APOTEKER
di
Disusun oleh:
Michael Pangondian Pasaribu, S.Farm
NIM : 230213091
di
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia
Disusun Oleh :
Michael Pangondian Pasaribu, S.Farm
NIM : 230213091
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melaksanakan PKPPA
di rumah sakit. PKPPA ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Program
berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan.Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Sari
Mutiara Medan
2. Ibu Dr.Dra. Ivan Elisabeth Purba, S.H., M.Kes., selaku Rektor Universitas
3. Ibu Taruli Sinaga, SP.MKM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. Ibu apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si.,M.Si sebagai Ketua Program Studi
5. Ibu apt. Eva Diansari Marbun, M.Si selaku Pembimbing yang telah berkenan
7. Bpk dr. Otman selain Dirmed juga sebagai Plh Direktur Sumber Daya
Operasional.
9. Dra. Evarida Saragih, Apt selaku pembimbing saya dirumah sakit RSUD H.
13. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Staf Pengajar
14. Seluruh karyawan di RSUP H Adam Malik Medan atas kerja sama dan
15. Ayahanda dan ibu tercinta atas doa, kasih sayang, nasihat dan dukungan baik
moril maupun materil, serta untuk kakak dan adik, semua keluarga dan
16. Kepada teman-teman satu tim dalam melaksanakan Praktek Kerja Pendidikan
Profesi Apoteker yang telah bekerja sama dengan baik selama masa praktek
iii
kerja profesi di RSUP H Adam Malik Medan.Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
iv
RINGKASAN
farmasi rumah sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan. PKPPA ini bertujuan agar
PKPPA di rumah sakit yaitu memahami fungsi dan tugas rumah sakit dalam
mengetahui peran apoteker dalam mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai (BMHP) mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
kepada pasien.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
RINGKASAN.................................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan kegiatan..................................................................... 4
1.3 Manfaat Kegiatan.................................................................. 4
1.4 Pelaksanaan Kegiatan........................................................... 4
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik 62
Gambar 3.2 Penyimpanan Tabung gas.A.Tabung gas N2O dan O2 (kiri-
kanan); B.Penyimpanan tabung gas O2 dengan cara
dirantai; C.Tabung gas O2....................................................... 96
Gambar 3.3 Alur Pemesanan Gas Medis dari RSUP H.Adam Malik Ke
Rekanan.................................................................................. 96
Gambar 3.4 Alur Pemesanan Gas Medis dari Ruangan ke RSUP
H.Adam Malik........................................................................ 97
Gambar 3.5 Tangki Gas O2......................................................................... 97
Gambar 3.6 Struktur Organisasi ISSB........................................................ 98
Gambar 3.7 Alur Sterilisasi di RSUP H. Adam Malik............................... 99
Gambar 3.8 Indikator eksternalsebelum dan sesudah sterilisasi................ 102
Gambar 3.9 Indikator Kimia....................................................................... 104
Gambar 3.10 Indikator Internal dengan uji bowiedick................................. 104
Gambar 3.11 Indikator Biologi..................................................................... 105
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Salah satu pelayanan yang dilakukan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016).
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
1
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (Menkes RI, 2017).
(dua) kegiatan, terdiri dari kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan farmasi klinis. Pengelolaan Sediaan
a. Pemilihan
b. Perencanaan
c. Pengadaan
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
h. Pengendalian, dan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
c. Rekonsilisasi obat
e. Konseling
f. Visite
2
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk
pelayanan medis pada fasilitas pelayanan kesehatan. Vakum Medis adalah alat
dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk menghisap cairan tubuh pada
pelayanan medis di fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem Instalasi Gas Medis dan
Vakum Medis adalah seperangkat sentral gas medis dan vakum medis, pipa, katup
penutup dan alarm gas medis sampai ke titik outlet medis dan inlet medis (Menkes
RI, 2016).
Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu atau disebut juga ISSB merupakan
satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses
sudah sesuai atau sudah berpedoman pada Undang Undang No. 11 Tahun 2020
maka Fakultas
3
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia menyelenggarakan
Studi Pendidikan Profesi Apoteker, yang bekerja sama dengan Rumah Sakit
bermanfaat untuk:
rumah sakit.
hingga 21 Agustus 2023 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
dijalan Bunga Lau nomor 17, Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan
4
BAB II
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (Presiden RI, 2009).
Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit, dan
dengan cara menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance)
bahwa rumah sakit mempunyai tugas di bidang Kesehatan, atau instalasi tertentu
5
dengan
6
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit
umum dan khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan rumah
sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
dan sumber daya manusia, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi Rumah
Sakit
7
Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D.
sakit kelas A paling sedikit memiliki 250 (dua ratus lima puluh) tempat tidur.
Rumah sakit umum kelas A terdiri dari pelayanan paling sedikit meliputi:
pelayanan medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari 18 dokter umum
pelayanan medik dasar, 4 dokter gigi umum pelayanan medik gigi mulut, 6 dokter
Rumah Sakit, rumah sakit kelas B paling sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur.
Rumah sakit yang memiliki pelayanan paling sedikit meliputi: pelayanan medik
(tenaga medis paling sedikit terdiri dari: 12 dokter umum, 3 dokter gigi umum, 3
Sakit, rumah sakit kelas C paling sedikit 100 (seratus ) tempat tidur. Rumah sakit
8
yang memiliki pelayanan paling sedikit yaitu meliputi : pelayanan medik (tenaga
medis paling sedikit terdiri dari 9 dokter umum pelayanan medik dasar, 2 dokter
gigi, 2 dokter spesialis dasar, 1 dokter spesialis penunjang, 1 dokter gigi spesialis
gigi mulut), pelayanan kefarmasian (tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari
Rumah Sakit, rumah sakit kelas D paling sedikit 50 (lima puluh) tempat tidur.
Rumah sakit yang memiliki pelayanan paling sedikit meliputi: pelayanan medik
(tenaga medis paling sedikit terdiri dari 4 dokter umum, 1 dokter gigi, 1 dokter
rawatinap.
diklasifikasikan menjadi rumah sakit ibu dan anak, mata, otak, gigi dan mulut,
kanker, jantung dan pembuluh darah, jiwa, infeksi, paru, telinga hidung dan
9
1. Tenaga medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktek kedokteran di
undangan.
4. Tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan, sesuai dengan kebutuhan
tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab rumah sakit (Menkes
RI, 2016).
48, setiap Rumah Sakit harus memiliki peraturan internal dan organisasi yang
undangan. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiriatas Kepala Rumah Sakit
atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis dan satuan pemeriksaan internal serta administrasi
umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang
10
Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan
di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. Tim Farmasi dan Terapi harus dapat
Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang
apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun
apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. Tim Farmasi dan
Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, minimal 2 (dua) bulan sekali dan
untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat Tim
Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah
sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan. Tim Farmasi dan Terapi,
yang rasional;
11
h. Menyebar luaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah
Deficiency Syndromes );
h. Transplantasi;
12
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
pelayanan kefarmasian;
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua bagian
utama yaitu pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinis. Adapun sub fungsi masing-masing
yaitu:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,
antara lain:
- Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
yang berlaku;
13
- Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
14
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
memungkinkan);
Pakai;
15
berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga
pasien.
16
- Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
Pakai.
Sakit.
RI, 2016).
18
2.4.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan
klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh menteri (Menkes RI,
2016).
inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinis,
(PIO), konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada
dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai
pelaksana.
19
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
harus di bawah supervisi apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus
Instalasi Farmasi Rumah Sakit diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai
1. Beban Kerja
dan produksi);
- Jumlah Resep atau formulir permintaan obat (floorstock) per hari, dan
- Volume sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
20
2. Perhitungan Beban Kerja
Informasi Obat (PIO), konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga
rawat jalan, maka kebutuhan tenaga apoteker juga diperlukan untuk pelayanan
tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan
rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang apoteker untuk kegiatan
21
Mengingat kekhususan Pelayanan Kefarmasian pada Unit Rawat Intensif
dan Unit Gawat Darurat (UGD), maka diperlukan pedoman teknis mengenai
Pelayanan Kefarmasian pada Unit Rawat Intensif dan Unit Gawat Darurat (UGD)
kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah
1. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.
1. Ruang Kantor/Administrasi
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang pertemuan
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan
kondisi dan
22
kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,
23
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
1. Obat Jadi
2. Obat Produksi
4. Alat Kesehatan
1. Obat Termolabil
Habis Pakai
Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit/depo farmasi). Ruang
distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi terdiri dari:
24
pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus jauh dari
hiruk pikuk kebisingan lingkungan rumah sakit dan nyaman sehingga pasien
dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan
telepon.
5. Ruang produksi
- Lokasi: Lokasi jauh daripencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
air, binatang/serangga.
dinding, lantai dan peralatan/sarana lain, barang masuk dan petugas yang
di dalam.
- Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan jarak
- Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan
25
- Tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98%.
26
- Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus kedap air, tidak
- Daerah pengolahan dan pengemasan, hindari bahan dari kayu, kecuali dilapisi
cat epoxy/enamel.
sesuai dengan ketentuan cara produksi atau peracikan obat di Rumah Sakit.
- Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air Flow = kelas 100)
Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas
- Dinding: Permukaan rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras, tanpa
sambungan, resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.
dengan
27
permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.
28
- Plafon: Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas plafon, dan lampu rata
udara.
- Pintu: Rangka terbuat dari stainles steel. Pintu membuka ke arah ruangan
- Aliran udara: Aliran udara menuju ruang bersih, ruang penyiapan, ruang ganti
pakaian dan ruang antara harus melalui HEPA (High Efficiency Particulate
Air) filter dan memenuhi persyaratan kelas 10.000. Pertukaran udara minimal
- Tekanan udara: Tekanan udara di dalam ruang bersih adalah 15 Pascal lebih
rendah dari ruang lainnya sedangkan tekanan udara dalam ruang penyiapan,
ganti pakaian dan antara harus 45 Pascal lebih tinggi dari tekanan udara
luar.
- Temperatur: Suhu udara diruang bersih dan ruang steril, dipelihara pada suhu
16 – 25° C.
Ruang bersih, ruang penyangga, ruang ganti pakaian steril dan ruang ganti
Tekanan udara dalam ruangan yang mengandung risiko lebih tinggi terhadap
ruang sekitarnya.
7. Laboratorium Farmasi
a. Lokasi
29
- Lokasi terpisah dari ruang produksi.
- Konstruksi bangunan dan peralatan tahan asam, alkali, zat kimia dan
pereaksi lain (harus inert), aliran udara, suhu dan kelembaban sesuai
persyaratan.
-
8. Peralatan
peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk
obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap
- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik steril dan
30
- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
- Alarm.
Macam-macam peralatan:
a. Peralatan Kantor:
- Komputer/mesin tik
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi ini
efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk
c. Peralatan Produksi
31
- Biological Safety Cabinet/Vertical Laminar Air Flow Cabinet
- Barometer
- Termometer
- Wireless intercom.
e. Peralatan Penyimpanan
limbah sitotoksik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk
f. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
g. Peralatan Konsultasi
32
- Komputer
- Telepon
- Lemari arsip
- Arsip
- Komputer
- Telepon – Faksimili
- Lemari arsip
- Kartu arsip
- Kartu Arsip
- Lemari/rak arsip
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit untuk menjamin seluruh
Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
33
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Berdasarkan
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi dengan sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan
Instalasi Farmasi dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu merupakan satu-
Pakai (BMHP).
Habis Pakai.
Habis Pakai.
34
pegawai.
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
2.4.5.1 Pemilihan
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan
kepada:
2. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
3. Pola penyakit
6. Mutu
7. Harga
8. Ketersediaan di pasaran
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulisresep,
35
formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan
2.4.5.2 Perencanaan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
2. Penetapan prioritas
3. Sisa persediaan
kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya.
36
90%), tetapi biasanya volumenya (5-10%)
antara lain: obat penyelamat jiwa, obat untuk pelayanan kesehatan pokok,
langsung/kecacatan.
kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit yang
2.4.5.3 Pengadaan
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
37
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar instalasi farmasi harus melibatkan
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus
- Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu (contoh: vaksin,
obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat
a. Pembelian
- Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
- Persyaratan pemasok
38
dan Bahan Medis Habis Pakai
apabila:
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis dapat membantu pelayanan kesehatan,
maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis harus sesuai
2.4.5.4 Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
39
2.4.5.5 Penyimpanan
sediaan dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA/Look Alike Sound Alike) tidak
2.4.5.6 Pendistribusian
atau menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di
40
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut:
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh instalasi
farmasi.
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
jawab ruangan.
- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
instalasi farmasi.
Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
d. Sistem kombinasi
41
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b
42
c atau a + c.
untukpasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian
floor stockatau resep individu yang mencapai 18% (Menkes RI, 2016).
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
Pemusnahan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
- Telah kedaluarsa
pihak terkait
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
43
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus
2.4.5.8 Pengendalian
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
- Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala (Menkes RI, 2016).
2.4.5.9 Administrasi
44
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)
pengkajian resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
aratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun
- nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
- duplikasi pengobatan
45
2.4.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara
atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Menkes RI, 2016).
akan dilakukan dengan obat yang telah didapat pasien sebelumnya. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah yang terkait obat (Drug Related
Problem). Drug Related Problem rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu
Rumah Sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang
keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya, sebab dalam
proses tersebut pasien sering mendapatkan jenis obat yang berbeda sehingga
46
2.4.6.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit (Menkes RI, 2016).
obat atauSediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,
2.4.6.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
47
- Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya.
pengobatan pasien.
- Dokumentasi.
1. Kriteria Pasien
48
- Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi
(digoksin, fenitoin).
2.4.6.6 Visite
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapiobat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang
sudah keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan
program rumah sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah
danmemeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain (Menkes RI, 2016).
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan juga rasional bagi pasien.
Tujuan dari PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
49
Kegiatan dalam PTO meliputi:
diperhatikan:
- Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat) (Menkes RI, 2016).
respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
Samping Obat Adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki yang terkait dengan
kerja farmakologi.
50
- Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
EPO, yaitu:
2016).
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas
- Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
51
2.4.6.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah mengetahui kadar obat
dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat (Menkes
RI, 2q `016).
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk
pelayanan medis pada fasilitas pelayanan kesehatan. Vakum Medis adalah alat
dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk menghisap cairan tubuh pada
pelayanan medis di fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem Instalasi Gas Medis dan
Vakum Medis adalah seperangkat sentral gas medis dan vakum medis, pipa, katup
penutup dan alarm gas medis sampai ke titik outlet medis dan inlet medis. Oksigen
diudara (78 %) dan gas lainnya (1%). Keluaran mesin ini adalah Oksigen dengan
Gas Medis terdiri atas Gas Medis murni dan Gas Medis campuran. Gas
‒ Oksigen (O2)
‒ Nitrogen (N2)
‒ Helium (He)
‒ Argon (Ar)
52
‒ Udara tekan medis (medical compressed air), dan
Gas Medis campuran merupakan campuran dari Gas Medis murni. Vakum
Medis meliputi sebuah rakitan dari peralatan vakum secara sentral dan jaringan
pemipaan untuk pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien secara medis,
bedah medis, dan buangan sisa gas anestesi. Buangan sisa gas anestesi merupakan
proses penangkapan dan penyaluran gas yang dibuang dari sirkuit pernapasan
dilakukan melalui:
Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas
pelayanan kesehatan di ruang operasi, ruang intensif, dan ruang gawat darurat
harus dilakukan melalui penyaluran pada Sistem Instalasi Gas Medis dan Vakum
Medis. Dalam penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis wajib dioperasikan oleh
kesehatan oleh petugas harus sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini
dan Standar Prosedur Operasional. Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis
berkala
53
dan berkesinambungan. Unit Gas Medis dan Vakum Medis harus diuji
C. Pengujian
Instalasi Gas Medis dan Vakum Medis harus diuji dan diperiksa secara berkala
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. Tabung Gas Medis, Oksigen
Konsentrator portabel dan alat Vakum Medis portabel harus diuji dan/atau
Medis yang dinyatakan lulus pengujian dan pemeriksaan harus diberikan sertifikat
layak operasi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Instalasi Gas Medis
dan Vakum Medis yang dinyatakan belum lulus pengujian dan pemeriksaan harus
waktu tertentu
- Teguran lisan
54
- Teguran tertulis, dan/atau
- Pencabutan izin
peraturan perundang-undangan.
E. Ketentuan Peralihan
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua Fasilitas Pelayanan
Medis harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling
lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
Tugas dan fungsi Pelayanan gas medis adalah pemberian gas medis
Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas
pelayanan kesehatan di ruang operasi, ruang intensif, dan ruang gawat darurat
harus dilakukan melalui penyaluran pada Sistem Instalasi Gas Medis dan Vakum
Medis. Dalam penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis wajib dioperasikan oleh
Medis dan Vakum Medis atau menunjuk pihak yang berkompeten. Pengoperasian
Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas pelayanan kesehatan oleh petugas
harus sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan Standar Prosedur
Operasional. Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas pelayanan
55
kesehatan harus
56
didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Instalasi Gas
Medis dan Vakum Medis harus diuji dan diperiksa sebelum dioperasionalkan
Sarana dan prasarana Sub. Instalasi Gas Medis tidak ada ditentukan
didalam PMK Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penggunaan Gas Medik Dan Vakum
Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) merupakan satu unit atau
kondisi steril.
sebelum dipakai dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama sterilisasi sentral
57
‒ Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun sterilisasi
sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
nasokomial
steril
infeksi
58
Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional
59
Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru
2009).
Medik. Untuk rumah sakit swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur
a. Data kesehatan
Data kesehatan yang harus dimiliki oleh petugas di ISSB sterilisasi rumah
sakit yaitu surat pernyataan sehat jasmani dan rohani secara rutin serta catatan
b. Status imunisasi
60
Penyakit tersebut misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, infeksi
61
gastrointestinal, dan infeksi pada mata. Laporan mengenai penyakit dilakukan
ISSB merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok dari ISSB
adalah menerima bahan dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk
kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya
mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam
menentukan lokasi ISSB perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikuti ini:
a. Bangunan
dengan kebutuhan bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana
pelayanan di masa datang serta didesain menurut tipe dan atau kapasitas rumah
sakit.
b. Lokasi
ruangan pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau
pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan
silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk rumah sakit yang
berukuran kecil, lokasi ISSB sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar operasi
Pada prinsipnya, desain ruang ISSB terdiri dari ruang bersih dan ruang
silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan
dengan alur
62
kerja. Ruang ISSB dibagi atas 5 ruang:
1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya
a. Ventilasi
‒ Suhu 18-22°C
akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan
barang. Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi
etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran
63
pembuangan (exhaust).
- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan
perawatan.
dimaksudkan disini yaitu semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatan
yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan
Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari
64
Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian
akan disterilkan.
yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal dan sebaiknya diberikan
‒ Sterilisasi dengan suhu tinggi: sterilisasi uap (steam heat) dan sterilisasi panas
kering (dry heat)
melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus diatur secara
Sakit)
65
ReDOWS. Berikut penjelasan mengenai ReDOWS dalam SNARS:
dll)
1. Regulasi
Regulasi adalah dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang
2. Dokumen
berbentuk berkas rekam medis, laporan dan atau notulen rapat dan atau hasil audit
3. Observasi
4. Wawancara
ataupun surveior bila dalam proses ujian survei akreditasi rs yang ditujukan
profesional pemberi asuhan (PPA), staf klinis, staf non klinis, pasien, keluarga,
66
5. Simulasi
Simulasi adalah peragaaan kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakit
yang diminta oleh pengamat ataupun surveior bila dalam proses ujian survei
akreditasi RS.
67
BAB III
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas
Jalan Bunga Lau Nomor 17 kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi
RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang
meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Saat ini Rumah
Visi dari RSUP H. Adam Malik adalah Menjadi Rumah Sakit Pendidikan
dan Pusat Rujukan Nasional yang Bermutu dan Unggul Pada Tahun 2024.
68
P: Pelayanan cepat
A: Akurat
T:
Terjangkau
E: Efisien
N: Nyaman
kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien dan efektif sesuai
Oktober 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat
8. Pelayanan rujukan.
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, susunan
a. Direktur Utama
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, TFT mempunyai tugas, wewenang
70
3. Mengembangkan standar terapi.
(SMF)
yang ada di rumah sakit dengan ketua seorang dokter dan sekretarisnya adalah
Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertanggung jawab kepada Direktur
Umum Pusat H. Adam Malik Medan menyatakan bahwa instalasi farmasi adalah
penyediaan dan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medishabis
71
3.4.1 Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
farmasi.
untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang
sakit.
72
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan
73
pada Gambar 3.1 berikut ini:
tentang Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
farmasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi yang dibantu
- PJ Depo (IGD & IBP, Rindu A, Rindu B, Paviliun, Apotek, PJT, IPI,
74
- Staf Perbekalan
Kepala Instalasi Farmasi, 3 apoteker sebagai Kepala Sub Instalasi (Sub Instalasi
Farmasi Klinik, Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan, Sub Instalasi Gas Medis),
kefarmasian di rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Sedangkan untuk rawat jalan, pelayanan kefarmasian di rawat jalan Rumah Sakit
Umum Pusat
1. Sarana
a. Ruang Kantor/Administrasi
kantor/administrasi yang terdiri dari ruang pimpinan, ruang staf, ruang tata
usaha.
Habis Pakai
75
khusus untuk sediaan termolabil, bahan laboratorium dan reagensia, bahan
penyimpanan
76
obat jadi, sediaan produksi sendiri, bahan baku obat, serta alat kesehatan
disimpan terpisah.
c. Ruang Konseling
Ruang konseling RSUP H. Adam Malik terdapat di bagian rawat jalan yang
konseling untuk rawat inap belum tersedia dan apoteker rawat inap
2. Prasarana
pelayanan.
77
3.4.5.1 Tugas Dan Fungsi Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan
- Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
yang berlaku;
memungkinkan);
Pakai;
79
Medis Habis Pakai;
PJ Perbekalan :
(P2E)
- Ka. Tim
Perbekalan Staf
Perbekalan
memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat menunjang fungsi dan proses
Ruang Kantor/Administrasi
Ruang pimpinan
Ruang staf
Ruang pertemuan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan
80
kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,
81
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
Obat Jadi
Obat Produksi
Alat Kesehatan
Obat Termolabil
Habis Pakai
Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit/depo farmasi). Ruang
distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi terdiri dari:
- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara sentralisasi maupun
82
3.4.5.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
3.4.5.4.1 Pemilihan
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilaksanakan secara kolaborasi oleh instalasi farmasi dengan TFT yang dijadikan
b. Pola penyakit
e. Mutu,
f. Harga, dan
g. Ketersediaan di pasaran.
ditetapkan Tim Farmasi dan Terapi dalam formularium rumah sakit, direvisi
di bidang kedokteran dan farmasi, perubahan pola penyakit, trend penulisan resep,
3.4.5.4.2 Perencanaan
83
Malik, perencanaan
84
kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
b. Penetapan prioritas.
c. Sisa persediaan.
f. Rencana pengembangan.
3.4.5.4.3 Pengadaan
85
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
86
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
melalui 3 cara:
a. Pembelian
- E-catalog
- Non-ecatalog
- Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,
- Persyaratan pemasok.
b. Produksi
87
memproduksi kloral hidrat dan repacking alkohol dari kemasan besar ke kemasan
kecil.
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan/dropping/
hibah.
- Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus
3.4.5.4.4 Penerimaan
Kefarmasian diRumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang berisi penerimaan
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan,
dengan kondisi fisik yang diterima dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
dan
88
Bahan Medis Habis Pakai selesai dilakukan kemudian dibuat Berita Acara Serah
bawah 2 tahun harus melampirkan surat pernyataan dari distributor bahwa obat
(MSDS). Sebelum dilakukan penerimaan oleh petugas gudang dari tim teknis,
PPK melakukan serah terima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai yang kemudian dibuat Berita Acara Serah Terima (BAST) oleh
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk salah satu staf farmasi sebagai
tim teknis untuk menerima hasil pekerjaan seperti Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan juga Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan menyertakan
Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk B3, dan Sertifikat Analisa Bahan
baku.
89
perbekalan farmasi termolabil yang harus disimpan pada suhu dingin, yaitu
harus disimpan didalam cool box dan dilengkapi dengan kontrol suhu.
3. Bila Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima telah sesuai dengan faktur, Surat Pesanan (SP) dan Surat Perjanjian
Kerjasama (SPK), maka Tim Teknis PPK menerima Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai tersebut dan membubuhkan tanda
4. Tim Teknis PPK menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
5. Petugas gudang mencatat data penerimaan dan menginput kedalam SIRS dan
(SIMAK BMN).
6. Tim teknis membuat berita acara hasil pemeriksaan dan berita acara serah
terima
3.4.5.4.5 Penyimpanan
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
farmasi, Instalasi user (kamar obat pasien), depo farmasi, troli Code Blue. Area
penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
90
hanya boleh dimasuki oleh peugas yang diberi wewenang. Pengamanan
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasaan
Jantung).
lemari khusus (lemari high alert) dengan diberi garis merah (red line), harus
diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu bahan yang mudah terbakar,
disimpan didalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.
dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaannya mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
91
khusus untuk
92
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai disimpan
pada suhu kamar yang terkendali dengan suhu antara 15°C sampai 25°C, dan
sampai 8°C.
- Obat High Alert ditandai dengan penempelan label High Alert berwarna
terlokalisir dari sediaan lain dan ditandai dengan garis merah disekeliling
- Khusus untuk obat kemoterapi disimpan ditempat terpisah dari obat lain.
dengan obat lain di kotak pasien dilemari obat dengan label stiker High
2. Penyimpanan obat dengan nama obat dan rupa mirip (Look Alike Sound Alike
/LASA)
- Ketegori obat LASA di RSUP H. Adam Malik ditulis dalam daftar obat
LASA.
93
- LASA ditandai dengan penempelan label LASA berwarna kuning.
dua kunci (double lock) yang berbeda, sesuai dengan Undang- undang
narkotika.
dinas.
- Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sediaan farmasi yang bersifat
- Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus disimpan pada lemari yang
94
terbuat dari bahan yang tahan api, di tempat terpisah dan disertai tanda
bahan berbahaya sesuai sifat fisika kimia bahan yang tercantum dalam
MSDS.
95
6. Penyimpanan Sedian Farmasi, Alkes dan BMHP di Troli Code Blue
- Troli code blue adalah sarana penyimpanan alat kedokteran dan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibutuhkan
untuk menyelamatkan jiwa pasien (life saving) pada kasus henti napas dan
henti jantung.
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai troli code
- Obat High Alert pada troli code blue disimpan terlokalisir dan diberi tanda
- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
- Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di dalam lemari persediaan
ruangan selalu tersedia dengan jenis dan jumlah sesuai daftar yang telah
ditetapkan.
lemari tersebut.
96
lemari
97
persediaan ruangan dengan daftar yang telah ditetapkan.
3.4.5.4.6 Pendistribusian
melalui Depo Farmasi Rindu A, Rindu B, IGD, IBP, IPI, PJT, Paviliun dan
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai unit
pelayanan pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan
ketepatan waktu.
dasar setiap ruangan, troli emergency dan troli persediaan di ruang UPK2J (Unit
b. Unit dose dispensing, yang digunakan untuk pendistribusian pada kegiatan rawat
inap. Sediaan farmasi dan BMHP disiapkan dalam sistem one daily dose
c. Resep perseorangan adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien. Dalam
sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan sesuai yang tertera
pada resep. Metode perseorangan ini digunakan untuk pasien rawat jalan.
instalasi farmasi menyiapkan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
tertera pada surat permintaan barang. Setelah sediaan farmasi dan bahan medis
98
3.4.5.4.7 Penarikan dan Pemusnahan
Menurut Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.03/XVIII/3.3.1/6777/
penarikan dan pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai yangtidak dapat digunakan dilakukan oleh Tim Penghapusan Barang.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati
barang (retur). Apabila Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai masih bisa digunakan oleh pasien maka digunakan terlebih dahulu, dan
Provinsi, Balai POM, perwakilan dari instalasi farmasi, bagian keuangan RSUP
dan Balai POM, serta disimpan sebagai data arsip rumah sakit.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dikarenakan adanya instruksi dari pemerintah (BPOM), atau inisiatif dari pemilik
izin edar karena alasan tertentu. Obat yang sudah ditarik ke instalasi farmasi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
99
-
Penarikan
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dan Bahan Medis Habis Pakai yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah,
distributor atau pabrik pembuatnya. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai yang kadaluwarsa atau rusak dikumpulkan di gudang
farmasi dan dilaporkan ke Direktur Utama. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
3.4.5.4.8 Pengendalian
jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Instalasi Farmasi bersama Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
c. Memastikan persediaan efektif dan efesien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
100
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
d. Stok Opname Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
3.4.5.4.9 Administrasi
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dalam periode waktu tertentu (bulanan,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan
bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulan, semester atau
pertahunan).
101
berlaku. Tujuan dari pelaporan adalah:
- Jumlah resep.
Penunjang.
d. Narkotika:
f. Laporan pemakaian obat-obat ARV (Anti Retro Viral) dikirim setiap bulan ke
103
Dinas Kesehatan Provinsi. Laporan pemakaian obat TB-DOTS (TB-Directly
oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
a. Peralatan Konsultasi
Komputer
Telepon
Lemari arsip
Arsip.
o Komputer
o Telpon faksimile
o Lemari arsip
o Kartu arsip
104
c. Peralatan Ruang Arsip
Kartu Arsip
3. Rekonsiliasi Obat;
5. Konseling;
6. Visite;
Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pesyaratan
105
yang terintegrasi, dimana persyaratan administratif seperti nama, umur, nomor
ijin, tanggal resep dll sudah terdata dengan baik sehingga apoteker langsung
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
d. Ruangan/unit asalresep.
c. Rute
b. Duplikasi pengobatan;
d. Kontraindikasi; dan
e. Interaksi obat.
2. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, meggunakan istilah dan singkatan yang
pengertian.
106
4. Penulisan resep antibiotika di rumah sakit berdasarkan pedoman penggunaan
107
antibiotika yang dikeluarkan rumah sakit.
5. DPJP harus mengenali obat-obatan yang masuk dalam daftar Look A Like
Sound Alike (LASA) yang diterbitkan oleh Intalasi Farmasi, untuk menghindari
seluruh obat atau Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan,
transfer antar ruangan di rumah sakit dan discharge planning dengan kolaborasi
antara dokter, perawat dan apoteker. Obat yang dibawa pasien dapat digunakan di
rumah sakit selama pasien dirawat yang telah diidentifikasi oleh apoteker dan
dilakukan penilaian dari DPJP. Obat yang akan digunakan dibawa perawat ke
ruangan perawatan untuk diserahkan kepada petugas depo dan disimpan didepo
Farmasi, dengan sistem pendistribusian dilakukan secara one daily dose dan
108
dikemas dengan UDD (unit dose dispensing). Obat yang tidak digunakan
pasien sebelum masuk rumah sakit (obat rekonsiliasi) harus dicatat pada rekam
medik dan diketahui oleh apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian dan perawat, serta
dapat diakses oleh petugas kesehatan lain yang terkait. Rekonisliasi dilakukan
Malik adalah:
a. Membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan obat
yang diresepkan.
b. Mencegah agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya suatu terapi obat.
pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang
akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada
dokter, perawat, dan profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain diluar
Rumah sakit. Informasi yang diberikan oleh apoteker ditulis dilembar kerja
109
apoteker.
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
b. Tempat.
c. Perlengkapan.
3.4.6.4.5 Konseling
(ruang konseling) maupun rawat inap (bed side) di semua fasilitas kesehatan dapat
keluarganya, atau kepada pasien yang dinilai membutuhkan konseling dan bisa
Konseling adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait obat dari
110
pasien yang dapat dikonseling di RSUP H. Adam Malik Pasien kondisi khusus
(pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui); Pasien dengan
obat dengan indeks terapi sempit (misalnya digoksin) Pasien yang menggunakan
banyak obat (polifarmasi); dan Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
penyakitnya.
3.4.6.4.6 Visite
Visite RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh apoteker ke pasien rawat inap
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan dengan tujuan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau
terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang
rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya Khusus pasien isolasi, konseling dapat dilakukan melalui daring
111
seperti via telepon. Visite meupakan salah-satu penunjang untuk melakukan
kegiatan PTO, dimana data/informasi yang diperoleh dari visite akan digunakan
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari
ruang perawatan oleh farmasi klinik. Hasil Pemantauan Terapi Obat dicatat dalam
yang tidak diinginkan, maka ditulis pada form terintegrasi di rekam medik. Tujuan
PTO di RSUP H. Adam Malik adalah untuk memastikan terapi obat yang aman,
efektif an rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat dilaksanakan untuk seluruh
pasien dalam bentuk pengkajian farmasi diikuti dengan penulisan SOAP di Catatan
Adam Malik dilakukan assasment mengenai drug related problem seperti, obat
digunakan tanpa indikasi klinis, kondisi medis tidak terobati, duplikasi terapi,
alergi obat, reaksi obat yang tidak diharapkan, interaksi, benturan finansial dan
hasil laboratoium)
112
- Melakukan assasment (Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian
kesehatan lainnya dan pasien/ keluarga pasien. Apabila ditemukan efek samping
obat (ESO) yang tidak diinginkan maka dilakukan assasment dan evaluasi
stiker alergi pada obat penyebab ESO di SOAP farmasi pada lembar Catatan
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal yang yang
113
mengalami ESO;
dan Terapi;
untuk sebagai dasar kebijakan dalam penggunaan obat di RSUP H. Adam Malik .
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan
yang bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost-effective
untuk ditinjau meliputi: obat yag diduga banyak digunakan secara tidak rasional,
obat mahal dan obat yang sedang dievaluasi apakah akan dimasukkan,
Obat (EPO) dilakukan setiap tiga bulan dan dilaporkan kepada Tim Farmasi dan
114
a. Mengevaluasipenggunaan Obat secara kualitatif; dan
penggunaan antibiotik)
Nutrisi Parenteral.
aseptis untuk menjamin sterilisasi dan stabilitas produk agar pasien menerima obat
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan dan melindungi petugas dari paparan zat
oleh TTK yang terlatih. Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatika secara
115
kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang
Sub. Instalasi Gas Medik di Rmah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
sejak bulan 7 tahun 2019 telah diganti dari Unit gas medik menjadi Sub. Instalasi
gas medik. Sub. Instalasi gas medik di RSUP H. Adam Malik berfungsi untuk
Malik.
Struktur Organisasi dari Unit Gas Medik di RSUP H. Adam Malik terdiri dari
2. Tata Usaha
Instalasi gas medis di RSUP H. Adam Malik dibawahi langsung oleh Instalasi
merupakanseorang apoteker. Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis
di RSUP
yang memiliki kompetensi di bidang Gas Medis dan Vakum Medis atau menunjuk
pihak yang berkompeten. Pengoperasian Gas Medis dan Vakum Medis di RSUP H.
Adam malik oleh petugas sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini
116
dan Standar Prosedur Operasional.
117
3.4.7.4 Sarana dan Prasarana Sub Instalasi Gas Medis
Sarana prasarana yang terdapat di Sub.Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam malik:
Pelayanan Gas Medis yang tersedia di RSUP H. Adam Malik terdiri atas
Gas Medis murni dan Gas Medis campuran. Gas Medis murni terdiri dari:
1. Oksigen
6. Argon
Gas Medis campuran yang terdapat di RSUP HAM adalah Vakum Medis
rakitan dari peralatan vakum secara sentral dan jaringan pemipaan untuk
pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien secara medis, bedah medis, dan
118
- Sistem sentral
Sistem sentral gas medis mendistribusikan O2, Vakum, N2O melalui pipa
Untuk penggunaan distribusi tabung dipakai jenis tabung 6m3, 2m3 dan 1m3.
Gas yang didistribusikan dengan tabung yaitu: Argon, N 2O, O2, CO2, N2,
transport pasien HD, ruang PJT, ICU, MCU, serta pasien pindah ruangan.
B C
A
Gambar 3.3 Alur Pemesanan Gas Medis dari RSUP H.Adam Malik Ke Rekanan
119
Gambar 3.4 Alur Pemesanan Gas Medis dari Ruangan ke RSUP H.Adam Malik
3.5.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)
atau bagian/unit kerja penunjang medis yang tidak menjadi bagian dari Instalasi
120
Farmasi. Sterilisasi Sentral mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
Struktur organisasi pada ISSB terdiri atas Kepala Instalasi Sentral dan
Binatu, Wakil Kepala, Kepala Divisi Administrasi dan Logistik, Kepala Divisi
3.5.3 Sarana & Prasarana Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)
yaitu sterilisator suhu tinggi (autoclave single door, autoclave double door)
121
Pra-Sarana yang ada di Sterilisasi Sentral RSUP H. Adam Malik antara
lain: Water heater; Mesin sealing; Mesin cutting; Spray Gun; Label gun;
Table top. Sterilisator yang digunakan di Sterilisasi Sentral RSUP HAM ada 2
macam yaitu sterilisator suhu tinggi (autoclave single door, autoclave double
Malik memiliki alur proses sterilisasi, yang bisa dilihat di Gambar 3.7.
122
3. Tahap sterilisasi, yaitu tempat dimana proses sterilisasi dilakukan. Ada 3
metode sterilisasi yang digunakan yaitu, sterilisasi suhu tinggi pada suhu 121ᵒC-
134ᵒC, sterilisasi suhu rendah dengan suhu 70ᵒC dengan menggunakan sterilen
4. Ruang penyimpanan, ruang ini dekat dengan ruang sterilisasi dan memiliki
5. Tahap pendistribusian, pada tahap ini barang yang sudah steril dapat diambil
pencatatan barang kotor yang akan disterilkan oleh user dan petugas pada ruang
menghasilkan barang yang bersih secara visual. Selanjutnya yaitu tahap cleaning
bahan linen seperti jas operasi diserahkan ke bagian laundry RS. Setelah
pengemasan.
memiliki keterangan nama set barang, nama ruangan, inisial petugas, serta tanggal
123
kadaluarsa dan diletakkan indikator internal pada bagian dalam kemasan untuk
menyatakan bahwa barang sudah melalui proses sterilisasi jika terjadi perubahan
warna pada indikator. Pada bagian luar kemasan diletakkan label gun sebagai
penanda sudah disterilisasi atau belum yang nantinya label gun tersebut akan
diletakkan pada status pasien untuk menjamin bahwa alat-alat yang digunakan
sudah steril. Keterangan pada label gun meliputi tanggal pengemasan, tanggal
dengan baik dan benar. Dapat diketahui sedini mungkin apabila terjadi kegagalan
berikut:
• Indikator Mekanik
124
dan memerlukan perbaikan
125
‒ Memberikan informai secara cepat tentang fungsidarialat sterilisasi
Kontrol kualitas dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang, bila
barang tersebut tidak dapt digunakan lagi/harus dikemas dan disteril ulang
• Indikator Kimia
126
warna
127
B C
Gambar 3.9 Indikator Kimia.
A. Label Gun (atas-bawah, suhu tinggi-suhu rendah); B. Indikator dalam untuk
suhu tinggi; C.Indikator dalam untuk suhu rendah; D. Indikator luar (Autoklaf
tape)
• Indikator Biologi
yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip
128
Gambar 3.11 Indikator Biologi
ruang penyimpanan alat steril dan disusun berdasarkan nama alat secara
alfabetis, nama ruangan serta FEFO dan FIFO. Tabel Penilaian Standar
129
BAB IV
dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi Klinis sesuai dengan
Jumlah seluruh tempat tidur di RSUP H. Adam Malik terdapat 798 tempat
memiliki 250 tempat tidur, dengan demikian Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit tipe A harus memiliki 15
Apoteker. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan Rumah
Sakit tipe A yang sudah memenuhi standar Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan
kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien rawat inap 1 apoteker
200 pasien.
1. Sarana
a. Ruang Kantor/Administrasi
130
yang terdiri dari ruang pimpinan, ruang staf, ruang tata usaha dan
sediaan farmasi yang mudah terbakar, dan bahan berbahaya dan beracun.
Penyimpanan obat jadi, sediaan produksi sendiri, bahan baku obat, serta
72tahun 2016.
c. Ruang Konseling
2. Peralatan
131
siklus kegiatan, dmulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
kefarmasian.
4.1.1.1 Pemilihan
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
di RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan Permenkes nomor 72 Tahun 2016,
- Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
- Pola penyakit.
- Mutu.
- Harga.
- Ketersediaan di pasaran.
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi Terapi yang ditetapkan pimpinan rumah
sakit. Formularium Rumah Sakit harustersedia untuk semua penulis resep, pemberi
obat dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah
Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan
Tim Farmasi dan Terapi (TFT), merupakan kolaborasi apoteker dengan dokter-
132
dokter yang mewakili setiap spesialisasi. Dari tim farmasi dan terapi menghasilkan
formularium rumah sakit yang selalu diperbaharui setiap 2 tahun sekali. Pada
4.1.1.2 Perencanaan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
Habis Pakai Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan disusun/ditetapkan
kepada distributor untuk menyediakan barang sesuai yang dipesan oleh rumah sakit.
Rumah sakit membuat dokumen surat perintah kerja (SPK) dan surat pemesanan
realisasinya, terkadang masih terjadi kekosongan barang di gudang, hal ini dapat
4.1.1.3 Pengadaan
133
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
rumah sakit umum pusat H. Adam Malik sudah memenuhi Peraturan Menteri
kesehatan Nomor 5 tahun 2019 untuk seluruh Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tercantum di e-catalogue dan peraturan
presiden nomor 12 tahun 2021 untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
dropping/hibah digunakan bagi pasien tertentu sesuai kriteria program dan tidak
4.1.1.4 Penerimaan
Habis Pakai, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk salah satu staf farmasi
sebagai tim teknis untuk menerima hasil pekerjaan seperti Sediaan Farmasi, Alat
134
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan menyertakan Material Safety Data
diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan.
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
(KAK)
4.1.1.5. Penyimpanan
bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO, FIFO, disertai sistem informasi
135
manajemen. Penyimpanan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan, yang
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
Pakai di RSUP H. Adam Malik terdapat pada beberapa tempat yaitu di lingkungan
Instalasi Farmasi pada Pokja Perbekalan dan Depo Farmasi yang dipantau
langsung oleh tenaga farmasi serta di unit pelayanan pada kamar obat pasien, troli
code blue dibawah pengawasan/supervisi farmasis dengan suhu ruangan (15-25 oC)
suhu 2- 8oC.
tahun 2016 baik untuk penyimpanan troli emergency tiap ruangan maupun kamar
bentuk sediaan, secara alfabetis dengan prinsip First Expired First Out (FEFO)
136
manajemen (STARS). Penyimpanan obat di troli emergency tiap ruangan telah
sesuai dengan denah letak obat yang telah disepakati. Namun kadang-kadang
masih ditemukan kunci lemari narkotika tergantung dan tidak dipegang oleh
pegawai yang diberi tanggung jawab, dan masih terdapat kesalahan dalam
penyimpanan obat kedalam kotak/ tempat obat yang telah di ambil sebelumnya.
4.1.1.6. Pendistribusian
RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016
yaitu dilakukan untuk memenuhi pelayanan pasien rawat inap, rawat jalan, dan
jenis dan jumlah yang cukup serta tepat waktu saat dibutuhkan diunit-unit
pelayanan seperti:
- Depo rawat inap terpadu A (Rindu A), Depo rawat inap terpadu (Rindu B),
Depo Farmasi Instalasi Perawatan Intensif, Depo Instalasi Bedah Pusat, Depo
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Depo Pusat Jantung Terpadu (PJT), Depo
- User lainnya seperti unit tranfusi darah, unit mikrobiologi, unit patologi klinik
Floorstock
farmasi dan BMHP yang dipakai di rawat inap. Sediaan farmasi dan juga BMHP
137
disiapkan dalam sistem one daily dose dispensing dan dikemas per unit dose/unit
138
Resep perseorangan
Metode ini dilakukan di depo rawat jalan pada pasien rawat jalan.
Pendistribusian obat dari depo ke ruang rawat inap dengan sistem one daily dose
dispensing yang dikemas per unit dose/ unit dose dispensing (UDD).
dilakukan sesuai jadwal 1 minggu 3 kali. Tetapi pada kondisi tertentu seperti
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai kepada depo Farmasi
lainnya.
farmasi dan bahan medis habis pakai di depo IGD RSUP H. Adam MalikMedan.
dengan metode dikemas per unit dosis/one dose dispensing (UDD) dan disiapkan
dalam sistem one daily dose dispensing (ODD)/ di kemas untuk satu hari
pemakaian.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus
139
Penarikan sediaan farmasi yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik
Medan yaitu pada produk Antasida DOEN sirup pada November tahun 2022.
sirup dilakukan karena mengandung cemaran etilen glikol (EG) atau dietilen
glikol (DEG) yang melebihi batas ambang. Kandungan zat ini diduga menjadi
penyebab kasus gagal ginjal akutpada anak-anak (Wikanto dan Susanto, 2022).
- Telah kadaluwarsa.
expired dan rusak ataupun yang tidak memenuhi syarat tidak dipakai agar tidak
adadidalam STARS sehingga tidak beredar lagi di Rumah Sakit Umum Pusat H.
Gudang. Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai yang ditarik dari
peredarankarena instruksi dari pemerintah, atau inisiatif pemilik izin edar karena
distributor.
dimusnahkan merupakan produk yang kadaluarsa atau rusak dan tidak bisa diretur.
140
4.1.1.8 Pengendalian
sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
stock opname, tujuannya untuk memastikan tidak ada kekosongan/ kelebihan obat
di gudang maupun depo dan tersedianya data yang akurat (kesesuaian real
stock/stok fisik dibandingkan dengan data yang ada dalam Sistem Informasi
Rumah Sakit/STARS) untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
dipasang tralis besi di gudang farmasi, key lock, dan akses terbatas. Kegiatan
4.1.1.9 Administrasi
terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan setiap hari dan diinput datanya kedalam Sistem Informasi
141
4.1.2 Sub Instalasi Farmasi Klinis
secara elektronik melalui STARS (Sistem Informasi Rumah Sakit) pada pasien
dan klinis. Pengkajian resep di depo IGD RSUP H. Adam Malik Medan sudah
sesuai dengan kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 yang
maupun dokter serta perawat. Penelusuran riwayat penggunaan obat di depo IGD
RSUP
H. Adam Malik sudah sesuai dengan kebijakan Permenkes No.72 tahun 2016
berkas-berkas pasien seperti rekam medis, resep pasien, lembar catatan farmasi
instruksi dokter
142
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
143
Rekonsiliasi obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan empat tahap, yaitu
saat pasien masuk melalui IGD/poliklinik, pemindahan pasien dari rumah sakit lain
ke rumah sakit, saat pasien pindah ruangan, dan saat pasien pulang. Tenaga
kesehatan seperti dokter dan perawat akan menanyakan kepada pasien atau
keluarga pasien tentang obat yang sedang digunakan dan dibawa oleh pasien saat
masuk ke rumah sakit. Dokter akan menentukan apakah obat akan diteruskan,
dikurangi dosis atau dihentikan pemakaiannya. Obat yang disetujui oleh dokter
yang tidak disetujui oleh dokter untuk diteruskan pemakaiannya (obat karantina),
maka obat tersebut akan disimpan di lemari khusus obat rekonsiliasi di depo
farmasi dan akan dikembalikan ke pasien saat pulang disertai dengan informasi
penggunaan obat.
dilakukan dengan mengisi form rekonsiliasi obat yang berisi daftar obat
Setelahitu apoteker akan mengisi form kartu obat pasien bagi obat rekonsiliasi
pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dokter, perawat dan orang yang
Pelayanan informasi obat di rawat inap dilakukan oleh seluruhh apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan informasi obat bisa berupa infomasi seputar
obat berupa leaflet dan pelayanan infomasi obat via Whatsapp yang dapat
144
dihubungi setiap waktu.
4.1.2.5 Konseling
Konseling Obat menurut Permenkes No.72 tahun 2016 adalah suatu aktivitas
pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada
pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat
inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan
4.1.2.6 Visite
Visite di depo IGD RSUP H. Adam Malik sudah dilakukan oleh Apoteker
farmasi klinis dengan melakukan kunjungan pada setiap bedside pada pasien rawat
inap untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung. Apoteker farmasi
klinis melaksanakan visite secara mandiri dan visite tim seperti visite bersama
Adam Malik . Kegiatan Visite di RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan
meliputi: pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi,
masalah terkait obat, serta melakukan pemantauan efektivitas dan efek samping
terapi obat. Pemantauan terapi obat dimulai dengan pengumpulan data pasien
145
obat, kemudian dilakukan pemantauan dan tindak lanjut sesuai dengan keadaan
pasien. Pemantauan terapi obat dapat dilakukan saat apoteker melakukan visite pada
Monitoring efek samping obat di depo IGD RSUP H. Adam Malik Medan
dilakukan pada pasien rawat inap dan rawat jalan terkait reaksi obat yang tidak
dikehendaki. Monitoring efek samping obat ini dilakukan seiring dengan visitedan
pemantauan terapi obat. Monitoring efek samping obat ini dilakukan baikyang lazim
Medan sudah dilakukan secara kualitatif dengan metode Gyssens dan kuantitatif
dengan metode DDD. Evaluasi yang dilakukan secara kualitatif adalah evaluasi
antibiotik oleh Tim PPRA, sedangkan untuk evaluasi secara kuantitatif adalah
adalah data statistik evaluasi pemakaian antibiotik oleh Farmasi Klinis, kegiatan ini
dilakukan setiap 6 bulan sekali dan data terakhir adalah periode Januari-Juni 2022.
Tetapi pencampuran obat non sitostatika seperti larutan elektrolit pekat seperti KCl
7,46% yang dilakukan di depo farmasi belum sesuai karena belum ada ruangan
khusus (clean room) sehingga sterilitas sediaan steril tidak sepenuhnya terjaga. Hal
ini juga menyebabkan Beyond Use Date (BUD) sediaan lebih singkat hanya sekitar1
146
4.1.2.11 Pemantauan Kadar Obat dalam darah (PKOD)
Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) dilakukan untuk obat yang
memiliki indeks terapi sempit. Obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit
adalah obat-obat dengan batas keamanan yang sempit, dimana perubahan sejumlah
kecil dosis obat tersebut menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau
bahkan
efek toksik. Pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik Medan
belum dilakukan karena belum memiliki alat khusus, sebagai solusinya analisa
dapat dilakukan dari hasil laboratorium, efek terapi, dan efek samping yang terjadi.
Malik telah sesuai dengan aturan yang berlaku, dimana penggunaan gas medis dan
vakum medis di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui sistem unit gas
medis dan vakum medis, tabung gas medis, oksigen konsentrator portabel, dan/atau
RI Tahun 2009) untuk alur sterilisasi Instalasi Sterilisasi Pusat di RSUP H. Adam
147
BAB V
5.1 Kesimpulan
yaitu meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan farmasi klinis telah sesuai dengan standar
a. Instalasi Farmasi
1) Pengelolaan sedian farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai di depo
farmasi IGD Adam Malik Medan secara umum sudah baik hanya saja terkadang
kunci lemari narkotika masih tergantung dan tidak dipegang oleh pegawai yang
2) Pelayanan farmasi klinis yang ada di depo farmasi IGD, RSUP H. Adam Malik
Medan sudah baik, namun terdapat pelayanan farmasi klinis belum ada fasilitas
depo sudah baik, namun masih ada terjadi kesalahan dalam penyimpanan obat
148
5.2 Saran
1. Sebaiknya kunci lemari narkotika ada dua satu dipegang oleh apoteker
masing-masing depo, dan satu di pegang oleh TTK yang bertugas apabila ada
pengantian shif kunci di delegasikan oleh TTK yang bertugas sesuai PMK
tempatnya/ box obat agar lebih teliti dan hati- hati untuk menghindari
149
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 34 tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan POM.
Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan POM.
Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1. Jakarta: Komite Akreditasi Rumah Sakit.
Menkes RI. (2012). Pedoman Teknis Prasaranan Rumah Sakit Sistem Instalasi
Gas Medik dan Vakum Medik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
150
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4
tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Menkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Rusli. (2016). Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 24-29, 33-35, 39-44
151
LAMPIRAN
152