Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN PROTEIN URINE PADA PENDERITADIABETESMELITUS TIPE II :

STUDI LITERATUR

Melli Anggra Yuni 1 Sri Sayekti2 Badri Susanto3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email: Mellianggra8@gmail.com 2email : Sayektirafa@gmail.com 3email :
Badrisusanto@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang
menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia maupun di dunia. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran kadar protein urine pada penderita penyakit DM
tipe 2. Desain penelitian ini adalah literature review. Populasi yang dilakukan pada
pemeriksaan kadar protein urine adalah penderita diabetes melitus. Metode yang digunakan
adalah desain literature review dengan memakai format PICOS dan menggunakan kata kunci
“type 2 diabetes melitusˮ AND “protein urine diabetes melitusˮ dari 2 database yaitu google
scholardalam kurun waktu lima tahun. Hasil secara keseluruhan 5 jurnal yang diperoleh
menunjukkan bahwa terjadi adanya protein urine pada penderita diabetes melitus.
Kesimpulan terjadi adanya protein urine pada penderita diabetes melitus. Saran untuk
peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah referensi jurnal dan dapat melakukan
pemeriksaan diabetes melitus lainnya seperti gula darah dan HbA1C

Kata kunci: diabetes melitus, protein urine

OVERVIEW OF PROTEIN URINE IN DIABETES MELITUS TYPE II

ABSTRACT

Introduction Diabetes Mellitus is a type of non-communicable disease that is a serious


problem for the health of the Indonesian people and in the world. Objective of this study is to
describe the level of urine protein in patients with type 2 diabetes. Design of this study was a
literature review. The population that was carried out on the examination of urine protein
levels was diabetes mellitus sufferers. Method used was a literature review design used the
PICOS format and used the keywords "type 2 diabetes mellitus" AND "diabetes mellitus
urine protein" from 2 databases, namely Google Scholar, within five years. Result overall of
5 journals obtained indicate that there is urine protein in people with diabetes mellitus.
Conclusion is that there is urine protein in people with diabetes mellitus. Suggestion for
further researchers are suggested to add journal references and be able to check other
diabetes mellitus such as blood sugar and HbA1C.

Key words: diabetes mellitus, urine protein

PENDAHULUAN oleh pankreas sesuai dengan kebutuhan


(Suiraoko, 2012). Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu ditandai dengan berbagai gejala seperti
gangguan dari sistem metabolisme didalam poliuria, polidipsia, dan polifagia dengan
tubuh akibat di tandai dengan adanya penurunan berat badan. Apabila penyakit
peningkatan kadar gula darah sebagai Diabetes Melitus dibiarkan tidak terkendali
penyakit menahun. Hal ini disebabkan oleh akan terjadi komplikasi yang berakibat
gagalnya hormon insulin yang diproduksi fatal yaitu komplikasinya penyakit ginjal.
Penderita Diabetes Melitus yang tidak penyandang Diabetes Melitus di Indonesia
terkendali maka fungsi ginjal akan dari 8,4 juta di tahun 2000 menjadi sekitar
mengalami gangguan dan memiliki 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI,
pembandingan tinggi dibandingkan orang 2015).
yang tidak menderita Diabetes Melitus
(O’Callaghan, 2009) Diabetes Melitus dapat disebabkan oleh
beberapa faktor resiko. Pola hidup yang
Penyakit Diabetes Melitus yang dapat tidak sehat adalah penyebab paling banyak
dikendalikan oleh empat pilar ditemui. Makan makanan yang
penatalaksanaan Diabetes Melitus di mengandung lemak/gula merupakan
karenakanasupan makananan dari pasien contoh pola hidup yang tidak sehat
tidak diperhatikan. Kadar gula darah (Sukardji dan Soegondo, 2008).
meningkat pada pasien Diabetes Melitus Pencegahan penyakit Diabetes Melitus tipe
berperan sebagai penyebab dari ketidak 2 terdiri dari 4 tingkatan, yakni
seimbangan jumlah insulin, karena itu pencegahan tingkat dasar (primordial
pencegahan agar gula darah tidak preventio), primacy prevention yaitu
meningkat dengan melakukan diet gula pencegahan tingkat pertama yang meliputi
yang tepat agar bias mengontrol gula darah promosi kesehatan dan pencegahan
(Soegondo, 2015). khusus. Pencegahan tingkat kedua atau
Secondary prevention yakni meliputi
Penderita yang mengalami penyakit diagnosa dini serta pengobatan yang tepat.
ginjalakan penurunan Laju Filtrasi Pencegahan tingkat tiga atau Tertiary
Glomerulus (LFG) dan fungsi ginjal juga prevention yang meliputi pencegahan
menurun. Terjadi kerusakan pada terhadap terjadinya cacat dan rehabilitasi
glomerulin atau tubula pada ginjal apabila (Anggraeini dan Budiarto, 2013).
protein dapat masuk kedalam urine.
Protein urine juga di gunakan untuk Diabetes Melitus merupakan sekumpulan
menentukan permeabilitas membran gangguan metabolik ditandai dengan
basalis glomerulus. Adanya sejumlah peningkatan kadar glukosa darah atau
protein di dalam urin merupakan indikator kadar gula darah (hyperglikemia) akibat
kegawatan gangguan ginjal. Pemeriksaan sekresi insulin mengalami kerusakan, kerja
protein urin adalah pemeriksaan rutin dan insulin, ataupun keduanya. Tiga
juga cukup efektif untuk mengetahui komplikasi akut utama diabetes terkait
apakah terjadi kerusakan pada glomeruli ketidak seimbangan kadar glukosa darah
atau tubula pada ginjal. Jika sudah terjadi yang berlangsung dalam jangka waktu
suatu komplikasi, usaha untuk pendek ialah hipoglikemia, ketosiadosis
penyembuhan keadaan tersebut ke arah diabetik (DKA) dan sindrom nonketotik
normal sangat sulit. Kerusakan yang terjadi hiperosmolar hiperglikemik. Hyperglikmia
biasanya menetap. Pencegahan keadaaan dalam jangka panjang dapat berperan
komplikasi pada Diabetes Melitus sangat menyebabkan komplikasi mikrovaskular
penting mengingat sifatnya penyakit yang kronik (penyakit ginjal dan penyakit mata)
menahun dan apabila timbul komplikasi, dan komplikasi neuropatik. Diabetes
biaya pengobatannya sangat mahal dikaitkan juga dengan peningkatan insiden
(Soegondo, 2004). penyakit makrovaskular, seperti penyakit
arteri koroner (infark miokard), penyakit
World Health Organization (WHO), serebrovaskular atau stroke, dan penyakit
memprediksi peningkatan jumlah vascular perifer (Brunner dan Suddart,
penyandang Diabetes Melitus menjadi 2013).
salah satu ancaman kesehatan global.
Jumlah penderita Diabetes Melitus Menurut Tapan (2005) faktor resiko
semakin meningkat setiap tahunnya baik di Diabetes Melitus ada 7 antara lain:
Indonesia maupun dunia. Tercatat dalam 1. Faktor usia
WHO memprediksi kenaikan jumlah 2. Jenis kelamin
3. Pola makan glukosa, akibat dari peningkatan
4. Keturunan kadar glukosa darah yang
5. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya diuresis
6. Kehamilan besar atau kembar osmosis
7. Obesitas atau kegemukan g.) Luka penyembuhan tertunda atau
lama karena naiknya kadar glukosa
Penderita Diabetes Melitus tipe I dan tipe didalam darah sehingga
II beresiko mengalami komplikasi seperti prosesmenghalangi penyembuhan
kehilangan penglihatan atau diabetic
retinopathy, kerusakan pembuluh darah 2. Diabetes Melitus tipe II
dan saraf atau diabetic neuropathy, dan Seseorang yang sedang mengalami
gangguan ginjal (nepropathy). Komplikasi Diabetes Melitus tipe II biasanya akan
ini dapat diminimalkan dengan cara mengalami frekuensi buang air
menjaga kadar gula darahdalam kondisi (polyuria), rasa lapar berlebih
normal melalui monitoring yang (polyfagia), rasa haus (polydipsi), cepat
konsisten, melalui pemberian insulin, dan merasa, kehilangan tenaga, lelah dan
juga diet. Penderita dengan gestasional merasa tidak fit, kelelahan
diabetes melitus akan sembuh setelah berkepanjangan dan tidak ada
melahirkan, namun mereka juga beresiko penyebabnya, mudah sakit dalam
menderita diabetes melitus tipe II dalam jangka waktu panjang, biasanya terjadi
hidupnya dikemudian waktu (Digiulio, pada usia diatas 30 tahun, tetapi
2007). prevalensinya kini semakin tinggi pada
golongan anak maupun seorang remaja.
Gejala tersebut sering terabaikan karena
dianggap sebagai keletihan akibat kerja, Urinalisis adalah pemeriksaan sampel
jika glukosa darah sudah tumpah urinesecara fisik, kimia dan mikroskopik.
kesaluran urine dan urine tersebut tidak Tes ini merupakan tes yang diminta oleh
disiram, makanan yang dikerubuti semut para klinisi. Urinalisis berfungsi sebagai
merupakan tanda gejala adanya gula (Bare alat bantu diagnosa berbagai penyakit, baik
and Smeltzer, 2002) disaluran kemih maupun penyakit sistemik
yang melibatkan saluran kemih, selain itu
Menurut Digiulio (2007) pada manifestasi test urine dapat juga mendeteksi kelainan
klinik penderita Diabetes Melitus antara asimtomatik, mengikuti perjalanan
lain yaitu: penyakit dan hasil dari pengobatan.
Dengan demikian test urine haruslah
1. Diabetes Melitus tipe I dilakukan dengan teliti, tepat dan juga
a.) Serangan cepat karena tidak ada cepat (Hardjono, 2007).
insulin yang diproduksi
b.) Nafsu makan meningkat 1. Pengertian pemeriksaan urinalisis
(polyphagia) karena sel Pemeriksaan urinalisis adalah
kekurangan energi, ada sinyal penunjang pemeriksaan yang
bahwa memerlukan makanan membantu menengakkan diagnosis
berlebih pada gangguan ginjal dan saluran
c.) Haus meningkat (polydipsia) kemih, maupun gangguan diluar
karena tubuh berusaha membuang sistem kemih seperti hati, saluran
glukosa (gula darah) empedu, pankreas, dan korteks
d.) Berat badan turun karena glukosa adrenal. Pemeriksaan pada urine
tidak dapat masuk kedalam tubuh dapat dibagi menjadi 2 yaitu
penderita pemeriksaan urine rutin dan
e.) Sering terinfeksi karena bakteri pemeriksaan urine khusus.
hidup dari kelebiham glukosa Pemeriksaan urine rutin yaitu
f.) Urinasi meningkat (polyuria) pemeriksaan yang dianggap dasar
karena tubuh berusaha membuang dan digunakan untuk pemeriksaan
selanjutnya dan untuk pemeriksaan disebabkan oleh makanan
urine khusus akan dilakukan sesuai seperti pete, durian, jengkol
dengan indikasi. Pemeriksaan urine dan yang disebabkan oleh
rutin tidak selalu sama disetiap obat, misalnya saja mentol
rumah sakit, sehingga setiap rumah (Gandasoebrata, 2010).
sakit memiliki jenis pemeriksaan 4.) Kekeruhan urine
yang berbeda (Gandasoebrata, Urine yang baru saja
2010). dikeluarkan biasanya jernih.
Timbul kekeruhan apabila
2. Pemeriksaan Makroskopis Urine urine yang didiamkan
Pemeriksaan makroskopis urine beberapa jam disebabkan oleh
adalah pemeriksaan yang dilakukan berkembangnya kuman
langsung dengan mata tanpa (Gandasoebrata, 2010).
penambahan reagent ataupun zat 5.) Berat jenis urine
kimia lainnya.Pemeriksaan Berat jenis urine yaitu
makroskopis urine antara lain: mengukur jumlah larutan
1.) Volume urine yang larut dalam urine.
Volume pengukuran urine Pengukuran berat jenis urine
bermanfaat untuk ikut ini untuk mengetahui daya
menentukan adanya gangguan konsentrasi dan data dilusi
fungsi (faal) ginjal, dalam ginjal. Dimana temperatur
kelainan keseimbangan cairan urine harus diperhatikan
badan dan juga berguna untuk koreksi terhadap hasil yang
menafsirkan hasil diperoleh. Normal berat jenis
pemeriksaan kuantitatif dan urine berbanding dengan
semi kuantitatif pada urine. jumlah urine.
Volume urine 24 jam untuk 6.) PH urine
dewasa normal daerah tropis Derajat keasaman urine harus
berkisar antara 750 ml sampai diukur pada urine baru, pH
1250 ml (Gandasoebrata, urine normal adalah 4,6 - 7,5.
2010). pH urine 24 jam asam
2.) Warna urine biasanya, hal ini disebabkan
Warna urine yang tergantung karena zat sisa metabolisme
dari sifat larut bahan dan badan yang biasanya bersifat
konsentrasi yang dikeluarkan asam. Penentuan pH urine
dalam urine..Warna urine berguna pada gangguan cairan
dapat berubah karena obat, badan elektrolit serta pada
makanan, serta penyakit yang infeksi saliran kemih yang
diderita. Warna urine normal disebabkan oleh kuman yang
adalah putih jernih, kuning menguraikan ureum. Adanya
atau kuning muda. Warna bakteri urine akan bersifat
kunimg urine normal alkalis (Gandasoebrata, 2010).
disebabkan oleh urokrom dan
urobilin. Pada keadaan 3. Pemeriksaan Kimia Urine
dehidrasi ataupun demam Pemeriksaan kimia urine
warna urine lebih kuning dan mencakup pemeriksaan reduksi,
pekat dari warna biasa ginjal protein, bilirubin, urobilinogen,
normal (Gandasoebrata, PH, berat jenis, benda keton, nitrit.
2010). Pemeriksaannya antara lain:
3.) Bau urine a. Reduksi urine
Bau urine spesifik biasanya. Pemeriksaan reduksi urine
Bau urine normal tidak keras, merupakan pengukuran kadar
bau khusus pada urine glukosa dalam urine dimana
kadar glukosa dalam urine akan Protein urine adalah protein yang terdapat
direaksikan dengan bahan dalam urine manusia yang melebihi nilai
kimia tertentu, hasil normal yaitu lebih dari 150 mg/hari.
pemeriksaan reduksi ini Protein urine dikatakan patologis apabila
sebanding dengan kadar melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali
glukosa dalam urine pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
(Gandasoebrata, 2010). Protein urine persisten jika protein urine
b. Bilirubin urine telah menetap selama 3 bulan atau lebih
Bilirubin adalah produksi dan jumlahnya biasanya hanya sedikit dari
rincian kunimg normal atas nilai normal.
hemekatabolisme. Heme
ditemukan dalam hemoglobin, a. Pemeriksaan Kualitatif
komponen utama dari sel darah 1. Pemeriksaan protein urine metode
merah (Gandasoebrata, 2010). presipitasi dengan pemanasan
c. Uribilinogen asam sulfosalicyl 20%
Urobilinogen merupakan hasil Pemeriksaan protein terhadap
metabolisme bilirubin di usus urine merupakan rutin
oleh bakteridiusus pemeriksaan. Cara rutin
(Gandasoebrata, 2010). Kebanyakan untuk menyatakan
d. Benda keton adanya ptotein yang ada dalam
Benda keton adalah asam urine berdasarkan pada timbulnya
organik yang terdapat dalam kekeruhan. Karena padatnya atau
tubuh manusia yang terdiri dari kasarnya kekeruhan itu menjadi
asam aseto asetat, asam satu ukuran untuk jumlah ptotein
betahidroksibutirat dan aseton yang ada, oleh karena itu
(Gandasoebrata, 2010). dianjurkan menggunakan urine
e. Berat jenis urine yang jernih dalam pemeriksaan
Berat jenis urine adalah ukuran terhadap protein (Gandasoebrata,
konsentrasi dalam urine. Berat 2010).
jenis urine memberi informasi 2. Pemeriksaan protein urine dengan
tentang kemampuan ginjal metode pemanasan dengan asam
dalam mengonsentrasikan acetat 6%
urine. Nilai berat jenis urine Pada pemeriksaan protein urine
adalah 1.005 – 1.030 metode asam acetat ini protein
(Gandasoebrata, 2010). yang ada dalam koloid
f. PH urine dipresipitasikan.Pemberian asam
Nilai rerata pH urine adalah acetat dilakukan untuk mencapai
6,0, tetapi dapat berkisar antara atau mendekati titik isolektrik
4,5 sampai 8.0. Hasil pH urine protein, pemanasan selanjutnya
yang dibawah 5,0 berarti asam untuk mengadakan denaturasi
sedangkan hasil Ph diatas 8,0 sehingga terjadi presipitasi. Proses
bersifat basa (Gandasoebrata, presipitasi dibantu oleh adanya
2010). garam yang telah ada dalam urine
g. Nitrit urine atau yang sengaja ditambahkan
Adanya nitrit dalam urine kedalam urine (Gandasoebrata,
merupakan indikator dari 2010).
penyakit infeksi saluran kemih 3. Pemeriksaan protein urine metode
dan nitrit hadir dengan bakteri carik celup
gram negatif yang dapat Banyak pemeriksaan penyaring
menghasilkan enzim nitrat sekarang dilakukan dengan
reductase (Gandasoebrata, menggunakan carik celup. Carik
2010). celup biasanya sangat cepat dan
mudah untuk pemeriksaan. Carik
celup berupa secarik kertas plastik (++++) : Pada kertas indikator
yang pada sebelah sisinya dilekati menunjukkan warna biru tua
dengan satu sampai sembilan
kertas isap atau bahan penyerap
lain yang setiap BAHAN DAN METODE PENELITIAN
bagiannyamengandung reagent
spesifik terhadap salah satu zat Penelitian ini merupakan studi literature,
yang mungkin ada didalam urine. strategi pencarian menggunakan PICOS
Adanya zat yang dicari ditandai framework untuk menelusuri jurnal
oleh perubahan warna tertentu
pada bagian yang mengandung 1. Population/problem,yaitu masalah atau
reagent spesifik. Pemeriksaan populasi yang akan dianalisa
protein dengan cara carik celup ini 2. Intervension, yaitu tindakan
sangat dipengaruhi oleh beberapa pelaksanaan terhadap kasus perorangan
faktor antara lain faktor suhu dan 3. Compration, penatalaksanaan yang
cahaya matahari maka carik celup digunakan sebagai pembanding
harus disismpan dengan baik 4. Outcome, hasil yang didapat setelah
(Gandasoebrata, 2010). dilakukan penatalaksaan
5. Study design, ulasan atau desain
b. Pemeriksaan Kuantitatif penelitian yang digunakan oleh jurnal
Pemeriksaan secara kuantitatif yang akan direview
dilakukan bila hasil dari pemeriksaan
semi kuantitatif menunjukkan +3 atau Dalam mencari artikel menggunakan kata
+4. Metode yang digunakan bisa kunci atau keyword untuk memperluas atau
dengan cara esbach, tetapi metode ini menspesifikkan pencarian, sehingga
ketepatannya sangat rendah, sehingga mempermudah dalam penentuan artikel
hasilnya hanya merupakan sekedar yang akan digunakan serta artikel yang
pendekatan belaka (Gandasoebrata, relevan dengan topik diperoleh dari
2010). database Google schoolar. Bahan yang
dicari diseleksi dengan menggunakan
1. Nilai Rujukan kriteria inklusi dan ekslusi Berdasarkan
Metode pemanasan asam asetat 6% hasil pencarian literature menggunakan
(-) : Tidak ada kekeruhan kata kunci melalui publikasi Google
(+) : Kekeruhan ringan tanpa Scholar jurnal yang kurang sesuai dengan
butir-butir kriteria inklusi dilakukan eksklusi,
(++) : Kekeruhan mudah dilihat sehingga diperoleh 5 jurnal yang akan
dan digunakan untuk literature review.
nampak butir dalam kekeruhan tersebut
(+++) : Urine jelas keruh dan
kekeruhan berkeping HASIL DAN PENELITIAN
(++++) : Urine sangat keruh dan
bergumpal atau memadat Pada literature review jurnal ini,
menggunakan lima judul jurnal tentang
2. Metode dipstick carik celup kadar protein penderita pada diabetes
(-) : Tidak terjadi perubahan melitus tipe 2. Kelima jurnal tersebut
warna sama dalam hal metode pemeriksaan,
(+) : Pada kertas indikator berbeda tempat pelaksanaan, teknik
menunjukkan warna hijau sampling dan jumlah sampel yang
(++) : Pada kertas indikator digunakan dengan kriteria inklusi dan
menunjukkan warna hijau tua eksklusi untuk mengetahui kadar protein
(+++) : Pada kertas indikator pada penderita diabetes melitus tipe 2
menunjukkan warna biru (Tabel.4.2).
Tabel 4.2 Hasil literature review protein aiki diabetik (++++):1 setelah
urine pada penderita DM tipe II derajat yang pengobatan
Studi/aut Jumlah Outcome protein menjalani antihipertensi
hor sampel urine rawat jalan Golongan
Korelasi 51responden Didapatkan pada di RSUP ACEI:didapatkan
Pemeriks Diabetes responden kadar pasien Sanglah protein
aan Mellitus protein ≤ 100 diabetes Denpasar. Negatif:1 dan
Glukosa Tipe II mg/dl: 20 dan melitus protein positif
Urin kadar protein 100- tipe 2 di (++++): 0. Ini
Dengan 500 mg/dl: 31 RSUP menunjukkan
Protein Terdapat Sanglah bahwa obat
Urin hubungan antara Denpasar hipertensi
Pada kadar glukosa / gol.ACEI dapat
Penderita urin dengan Jaya, A. menurunkan
Diabetes protein urin pada ., kadar protein
Mellitus penderita diabetes Sarasmit
Tipe II/ mellitus tipe 2 a, M. .
Muslim, (Sig. 0,003) dan
A.2016 Karsana,
Korelasi 41 Responden A. A. .
resistive responden diabetes melitus 2018
index protein urine tipe 2 terbanyak Hubunga 32 penderita 42,1% responden
ginjal (+) dan 41 pada proteinuria n antara diabetes protein positif
dengan lainnya (-) positif yaitu +2 gula melitus mempunyai kadar
proteinur protein urine sebanyak 14 darah gula puasa tinggi.
ia pada Diabetes orang (17,1%) puasa uji Chi-Square di
pasien Melitus Tipe dan dapatkan nilai
diabetes II proteinur signifikan 0,010
melitus ia pada
tipe 2/ pasien
Welaty, diabetes
A. R. et melitus
al, 2019 tipe 2
Gambaran 40 penderita Responden /
Protein Diabetes diabetes melitus Hidayati,
Urine dan Melitus tipe tipe 2 terbanyak P. H.,
Glukosa II yang pada proteinuria Abdullah
Urine Pada merupakan positif yaitu +2 , R. P. I.
Penderita anggota sebanyak 14 dan
Diabetes PERSADIA orang (17,1%) Budiman
Melitus , B. 2020
Tipe II
Persadia
RSU Santo PEMBAHASAN
Antonius
Pontianak/ Tujuan dari peneliti Azari Muslim (2016)
Nurhayat untuk mengetahui korelasi pemeriksaan
i, E. dan glukosa urine dengan protein urine pada
Purwanin
gsih, I.
penderita Diabetes Melitus Tipe II. Hasil
2018 penelitian didapatkan 0 responden dengan
Efektivit 32 14responden hasil antara negatif sampai dengan 30
as responden diabetes melitus mg/dl, 20 responden dengan hasil protein
antihipert diabetes tipe 2 hasil urine antara lebih dari 30 mg/dl sampai
ensi melitus tipe protein urine 100 mg/dl dan 31 responden dengan hasil
dalam 2 dan (+):7, (++):2, protein urine lebih dari 100 mg/dl sampai
memperb nefropati (+++):4 500 mg/dl (Tabel. 2). Penderita Diabetes
Melitus yang menahun terjadi kerusakan glukosa urin positif (+) dan 4 responden
pada pembuluh darah halus diginjal. glukosa urin positif positif 4 (Gambar.3).
Kerusakan pembuluh darah menimbulkan Pada penelitian tidak dijelaskan subyek
kerusakan glomerulus yang berfungsi penelitian (responden) dengan protein
sebagai penyaring darah. Tingginya kadar positif berbanding lurus dengan kadar
glukosa akan membuat struktur ginjal glukosa urine positif. Pada penderita DM
berubah sehingga fungsinya terganggu mempunyai risiko terjadi gangguan fungsi
yang mengakibatkan protein atau albumin ginjal ditandai dengan ditemukan adanya
dapat melewati glomerulus sehingga protein dalam kemih, sehingga diperlukan
protein atau albumin dapat ditemukan pemeriksaan lanjutan pada subyek
didalam urine. penelitian dengan hasil protein positif yang
akan datang dengan melakukan
Peningkatan resistive index pemeriksaan kadar gula.
menggambarkan adanya proses fibrosis
renal dapat menjadi prediktor independen Keberadaan proteinuria merupakan suatu
dari penurunan fungsi ginjal. Tujuan dari prediktor yang sangat kuat dalam risiko
penelitian Welaty, et al (2019) untuk kerusakan ginjal dan kardiovaskuler pada
mengetahui korelasi resistive index ginjal pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
dengan proteinuria pada pasien Diabetes komplikasi hipertensi. Penurunan tingkat
Melitus Tipe 2. Hasil penelitian didapatkan proteinuria pada pasien dapat menurunkan
41 responden dengan hasil (-) protein risiko yang tidak diinginkan terhadap renal
urine, 12 responden dengan hasil protein dan kardiovaskular.
urine (+), 14 responden dengan hasil
protein urine (++), 11 responden dengan Tujuan dari penelitian Jaya, et al., (2018)
hasil protein urine (+++) dan 4 responden untuk efektifitas obatantihipertensi dalam
dengan hasil protein urine (++++). Selain memperbaiki derajat protein urine pada
pemeriksaan protein urine dilakukan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP
pemeriksaan laju filtrasi glomerulus Sanglah Denpasar. Hasil dari penelitian
(eGFR) dan pemeriksaan kecepatan aliran didapatkan7 responden protein urine (+), 2
darah arteri ginjal (resistive index) dengan responden protein urine (++), 4 responden
menggunakan Doppler Ultrasound. Dari protein urine (+++) dan 1 responden
penelitian ini didapatkan hubungan yang protein urine (++++) setelah pengobatan
cukup antarakadar protein dan laju filtrasi antihipertensi golongan ACEI. Didapatkan
glomerulus (eGFR) (Tabel.7), artinya hasilprotein urinenegatif 1 responden dan 0
bahwa pasien dengan protein positif akan responden protein urine positif (++++) ini
mengalami penurunan laju filtrasi menunjukkan bahwa obat hipertensi
glomerulus. Sedangkan antara kadar golongan ACEI dapat menurunkan kadar
protein dan nilai kecepatan aliran darah protein urine.Keberadaanproteinuria
(resistive index) ginjal didapatkan merupakan suatu prediktor yang sangat
hubungan yang kuat (Tabel.7), artinya kuat dalam risiko kerusakan ginjal dan
bahwa semakin tinggi kadar proteinuria, kardiovaskular pada pasien diabetes
maka semakin tinggi nilairesistive index melitus tipe 2 dengan komplikasi
ginjal. hipertensi.

Pemeriksaan sederhana dan cukup efektif Tujuan dari penelitian Hidayati, et al.,
untuk mengetahui fungsi ginjal adalah (2020) untuk mengetahui hubungan antara
pemeriksaan protein urin. Tujuan dari kadar gula darah puasa dan proteinuria
penelitian Nurhayati dan Purwaningsih pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil
(2018) untuk mengetahui gambaran protein penelitian didapatkan 42,1% responden
urin dan glukosa urin pada penderita DM protein positif mempunyai kadar gula
tipe II. Hasil penelitian didapatkan 8 puasa tinggi. uji Chi-Square di dapatkan
responden (20%) dengan hasil protein urin nilai signifikan 0,010 (Tabel 4), ini
positif (+) (Gambar.4) dan 5 responden menunjukkan terdapat hubungan antara
gula darah puasa dengan kejadian KEPUSTAKAAN
proteinuria pada pasien diabetes melitus
tipe 2. Pada penelitian ini menunjukkan Budiarto, E. and Anggraeni, D. 2013
bahwa pasien yang terdeteksi proteinuria Pengantar Epidemiologi. 2nd edn.
positif sebanyak 8 orang (30,8%) hal ini Jakarta: EGC. Hal. 9.
menunjukkan bahwa tidak semua pasien
diabetes melitus dapat terdeteksi Brunner and Suddart, 2013.Buku Ajar
proteinuria (Tabel 4). Pada pasien Diabetes Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Melitus yang memiliki kadar glukosa volume 2. Jakarta ECG.Hal. 616.
darah yang tidak terkontrol sangat rentan
mengalami kejadian proteinuria. Digiulio, Mary. 2014. Keperawatan
Medical Bedah.Ed. 1. Yogyakarta :
Hasil literature review didapatkansemua Rapha publishing. Hal.17-26.
jurnal menunjukkan protein urinepositif
pada penderita diabetes melitus tipe 2. Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun
Hasil protein urine positif merupakan salah Laboratorium Klinik, Edisi 16. Dian
satu tanda awal terjadinya nefropati Rakyat Jakarta. Hal: 20-25
diabetik, sehingga, dapat digunakan untuk
memprediksi perkembangan penyakit Hardjono Sastrohanidjojo. 2007.
ginjal (Hidayati et al., 2020). Selain itu Sprektoskopi. Yogyakarta : Liberty.
pada pasien diabetes melitus tipe 2, protein Hal. 11.
urine positif merupakan suatu prediktor
yang sangat kuat dalam risiko protein urine Hidayati, P. H., Abdullah, R. P. I dan
positif kardiovaskular dengan komplikasi Budiman, B. 2020‘Hubungan Antara
hipertensi (Jaya et al., 2018), sehingga Gula Darah Puasa dan Proteinuria
penurunan protein pada pasien diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
melitus tipe 2 dapat menurunkan risiko di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar’,
kardiovaskular. hal.1–8.

Jaya, A. ., Sarasmita, M. . and Karsana, A.


SIMPULAN DAN SARAN A. 2018 ‘Efektivitas Antihipertensi
Dalam Memperbaiki Derajat Protein
Simpulan Urin Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di RSUP Sanglah Denpasar’,
Berdasarkan hasil literature review yang Jurnal Farmasi Udayana, 6(2), hal. 1-
sudah dilakukan didapatkan semua jurnal 5.
menunjukkan protein urinepositif pada
penderita diabetes melitus tipe 2, Muslim, A. 2016 ‘Korelasi Pemeriksaan
merupakan salah satu tanda awal Glukosa Urin Dengan Protein Urin
terjadinya nefropati diabetik. Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II di RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Saran Provinsi Lampung’, Jurnal
Kesehatan, 7(1), hal. 52-56.
Pemeriksaan urine rutin, adalah salah satu
pemeriksaan kimia urine yang dapat Nurhayati, E. and Purwaningsih, I. 2018
digunakan sebagai pematauan pada orang Gambaran Protein Urin Dan Glukosa
diabetes melitus tipe 2.Untuk peneliti Urin Pada Penderita Diabetes Melitus
selanjutnya disarankan untuk menambah Tipe II Persadia RSU Santo Antonius
referensi jurnal dan dapat melakukan Pontianak, Jurnal Laboratorium
pemeriksaan diabetes melitus lainnya Khatulistiwa. 1. (2). Hal. 104 - 109.
seperti gula darah dan HbA1C.
O’ Callaghan, Chis., 2009. At a Glance
Sistem GinjalEdisi 2 : Jakarta.
Penerbit Gelora Aksara Pratama. Jakarta: Balai Penerbit
Hal.25. FKUI.Hal. 25

Perkeni. 2015. Konsesus Pengelolaan Dan Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif .


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Yogyakarta: Nuhamedika. Hal. 178.
Di Indonesia 2015. Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Smeltzer and Bare. 2010. Textbook of
Indonesia (PB Perkeni). Jurnal medical surgical nursing vol. 2.
Kensus. Vol. 1. Putri, F.D. Philadelphia: Linppincott. Hal. 618.

Soegondo, Sidartawan, Pradana Tapan, Erik. 2005. Kesehatan Keluarga :


Soewondo, Imam Subekti, ed. Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT.
2004. Penatalaksanaan Elex Media Komputindo. Hal. 46.
Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta ; FKUI.Hal. 438. Welaty, A, R, Idris, N, Murtala, B,
Zaiunudin, A, A., Kasim, H, dan
Soegondo, S. and Sukardji, K. 2008 Hidup Latief, N, 2019Korelasi resistive
secara mandiri dengan index ginjal dengan proteinuria pada
diabetes melitus, kencing pasien diabetes melitus tipe 2,
manis, sakit gula. Jakarta: Majalah Kedokteran Andalas.43. Hal.
Balai Penerbit.Hal: 17-21. 29-37.

Soegondo. 2015. Penatalaksanaan


Diabetes Melitus Terpadu .

Anda mungkin juga menyukai