elektroforesis hasil PCR yang didapatkan pada saat praktikum yang di foto
menggunakan Gel.doc, di dapatkan hasil yang band atau pitanya nya tidak terbaca
dan pita – pita DNA menumpuk kemudain menyebar atau dengan kata lain,
praktikum yang dilakukan tidak berhasil. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan
nyata antara pita yang dipengaruhi oleh persentasi agarose, waktu elektrofosresis
dan konsentrasi EtBr, dan pita – pita DNA masih tercampur dengan kotoran dan
belum menjadi DNA murni.
Tahap annealing merupakan tahap yang penting dalam PCR, karena jika
suhu annealing terlalu rendah bisa membentuk hasil yang tidak spesifik, begitu
juga jika terlalau tinggi maka akan menyebabkan penguraian utas tunggal primer
DNA. Suhu annealing optimum untuk beberapa pasangan primer template dan
suhu optimumnya merupakan suatu fungsi dari melting temperature dari pasangan
primer yang kurang stabil. Pada suhu 55C primer akan menempel pada cetakan
yang sudah terpisah menjadi rantai tunggal.
Primer akan membentuk jembatan hidrogen dengan cetakan pada daerah
sekuen yang komplementer dengan sekuen primer. Suhu yang digunakan dalam
perikanan pada proses annealing itu sekitar 55C - 63C dan suhu yang digunakan
pada saat praktikum itu 55C -65C, pada suhu yang lebih tinggi spesifitas reaksi
akan meningkat, tetapi secara keseluruhan akan menurunkan efeiensinya.
Keberhasilan amplifikasi fragmen DNA dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
DNA template, primer, buffer PCR, MgCl2, enzim polimerase, suhu waktu dan
jumlah siklus, suhu annealing ditentukan oleh susunan primer. (Rahmaningsi,
2016).
Tegangan pada elektroforesi adalah 50 – 100 V dan tengangan yang
digunakan pada saat praktikum untuk elektroforesi itu adalah 60 V dalam waktu
50 menit. Hal ini dikarenakan semakin rendah tengangan pada elektroforesis
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya semakin
tinggi tegangan pada elektroforesis maka semakin cepat waktunya. PCR dan
elektroforeis memang harus dilakukan secara berulang ulang agar mendapatkan
hasil yang maksimal. (Rahmaningsih, 2016)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik memperbanyak
DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh sepasang primer.
Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi DNA target dalam jumlah
jutaaan kali hanya dalam beberapa jam. Setiap urutan basa nukleotida yang
diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya.
Pada prinsipnya DNA mengalami denaturasi yang berlangsung pada suhu
94 - 98C, selama tahap ini rantai ganda DNA akan terpisah menjadi rantai
tunggal. Selanjutnya tahap penempelan (annealing) merupakan proses
penempelan primer pada bagian DNA template yang komplemen urutan basanya
dan berlangsung pada suhu 50 - 65C. tahap annealing berlangsung selama 1 – 2
menit. Terakhir tahap extension ini terjadi proses pemanjangan untai baru DNA,
dimulai dari posisi primer yang telah menempel di urutan basa nukleotida DNA
target yang akan bergerak dari ujung 5’ menuju 3’ dari untai tunggal DNA.
DAFTAR PUSTAKA