DISUSUN OLEH
NAMA : ANDI AGUNAWAN FAUZAN ANWAR
NIM : B1D122193
KELAS : E TLM
NAMA DOSEN : RISKY NURUL FADILA RN, S. Si., M. Kes
A. Latar belakang
1
diagnostik medis, PCR digunakan untuk mendeteksi penyakit
infeksi, kanker, dan penyakit genetik. Demikianlah pendahuluan
singkat mengenai PCR. Metode ini telah membuka banyak pintu
untuk penelitian dan diagnostik di bidang biologi molekuler. Dengan
kemampuannya untuk menggandakan DNA secara efisien dan
spesifik, PCR tetap menjadi salah satu teknik yang paling penting
dalam ilmu hayati saat ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahun 1971 sebuah paper dalam Journal of Molecular
Biology oleh Kleppe dan rekan penelitinya menggambarkan suatu metode
menggunakan teknik enzimatik untuk mereplikasi DNA templat yang
berukuran pendek dengan bantuan suatu primer DNA yang dilakukan
secara in vitro (Kleppe et al., 1971). Akan tetapi gagasan awal akan
prinsip dasar PCR ini tidak mendapatkan banyak perhatian. Penemuan
teknik Polymerase Chain Reaction umumnya dipercayai terjadi pada
tahun 1983 dan dikenal atas nama Kary Mullis (Saiki et al., 1985; Mullis et
al., 1986; Saiki et al.1986; Rabinow, 1996). Beliau dianugerahi hadiah
Nobel bidang kimia pada 1993 karena penemuannya tersebut.
Pada saat mengembangkan PCR pada tahun 1983, Mullis saat itu
bekerja pada Cetus Corporation, salah satu dari perusahaan bioteknologi
pertama di Emeryville, California. Di sana ia bertanggung jawab untuk
mengembangkan teknik sintesis DNA rantai pendek. Mullis menceritakan
bahwa ia membayangkan tentang teknik PCR saat sedang
mengemudikan mobilnya pada suatu malam di sepanjang Pacific Coast
Highway (Mullis, 1998). Di dalam pikirannya Mullis membayangkan
tentang kemungkinan adanya suatu cara yang baru untuk menganalisis
perubahan (mutasi) dalam DNA ketika tiba-tiba ia terpikir akan sebuah
metode untuk mengamplifikasi setiap bagian dari DNA melalui duplikasi
yang dilakukan berulang-ulang menggunakan enzim DNA
polymerase.DNA polymerase merupakan produk alami pada setiap
organisme hidup. Dalam sel enzim ini berfungsi untuk menduplikasi DNA
ketika sel membelah dalam proses mitosis dan meiosis. Polymerase
bekerja dengan menempel pada untai DNA tunggal dan menghasilkan
untai komplementernya. Pada tahun 1980, pada saat sebelum
menggunakan enzim tersebut secara in vitro (dalam lingkungan terkontrol
di luar organisme).( kusnaidi.2020).
3
Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction, PCR)
adalah suatu metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in
vitro. PCR ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B.
Mullis. Amplifikas DNA pada PCR dapat dicapai bila menggunakan primer
oligonukleotida yang disebut amplimers. Primer DNA suatu sekuens
oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA.
PCR memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu fragmen DNA.
Umumnya primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30 nukleotida.
DNA template (cetakan) yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan
dan berasal dari patogen yang terdapat dalam spesimen klinik. Enzim
DNA polimerase merupakan enzim termostabil Taq dari bakteri termofilik
Thermus aquaticus. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) menempel pada
ujung 3’ primer ketika proses pemanjangan dan ion magnesium
menstimulasi aktivasi polymerase.(Yusuf.2013).
A .Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama yaitu ;
a. DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan.
DNA cetakan yang digunakan sebaiknya berkisar antara 105–
106 molekul. Dua hal penting tentang cetakan adalah
kemurnian dan kuantitas.
b. Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida
pendek (18 –28 basa nukleotida) yang digunakan untuk
mengawali sintesis rantai DNA. Dan mempunyai kandungan G +
C sebesar 50 – 60%.
4
dengan Triton X-100 sebanyak 0,1%; disamping itu perlu
ditambahkan 1,5 mM MgCl2. Pada proses PCR menggunakan
menggunakan alat termosiklus. Sebuah mesin yang memiliki
kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan
tabung reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap tahapan
reaksi.(Yusuf,2013).
5
B. Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang
dalam
30-40 siklus dan berlangsung dengan cepat ;
1. Denaturasi
Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum
enzim taq polimerase ditambahkan ke dalam tabung reaksi.
Denaturasi DNA merupakan proses pembukaan DNA untai
ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung
sekitar 3 menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA
terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi yang tidak
lengkap mengakibatkan DNA mengalami renaturasi
(membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini
mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu
denaturasi yang terlalu lama dapat mengurangi aktifitas enzim
Taq polymerase. Aktifitas.
2. Annealing(penempelan primer)
Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer
yang baik adalah bahwa primer sebaiknya berukuran 18 – 25
basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer
tersebut sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-masing
primer itu sendiri juga sebaiknya tidak saling berkomplemen,
karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur
sekunder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi
PCR.Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah
30 – 45 detik. Semakin panjang ukuran primer, semakin tinggi
temperaturnya. Kisaran temperatur penempelan yang
digunakan adalah antara 36oC sampai dengan 72oC, namun
suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60oC.enzim
tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5
menit masing-masing pada suhu 92,5; 95 dan 97,5oC.
3. Pemanjangan Primer (Extention)
Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya
memperpanjang DNA primer dari ujung 3’. Kecepatan
penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC
diperkirakan 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada buffer,
pH, konsentrasi garam dan molekul DNA target. Dengan
demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang
6
basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap
perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu
yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit
sehingga seluruh produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai
ganda. (Yusuf.2013).
C. Kelebihan dan Kekurangan PCR(Polymerase Chain Reaction)
7
D. Fungsi PCR (Polymerase Chain Reaction)
BAB III
MOTODE PRAKTIKUM
8
Adapun tempat dilaksanakan praktikum kali ini:
Laboratorium Molekuler gedung D lantai @ D-IV Teknologi
laboratorium medis Universitas Megarezky makassar.
C. Cara Kerja
9
sentuh Stop now close.
14. Buka penutup Mesin PCR, ambil tube PCR.
15. Cabut steker dari stop kontak Semi otomatis .(Sunardi,2020).
D. Prinsip Kerja
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah teknik yang digunakan
untuk mengamplifikasi atau menggandakan secara signifikan fragmen
DNA tertentu secara in vitro. Teknik ini dikembangkan oleh Kary Mullis
pada tahun 1983 dan sejak itu telah menjadi salah satu alat yang
paling penting dalam biologi molekuler dan berbagai aplikasi di bidang
penelitian, diagnostik, dan forensik.
10
template akan terikat secara spesifik pada untai DNA template
melalui ikatan basa komplementer. Primer DNA berfungsi sebagai
inisiasi sintesis DNA oleh DNA polimerase.
BAB IV
HASIL
11
12
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan pada praktikum
kali ini yaitu dengan melakukan praktikum ini kita dapat mengetahui
cara penggunaan dan perawatan alat PCR (Polymerase Chain
Reaction) dengan baik dan benar.
PCR (Polymerase Chain Reaction) di gunakan untuk
mendeteksi penyakit infeksi, kanker, dan penyakit genetik.. Metode
ini telah membuka banyak pintu untuk penelitian dan diagnostik di
bidang biologi molekuler. Dengan kemampuannya untuk
menggandakan DNA secara efisien dan spesifik, PCR tetap
menjadi salah satu teknik yang paling penting dalam ilmu hayati
saat ini..
B. Saran
Semoga laporan ini dapat berguna bagi
mahasiswa/mahasiswi khususnya prodi teknologi laboratorium
medis agar dapat diiplementasikan di dunia kerja.
PCR (Polymerase Chain Reaction) harus dirawat dengan
baik sesuai prosedur yang berlaku dan diklabirasi satu tahun sekali
dan tidak digunakan setiap hari agar alat ini tidak mudah rusak.
13
DAFTAR PUSTAKA
14