Anda di halaman 1dari 163

LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI

APOTEKER

di

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Disusun oleh:
Michael Pangondian Pasaribu, S.Farm
NIM : 230213091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

di

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia

Disusun Oleh :
Michael Pangondian Pasaribu, S.Farm
NIM : 230213091

Pembimbing,

apt. Eva Diansari Marbun, M.Si Dra. Evarida Saragih, Apt


NIDN: 19810824201402200 NIP: 196205241995032001
Staf Pengajar Pembimbing Klinik
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan RSUP Haji AdamMalik Medan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Medan, 4 April 2024


Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Dekan, Universitas Sari Mutiara Indonesia Ketua,

apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si.,M.Si.


Taruli Rohana Sinaga, S.P., M.KM., Ph.D NIDN: 0112078104
NIDN: 0116107103

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat, karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) dan penyusunan laporan PKPPA. Laporan

ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melaksanakan PKPPA

di rumah sakit. PKPPA ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Program

Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) di Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia untuk memperoleh gelar apoteker.

Selama melaksanakan PKPPA penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan.Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, S.H., M.M., selaku Ketua Yayasan Sari

Mutiara Medan

2. Ibu Dr.Dra. Ivan Elisabeth Purba, S.H., M.Kes., selaku Rektor Universitas

Sari Mutiara Indonesia

3. Ibu Taruli Sinaga, SP.MKM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

4. Ibu apt. Artha Yuliana Sianipar, S.Si.,M.Si sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan

Universitas Sari Mutiara Indonesia dan

5. Ibu apt. Eva Diansari Marbun, M.Si selaku Pembimbing yang telah berkenan

memberikan arahan, bimbingan dan berbagi pengalamannya kepada penulis

selama melaksanakan praktek kerja pendidikan profesi apoteker hingga

selesainya penulisan laporan ini.


ii
6. dr. Otman Siregar, Sp.OT, Spine., MH - Direktur Medik dan Keperawatan

RSUP H. Adam Malik Medan

7. Bpk dr. Otman selain Dirmed juga sebagai Plh Direktur Sumber Daya

Manusia, Pendidikan dan Penelitian

8. Bapak Drs. Sudarto MM selaku direktur Perencanaan Keuangan dan Layanan

Operasional.

9. Dra. Evarida Saragih, Apt selaku pembimbing saya dirumah sakit RSUD H.

Adam Malik yang selalu memberikan waktunya untuk memberikan materi

dan pengetahuan dan tidak pernah lelah untuk membimbing kami.

10. Kasub Instalasi Pengelolaan Persediaan

11. Kasub Instalasi Farmasi Klinis

12. Kasub Instalasi Gas Medis

13. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Staf Pengajar

Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia memberikan bimbingan dan

pengetahuan kepada penulis

14. Seluruh karyawan di RSUP H Adam Malik Medan atas kerja sama dan

bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan Praktek Kerja

Pendidikan Profesi Apoteker ini.

15. Ayahanda dan ibu tercinta atas doa, kasih sayang, nasihat dan dukungan baik

moril maupun materil, serta untuk kakak dan adik, semua keluarga dan

teman- teman yang telah mendukung dalam doa.

16. Kepada teman-teman satu tim dalam melaksanakan Praktek Kerja Pendidikan

Profesi Apoteker yang telah bekerja sama dengan baik selama masa praktek

iii
kerja profesi di RSUP H Adam Malik Medan.Penulis menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Medan, 04 April 2024

Invokafit Telaumbanua, S.Farm


NIM : 222130087

iv
RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA)

farmasi rumah sakit di RSUP Haji Adam Malik Medan. PKPPA ini bertujuan agar

mahasiswa calon apoteker memahami peran apoteker di rumah sakit dalam

menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah sakit. PKPPA

dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 2024 sampai 04 April 2024. Kegiatan

PKPPA di rumah sakit yaitu memahami fungsi dan tugas rumah sakit dalam

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memahami peran Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS) dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit,

mengetahui peran apoteker dalam mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai (BMHP) mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penarikan dan pemusnahan,

pengendalian dan administrasi serta pelayanan farmasi klinis yang berorientasi

kepada pasien.

v
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
RINGKASAN.................................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan kegiatan..................................................................... 4
1.3 Manfaat Kegiatan.................................................................. 4
1.4 Pelaksanaan Kegiatan........................................................... 4

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT....................................... 5


2.1 Rumah Sakit......................................................................... 5
2.1.1 Definisi Rumah Sakit................................................ 5
2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit....................................... 5
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit................................. 5
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit............................................ 6
2.1.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit.............................. 9
2.2 Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT)................................ 9
2.3 Komite/Tim Lain yang Terkait............................................. 11
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.............................................. 11
2.4.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Rumah Sakit.................. 11
2.4.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. . 14
2.4.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.......................................................................... 15
2.4.4 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.......................................................................... 18
2.4.5 Sub instalasi Pengelolaan Persediaan Rumah Sakit. . 26
2.4.5.1 Pemilihan.................................................... 28
2.4.5.2 Perencanaan................................................ 29
2.4.5.3 Pengadaan................................................... 30
2.4.5.4 Penerimaan................................................. 32
2.4.5.5 Penyimpanan.............................................. 33
2.4.5.6 Pendistribusian........................................... 33
2.4.5.7 Pemusnahan dan Penarikan......................... 35
2.4.5.8 Pengendalian.............................................. 36
2.4.5.9 Administrasi............................................... 36
2.4.6 Sub Instalasi Farmasi Klinik..................................... 36
2.4.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep................ 37
2.4.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat..... 38
2.4.6.3 Rekonsiliasi Obat........................................ 38
2.4.6.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO)................. 39
2.4.6.5 Konseling.................................................... 39
2.4.6.6 Visite.......................................................... 41
vi
2.4.6.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO).................. 41
2.4.6.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)... 42
2.4.6.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).............. 43
2.4.6.10 Dispensing Sediaan Steril........................... 43
2.4.6.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD)....................................................... 44
2.4.7 Sub Instalasi Gas Medis............................................ 44
2.4.7.1 Tugas dan Fungsi Sub Instalasi Gas Medis 47
2.4.7.2 Struktur Sub Instalasi Gas Medis............... 47
2.4.7.3 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi Gas
Medis.......................................................... 47
2.4.7.4 Sarana dan Prasarana Sub. Instalasi Gas
Medis.......................................................... 47
2.5 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)...................... 48
2.5.1 Tugas dan Fungsi Sterilisasi Sentral.......................... 48
2.5.2 Struktur Organisasi Sterilisasi Sentral...................... 50
2.5.3 Sumber Daya Manusia (SDM).................................. 50
2.5.4 Sarana dan Prasarana Sterilisasi Sentral.................... 51
2.5.5 Pelayanan Sterilisasi Sentral..................................... 53
2.6 Sistem Akreditasi menurut SNARS (Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit)...................................................... 54
2.6.1 Tujuan SNARS (Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit)............................................................ 54
2.6.2 Penilaian Akreditasi Rumah Sakit dalam SNARS.... 54

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK..................... 57


3.1 Sejarah RSUP H. Adam Malik............................................. 57
3.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik................................... 57
3.2.1 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik................. 58
3.3 Struktur Organisasi RSUP H. AdamMalik........................... 59
3.3.1 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)................................. 59
3.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.............................................. 60
3.4.1 Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.... 61
3.4.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit. . 61
3.4.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah
Sakit.......................................................................... 63
3.4.4 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi RSUP H.
Adam Malik.............................................................. 63
3.4.5 Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan........................ 64
3.4.5.1 Tugas Dan Fungsi Sub Instalasi
Pengelolaan Persediaan............................... 65
3.4.5.2 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi
Pengelolaan Persediaan............................... 66
3.4.5.3 Sarana dan Prasarana Sub Instalasi
Pengelolaan Persediaan............................... 66
3.4.5.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai... 67
3.4.6 Sub Intalasi Farmasi Klinik....................................... 83
vii
3.4.6.1 Tugas dan Fungsi Sub Intalasi Pelayanan
Farmasi Klinik............................................ 83
3.4.6.2 Sarana dan Prasarana Sub. Intalasi
Pelayanan Farmasi Klinis........................... 83
3.4.6.3 Pelayanan Farmasi Klinis........................... 84
3.4.7 Sub Instalasi Gas Medis............................................ 94
3.4.7.1 Tugas dan Fungsi Sub Instalasi Gas Medis 94
3.4.7.2 Struktur Sub Instalasi Gas Medis................ 94
3.4.7.3 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi Gas
Medis.......................................................... 94
3.4.7.4 Sarana dan Prasarana Sub Instalasi Gas
Medis.......................................................... 95
3.4.7.5 Pelayanan Sub Instalasi Gas Medis............ 95
3.5 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)...................... 97
3.5.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Sterilisasi Sentral dan
Binatu (ISSB)............................................................ 97
3.5.2 Struktur Organisasi Instalasi Sterilisasi Sentral dan
Binatu (ISSB)............................................................ 97
3.5.3 Sarana & Prasarana Instalasi Sterilisasi Sentral dan
Binatu (ISSB)............................................................ 98
3.5.4 Pelayanan Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu
(ISSB)....................................................................... 99
3.5.5 Monitoring Mutu Sterilisasi...................................... 101

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 105


4.1 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik.............................. 105
4.1.1 Sub Instalasi Pengelolaan Sediaan Farmasi............... 107
4.1.1.1 Pemilihan.................................................... 108
4.1.1.2 Perencanaan................................................ 109
4.1.1.3 Pengadaan................................................... 109
4.1.1.4 Penerimaan................................................. 110
4.1.1.5 Penyimpanan.............................................. 111
4.1.1.6 Pendistribusian........................................... 112
4.1.1.7 Penarikan dan Pemusnahan......................... 113
4.1.1.8 Pengendalian.............................................. 115
4.1.1.9 Administrasi............................................... 115
4.1.2 Sub Instalasi Farmasi Klinis...................................... 116
4.1.2.1 Pengkajian dan pelayanan resep.................. 116
4.1.2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat..... 116
4.1.2.3 Rekonsiliasi obat......................................... 116
4.1.2.4 Pelayanan Informasi Obat........................... 117
4.1.2.5 Konseling.................................................... 118
4.1.2.6 Visite.......................................................... 118
4.1.2.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO).................. 148
4.1.2.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)... 119
4.1.2.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).............. 119
4.1.2.10 Dispensing Sediaan Steril........................... 119
4.1.2.11 Pemantauan Kadar Obat dalam darah
viii
(PKOD)....................................................... 120
4.1.3 Subs Instalasi Gas Medis.......................................... 120
4.2 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu......................................... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 121


5.1 Kesimpulan........................................................................... 121
5.2 Saran..................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 123

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik 62
Gambar 3.2 Penyimpanan Tabung gas.A.Tabung gas N2O dan O2 (kiri-
kanan); B.Penyimpanan tabung gas O2 dengan cara
dirantai; C.Tabung gas O2....................................................... 96
Gambar 3.3 Alur Pemesanan Gas Medis dari RSUP H.Adam Malik Ke
Rekanan.................................................................................. 96
Gambar 3.4 Alur Pemesanan Gas Medis dari Ruangan ke RSUP
H.Adam Malik........................................................................ 97
Gambar 3.5 Tangki Gas O2......................................................................... 97
Gambar 3.6 Struktur Organisasi ISSB........................................................ 98
Gambar 3.7 Alur Sterilisasi di RSUP H. Adam Malik............................... 99
Gambar 3.8 Indikator eksternalsebelum dan sesudah sterilisasi................ 102
Gambar 3.9 Indikator Kimia....................................................................... 104
Gambar 3.10 Indikator Internal dengan uji bowiedick................................. 104
Gambar 3.11 Indikator Biologi..................................................................... 105

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Salah satu pelayanan yang dilakukan

dirumah sakit yaitu pelayanan kefarmasian yang merupakan suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai

hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016).

Instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.Pengaturan standar

pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan

melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam

rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes RI, 2016).

Sasaran keselamatan pasien meliputitercapainya hal-hal:

a. Mengidentifikasi pasien dengan benar,

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif,

c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai,

d. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan, dan

e. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,


pembedahan pada pasien yang benar,

1
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (Menkes RI, 2017).

Peranan apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2

(dua) kegiatan, terdiri dari kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan farmasi klinis. Pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, meliputi:

a. Pemilihan

b. Perencanaan

c. Pengadaan

d. Penerimaan

e. Penyimpanan

f. Pendistribusian

g. Pemusnahan dan penarikan

h. Pengendalian, dan

i. Administrasi (Menkes RI, 2016).

Pelayanan farmasi klinis merupakan pelayanan langsung yang diberikan

apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat untuk tujuan

keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)

terjamin. Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan meliputi:

a. Pengkajian dan pelayanan resep

b. Penelusuran riwayat penggunaan obat

c. Rekonsilisasi obat

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

e. Konseling

f. Visite

2
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

j. Dispensing sediaan steril, dan

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Menkes RI, 2016).

Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk

pelayanan medis pada fasilitas pelayanan kesehatan. Vakum Medis adalah alat

dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk menghisap cairan tubuh pada

pelayanan medis di fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem Instalasi Gas Medis dan

Vakum Medis adalah seperangkat sentral gas medis dan vakum medis, pipa, katup

penutup dan alarm gas medis sampai ke titik outlet medis dan inlet medis (Menkes

RI, 2016).

Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu atau disebut juga ISSB merupakan

satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses

pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang

membutuhkan kondisi steril (Depkes RI, 2009).

Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah

pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit, setelah dilakukan penilaian

bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.

Semua kegiatan kefarmasian peraturan yang berlaku untuk kefarmasian

sudah sesuai atau sudah berpedoman pada Undang Undang No. 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja.

Upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit,

maka Fakultas

3
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia menyelenggarakan

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) bagi mahasiswa Program

Studi Pendidikan Profesi Apoteker, yang bekerja sama dengan Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik.

1.2 Tujuan kegiatan

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Rumah Sakit


bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker bertujuan untuk:
 Untuk mengetahui peranan apoteker dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.

 Untuk membandingkan pelayanan kefarmasian dalam praktek kerja dengan

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 72 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

1.3 Manfaat Kegiatan

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker (PKPPA) di Rumah

Sakit bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker

bermanfaat untuk:

- Mengetahui dan memahami tugas serta tanggung jawab apoteker

dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.

- Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di

rumah sakit.

- Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Pendidikan Profesi Apoteker dilaksanakan pada 26 Juni

hingga 21 Agustus 2023 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

dijalan Bunga Lau nomor 17, Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan

Kota Medan Sumatera Utara.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH


SAKIT

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021

Tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan Pasal 1, rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat.

Tujuan pengaturan penyelenggaraan rumah sakit adalah:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (Presiden RI, 2009).

2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit

Setiap rumah sakit memiliki struktur organisasi sendiri. Organisasi Rumah

Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit, dan

dengan cara menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance)

(Presiden RI, 2009).

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

a. Tugas Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturuaran Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2020,

bahwa rumah sakit mempunyai tugas di bidang Kesehatan, atau instalasi tertentu
5
dengan

6
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, Rumah Sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan Rumah Sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014, berdasarkan

jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit

umum dan khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan rumah

sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

Penetapan klasifikasi rumah sakit berdasarkan pada pelayanan, sumber

daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana. Berdasarkan jenis pelayanan

dan sumber daya manusia, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi Rumah

Sakit

7
Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D.

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Menurut Peraturuaran Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2020, rumah

sakit kelas A paling sedikit memiliki 250 (dua ratus lima puluh) tempat tidur.

Rumah sakit umum kelas A terdiri dari pelayanan paling sedikit meliputi:

pelayanan medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari 18 dokter umum

pelayanan medik dasar, 4 dokter gigi umum pelayanan medik gigi mulut, 6 dokter

pelayanan medik spesialis dasar, 3 dokter spesialis penunjang, 3 dokter spesialis

lain, 2 dokter subspesialis dan 1 dokter spesialis gigi mulut), pelayanan

kefarmasian (tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 15 apoteker dan 24

tenaga teknis kefarmasian), pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan

penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit kelas B paling sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur.

Rumah sakit yang memiliki pelayanan paling sedikit meliputi: pelayanan medik

(tenaga medis paling sedikit terdiri dari: 12 dokter umum, 3 dokter gigi umum, 3

dokter spesialis, 2 dokter spesialis penunjang, 1 dokter spesialis lain, 1 dokter

subspesialis dan 1 dokter gigi spesialis), pelayanan kefarmasian (tenaga

kefarmasian paling sedikit terdiri dari 13 apoteker dan 20 tenaga teknis

kefarmasian), pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang

klinik,pelayanan penunjang nonklinik, dan pelayanan rawat inap.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Rumah

Sakit, rumah sakit kelas C paling sedikit 100 (seratus ) tempat tidur. Rumah sakit

8
yang memiliki pelayanan paling sedikit yaitu meliputi : pelayanan medik (tenaga

medis paling sedikit terdiri dari 9 dokter umum pelayanan medik dasar, 2 dokter

gigi, 2 dokter spesialis dasar, 1 dokter spesialis penunjang, 1 dokter gigi spesialis

gigi mulut), pelayanan kefarmasian (tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari

8 apoteker dan 12 tenaga teknis kefarmasian), pelayanan keperawatan dan

kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik, dan

pelayanan rawat inap.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit kelas D paling sedikit 50 (lima puluh) tempat tidur.

Rumah sakit yang memiliki pelayanan paling sedikit meliputi: pelayanan medik

(tenaga medis paling sedikit terdiri dari 4 dokter umum, 1 dokter gigi, 1 dokter

spesialis), pelayanan kefarmasian (tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 3

apoteker dan 2 tenaga teknis kefarmasian), pelayanan keperawatan dan

kebidanan,pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik, pelayanan

rawatinap.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2021, rumah sakit khusus

diklasifikasikan menjadi rumah sakit ibu dan anak, mata, otak, gigi dan mulut,

kanker, jantung dan pembuluh darah, jiwa, infeksi, paru, telinga hidung dan

tenggorokan (THT) dan bedah kepala leher, bedah, orthopedic, ketergantungan

obat dan ginjal (Presiden RI, 2021).

Rumah sakit khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling

sedikit meliputi pelayanan medik dan penunjang medik, pelayanan kefarmasian,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang (Presiden RI, 2021).

Sumber daya manusia, paling sedikit terdiri dari:

9
1. Tenaga medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktek kedokteran di

rumah sakit yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Tenaga kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan

kefarmasian rumah sakit.

3. Tenaga keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan rumah sakit.

4. Tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan, sesuai dengan kebutuhan

pelayanan rumah sakit (Menkes RI, 2014).

2.1.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Pengorganisasian rumah sakit harus dapat menggambarkan pembagian

tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab rumah sakit (Menkes

RI, 2016).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2020 Pasal

48, setiap Rumah Sakit harus memiliki peraturan internal dan organisasi yang

efektif, efisien, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiriatas Kepala Rumah Sakit

atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur

penunjang medis, komite medis dan satuan pemeriksaan internal serta administrasi

umum dan keuangan. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang

mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang rumah sakit. Tenaga struktural

yang menduduki jabatan sebagai pemimpin memiliki kewarganegaraan Indonesia.

2.2 Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

Menurut Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim

10
Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan

rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat

di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua

spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga

kesehatan lainnya apabila diperlukan. Tim Farmasi dan Terapi harus dapat

membina hubungan kerja dengan tim lain di dalam Rumah Sakit

yangberhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat.

Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang

apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun

apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. Tim Farmasi dan

Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, minimal 2 (dua) bulan sekali dan

untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat Tim

Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah

sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan. Tim Farmasi dan Terapi,

memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang

bermanfaat bagi Tim Farmasi dan Terapi (Menkes RI, 2016).

Tim Farmasi dan Terapi mempunyai tugas:

a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit;

b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam

Formularium Rumah Sakit;

c. Mengembangkan standar terapi;

d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;

e. Melakukan intervensi di dalam meningkatkan penggunaan obat

yang rasional;

f. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksiobat yang tidak dikehendaki;

g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;

11
h. Menyebar luaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah

sakit (Menkes RI, 2016).

2.3 Komite/Tim Lain yang Terkait

Peran Apoteker dalam Komite/Tim lain yang terkait penggunaan obat di

Rumah Sakit antara lain:

a. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit;

b. Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

c. Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit;

d. Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri;

e. Penanggulangan penyakit AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndromes );

f. Direct Observed Treatment Shortcourse (DOTS);

g. Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA);

h. Transplantasi;

i. Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS); atau

j. Terapi Rumatan Metadon.

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016, tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, instalasi farmasi adalah unit

pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di rumah sakit.

2.4.1. Tugas dan Fungsi Instalasi Rumah Sakit

a. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi;

12
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;

4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien;

5. Berperan aktif dalam TFT;

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan

pelayanan kefarmasian;

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan

dan Formularium Rumah Sakit.

b. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua bagian

utama yaitu pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinis. Adapun sub fungsi masing-masing

yaitu:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,

antara lain:

- Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

- Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;

- Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku;

13
- Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

14
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;

- Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

- Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;

- Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;

- Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit;

- Melaksanakan pelayanan obat secara “unit dose dispensing” / dosis sehari;

- Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah

memungkinkan);

- Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai;

- Melakukan pemusnahan dan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan

Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;

- Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan

Bahan Medis Habis Pakai;

- Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai;

2. Pelayanan farmasi klinis, antara lain:

- Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.

- Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.

- Melaksanakan rekonsiliasi obat.

- Memberikan informasi dan edukasipenggunaan obat baik

15
berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga

pasien.

- Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

16
- Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai.

- Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

- Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO).

- Pemantauan efek terapi obat

- Pemantauan Efek Samping Obat

- Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

- Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

- Melaksanakan dispensing sediaan steril.

- Melakukan pencampuran obat suntik

- Menyiapkan nutrisi parenteral

- Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik

- Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil

- Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga

kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah

Sakit.

- Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) (Menkes

RI, 2016).

2.4.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun

2016, Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian,

pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar

prosedur operasional. Pengorganisasian menggambarkan uraian tugas, fungsi, dan

tanggung jawab serta hubungan koordinasi Pelayanan Kefarmasian yang


17
ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

18
2.4.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran

dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker

dan tenaga teknis kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan

klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh menteri (Menkes RI,

2016).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016, perhitungan

kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat

inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinis,

dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,

rekonsiliasi obat, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Pemberian Informasi Obat

(PIO), konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan

rasio 1 apoteker untuk 30 pasien.

Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada

dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai

kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penilaian

terhadapsumber daya manusia setidaknya meliputi:

a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi sumber daya manusia

di Instalasi Farmasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari apoteker dan tenaga

teknis kefarmasian (TTK).

2. Untuk pekerjaan penunjang yaitu terdiri dari operator komputer/teknisi yang

memahami kefarmasian, tenaga administrasi dan pekarya/pembantu

pelaksana.

19
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam

penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung

jawabnya.

b. Persyaratan Sumber Daya Manusia

Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan kefarmasian

harus di bawah supervisi apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus

memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan terkait jabatan fungsional di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai

olehseorang apoteker yang merupakan apoteker penanggung jawab seluruh

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

minimal 3 (tiga) tahun (Menkes RI, 2016).

c. Beban Kerja dan Kebutuhan

1. Beban Kerja

Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang

berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:

- Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR);

- Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik

dan produksi);

- Jumlah Resep atau formulir permintaan obat (floorstock) per hari, dan

- Volume sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

20
2. Perhitungan Beban Kerja

Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan

kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan

pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat

penggunaan obat, rekonsiliasi obat, Pemantauan Terapi Obat (PTO), Pemberian

Informasi Obat (PIO), konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga

apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 30 pasien.

Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan

Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan

pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat,

Pencatatan Penggunaan Obat (PPO) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga

apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 50 pasien.

Selain kebutuhan apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat inap dan

rawat jalan, maka kebutuhan tenaga apoteker juga diperlukan untuk pelayanan

farmasi yang lain seperti di unit logistik medik/distribusi, unit produk

sisteril/aseptic dispensing, unit Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan lain-lain

tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan

oleh Instalasi Farmasi.

Selain kebutuhan apoteker untuk pelayanan kefarmasian di rawat inap dan

rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang apoteker untuk kegiatan

Pelayanan Kefarmasian di ruang tertentu, yaitu:

a. Unit Gawat Darurat

b. Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)

c. Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO).

21
Mengingat kekhususan Pelayanan Kefarmasian pada Unit Rawat Intensif

dan Unit Gawat Darurat (UGD), maka diperlukan pedoman teknis mengenai

Pelayanan Kefarmasian pada Unit Rawat Intensif dan Unit Gawat Darurat (UGD)

yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

2.4.4 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung

oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan

kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah

Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan

langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang

dilengkapi penanganan limbah.

1. Sarana

Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat

menunjang fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja

yang aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.

a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:

1. Ruang Kantor/Administrasi

 Ruang pimpinan

 Ruang staf

 Ruang kerja/administrasi tata usaha

 Ruang pertemuan

2. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai

Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan

kondisi dan

22
kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,

23
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas, terdiri dari:

a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:

1. Obat Jadi

2. Obat Produksi

3. Bahan Baku Obat

4. Alat Kesehatan

b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:

1. Obat Termolabil

2. Bahan Laboratorium dan Reagensia

3. Sediaan Farmasi yang Mudah Terbakar

3. Obat/Bahan Obat Berbahaya (narkotik/psikotropik)

2. Ruang Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai

Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit/depo farmasi). Ruang

distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi terdiri dari:

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada

ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan peracikan.

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara sentralisasi

maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap.

3. Ruang Konsultasi/Konseling Obat

Ruang konsultasi/konseling obat harus ada sebagai sarana untuk apoteker

memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam rangka meningkatkan

24
pengetahuan dan kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus jauh dari

hiruk pikuk kebisingan lingkungan rumah sakit dan nyaman sehingga pasien

maupun konselor dapat berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling

dapat berada di instalasi farmasi rawat jalan maupun rawat inap.

4. Ruang Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) dilakukan di ruang tersendiri dengan

dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan

telepon.

5. Ruang produksi

Persyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus memenuhi kriteria:

- Lokasi: Lokasi jauh daripencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).

- Konstruksi, terdapat sarana perlindungan terhadap cuaca, banjir, rembesan

air, binatang/serangga.

Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus memenuhi:

- Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur orang/pekerja.

- Pengendalian lingkungan terhadap udara, permukaan langit-langit,

dinding, lantai dan peralatan/sarana lain, barang masuk dan petugas yang

di dalam.

- Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan jarak

setiap peralatan minimal 2,5 m.

- Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan

barang. Pembagian ruangan:

- Ruang terpisah antara obat jadi dan bahan baku.

- Ruang terpisah untuk setiap proses produksi.

- Ruang terpisah untuk produksiobat luar dan obat dalam.

- Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada).

25
- Tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98%.

26
- Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus kedap air, tidak

terdapat sambungan, tidak merupakan media pertumbuhan untuk mikroba,

mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan pembersih/disinfektan.

- Daerah pengolahan dan pengemasan, hindari bahan dari kayu, kecuali dilapisi

cat epoxy/enamel.

Persyaratan ruang produksi dan ruang peracikan harus memenuhi kriteria

sesuai dengan ketentuan cara produksi atau peracikan obat di Rumah Sakit.

Rumah Sakit yang memproduksi sediaan parenteral steril dan/atau sediaan

radiofarmaka harus memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

6. Ruang Aseptic Dispensing

Ruang aseptic dispensing harus memenuhi persyaratan:

- Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air Flow = kelas 100)

- Ruang/tempat penyiapan: kelas 100.000

- Ruang antara: kelas 100.000

- Ruang gantipakaian: kelas 100.000

- Ruang/tempat penyimpanan untuk sediaan yang telah disiapkan

Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas

ruangan disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan.

Ruang aseptic dispensing harus memenuhi spesifikasi:

- Lantai: Permukaan datar dan halus, tanpa sambungan, keras, resisten

terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.

- Dinding: Permukaan rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras, tanpa

sambungan, resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.

Sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan langit-langit dengan

dinding dibuat melengkung dengan radius 20 – 30 mm. Colokan listrik datar

dengan
27
permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.

28
- Plafon: Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas plafon, dan lampu rata

dengan langit-langit/plafon dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran

udara.

- Pintu: Rangka terbuat dari stainles steel. Pintu membuka ke arah ruangan

yang bertekanan lebih tinggi.

- Aliran udara: Aliran udara menuju ruang bersih, ruang penyiapan, ruang ganti

pakaian dan ruang antara harus melalui HEPA (High Efficiency Particulate

Air) filter dan memenuhi persyaratan kelas 10.000. Pertukaran udara minimal

120 kali per jam.

- Tekanan udara: Tekanan udara di dalam ruang bersih adalah 15 Pascal lebih

rendah dari ruang lainnya sedangkan tekanan udara dalam ruang penyiapan,

ganti pakaian dan antara harus 45 Pascal lebih tinggi dari tekanan udara

luar.

- Temperatur: Suhu udara diruang bersih dan ruang steril, dipelihara pada suhu

16 – 25° C.

- Kelembaban: Kelembaban relatif 45 – 55%.

Ruang bersih, ruang penyangga, ruang ganti pakaian steril dan ruang ganti

pakaian kerja hendaknya mempunyai perbedaan tekanan udara 10 – 15 Pascal.

Tekanan udara dalam ruangan yang mengandung risiko lebih tinggi terhadap

produk hendaknya selalu lebih tinggi dibandingkan ruang sekitarnya. Sedangkan

ruang bersih penanganan sitostatika harus bertekanan lebih rendah dibandingkan

ruang sekitarnya.

7. Laboratorium Farmasi

Dalam hal Instalasi Farmasi melakukan kegiatan penelitian dan

pengembangan yang membutuhkan ruang laboratorium farmasi, maka harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Lokasi

29
- Lokasi terpisah dari ruang produksi.

- Konstruksi bangunan dan peralatan tahan asam, alkali, zat kimia dan

pereaksi lain (harus inert), aliran udara, suhu dan kelembaban sesuai

persyaratan.

- Tata ruang disesuaikan dengan kegiatan dan alur kerja.

- Perlengkapan instalasi (air, dan listrik) sesuai persyaratan.

- Ruang produksi NonSteril

 Ruang Penanganan Sediaan Sitostatik

 Ruang Pencampuran/Pelarutan/Pengemasan Sediaan yang Tidak Stabil

 Ruang Penyimpanan Nutrisi Parenteral

b. Fasilitas penunjang dalamkegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:

- Ruang tunggu pasien

- Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak

- Tempat penyimpanan obat di ruang perawatan

- Fasilitas toilet, kamar mandiuntuk staf.

-
8. Peralatan

Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk perlengkapan

peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk

obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran

dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap

tahun. Peralatan yang paling sedikit harus tersedia:

- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik steril dan

nonsteril maupun aseptik/steril

30
- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip

- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO)

- Lemaripenyimpanan khusus untuk narkotika

- Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang termolabil

- Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistempembuangan limbah yang baik

- Alarm.

Macam-macam peralatan:

a. Peralatan Kantor:

- Mebeulair (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lain-lain)

- Komputer/mesin tik

- Alat tulis kantor

- Telepon dan faksimili.

b. Peralatan Sistem Komputerisasi

Sistem komputerisasi harus diadakan dan difungsikan secara optimal untuk

kegiatan sekretariat, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi ini

harus terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit untuk meningkatkan

efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk

monitoring terapi pengobatan dan fungsi klinik lainnya. Sistem komputerisasi

meliputi: jaringan, perangkat keras, perangkat lunak (program aplikasi)

c. Peralatan Produksi

- Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatan obat,

baik nonsteril maupun steril/aseptik.

- Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan

obat yang baik.

d. Peralatan Aseptic Dispensing

31
- Biological Safety Cabinet/Vertical Laminar Air Flow Cabinet

(untuk pelayanan sitostatik)

- Horizontal Laminar Air Flow Cabinet (HLAF) (untuk

pelayanan pencampuran obat suntik dan nutrisi parenteral)

- Pass-box dengan pintu berganda (air-lock)

- Barometer

- Termometer

- Wireless intercom.

e. Peralatan Penyimpanan

• Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum

- Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu

- Kelembaban dan cahaya yang berlebihan

- Lantai dilengkapi dengan palet.

• Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus

- Lemaripendingin dan AC untuk obat yang termolabil

- Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala

- Lemaripenyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika

- Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan

limbah sitotoksik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk

menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung.

f. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan

- Pelayanan rawat jalan (apotek)

- Pelayanan rawat inap (satelit farmasi)

- Kebutuhan ruang perawatan/unit lain.

g. Peralatan Konsultasi

- Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet, dan brosur dan lain-lain

- Meja, kursiuntuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemariuntuk

menyimpan profil pengobatan pasien

32
- Komputer

- Telepon

- Lemari arsip

- Arsip

h. Peralatan Ruang Informasi Obat

- Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO)

- Peralatan meja, kursi, rak buku, dan kotak

- Komputer

- Telepon – Faksimili

- Lemari arsip

- Kartu arsip

- TV dan VCD player.

i. Peralatan Ruang Arsip

- Kartu Arsip

- Lemari/rak arsip

2.4.5 Sub instalasi Pengelolaan Persediaan Rumah Sakit

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit untuk menjamin seluruh

rangkaian kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan

kualitas, manfaat dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari

pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian (Menkes RI, 2016).

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

33
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan

proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Berdasarkan

ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi

Farmasi dengan sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan

kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan pendistribusian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan

untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Instalasi Farmasi dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu merupakan satu-

satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Berdasarkan hal di

atas, Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:

a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

b. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP).

c. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai.

d. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai.

e. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien).

f. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai yang akurat.

g. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit.

h. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan

34
pegawai.

Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan

obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya

sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami

kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan

obat yang berkelanjutan (Menkes RI, 2016).

2.4.5.1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan

kepada:

1. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

yang sudah ditetapkan di Rumah Sakit

2. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

yang telah ditetapkan

3. Pola penyakit

4. Efektivitas dan keamanan

5. Pengobatan berbasis bukti

6. Mutu

7. Harga

8. Ketersediaan di pasaran

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium

Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf

medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi Terapi yang ditetapkan pimpinan

Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulisresep,

pemberi obat dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap

35
formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan

dan kebutuhan Rumah Sakit (Menkes RI, 2016).

2.4.5.2 Perencanaan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan

untuk menghindari kekosongan obat dengan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara

lain konsumsi, epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

1. Anggaran yang tersedia

2. Penetapan prioritas

3. Sisa persediaan

4. Data pemakaian periode yang lalu

5. Waktu tunggu pemesanan, dan

6. Rencana pengembangan (Menkes RI, 2016).

Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu:

a. Metode Konsumsi: secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam memproyeksikan

kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun

sebelumnya.

b. Metode ABC ( Analisis ABC (Always, Better, Control)/Pareto Analisis): untuk

menentukan jumlah item obat dari yang akan direncanakan pengadaannya

berdasarkan prioritas. Cara pengelompokkannya adalah:

- Kelompok A: Persediaan yang jumlah unit uang pertahunnya tinggi (60-

36
90%), tetapi biasanya volumenya (5-10%)

- Kelompok B: Persediaan yang jumlah nilai uang pertahunnya sedang

(20- 30%), tetapi biasanya volumenya sedang (20-30%)

- Kelompok C: Persediaan yang jumlah nilai uang pertahunnya rendah

(10- 20%), tetapi biasanya volumenya besar (60-70%).

c. Metode VEN (Vital, Essensial, NonEssensial): analisis perencanaan

menggunakan semua jenis perbekalan farmasi yang tercantum dalam daftar

yang dikelompokkan ke dalam 3 bagian sebagai berikut:

1. Kelompok Vital adalah kelompok obat yang sangat utama (pokok/vital)

antara lain: obat penyelamat jiwa, obat untuk pelayanan kesehatan pokok,

obat untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar, dibutuhkan

sangat cepat, tidak dapat digantikan obat lain.

2. Kelompok Essensial, adalah kelompok obat yang bekerja pada sumber

penyebab penyakit, tidak untuk mencegah kematian secara

langsung/kecacatan.

3. Kelompok Non Essensial, merupakan obat penunjang yaitu obat yang

kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau

untuk mengatasi keluhan ringan.

d. Metode morbiditas (epidemiologi): Memperkirakan kebutuhan obat

berdasarkan jumlah kehadiran pasien, waktu tunggu pasien (lead time),

kejadian penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit yang

ada (Rusli, 2016).

2.4.5.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

37
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran (Menkes RI, 2016).

Memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses

pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar instalasi farmasi harus melibatkan

tenaga kefarmasian (Menkes RI, 2016).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

- Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa;

- Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);

- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar; dan

- Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan

Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu (contoh: vaksin,

reagensia) atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok

obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat

Instalasi Farmasi tutup.

Pengadaan dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain:

a. Pembelian

Hal-hal yang diperhatikan dalam pembelian adalah:

- Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

- Persyaratan pemasok

- Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

38
dan Bahan Medis Habis Pakai

- Pemantauan pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu

b. Produksi Sediaan Farmasi

Produksi Sediaan Farmasi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk,

dan pengemasan kembali Sediaan Farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit. Instalasi farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu

apabila:

- Sediaan Farmasi tidak tersedia di pasaran.

- Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.

- Sediaan Farmasi formula khusus.

- Sediaan Farmasi kemasan yang lebih kecil/repacking.

- Sediaan Farmasi untuk penelitian.

- Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru.

c. Sumbangan/Dropping/Hibah

Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai

dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis dapat membantu pelayanan kesehatan,

maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis harus sesuai

dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit (Menkes RI, 2016).

2.4.5.4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak

atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait

penerimaan barang harus tersimpan dengan baik (Menkes RI, 2016).

39
2.4.5.5 Penyimpanan

Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan penyimpanan

sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas

dan keamanan sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian

yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

kelembaban, ventilasi dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai (Menkes RI, 2016).

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk

sediaan dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA/Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah sakit harus dapat menyediakan

lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi kegawat daruratan. Tempat

penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan

pencurian (Menkes RI, 2016).

2.4.5.6 Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan

atau menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap

menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus

menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan

pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di

unit pelayanan (Menkes RI, 2016).

40
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara seperti

berikut:

a. Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock).

- Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh instalasi

farmasi.

- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang

disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat

dibutuhkan.

- Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola

(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung

jawab ruangan.

- Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock

kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

- Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan

interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.

b. Sistem resep perorangan

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui

instalasi farmasi.

c. Sistem unit dosis

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau

ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan

untuk pasien rawat inap.

d. Sistem kombinasi

Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

41
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b

42
c atau a + c.

Sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) sangat dianjurkan

untukpasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian

obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem

floor stockatau resep individu yang mencapai 18% (Menkes RI, 2016).

2.4.5.7 Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemusnahan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai dilakukan bila terjadi beberapa hal, yaitu:

- Produk tidak memenuhi persyaratan mutu

- Telah kedaluarsa

- Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan

- Dicabut izin edarnya

Tahapan pemusnahan obat terdiri dari:

- Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai yang akan dimusnahkan

- Menyiapkan berita acara pemusnahan

- Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada

pihak terkait

- Menyiapkan tempat pemusnahan

- Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan

serta peraturan yang berlaku (Menkes RI, 2016).

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

43
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus

mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan (Menkes RI, 2016).

2.4.5.8 Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan

Komite/Tim Farmasi Terapi di Rumah Sakit (Menkes RI, 2016).

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

- Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slowmoving)

- Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock)

- Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala (Menkes RI, 2016).

2.4.5.9 Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi

terdiri dari pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan dan administrasi

penghapusan (Menkes RI, 2016).

2.4.6 Sub Instalasi Farmasi Klinik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi klinis

merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam

rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya

44
efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)

sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.

2.4.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,

pengkajian resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian

informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan

terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) (Menkes RI, 2016).

Kegiatan ini untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, bila

ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persy

aratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun

rawat jalan (Menkes RI, 2016).

1. Persyaratan administrasi meliputi:

- nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien

- nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

- tanggal resep dan ruangan/unit asal resep

2. Persyaratan farmasetik meliputi:

- nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan

- dosis dan jumlah obat

- stabilitas, aturan dan cara penggunaan

3. Persyaratan klinis meliputi:

- ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

- duplikasi pengobatan

- alergidan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)

- kontraindikasi dan interaksi obat (Menkes RI, 2016).

45
2.4.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk

mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau Sediaan Farmasi lain yang

pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara

atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Menkes RI, 2016).

Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat, yaitu:

1. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya

2. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat

pasien Informasi yang harus didapatkan, antara lain:

- Nama obat (termasuk obat nonresep), dosis, bentuk sediaan,

frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat;

- Reaksi obat yang tidak dikehendakitermasuk riwayat alergi; dan

- Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang

tersisa) (Menkes RI, 2016).

2.4.6.3 Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan pengobatan yang

akan dilakukan dengan obat yang telah didapat pasien sebelumnya. Rekonsiliasi

dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah yang terkait obat (Drug Related

Problem). Drug Related Problem rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu

Rumah Sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang

keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya, sebab dalam

proses tersebut pasien sering mendapatkan jenis obat yang berbeda sehingga

dikhawatirkan dapat terjadi interaksi obat (Menkes RI, 2016).

46
2.4.6.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan suatu kegiatan penyediaan dan juga pemberian informasi,

rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif

yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit (Menkes RI, 2016).

PIO bertujuan untuk:

- Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di

lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan

obat atauSediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,

terutama bagi TFT.

- Menunjang penggunaan obat yang rasional (Menkes RI, 2016).

2.4.6.5 Konseling

Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait

terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan keluarganya. Konseling

untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat

dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau

keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien

dan/atau keluarga terhadap apoteker (Menkes RI, 2016).

Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,

meminimalkan Risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dan

meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan

penggunaan obat bagi pasien (patient safety) (Menkes RI, 2016).

Secara khusus konseling obat ditujukan untuk:

- Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien.

- Menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien.

- Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa minum obat.

47
- Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat

dengan penyakitnya.

- Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.

- Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat.

- Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi.

- Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan.

- Membimbing dan juga mendidik pasien dalam masa penggunaan obat

sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu

pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling obat meliputi:

- Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

- Mengidentifikasitingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui

Three Prime Question.

- Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada

pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.

- Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan

masalah penggunaan obat.

- Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien.

- Dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling:

1. Kriteria Pasien

- Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu

hamil dan menyusui).

- Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (tuberkulosis,

diabetes melitus, epilepsi).

48
- Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi

khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).

- Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit

(digoksin, fenitoin).

- Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).

- Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

2. Sarana dan Peralatan

- Ruangan atau tempat konseling.

- Alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).

2.4.6.6 Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati

kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,

memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan

terapiobat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien

serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang

sudah keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan

program rumah sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah

(Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus

mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien

danmemeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain (Menkes RI, 2016).

2.4.6.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan

untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan juga rasional bagi pasien.

Tujuan dari PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko

reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) (Menkes RI, 2016).

49
Kegiatan dalam PTO meliputi:

- pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi,

Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

- pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan

- pemantauan efektivitas dan efek samping terapi

Obat. Tahapan Pemantauan terapi Obat (PTO):

- pengumpulan data pasien

- identifikasi masalah terkait Obat

- rekomendasipenyelesaian masalah terkait Obat

- pemantauan, dan tindak

lanjut. Faktor yang harus

diperhatikan:

- Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti

terkini dan terpercaya (Evidance Best Medicine);

- Kerahasiaan informasi; dan

- Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat) (Menkes RI, 2016).

2.4.6.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang

digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek

Samping Obat Adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki yang terkait dengan

kerja farmakologi.

Tujuan MESO adalah:

- Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

50
- Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang

baru saja ditemukan.

- Mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.

- Meminimalkan risiko kejadian reaksiobat yang tidak dikehendaki.

- Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki

(Menkes RI, 2016).

2.4.6.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat merupakan program evaluasi penggunaan obat

yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan

EPO, yaitu:

- Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat.

- Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu.

- Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat.

- Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat (Menkes RI,

2016).

2.4.6.10 Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan

teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas

dari paparan zat berbahaya serta menghindari kesalahan pemberian obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan untuk:

- Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.

- Menjamin sterilitas dan stabilitas produk.

- Melindungi petugas daripaparan zat berbahaya.

- Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat (Menkes RI, 2016).

51
2.4.6.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

PKOD merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat atas

permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas

usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah mengetahui kadar obat

dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat (Menkes

RI, 2q `016).

2.4.7 Sub Instalasi Gas Medis

Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk

pelayanan medis pada fasilitas pelayanan kesehatan. Vakum Medis adalah alat

dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk menghisap cairan tubuh pada

pelayanan medis di fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem Instalasi Gas Medis dan

Vakum Medis adalah seperangkat sentral gas medis dan vakum medis, pipa, katup

penutup dan alarm gas medis sampai ke titik outlet medis dan inlet medis. Oksigen

Konsentrator adalah mesin pemisah Oksigen diudara (21%) dengan Nitrogen

diudara (78 %) dan gas lainnya (1%). Keluaran mesin ini adalah Oksigen dengan

konsentrasi minimal 90%.

A. Jenis Gas Medis dan Vakum Medis

Gas Medis terdiri atas Gas Medis murni dan Gas Medis campuran. Gas

Medis murni meliputi:

‒ Oksigen (O2)

‒ Dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O)

‒ Nitrogen (N2)

‒ Karbon dioksida (CO2)

‒ Helium (He)

‒ Argon (Ar)

52
‒ Udara tekan medis (medical compressed air), dan

‒ Udara tekan alat (instrument air)

Gas Medis campuran merupakan campuran dari Gas Medis murni. Vakum

Medis meliputi sebuah rakitan dari peralatan vakum secara sentral dan jaringan

pemipaan untuk pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien secara medis,

bedah medis, dan buangan sisa gas anestesi. Buangan sisa gas anestesi merupakan

proses penangkapan dan penyaluran gas yang dibuang dari sirkuit pernapasan

pasien selama operasi normal gas anastesi atau peralatan analgesik.

B. Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis

Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis di fasilitas pelayanan kesehatan

dilakukan melalui:

- Sistem Unit Gas Medis dan Vakum Medis

- Tabung Gas Medis

- Oksigen Konsentrator Portabel, dan/atau

- Alat Vakum Medis Portabel

Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas

pelayanan kesehatan di ruang operasi, ruang intensif, dan ruang gawat darurat

harus dilakukan melalui penyaluran pada Sistem Instalasi Gas Medis dan Vakum

Medis. Dalam penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis wajib dioperasikan oleh

petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang Gas

Medis dan Vakum Medis atau menunjuk pihak yang berkompeten.

Pengoperasian Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas pelayanan

kesehatan oleh petugas harus sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini

dan Standar Prosedur Operasional. Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis

pada fasilitas pelayanan kesehatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara

berkala

53
dan berkesinambungan. Unit Gas Medis dan Vakum Medis harus diuji

dan diperiksa sebelum dioperasionalkan untuk pertama kali.

C. Pengujian

Selain diuji dan diperiksa sebelum dioperasionalkan untuk pertama kali,

Instalasi Gas Medis dan Vakum Medis harus diuji dan diperiksa secara berkala

paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun. Tabung Gas Medis, Oksigen

Konsentrator portabel dan alat Vakum Medis portabel harus diuji dan/atau

dikalibrasi secara periodik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pengujian dilakukan oleh institusi penguji yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Instalasi Gas Medis dan Vakum

Medis yang dinyatakan lulus pengujian dan pemeriksaan harus diberikan sertifikat

layak operasi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Instalasi Gas Medis

dan Vakum Medis yang dinyatakan belum lulus pengujian dan pemeriksaan harus

diberikan surat keterangan atau rekomendasi dilakukan perbaikan dengan jangka

waktu tertentu

D. Pembimbingan dan Pengawasan

Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini sesuai

dengan kewenangan masing-masing. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dalam

melakukan pembinaan dan pengawasan dapat dilakukan melalui advokasi dan

sosialisasi, pemberian bimbingan, supervisi, monitoring dan evaluasi, konsultasi,

dan/atau pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka pengawasan, Menteri, Gubernur,

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing dapat memberikan

tindakan administratif berupa:

- Teguran lisan

54
- Teguran tertulis, dan/atau

- Pencabutan izin

Pengenaan tindakan administratif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

E. Ketentuan Peralihan

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang memberikan pelayanan penggunaan Gas Medis dan Vakum

Medis harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling

lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini

diundangkan.

2.4.7.1 Tugas dan Fungsi Sub Instalasi Gas Medis

Tugas dan fungsi Pelayanan gas medis adalah pemberian gas medis

kepada pasien oleh pelaksana tugas/tenaga medis di pelayanan kesehatan.

2.4.7.2 Struktur Sub Instalasi Gas Medis

Struktur organisasi Sub. Instalasi Gas Medis disesuaikan dengan

kebijakan rumah sakit masing-masing.

2.4.7.3 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi Gas Medis

Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas

pelayanan kesehatan di ruang operasi, ruang intensif, dan ruang gawat darurat

harus dilakukan melalui penyaluran pada Sistem Instalasi Gas Medis dan Vakum

Medis. Dalam penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis wajib dioperasikan oleh

petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang Gas

Medis dan Vakum Medis atau menunjuk pihak yang berkompeten. Pengoperasian

Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas pelayanan kesehatan oleh petugas

harus sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan Standar Prosedur

Operasional. Penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis pada fasilitas pelayanan

55
kesehatan harus

56
didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Instalasi Gas

Medis dan Vakum Medis harus diuji dan diperiksa sebelum dioperasionalkan

untuk pertama kali.

2.4.7.4 Sarana dan Prasarana Sub. Instalasi Gas Medis

Sarana dan prasarana Sub. Instalasi Gas Medis tidak ada ditentukan

didalam PMK Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penggunaan Gas Medik Dan Vakum

Medik Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kelengkapan sarana dan prasana

Instalasi Gas Medis disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.

2.5 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) merupakan satu unit atau

departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,

pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan

kondisi steril.

2.5.1 Tugas dan Fungsi Sterilisasi Sentral

A. Tugas Sterilisasi Sentral

Instalasi Sterilisasi Sentral menjamin sterilitas alat perlengkapan medik

sebelum dipakai dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama sterilisasi sentral

di rumah sakit adalah:

‒ Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien

‒ Melakukan proses sterilisasi alat/bahan

‒ Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan,


kamar operasi, dan ruang lain yang membutuhkan

‒ Berpartisipasidalam pemilihan peralatan alat dan bahan yang aman, efektif


dan bermutu

‒ Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan

‒ Mempertahankan standar yang ditetapkan

57
‒ Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun sterilisasi
sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu

‒ Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan

pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi

nasokomial

‒ Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah


sterilisasi

‒ Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf Instalasi Sterilisasi


Sentral dan Binatu (ISSB) baik yang bersifat intern dan ekstern

‒ Mengevaluasi hasil sterilisasi (Depkes RI, 2009).

B. Fungsi Sterilisasi Sentral

Beberapa fungsi Sentralisasi antara lain:


 Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan

 Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat

 Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan

barang- barangsteril lainnya

 Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan

dekontaminasi,pencucian, sterilisasidan pengiriman barang

steril

 Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak

instrumen danset operasidi seluruh lingkungan rumah sakit

 Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrument

 Melakukan monitoring dan kontrolterhadap tindakan

pengendalian infeksisesuai denganarahan komite pengendalian

infeksi

 Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya

58
 Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional

59
 Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru

dan peraturan yangberlaku

 Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan

 Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan

pemrosesan dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan

prosedur yang digunakan danimplementasi metode baru (Depkes RI,

2009).

2.5.2 Struktur Organisasi Sterilisasi Sentral

Sterilisasi Sentral dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan

fungsional) dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang

Medik. Untuk rumah sakit swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur

organisasi pemerintah. Hal-hal yang perlu dilaksanakan agar sentralissai sentral

dapat berjalan sebagaimana mestinya adalah perlunya pembagian pekerjaan dalam

jabatan fungsional (Depkes RI, 2009).

2.5.3 Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) di ISSB memiliki persyaratan khusus dalam

kesehatan sebagai berikut:

a. Data kesehatan

Data kesehatan yang harus dimiliki oleh petugas di ISSB sterilisasi rumah

sakit yaitu surat pernyataan sehat jasmani dan rohani secara rutin serta catatan

fisik X-Ray untuk mengidentifikasi penyakit TBC (Tuberculosis). Tes ini

dilakukan minimal satu kali dalam setahun.

b. Status imunisasi

Status imunisasi sebagai persyaratan SDM di ISSB harus memenuhi

minimal imunisasi hepatitis B, tetanus, dan demam tipoid.

c. Laporan mengenai status penyakit

Laporan mengenai penyakit yang dialami petugas selama bekerja di ISSB.

60
Penyakit tersebut misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, infeksi

61
gastrointestinal, dan infeksi pada mata. Laporan mengenai penyakit dilakukan

minimal sekali dalam setahun setahun (Depkes RI, 2009).

2.5.4 Sarana dan Prasarana Sterilisasi Sentral

ISSB merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok dari ISSB

adalah menerima bahan dan alat medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk

kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya

mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam

menentukan lokasi ISSB perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikuti ini:

a. Bangunan

Pembangunan Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB) harus sesuai

dengan kebutuhan bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana

pelayanan di masa datang serta didesain menurut tipe dan atau kapasitas rumah

sakit.

b. Lokasi

Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu sebaiknya berdekatan dengan

ruangan pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau

pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan

pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi

silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk rumah sakit yang

berukuran kecil, lokasi ISSB sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar operasi

sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan laundry.

c. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi

Pada prinsipnya, desain ruang ISSB terdiri dari ruang bersih dan ruang

kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi

silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan

dengan alur
62
kerja. Ruang ISSB dibagi atas 5 ruang:

1. Ruang Dekontaminasi

Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan

pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol

untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja

dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya

lainnya. Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara lain:

a. Ventilasi

‒ Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter

‒ Pergantian udara 10 kali/jam

‒ Tekanan udara negatif

‒ Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban

‒ Suhu 18-22°C

‒ Kelembaban antara 35-75%

2. Ruang Pengemasan Alat

Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar

pasang alat, dan penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Prosesing Linen

Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang

akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan

barang. Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti

kasa, kapas, dan cotton swab.

4. Ruang Sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi

etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran

63
pembuangan (exhaust).

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril

Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :

- Dekat dengan ruang sterilisasi

- Suhu 18-22°C, kelembaban 35-75%

- Ventilasi menggunakan tekanan positif

- Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 μm)

- Jauh dari lalu lintas utama

- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan

2.5.5 Pelayanan Sterilisasi Sentral

Pelayanan Sterilisasi Sentral dapat dilihat dari Alur aktivitas fungsional

yang secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang

perawatan.

Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik

sebelum dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.

Pengeringan: dilakukan sampai kering. Inspeksi dan Pengemasan: unit ini

melakukan pengecekan barang dan instrumen tentang kelayakan barang tersebut

serta melakukan pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Pengemasan yang

dimaksudkan disini yaitu semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatan

yang sudah didisain untuk membungkus, mengemas, dan menampung alat-alat

yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan

pengemasan adalah agar dapat berperan terhadap keamanan dan efektivitas

perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama ISSB.

Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari

kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

64
Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian

akan disterilkan.

Sterilisasi: melakukan sterilisasi barang dan instrumen yang dikemas metode

yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal dan sebaiknya diberikan

tanggung jawab kepada staf terlatih. Metode sterilisasi terdiri dari:

‒ Sterilisasi dengan suhu tinggi: sterilisasi uap (steam heat) dan sterilisasi panas
kering (dry heat)

‒ Sterilisasi dengan suhu rendah: etilen oksida, sterilisasi plasma hidrogen


peroksida, dan formaldehid

‒ Sterilisasi dengan cairan kimia: hidrogen peroksida

Penyimpanan: unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan

melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus diatur secara

baik dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik.

Distribusi: unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer

yangmembutuhkan barang tersebut. Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi

sesuai dengan rumah sakit masing-masing (Depkes RI, 2009).

2.6 Sistem Akreditasi menurut SNARS (Standar Nasional Akreditasi Rumah

Sakit)

2.6.1 Tujuan SNARS (Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit)

Tujuan dari Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit adalah:

1. Mempermudah RS dalam implementasi standar mutu dan keselamatan

pasien (bahasa, substansi, penyajian, sismadak)

2. Mendukung Program Nasional Kemenkes R.I

3. Mencari solusi pencegahan permasalahan RS yang baru muncul

4. Mencegah munculnya tuntutan hukum dari pasien.

2.6.2 Penilaian Akreditasi Rumah Sakit dalam SNARS

Penilaian Akreditasi dalam SNARS dijelaskan dengan ketentuan yaitu

65
ReDOWS. Berikut penjelasan mengenai ReDOWS dalam SNARS:

R = Regulasi (Pedoman, Panduan, Kebijakan, SPO)

D = Dokumen bukti implementasi(Rekam Medis,

dll)

O = Observasi pelaksanaan regulasi oleh civitas

Hospitalia W = Wawancara dengan pelaksana asuhan dan

pasien atau keluarga

S = Simulasi pelaksanaan SPO

1. Regulasi
Regulasi adalah dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang

dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman, panduan, peraturan Direktur

rumah sakit, keputusan Direktur rumah sakit dan atau program.

2. Dokumen

Dokumen adalah bukti proses kegiatan atau pelayanan yang dapat

berbentuk berkas rekam medis, laporan dan atau notulen rapat dan atau hasil audit

dan atau ijazah dan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya.

3. Observasi

Observasi adalah bukti kegiatan yang didapatkan berdasarkan hasil

penglihatan/observasi yang dilakukan oleh pengamat ataupun surveior bila dalam

proses ujian survei akreditasi RS.

4. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh pengamat

ataupun surveior bila dalam proses ujian survei akreditasi rs yang ditujukan

kepada pemilik/representasi pemilik, direktur rumah sakit, pimpinan rumah sakit,

profesional pemberi asuhan (PPA), staf klinis, staf non klinis, pasien, keluarga,

tenaga kontrak dan lain-lain.

66
5. Simulasi

Simulasi adalah peragaaan kegiatan yang dilakukan oleh staf rumah sakit

yang diminta oleh pengamat ataupun surveior bila dalam proses ujian survei

akreditasi RS.

67
BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK

3.1 Sejarah RSUP H. Adam Malik

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas

A sesuai dengan SK Menkes Nomor 335/Menkes/SK/VII/1990 yang berlokasi di

Jalan Bunga Lau Nomor 17 kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Pendidikan yaitu sesuai dengan SK Menkes Nomor 502/Menkes/SK/IX/1991.

RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang

meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Saat ini Rumah

Sakit Umum Pusat

H. Adam Malik sudah terakreditasi Join Commission International (JCI).

3.2 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik

Visi dari RSUP H. Adam Malik adalah Menjadi Rumah Sakit Pendidikan

dan Pusat Rujukan Nasional yang Bermutu dan Unggul Pada Tahun 2024.

Misi RSUP H. Adam Malik adalah:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu,

berorientasi kepada keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan

2. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian dengan berbasis

kerjasamadalam konteks Academic Health System (AHS) dalam era Universal

Health Coverage (UHC)

3. Meningkatkan kemitraan dengan RS jejaring dan institusi pendidikan

4. Menyelenggarakan Tata Kelola Keuangan yang Sehat.

Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien

dengan pelayanan sebagai berikut:

68
P: Pelayanan cepat

A: Akurat

T:

Terjangkau

E: Efisien

N: Nyaman

Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan

kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien dan efektif sesuai

standar pelayanan yang bermutu.

3.2.1 Tugas dan Fungsi RSUP H. Adam Malik

a. Tugas RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tanggal 18

Oktober 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat

H.Adam Malik Medan mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan Kesehatan

perorangan secara paripurna menyelenggarakan upaya penyembuhan dan

pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya

peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

b. Fungsi RSUP H. Adam Malik

Menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik


No.OT.01.02/XV.4.2.1/565/2018 tentang Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik, RSUP H. Adam Malik Medan menyelenggarakan
fungsi:
1. Pelayanan medis.

2. Pelayanan dan asuhan keperawatan.

3. Penunjang medis dan non medis.

4. Pengelolaan sumber daya manusia.


69
5. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran

dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.

6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya.

7. Penelitian dan pengembangan.

8. Pelayanan rujukan.

9. Administrasi umum dan keuangan (Dirut, 2018).

3.3 Struktur Organisasi RSUP H. AdamMalik

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia

Nomor 244/Menkes/PER/III/2008, yang telah diubah dengan Surat Keputusan

Direktur Utama Nomor OT.01.02/XV.4.2.1/10040/2020 tentang Struktur

Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, susunan

organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari:

a. Direktur Utama

b. Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang

c. Direktur SDM, Pendidikan dan Umum

d. Direktur Perencanaan, Keuangan dan BMN

e. Unit-unit Non Struktural

3.3.1 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)

Menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Surat

Nomor OT.01.01/IV/2.1/6495/2019 tentang Pembentukan Tim Farmasi dan Terapi

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, TFT mempunyai tugas, wewenang

dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit.

2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk kedalam

Formularium Rumah Sakit

70
3. Mengembangkan standar terapi.

4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat.

5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksiobat yang tidak dikehendaki;

7. Mengkoordinir penatalaksanaan pencegahan medication error.

8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit

Susunan anggota TFT terdiri dariperwakilan Staf Medis Fungsional

(SMF)

yang ada di rumah sakit dengan ketua seorang dokter dan sekretarisnya adalah

Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertanggung jawab kepada Direktur

Utama melalui Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSUP H.

Adam Malik. TFT mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya 1 bulan sekali

guna membahas implementsi dari kebijakan tentang pengelolaan dan penggunaan

obat di RSUP H. Adam Malik .

3.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker

yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Medik dan

Keperawatan. Menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik

No. OT.01.02/XV.4.2.1/565/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam Malik Medan menyatakan bahwa instalasi farmasi adalah

unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit. Seperti kegiatan pelayanan peracikan, penyimpanan,

penyediaan dan penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medishabis

pakai (Dirut, 2018).

71
3.4.1 Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Tugas Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu

direktur pelayanan, medik, keperawatan dan penunjang untuk menyelenggarakan,

mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik.

2. Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai fungsi, yaitu:

- Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan instalasi farmasi

dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.

- Melaksanakan perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta

melaksanakan evaluasi dan sistem informasi rumah sakit (SIRS) instalasi

farmasi.

- Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik

untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-

instalasi penunjang lainnya.

- Melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis dan melaksanakan pendidikan,

penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

- Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang

instalasi farmasi dan memproduksi obat-obat sesuai dengan kebutuhan rumah

sakit.

3.4.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

72
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik ditunjukkan

73
pada Gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik

tentang Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Malik Nomor OT. 01.02/XV.4.2.1/10040/2021 susunan organisasi instalasi

farmasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari Kepala Instalasi Farmasi yang dibantu

oleh tata usaha dan 3 Sub Instalasi Farmasi, yaitu:

a. Sub Instalasi Farmasi Klinik

- Ka. Sub Instalasi Farmasi Klinis dan Apoteker Farmasi Klinis

- PJ Depo (IGD & IBP, Rindu A, Rindu B, Paviliun, Apotek, PJT, IPI,

Depo Farmasi Pencampuran Kemoterapi)

b. Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan

- Ka. Sub. Perbekalan

- Ka. Tim Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

- Ka. Tim Perbekalan

- Staf Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

74
- Staf Perbekalan

c. Sub Instalasi Gas Medis

- Ka. Sub Instalasi Gas Medis

- Staf Sub Instalasi gas medis

3.4.3 Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP H Adam

Malik terdiri dari Apoteker sebanyak 24 apoteker, dengan pembagian tugas: 11

apoteker klinis, 8 apoteker sebagai penanggungjawab depo, 1 Apoteker sebagai

Kepala Instalasi Farmasi, 3 apoteker sebagai Kepala Sub Instalasi (Sub Instalasi

Farmasi Klinik, Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan, Sub Instalasi Gas Medis),

dan 1 Apoteker sebagai Perencanaan Pelaporan dan Evaluasi (P2E). Pelayanan

kefarmasian di rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

dilaksanakan oleh Apoteker yang setiap 1 apoteker melayani ±38 pasien

Sedangkan untuk rawat jalan, pelayanan kefarmasian di rawat jalan Rumah Sakit

Umum Pusat

H. Adam Malik Medan dilaksanakan oleh 1 Apoteker dengan perbandingan 1

Apoteker melayani ± 200 resep perhari.

3.4.4 Sarana dan Prasarana Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

1. Sarana

a. Ruang Kantor/Administrasi

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki ruang

kantor/administrasi yang terdiri dari ruang pimpinan, ruang staf, ruang tata

usaha.

b. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki ruang penyimpanan

75
khusus untuk sediaan termolabil, bahan laboratorium dan reagensia, bahan

mudah terbakar, dan bahan beracun dan berbahaya. Juga untuk

penyimpanan

76
obat jadi, sediaan produksi sendiri, bahan baku obat, serta alat kesehatan

disimpan terpisah.

c. Ruang Konseling

Ruang konseling RSUP H. Adam Malik terdapat di bagian rawat jalan yang

belum dilaksanakan secara optimal terutama untuk konseling pasien

kemoterapi, geriatrik dan obat pemakaian khusus, sedangkan ruang

konseling untuk rawat inap belum tersedia dan apoteker rawat inap

memberikan konseling dengan cara visite langsung kepada pasien dibantu

oleh tim farmasi klinis .

2. Prasarana

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki peralatan:

- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan obat baik

steril dan nonsteril maupun aseptik/steril;

- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;

- Kepustakaan untuk melaksanakan PIO yang belum memadai;

- Lemaripenyimpanan khusus narkotika;

- Lemaripendingin dan pendingin ruangan untuk obat termolabil;

- Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistempembuangan limbah.

3.4.5 Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai di RSUP H. Adam Malik bersifat multidisipliner yang meliputi serangkaian

kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, penarikan dan pemusnahan, pengendalian, dan

administrasi serta pemantauan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan

pelayanan.

77
3.4.5.1 Tugas Dan Fungsi Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan

Tugas dan Fungsi Sub Instalasi Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai, antara lain:

- Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

- Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;

- Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan

yang berlaku;

- Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;

- Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

- Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;

- Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;

- Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit;

- Melaksanakan pelayanan obat secara “unit dose”/dosis sehari;

- Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah

memungkinkan);

- Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai;

- Melakukan pemusnahan dan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan


78
Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;

- Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

79
Medis Habis Pakai;

- Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai;

3.4.5.2 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan

Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan terdiri dari:

PJ Perbekalan :

- Ka. Tim Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

(P2E) Staf Perencanaan, Pelaporan dan Evaluasi

(P2E)

- Ka. Tim

Perbekalan Staf

Perbekalan

3.4.5.3 Sarana dan Prasarana Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan

Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit meliputi Fasilitas ruang harus

memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat menunjang fungsi dan proses

Pelayanan Kefarmasian, menjamin lingkungan kerja yang aman untuk petugas,

danmemudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.

a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:

 Ruang Kantor/Administrasi

 Ruang pimpinan

 Ruang staf

 Ruang kerja/administrasi tata usaha

 Ruang pertemuan

 Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai

Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan
80
kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya,

81
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan

keamanan petugas, terdiri dari:

b. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:

 Obat Jadi

 Obat Produksi

 Bahan Baku Obat

 Alat Kesehatan

c. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:

 Obat Termolabil

 Bahan Laboratorium dan Reagensia

 Sediaan Farmasi yang Mudah Terbakar

 Obat/Bahan Obat Berbahaya (narkotik/psikotropik)

d. Ruang Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai

Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit/depo farmasi). Ruang

distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi terdiri dari:

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang

khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan peracikan.

- Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara sentralisasi maupun

desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap.

82
3.4.5.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai

3.4.5.4.1 Pemilihan

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

dilaksanakan secara kolaborasi oleh instalasi farmasi dengan TFT yang dijadikan

dasar revisi Formularium Rumah Sakit setiap 2 tahun sekali.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik

Nomor HK.02.03./XVIII/3.3.1/6777/2022 tentang Kebijakan Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, pemilihan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan:

a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.

b. Pola penyakit

c. Efektifitas dan keamanan

d. Pengobatan berbasis bukti

e. Mutu,

f. Harga, dan

g. Ketersediaan di pasaran.

Pemilihan di RSUP H. Adam Malik dilakukan berdasarkan obat yang

ditetapkan Tim Farmasi dan Terapi dalam formularium rumah sakit, direvisi

secara berkala (2 tahun) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di bidang kedokteran dan farmasi, perubahan pola penyakit, trend penulisan resep,

serta sesuai dengan Panduan Praktek Klinis/Clinical Pathway.

3.4.5.4.2 Perencanaan

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik

Nomor HK.02.03/XVIII/3.3.1/6777/2022 tentang Kebijakan

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

83
Malik, perencanaan

84
kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan

untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan

menggunakan metode kombinasi (konsumtif dan epidemiologi) dan disesuaikan

dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

a. Anggaran yang tersedia.

b. Penetapan prioritas.

c. Sisa persediaan.

d. Data pemakaian periode yang lalu.

e. Waktu tunggu pemesanan.

f. Rencana pengembangan.

Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai (E-Katalog) merujuk kepada harga E-katalog yang dikeluarkan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Proses

pengadaannya dilakukan secara E-Purchasing oleh Unit Layanan Pengadaan

(ULP) RSUP H. Adam Malik . Perhitungan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan metode kombinasi

konsumtif dan epidemiologi.

Perencanaan obat disusun berdasarkan daftar obat Formularium Nasional

dan permohonan penggunaan obat Non-Formularium Nasional, dan Non

Formularium Rumah Sakit dilakukan dengan mengisi Formulir Permintaan

KhususObat di luar Formularium Nasional.

3.4.5.4.3 Pengadaan

85
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

86
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

jumlah, waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.

Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,

penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,

pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,

pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.

Pengadaan yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilakukan

melalui 3 cara:

a. Pembelian

Pembelian dilakukan melalui 2 metode:

- E-catalog

E-catalog untuk perbekalan e-purchasing.

- Non-ecatalog

Dilakukan melalui kontrak dengan menggunakan 3 cara yaitu lelang,

pembelian langsung, dan pemilihan langsung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

- Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,

yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu bat.

- Persyaratan pemasok.

- Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai.

- Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

b. Produksi

Produksi sediaan farmasi yang dibuat di RSUP H. Adam Malik Medan

memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan di RSUP H. Adam Malik. Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

87
memproduksi kloral hidrat dan repacking alkohol dari kemasan besar ke kemasan

kecil.

c. Sumbangan/Dropping/Hibah

Hibah dapat diberikan dari program penanggulangan HIV/AIDS, TB,

hepatitis, dan malaria, progam Dinkes, Litbang, Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Yayasan. Instalasi

farmasi melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan/dropping/

hibah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain:

- Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa.

- Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).

- Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus

mempunyai Nomor Izin edar.

3.4.5.4.4 Penerimaan

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik

Nomor HK.02.03/XVIII/3.3.1/6777/2022 tentang Kebijakan Pelayanan

Kefarmasian diRumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang berisi penerimaan

merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,

waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan,

dengan kondisi fisik yang diterima dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penerimaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilaksanakan oleh Pejabat

PembuatKomitmen (PPK). Setelah penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan
88
Bahan Medis Habis Pakai selesai dilakukan kemudian dibuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hal-hal yang

diperhatikan dalam penerimaan adalah:

- Kesesuaian dengan faktur/surat pesanan (SP)/surat pengantar barang (SPB).

- Kesesuaian dengan kontrak/Surat Perintah kerja (SPK).

- Kondisi fisik barang, jumlah dan tanggal kadaluarsa.

- Memastikan tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun. Bila tanggal kadaluarsa di

bawah 2 tahun harus melampirkan surat pernyataan dari distributor bahwa obat

bisa diretur/diganti dengan tanggal kadaluarsa yang lebih lama

- Bahan baku disertai sertifikat analisa.

- Bahan berbahaya dan beracun menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS). Sebelum dilakukan penerimaan oleh petugas gudang dari tim teknis,

PPK melakukan serah terima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai yang kemudian dibuat Berita Acara Serah Terima (BAST) oleh

timteknis melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Tahapan penerimaan sebagai berikut:

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk salah satu staf farmasi sebagai

tim teknis untuk menerima hasil pekerjaan seperti Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan juga Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan menyertakan

Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk B3, dan Sertifikat Analisa Bahan

baku.

2. Tim Teknis PPK mencocokkan kesesuaian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakaidengan faktur (jumlah, spesifikasi, nomor

faktur, harga), mengecek tanggal kadaluarsa dan memastikan bahwa sistem

pengangkutan memenuhi syarat untuk perbekalan farmasi khususnya

89
perbekalan farmasi termolabil yang harus disimpan pada suhu dingin, yaitu

harus disimpan didalam cool box dan dilengkapi dengan kontrol suhu.

3. Bila Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang

diterima telah sesuai dengan faktur, Surat Pesanan (SP) dan Surat Perjanjian

Kerjasama (SPK), maka Tim Teknis PPK menerima Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai tersebut dan membubuhkan tanda

tangan dan tanggal penerimaan barang pada faktur.

4. Tim Teknis PPK menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai yang diterima kepada petugas gudang.

5. Petugas gudang mencatat data penerimaan dan menginput kedalam SIRS dan

Sistem Informasi Manajemen Akutansi Keuangan Barang Milik Negara

(SIMAK BMN).

6. Tim teknis membuat berita acara hasil pemeriksaan dan berita acara serah

terima

3.4.5.4.5 Penyimpanan

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik menerima barang perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusiaan. Penyimpanan harus dapat

menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan

kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,

sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Penyimpanan di RSUP H. Adam Malik dilakukan di gudang instalasi

farmasi, Instalasi user (kamar obat pasien), depo farmasi, troli Code Blue. Area

penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

90
hanya boleh dimasuki oleh peugas yang diberi wewenang. Pengamanan

disemua area Rumah Sakit harus diberi kunci dan CCTV.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi

label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasaan

dibuka, tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.

b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan diruang rawat kecuali di OK,

ruangan intensif, dan UPK2J (Unit Pelayanan Khusus Kegawatdaruratan

Jantung).

c. Konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien disimpan di

lemari khusus (lemari high alert) dengan diberi garis merah (red line), harus

diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat

(restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa

oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.

Instalasi Farmasi memastikan bahwa obat disimpan secara benar dan

diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu bahan yang mudah terbakar,

disimpan didalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.

Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan

dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang penampilan dan penamaannya mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak

ditempatkan berdekatan (tidak berdampingan) dan harus diberi penandaan

91
khusus untuk

92
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.

RSUP H. Adam Malik menyediakan penyimpanan obat emergensi untuk

kondisi kegawatdaruratan yang disimpan dalam troli code blue. Tempat

penyimpanan harus mudah di akses dan terhindar dari penyalahgunaan dan

pencurian. Pengaturan tata ruang penyimpanan sangat diperlukan untuk

mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan

pengawasan perbekalan farmasi.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai disimpan

pada suhu kamar yang terkendali dengan suhu antara 15°C sampai 25°C, dan

untuk obat-obat termolabil disimpan pada lemaripendingin dengan suhu 2°C

sampai 8°C.

1. Penyimpanan Obat High Alert

- Obat High Alert ditandai dengan penempelan label High Alert berwarna

merah, khusus untuk obat kemoterapi ditempel label “Cytotoxic Drug

Handle With care” berwarna ungu.

- Pelabelan dilakukan dikemasan terkecil setiap sediaan.


- Penyimpanan Obat High Alert di Gudang/Depo/Pokja/troli Code Blue

terlokalisir dari sediaan lain dan ditandai dengan garis merah disekeliling

obat High Alert tersebut.

- Khusus untuk obat kemoterapi disimpan ditempat terpisah dari obat lain.

- Obat High Alert milik pasien di ruang perawatan disimpan bersama-sama

dengan obat lain di kotak pasien dilemari obat dengan label stiker High

Alert warna merah.

2. Penyimpanan obat dengan nama obat dan rupa mirip (Look Alike Sound Alike

/LASA)

- Ketegori obat LASA di RSUP H. Adam Malik ditulis dalam daftar obat

LASA.
93
- LASA ditandai dengan penempelan label LASA berwarna kuning.

- Penyimpanan obat LASA di gudang farmasi dan depo/pokja

farmasi disimpan ditempat yang tidak berdampingan.

- Pelabelan dilakukan dikotak terluar obat.

- Penyimpanan obat kategori LASA milik pasien diruang perawat

disimpan bersama-sama dengan obat lain di kotak pasien dilemari obat.

Contoh: eFEDrine- EPINEfrin , DOPamin-DOBUTamin

3. Penyimpanan Obat Narkotika didepo dan Instalasi Farmasi

- Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus yang dilengkapi dengan

dua kunci (double lock) yang berbeda, sesuai dengan Undang- undang

narkotika.

- Kunci lemari narkotika dipegang oleh dua orang yang berbeda.

- Penanggungjawab terhadap kunci lemari narkotika pada jam kerja

diserahkan kepada TTK dan Ketua Tim sesuai dengan jadwal

dinas.

- Pada saat diluar jam kerja penanggungjawab kunci lemari

narkotika diserahkan kepada TTK yang berbeda yang berdinas

pada saat itu.

4. Penyimpanan Obat Psikotropika di depo dan Instalasi Farmasi

- Obat psikotropika harus disimpan di tempat terpisah dari obat-obat lain.

- Obat disimpan di lemari terkunci.

5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

- Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sediaan farmasi yang bersifat

mudah menyala atau terbakar, eksplosif, radioaktif, oksidator/reduktor,

racun, korosif, karsinogen, teratogenik, mutagenik, dan iritasi.

- Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus disimpan pada lemari yang

94
terbuat dari bahan yang tahan api, di tempat terpisah dan disertai tanda

bahan berbahaya sesuai sifat fisika kimia bahan yang tercantum dalam

MSDS.

95
6. Penyimpanan Sedian Farmasi, Alkes dan BMHP di Troli Code Blue

- Troli code blue adalah sarana penyimpanan alat kedokteran dan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibutuhkan

untuk menyelamatkan jiwa pasien (life saving) pada kasus henti napas dan

henti jantung.

- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai troli code

blue disimpan pada tempat khusus, bersegel dan bisa dibawa/didorong

dengan cepat ke ruangan perawatan/tempat tindakan pasien.

- Obat High Alert pada troli code blue disimpan terlokalisir dan diberi tanda

garis merah dan diberi logo high alert

7. Sediaan Farmasi dan BMHP di lemari persediaan ruangan .

- Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang

tersimpan di lemari persediaan ruangan harus disepakati jenis dan

jumlahnya dengan perawatan dan disiapkan oleh TTK.

- Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di dalam lemari persediaan

ruangan selalu tersedia dengan jenis dan jumlah sesuai daftar yang telah

ditetapkan.

- Lemaripersediaan ruangan diletakkan ditempat yang telah

disepakati dan mudah dijangkau.

- Lemari persediaan ruangan hanya boleh diisi dengan sediaan farmasi,

dan Bahan Medis Habis Pakai.

- Lemari persediaan ruangan yang belum menggunakan kunci disposable,

kepala ruangan menunjukan petugas yang bertanggung jawab terhadap

lemari tersebut.

- Petugas Depo melakukan pemantauan terhadap Lemari persediaan rutin

setiap pagi pukul 08.30-09.30 WIB untuk memeriksa kesesuaian isi

96
lemari

97
persediaan ruangan dengan daftar yang telah ditetapkan.

3.4.5.4.6 Pendistribusian

Distribusi di RSUP H. Adam Malik dilakukan secara desentralisasi

melalui Depo Farmasi Rindu A, Rindu B, IGD, IBP, IPI, PJT, Paviliun dan

Apotek dalam rangka menyalurkan dan menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai unit

pelayanan pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan

ketepatan waktu.

Beberapa metode yang digunakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Haji Adam Malik dalam mendistribusikan perbekalan farmasi:

a. Floorstock digunakan untuk pendistribusian ke setiap unit seperti kebutuhan

dasar setiap ruangan, troli emergency dan troli persediaan di ruang UPK2J (Unit

Pelayanan Khusus Kegawatdaruratan Jantung).

b. Unit dose dispensing, yang digunakan untuk pendistribusian pada kegiatan rawat

inap. Sediaan farmasi dan BMHP disiapkan dalam sistem one daily dose

dispensing (ODD) dan dikemas per unit dose dispensing (UDD).

c. Resep perseorangan adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien. Dalam

sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan sesuai yang tertera

pada resep. Metode perseorangan ini digunakan untuk pasien rawat jalan.

d. Pendistribusian ke tiap depo dilakukan dengan amprahan. Dimana tiap depo

mengajukan surat permintaan (amprahan) barang ke instalasi farmasi kemudian

instalasi farmasi menyiapkan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang

tertera pada surat permintaan barang. Setelah sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai disiapkan, kemudian akan diantar ke depo masing-masing.

Pendistribusian pada depo masing-masing dilakukan 1 minggu 2 kali yaitu pada

hari senin dan kamis.

98
3.4.5.4.7 Penarikan dan Pemusnahan
Menurut Keputusan Direktur Utama Nomor HK.02.03/XVIII/3.3.1/6777/

2022 tentang kebijakan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik,

penarikan dan pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai yangtidak dapat digunakan dilakukan oleh Tim Penghapusan Barang.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati

tanggal kadaluarsa ditarik kembali oleh Instalasi Farmasi dan dikembalikan ke

distributor sesuai waktu yang telah disepakati untuk melakukan pengembalian

barang (retur). Apabila Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai masih bisa digunakan oleh pasien maka digunakan terlebih dahulu, dan

apabila tidak bisa digunakan lagi, maka akan dikumpulkan untuk

dikembalikan/retur ke Pedagang Besar Farmasi. Sediaan Farmasi yang tidak bisa

dikembalikan langsung dimusnahkan dan dibuat berita acara pemusnahan. Acara

pemusnahan disaksikan oleh Tim Pemusnahan di dampingi Dinas Kesehatan

Provinsi, Balai POM, perwakilan dari instalasi farmasi, bagian keuangan RSUP

H.Adam Malik. Laporan pemusnahan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi

dan Balai POM, serta disimpan sebagai data arsip rumah sakit.

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dikarenakan adanya instruksi dari pemerintah (BPOM), atau inisiatif dari pemilik

izin edar karena alasan tertentu. Obat yang sudah ditarik ke instalasi farmasi

kemudian dicatat untuk dikembalikan ke distributor.


-
Pemusnahan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang

kadaluwarsa atau rusak akan dimusnahkan oleh panitia penghapusan

barang milik/kekayaan negara disaksikan oleh Badan POM.

99
-
Penarikan

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

di gudang dan Depo/Pokja dilakukan terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah,

distributor atau pabrik pembuatnya. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan

Bahan Medis Habis Pakai yang kadaluwarsa atau rusak dikumpulkan di gudang

farmasi dan dilaporkan ke Direktur Utama. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang mendekati kadaluwarsa, dilakukan proses

pengembalian (retur) kepada distributor sesuai waktu yang telah disepakati.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak

terpakaioleh pasien dapat dikembalikan ke Depo/Pokja.

3.4.5.4.8 Pengendalian

Pengendalian di RSUP H. Adam Malik dilakukan terhadap jenis dan

jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan perbekalan farmasi dilakukan oleh

Instalasi Farmasi bersama Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.

Pengawasan untuk mencegah kehilangan dengan peasangan CCTV dan peerlu

teralis besi di gudang Farmasi, key lock serta akses terbatas..

Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;

b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;

c. Memastikan persediaan efektif dan efesien atau tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadarluwarsa, dan kehilangan serta

pengembalian pemesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

100
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUP H. Adam Malik adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu 6 bulan

berturut-turut (death stock).

b. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slowmoving).

c. Melakukan evaluasi persediaan yang sering digunakan (fast moving).

d. Stok Opname Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan di Depo dan Gudang Farmasi setiap bulan.

3.4.5.4.9 Administrasi

Administrasi di RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan pencatatan dan

pelaporan secara periodik terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dalam periode waktu tertentu (bulanan,

triwulan dan tahunan). Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan

setiapbulan, pengarsipan surat masuk/keluar, pengarsipan resep, orientasi

pegawaai baru di instalasi farmasi, evaluasi absensi, penilaian kinerja, pelaksanaan

PBL dan PKPPAmahasiswa.

Kegiatan administrasi terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan

kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,

pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan

Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulan, semester atau

pertahunan).

Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang

101
berlaku. Tujuan dari pelaporan adalah:

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.


b. Tersedianya informasi yang akurat.

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan.

d. Mendapatkan data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

Jenis laporan yang dibuat oleh Instalasi Farmasi adalah:

- Narkotika dan Psikotropika.

- Mutasi perbekalan farmasi.

- Stock Opname (SO)

- Jumlah resep.

- Kepatuhan terhadap Formularium Nasional.

- Waktu tunggu pelayanan resep dirawat

jalan. Pelaporan yang harus dilakukan:

a. Laporan bulanan pelayanan farmasi dilaporkan oleh Kepala Instalasi

Farmasi ke Direktur Medik dan Keperawatan.

b. Laporan triwulanan pelayanan farmasi dilaporkan oleh Kepala

Instalasi Farmasi ke Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan

Penunjang.

c. Laporan tahunan pelayanan farmasi dilaporkan oleh Kepala Instalasi

Farmasi ke Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang.

d. Narkotika:

- Dibuat setiap bulan oleh Kepala Instalasi Farmasi dan dilaporkan

ke Direktur Medik dan Keperawatan.

- Laporan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kesehatan

Provinsidan Badan POM.

e. Standar Pelayanan Minimal (SPM) waktu tunggu pelayanan obat dan

peresepan sesuai formularium dilaporkan setiap bulan oleh Kepala Instalasi


102
Farmasi ke bagian Komite Mutu dan Keselamatan Pasien.

f. Laporan pemakaian obat-obat ARV (Anti Retro Viral) dikirim setiap bulan ke

103
Dinas Kesehatan Provinsi. Laporan pemakaian obat TB-DOTS (TB-Directly

Observed Treatment Shortcourse) dan TB-MDR (TB-Multy Drug Resisten)

dikirim setiap bulan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

3.4.6 Sub Intalasi Farmasi Klinik

3.4.6.1 Tugas dan Fungsi Sub Intalasi Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan

keselamatan pasien sehingga kualitas hidup pasien terjamin

3.4.6.2 Sarana dan Prasarana Sub. Intalasi Pelayanan Farmasi Klinis

a. Peralatan Konsultasi

 Buku kepustakaan bahan-bahan, leaflet, dan brosur dan lain-lain

 Meja, kursi dan lemari penyimpan profil pengobatan pasien

 Komputer

 Telepon

 Lemari arsip

 Arsip.

b. Peralatan Ruang Informasi Obat

o Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan PIO

o Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak

o Komputer

o Telpon faksimile

o Lemari arsip

o Kartu arsip

o TV dan VCD player

104
c. Peralatan Ruang Arsip

 Kartu Arsip

 Lemari/ rak arsip

3.4.6.3 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan RSUP H. Adam Malik meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep;

2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat;

3. Rekonsiliasi Obat;

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

5. Konseling;

6. Visite;

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

10. Dispensing sediaan steril;

3.4.6.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep

Pelayanan resep di RSUP H. Adam Malik dimulai dari penerimaan

pemeriksaan ketersedian, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi

termasuk peracikan obat pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.

Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya

kesalahan pemberian obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa

adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Tenaga Teknis Farmasi melakukan

pengkajian resep sesuai persyaratan admnistrasi, persyaratan farmasetik dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pesyaratan

administratif sudah dipenuhi melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (STARS)

105
yang terintegrasi, dimana persyaratan administratif seperti nama, umur, nomor

ijin, tanggal resep dll sudah terdata dengan baik sehingga apoteker langsung

melakukanpengkajian farmasetik dan pengkajian klinis.

Persyaratan administrasi meliputi:

a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;

b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter,

c. Tanggal resep; dan

d. Ruangan/unit asalresep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan;

b. Dosis dan jumlah obat,

c. Rute

d. Aturan atau cara penggunaan.

Persyaratan klinik meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat;

b. Duplikasi pengobatan;

c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)

d. Kontraindikasi; dan

e. Interaksi obat.

Ketentuan Penulisan Resep:

1. Resep manual digunakan bila resep online bermasalah.

2. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, meggunakan istilah dan singkatan yang

lazim atau yang sudah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah

pengertian.

3. Obat yang diresepkan harus sesuai dengan Formularium Nasional

dan Formularium RSUP H. Adam Malik.

106
4. Penulisan resep antibiotika di rumah sakit berdasarkan pedoman penggunaan

107
antibiotika yang dikeluarkan rumah sakit.

5. DPJP harus mengenali obat-obatan yang masuk dalam daftar Look A Like

Sound Alike (LASA) yang diterbitkan oleh Intalasi Farmasi, untuk menghindari

kesalahan pembacaan tenaga kesehatan lain.

3.4.6.4.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan

oleh tenaga kesehatan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

seluruh obat atau Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan,

riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam

medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat, yaitu:

1. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya.

2. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien.

Informasi yang harus didapatkan, antara lain:

- Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan,

frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat;

- Reaksi obat yang tidak dikehendakitermasuk riwayat alergi; dan

- Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).

3.4.6.4.3 Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan pada saat admisi,

transfer antar ruangan di rumah sakit dan discharge planning dengan kolaborasi

antara dokter, perawat dan apoteker. Obat yang dibawa pasien dapat digunakan di

rumah sakit selama pasien dirawat yang telah diidentifikasi oleh apoteker dan

dilakukan penilaian dari DPJP. Obat yang akan digunakan dibawa perawat ke

ruangan perawatan untuk diserahkan kepada petugas depo dan disimpan didepo

Farmasi, dengan sistem pendistribusian dilakukan secara one daily dose dan

108
dikemas dengan UDD (unit dose dispensing). Obat yang tidak digunakan

dikembalikan kepada pasien/keluarga pasien. Obat-obat yang sedang digunakan

pasien sebelum masuk rumah sakit (obat rekonsiliasi) harus dicatat pada rekam

medik dan diketahui oleh apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian dan perawat, serta

dapat diakses oleh petugas kesehatan lain yang terkait. Rekonisliasi dilakukan

untuk membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat

pasien.Tujuan dari dilakukannya rekonsiliasi terhadap obat di RSUP H Adam

Malik adalah:

a. Membandingkan antara daftar obat yang sedang digunakan pasien dan obat

yang diresepkan.

b. Mencegah agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya suatu terapi obat.

c. Mencegah terjadinya gagal terapi

Tahap proses rekonsiliasi obat di RSUP H Adam Malik meliputi kegiatan

pengumpan data, komparasi, Melakukan konfirmasi kepada dokter jika

menemukan ketidaksesuaian dokumentasi dan melakukan komunikasi dengan

pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang

terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan.

3.4.6.4.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informai Obat (PIO) di RSUP H. Adam Malik masih dilakukan

secara sederhana dengan menggunakan buku-buku, jurnal, aplikasi, STARS serta

dapat dilakukan dengan mengisi format lembaran pelayanan informasi obat di

RSUP H. Adam Malik terkait penggunaan obat. PIO dimaksudkan untuk

menyediakan dan memberikan informasi, rekomendasi obat yang independen,

akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada

dokter, perawat, dan profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain diluar

Rumah sakit. Informasi yang diberikan oleh apoteker ditulis dilembar kerja

109
apoteker.

Kegiatan PIO yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik meliputi:

a. Menjawab pertanyaan daridokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya,

direksi, pasien dan pihak lain di RSUP H. Adam Malik

b. Bekerja sama dengan tim Penyuluhan Kesehatan Di Rumah Sakit

dalam menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.

c. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.

d. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

a. Sumber daya manusia.

b. Tempat.

c. Perlengkapan.

3.4.6.4.5 Konseling

Konseling di RSUP H. Adam Malik dilakukan untuk pasien rawat jalan

(ruang konseling) maupun rawat inap (bed side) di semua fasilitas kesehatan dapat

dilakukan atas inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau

keluarganya, atau kepada pasien yang dinilai membutuhkan konseling dan bisa

menerima konseling. Konseling yang diberikan dicatat di lembar kerja apoteker.

Konseling adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait obat dari

apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.

Pemberian konseling obat di RSUP H. Adam Malik bertujuan untuk

mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak

dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya

meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Kriteria

110
pasien yang dapat dikonseling di RSUP H. Adam Malik Pasien kondisi khusus

(pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui); Pasien dengan

terapi jangka panjang/penyakit kronis (tuberkulosis, diabetes melitus, epilepsi dan

lain-lain); Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan intruksi khusus

(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off); Pasien yang menggunakan

obat dengan indeks terapi sempit (misalnya digoksin) Pasien yang menggunakan

banyak obat (polifarmasi); dan Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

Secara khusus konseling obat ditujukan untuk:

- Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dengan pasien.

- Menunjukan perhatian serta kepedulian terhadap pasien.

- Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat.

- Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan

penyakitnya.

- Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.

- Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat.

- Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalah dalam hal terapi.

- Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan

- Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat

mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.

3.4.6.4.6 Visite

Visite RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh apoteker ke pasien rawat inap

secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan dengan tujuan untuk mengamati

kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau

terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang

rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional

kesehatan lainnya Khusus pasien isolasi, konseling dapat dilakukan melalui daring

111
seperti via telepon. Visite meupakan salah-satu penunjang untuk melakukan

kegiatan PTO, dimana data/informasi yang diperoleh dari visite akan digunakan

dalam pengisian SOAP.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit baik

atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa

disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum

melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan

mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari

rekam medik atau sumber lain.

3.4.6.4.7 Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan Terapi Obat (PTO) di RSUP H. Adam Malik dilakukan di

ruang perawatan oleh farmasi klinik. Hasil Pemantauan Terapi Obat dicatat dalam

Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) apabila ditemukan reaksi obat

yang tidak diinginkan, maka ditulis pada form terintegrasi di rekam medik. Tujuan

PTO di RSUP H. Adam Malik adalah untuk memastikan terapi obat yang aman,

efektif an rasional bagi pasien. Pemantauan terapi obat dilaksanakan untuk seluruh

pasien dalam bentuk pengkajian farmasi diikuti dengan penulisan SOAP di Catatan

Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), dalam melakukan PTO di R RSUP H.

Adam Malik dilakukan assasment mengenai drug related problem seperti, obat

digunakan tanpa indikasi klinis, kondisi medis tidak terobati, duplikasi terapi,

alergi obat, reaksi obat yang tidak diharapkan, interaksi, benturan finansial dan

pengetahuan pasien terhadap terapi obat.

Kegiatan PTO di RSUP H. Adam Malik meliputi:

- Identifikasi Subjek (Keluhan yang dirasakan pasien)

- Identifikasi Objek ( Hasil pemeriksaan fisik, Tanda-tanda Vital,

hasil laboratoium)

112
- Melakukan assasment (Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian

obat, respons terapi, Reaksi obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD))

- Planning (Pemeberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat;

dan Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat, Monitoring

Efek Samping Obat

3.4.6.4.8 Monitoring Efek Samping Obat

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di RSUP H. Adam Malik

dilakukan oleh Dokter, Perawat, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, tenaga

kesehatan lainnya dan pasien/ keluarga pasien. Apabila ditemukan efek samping

obat (ESO) yang tidak diinginkan maka dilakukan assasment dan evaluasi

terhadappenyebab ESO, kemudian dicatat pada rekam medik serta menempelkan

stiker alergi pada obat penyebab ESO di SOAP farmasi pada lembar Catatan

Perkembangan Pasien Terintegrasi dan dilaporkan ke MESO Nasioal Pusat oleh

Tim Farmasi Terapi.

MESO di RSUP H. Adam Malik bertujuan:

a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;

b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal yang yang

baru saja ditemukan;

c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/

mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;

d. Meminimalkan resiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki, dan

e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

Kegiatan Pamantauan dan pelaporan ESO di RSUP H. Adam Malik :

- Mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ESO);

- Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

113
mengalami ESO;

- Mengevaluasi laporan ESO dengan Algoritme Naranjo;

- Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/Sub Tim Farmasi

dan Terapi;

- Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

3.4.6.4.9 Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) di RSUP H. Adam Malik bertujuan

untuk sebagai dasar kebijakan dalam penggunaan obat di RSUP H. Adam Malik .

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Nomor

HK.02.03/XVIII/3.3.1/6777/2022 tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan

oleh Apoteker yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan

kuantitatif dilaporkan kepada TFT. Kajian pengguanaan obat di RSUP H. Adam

Malik merupakan pengkajian sistematik terhadap seluruh aspek penggunaan obat

yang bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost-effective

serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diprioritaskan

untuk ditinjau meliputi: obat yag diduga banyak digunakan secara tidak rasional,

obat mahal dan obat yang sedang dievaluasi apakah akan dimasukkan,

dikeluarkanatau dipertahankan sebagai obat formularium. Evaluasi Penggunaan

Obat (EPO) dilakukan setiap tiga bulan dan dilaporkan kepada Tim Farmasi dan

Terapi setiap tahun. Tujuan EPO di RSUP H Adam Malik yaitu:

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat;

b. Membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu;

c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat, dan

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

Kegiatan praktek EPO di RSUP H. Adam Malik :

114
a. Mengevaluasipenggunaan Obat secara kualitatif; dan

b. Mengevaluasi penggunaan Obat secara kuantitatif. (Evaluasi

penggunaan antibiotik)

3.4.6.4.10 Dispensing Sediaan Steril

Kegiatan dispensing sediaan steril di RSUP H. Adam Malik , meliputi:

Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus dan melarutkan sediaan

intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut didelegasikan ke perawat yang

sudah mendapatkan pelatihan, Pengenceran elektrolit pekat (KCl 7,4%) dilakukan

oleh Apoteker/TTK yang sudah terlatih, Pencampuran obat kemoterapi, Penyiapan

Nutrisi Parenteral.

Dispensing sediaan steril di RSUP H. Adam Malik dilakukan di ruang

pencampuran kemoterapi untuk obat-obat sitostatistika dengan teknik Handling

sitostoksik dan pencampuran sediaan steril parenteral dilakukan dengan teknik

aseptis untuk menjamin sterilisasi dan stabilitas produk agar pasien menerima obat

sesuai dengan dosis yang dibutuhkan dan melindungi petugas dari paparan zat

berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat yang dilakukan

oleh TTK yang terlatih. Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatika secara

akurat di RSUP H. Adam Malik , meliputi:

- Melakukan perhitungan dosis secara akurat.

- Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai.

- Mencampurkan sediaan obat kanker sesuaidengan protokol terapi.

- Mengemas dalam kemasan tertentu, dan

- Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.

3.4.6.4.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah

Kegiatan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) untuk mengetahui

115
kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang

menangani belum dilakukan di RSUP H. Adam Malik belum dilaksanakan

dikarenakan biaya dan sumber daya yang belum memadai.

3.4.7 Sub Instalasi Gas Medis

3.4.7.1 Tugas dan Fungsi Sub Instalasi Gas Medis

Sub. Instalasi Gas Medik di Rmah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

sejak bulan 7 tahun 2019 telah diganti dari Unit gas medik menjadi Sub. Instalasi

gas medik. Sub. Instalasi gas medik di RSUP H. Adam Malik berfungsi untuk

menyediakan dan mengendalikan seluruh kebutuhan gas medik di RSUP H. Adam

Malik.

3.4.7.2 Struktur Sub Instalasi Gas Medis

Struktur Organisasi dari Unit Gas Medik di RSUP H. Adam Malik terdiri dari

1. Kepala Sub. Instalasi

2. Tata Usaha

3. Staf Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis

4. Staf Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis

3.4.7.3 Sumber Daya Manusia Sub Instalasi Gas Medis

Instalasi gas medis di RSUP H. Adam Malik dibawahi langsung oleh Instalasi

Farmasi Rumah Sakit dengan 1 orang kepala Sub. Instalasi yang

merupakanseorang apoteker. Dalam hal penggunaan Gas Medis dan Vakum Medis

di RSUP

H. Adam malik wajib dioperasikan oleh petugas fasilitas pelayanan kesehatan

yang memiliki kompetensi di bidang Gas Medis dan Vakum Medis atau menunjuk

pihak yang berkompeten. Pengoperasian Gas Medis dan Vakum Medis di RSUP H.

Adam malik oleh petugas sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini

116
dan Standar Prosedur Operasional.

117
3.4.7.4 Sarana dan Prasarana Sub Instalasi Gas Medis

Sarana prasarana yang terdapat di Sub.Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam malik:

1 Regulator Gas N2O 12 Regulator Gas 23 Sentral Gas


dan UT O2 Paviliun
Sentral&Tabung
Ruang Kepala Three WayO2 dan
2 13 24 Sentral Vacuum
Instalasi NO2 dan UT CMU
Adaptor O2, N2O,
3 Gudang Penyimpanan 14 25 Sentral Vacuum
Tabung UT dan Suction dan UT IGD
4 Gas Oksigen Silinder 15 Mesin Vacuum 26 Sentral N2O CMU
5 Gas Argon 16 Alarm 27 Sentral N2O IGD
6 Gas Nitrogen 17 Tangki O2 Cair
7 Gas N2O 18 Troley
8 Gas CO2 19 Ruang Staff
9 Pipa Instalasi 20 Gas Udara Tekan
10 Bedhead 21 Sentral Gas PJT
11 Outlet O2 22 Mesin Udara Tekan

3.4.7.5 Pelayanan Sub Instalasi Gas Medis

Pelayanan Gas Medis yang tersedia di RSUP H. Adam Malik terdiri atas

Gas Medis murni dan Gas Medis campuran. Gas Medis murni terdiri dari:

1. Oksigen

2. Dinitrogen okdida/ nitrous oxide (N2O)


3. Nitrogen (N2)
4. Karbon dioksida (CO2)
5. Helium

6. Argon

7. Udara tekan medik (medical compressed air)

Gas Medis campuran yang terdapat di RSUP HAM adalah Vakum Medis

rakitan dari peralatan vakum secara sentral dan jaringan pemipaan untuk

pemakaian penghisapan cairan tubuh pada pasien secara medis, bedah medis, dan

buangan sisa gas anestesi.

Pendistribusian gas medis di RSUP H. Adam Malik dilakukan

dengan sistem sentral dan per tabung/silinder :

118
- Sistem sentral

Sistem sentral gas medis mendistribusikan O2, Vakum, N2O melalui pipa

yang telah memenuhi standar yang ditetapkan. Pipa tersebut

diberikanwarna sesuai dengan peraturan yang berlaku.

- Sistem Per tabung

Untuk penggunaan distribusi tabung dipakai jenis tabung 6m3, 2m3 dan 1m3.

Gas yang didistribusikan dengan tabung yaitu: Argon, N 2O, O2, CO2, N2,

Helium . Gas O2 yang didistribusikan dengan tabung digunakan untuk

transport pasien HD, ruang PJT, ICU, MCU, serta pasien pindah ruangan.

B C
A

Gambar 3.2 Penyimpanan Tabung gas.A.Tabung gas N2O dan O2 (kiri-kanan);


B.Penyimpanan tabung gas O2 dengan cara dirantai; C.Tabung gas O2

Gambar 3.3 Alur Pemesanan Gas Medis dari RSUP H.Adam Malik Ke Rekanan

119
Gambar 3.4 Alur Pemesanan Gas Medis dari Ruangan ke RSUP H.Adam Malik

Gambar 3.5 Tangki Gas O2

3.5 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

3.5.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Tugas dan Fungsi Sterilisasi Sentral di RSUP HAM:

a. Melakukan sterilisasi instrument dan linen untuk kebutuhan kamar operasi

b. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan unit yang membutuhkan

c. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan catheterisasi/bedah jantung

d. Melakukan Reuse dengan gas Etilen Oksida

3.5.2 Struktur Organisasi Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Di RSUP H. Adam Malik, Sterilisasi Sentral merupakan suatu instalasi

atau bagian/unit kerja penunjang medis yang tidak menjadi bagian dari Instalasi

120
Farmasi. Sterilisasi Sentral mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan pengelolaan (sterilisasi dan inventarisasi) set instrument dan linen

untuk tindakan pembedahan di IBP, OK IGD dan instalasi lain yang

membutuhkan. Ruang lingkupatau jangkauan dari pelayanan Sterilisasi Sentral

mencakup seluruh ruangan atau unit yang membutuhkan pelayanan sterilisasi.

Struktur organisasi pada ISSB terdiri atas Kepala Instalasi Sentral dan

Binatu, Wakil Kepala, Kepala Divisi Administrasi dan Logistik, Kepala Divisi

Pengelolaan Sterilisasi dan Kepala Divisi Pengelolaan Linen.

Gambar 3.6 Struktur Organisasi ISSB

3.5.3 Sarana & Prasarana Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Sarana dan Prasarana Sterilisasi Sentral di RSUP HAM yaitu:

- Bangunan & Lokasi

- Ruangan-ruangan di Sterilisasi Sentral RSUP H. Adam Malik antara lain:

ruang dekontaminasi, ruang pengemasan (pengemasan alat/instrument dan

pengemasan linen), ruang sterilisasi, ruang antara, ruang penyimpanan bahan

dan instrumen steril, dan ruang distribusi

- Sterilisator yang digunakan di Sterilisasi Sentral RSUP HAM ada 2 macam

yaitu sterilisator suhu tinggi (autoclave single door, autoclave double door)

dan sterilisator suhu rendah (plasma, formaldehida).

121
Pra-Sarana yang ada di Sterilisasi Sentral RSUP H. Adam Malik antara

lain: Water heater; Mesin sealing; Mesin cutting; Spray Gun; Label gun;

Table top. Sterilisator yang digunakan di Sterilisasi Sentral RSUP HAM ada 2

macam yaitu sterilisator suhu tinggi (autoclave single door, autoclave double

door) dan sterilisator suhu rendah (plasma, formaldehyde).

3.5.4 Pelayanan Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB)

Dalam melakukan pelayanan sterilisasi, Sterilisasi Sentral RSUP H. Adam

Malik memiliki alur proses sterilisasi, yang bisa dilihat di Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Alur Sterilisasi di RSUP H. Adam Malik


Alur Sterilisasi Sentral di RSUP H. Adam Malik memiliki 5 tahapan:

1. Tahap dekontaminasi, yaitu tahap terjadi proses penerimaan barang kotor,

melakukan dekontaminasi dan pembersihan. Tahap pembersihan ada dua

yaitu precleaning dan cleaning.

2. Tahap pengemasan, yaitu tahap melakukan pengemasan dan

penyimpanan alat/barang bersih.

122
3. Tahap sterilisasi, yaitu tempat dimana proses sterilisasi dilakukan. Ada 3

metode sterilisasi yang digunakan yaitu, sterilisasi suhu tinggi pada suhu 121ᵒC-

134ᵒC, sterilisasi suhu rendah dengan suhu 70ᵒC dengan menggunakan sterilen

agent dan sterilisasi desinfektan tingkat tinggi.

4. Ruang penyimpanan, ruang ini dekat dengan ruang sterilisasi dan memiliki

dua pintu, pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.

5. Tahap pendistribusian, pada tahap ini barang yang sudah steril dapat diambil

kembali oleh user yang menggunakan.

Alur kegiatan Sterilisasi Sentral dimulai dengan serah terima dan

pencatatan barang kotor yang akan disterilkan oleh user dan petugas pada ruang

dekontaminasi yang memiliki suhu 18-22°C dan kelembapannya 35-

75%.Selanjutnya petugas akan melakukan proses pre-cleaning yaitu

membersihkan barang kotor dengan menggunakan air yang mengalir untuk

menghasilkan barang yang bersih secara visual. Selanjutnya yaitu tahap cleaning

dilakukan pembersihan enzimatik dengan menggunakan larutan alkazyme untuk

membersihkan barang dari lemak, protein dan darah. Selanjutnya dilakukan

permbersihan dengan menggunakan larutan desinfektan seperti Natrium Hipoklorit

5,25% untuk membersihkan barang dari bakteri kemudian dikeringkan. Untuk

bahan linen seperti jas operasi diserahkan ke bagian laundry RS. Setelah

didapatkan barang yang bersih selanjutnya dilakukan proses pengemasan di ruang

pengemasan.

Ruang pengemasan memiliki suhu 20-24°C dan kelembapan 35-75%. Pada

proses pengemasan, alat kemas yang digunakan yaitu kain/linen, kertas/wrapping

paper, pouches/plastik dan container rigit. Pada tahap pengemasan diletakkan

indikator eksternal pada bagian luar kemasan yang

memiliki keterangan nama set barang, nama ruangan, inisial petugas, serta tanggal

123
kadaluarsa dan diletakkan indikator internal pada bagian dalam kemasan untuk

menyatakan bahwa barang sudah melalui proses sterilisasi jika terjadi perubahan

warna pada indikator. Pada bagian luar kemasan diletakkan label gun sebagai

penanda sudah disterilisasi atau belum yang nantinya label gun tersebut akan

diletakkan pada status pasien untuk menjamin bahwa alat-alat yang digunakan

sudah steril. Keterangan pada label gun meliputi tanggal pengemasan, tanggal

kadaluarsa, dan inisial petugas ISP yang melakukan.

Selanjutnya dilakukan sterilisasi dengan menggunakan mesin sterilisator,

untuk barang yang ingin disterilisasikan dengan suhu tinggi menggunakan

sterilisator autoclave dan untuk barang disterilisasikan dengan suhu rendah

menggunakan sterilisator plasma.

3.5.5 Monitoring Mutu Sterilisasi

Monitoring mutu sterilisasi bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa

peralatan medis yang disediakan benar-benar steril. Memberikan jaminan bahwa

parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi

dengan baik dan benar. Dapat diketahui sedini mungkin apabila terjadi kegagalan

pada proses sterilisasi (tindak lanjut dapat dilakukan secepatnya).

Monitoringproses sterilisasi secara rutin dengan mempergunakan indikator sebagai

berikut:

• Indikator Mekanik

Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen sterilisasi seperti gauge,

tabel dan indikator suhu, waktu maupun tekanan yang menunjukkan

apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Tujuan:

‒ Memberikan informasi mengenai temperatur, tekanan, waktu, dan

fungsi mekanik lainnya berfungsi dengan baik

‒ Memberkan indikasi adanya masalah apabila alat rusak

124
dan memerlukan perbaikan

125
‒ Memberikan informai secara cepat tentang fungsidarialat sterilisasi

• Kontrol Kualitas Secara Visual

Kontrol kualitas dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang, bila

terdapat kerusakan pada pembungkus/adanya perubahan fisik barang maka

barang tersebut tidak dapt digunakan lagi/harus dikemas dan disteril ulang

• Indikator Kimia

Indikator yang menandaiterjadinya paparan sterilisasi baik uap panas/ gas

Ethylene oxide padaobjek yang dihasilkan dengan adanya perubahan warna

• Indikator Eksternal Misal: Autoclave tape (dibagian luar


kemasan). Tujuannya yaitu:

• Memberikan informasi bahwa bagian luar


kemasan benda yangdisterilkan telah
melewati proses sterilisasi

• Membedakan antara benda yang sudah dan


belum disterilkan
• Berfungsi sebagai segel/ pengaman
kemasan, biasanya diletakkanditengah-
tengah bagian luar kemasan

Gambar 3.8 Indikator eksternalsebelum dan sesudah sterilisasi

• Indikator Internal Misal: Kertas Bowiedick


(dimasukkan ke dalam kemasan) Tujuan:

• Memberikan informasi bahwa benda


didalam kemasan telah melewati
proses sterilisasi, dilihat perubahan

126
warna

• Menunjukan bahwa kondisi sterilisasi telah


tercapai

127
B C
Gambar 3.9 Indikator Kimia.
A. Label Gun (atas-bawah, suhu tinggi-suhu rendah); B. Indikator dalam untuk
suhu tinggi; C.Indikator dalam untuk suhu rendah; D. Indikator luar (Autoklaf
tape)

Gambar 3.10 Indikator Internal dengan uji bowiedick

• Indikator Biologi

Indikator biologi adalah berisi populasi mikroorganisme spesifik

dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter

yang terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip

kerjanya yaitu dengan mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non

patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama

proses sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh, maka dapat dikatakan

bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh, dan benda yang

disterilkan bisa disebut steril.

128
Gambar 3.11 Indikator Biologi

• Uji Kultur Laboratorium

Secara acak dilakukan 6 bulan sekali. Barang yang sudah steril,

dimasukkanke ruang tunggu/ ruang karantina ± 1 jam, kemudian disimpan pada

ruang penyimpanan alat steril dan disusun berdasarkan nama alat secara

alfabetis, nama ruangan serta FEFO dan FIFO. Tabel Penilaian Standar

pelayanan serta Sarana danPrasarana di Sterilisasi Sentral.

129
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik telah memiliki pengorganisasian

yang mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Farmasi Klinis sesuai dengan

Permenkes Nomor 72 tahun 2016.

Jumlah seluruh tempat tidur di RSUP H. Adam Malik terdapat 798 tempat

tidur. Menurut Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2021 tentang

Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, bahwa rumah sakit tipe A minimal

memiliki 250 tempat tidur, dengan demikian Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Malik Medan telah memenuhi standard sebagai rumah sakit tipe A.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang

klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit, Rumah Sakit tipe A harus memiliki 15

Apoteker. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan Rumah

Sakit tipe A yang sudah memenuhi standar Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 3 tahun 2020 dengan jumlah Apoteker sebanyak 26 orang.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan beban kerjanya rasio

perbandingan antara apoteker dan pasien untuk pelayanan kefarmasian. Pelayanan

kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien rawat inap 1 apoteker

melayani ± 38 pasien sedangkan untuk pasien rawat jalan 1 apoteker melayani ±

200 pasien.

1. Sarana

a. Ruang Kantor/Administrasi

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki ruang kantor/administrasi

130
yang terdiri dari ruang pimpinan, ruang staf, ruang tata usaha dan

pertemuan yang sudah memenuhi peraturan Permenkes 72 tahun 2016.

b. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki ruang penyimpanan

khusus untuk sediaan termolabil, bahan laboratorium dan reagensia,

sediaan farmasi yang mudah terbakar, dan bahan berbahaya dan beracun.

Penyimpanan obat jadi, sediaan produksi sendiri, bahan baku obat, serta

alat kesehatan disimpan terpisah yang sudah memenuhi peraturan Permenkes

72tahun 2016.

c. Ruang Konseling

Ruang konseling RSUP H. Adam Malik terdapat di bagian rawat jalan

yang belum dilaksanakan dengan maksimal sedangkan ruang konseling

untuk rawat inap dilakukan di ruang rawatan pasien.

2. Peralatan

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki peralatan yang sudah

memenuhi peraturan Permenkes 72 tahun 2016 yaitu sebagai berikut:

- Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuatan Obat baik

steril dan nonsteril maupun aseptik/steril;

- Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;

- Kepustakaan untuk melaksanakan PIO yang belum memadai;

- Lemari penyimpanan khusus narkotika;

- Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Obat termolabil;

- Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah.

4.1.1 Sub Instalasi Pengelolaan Sediaan Farmasi

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai di RSUP. HAM sudah memenuhi Permenkes 72 Tahun 2016 dengan

131
siklus kegiatan, dmulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,

pengendalian dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan

kefarmasian.

4.1.1.1 Pemilihan

Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

di RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan Permenkes nomor 72 Tahun 2016,

Yaitu berdasarkan kepada:

- Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi yang

sudah ditetapkan di Rumah Sakit

- Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.

- Pola penyakit.

- Efektivitas dan keamanan.

- Pengobatan berbasis bukti.

- Mutu.

- Harga.

- Ketersediaan di pasaran.

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium

Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf

medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi Terapi yang ditetapkan pimpinan rumah

sakit. Formularium Rumah Sakit harustersedia untuk semua penulis resep, pemberi

obat dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah

Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan

rumahsakit (Menkes RI, 2016).

Pemilihan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dilakukan oleh

Tim Farmasi dan Terapi (TFT), merupakan kolaborasi apoteker dengan dokter-
132
dokter yang mewakili setiap spesialisasi. Dari tim farmasi dan terapi menghasilkan

formularium rumah sakit yang selalu diperbaharui setiap 2 tahun sekali. Pada

periode januari - desember 2022 kepatuhanpenggunaan formularium nasional

mancapai rata-rata sebesar 98.85%.

4.1.1.2 Perencanaan

Perencanaan kebutuhan merupakan langkah awal dalam proses pengelolaan

obat. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 menyebutkan

bahwa perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan

periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan (Amalia dan Dicky, 2020).

Rencana kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan disusun/ditetapkan

menggunakan metode konsumsi, dengan cara bottom up. Pemesanan yang

dilaksanakan menggunakan situs e-catalog, oleh pejabat pengadaan rumah sakit

yang ditujukan kepada prinsipal/pabrik penyedia, kemudian pabrik mengonfirmasi

kepada distributor untuk menyediakan barang sesuai yang dipesan oleh rumah sakit.

Rumah sakit membuat dokumen surat perintah kerja (SPK) dan surat pemesanan

(SP) serta menyerahkannya kepada distributor penyedia barang e-katalog. Pada

realisasinya, terkadang masih terjadi kekosongan barang di gudang, hal ini dapat

disebabkan karena sering terdapat kebutuhan yang tidak diprediksi.

4.1.1.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan

perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,

133
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar

mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan

dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran (Rusli, 2016).

Pengadaan Kegiatan pengadaan dengan pembelian yang dilakukan oleh

rumah sakit umum pusat H. Adam Malik sudah memenuhi Peraturan Menteri

kesehatan Nomor 5 tahun 2019 untuk seluruh Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

dan Bahan Medis Habis Pakai yang tercantum di e-catalogue dan peraturan

presiden nomor 12 tahun 2021 untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai untuk non-catalogue.

Untuk melalui proses produksi, instalasi farmasi sudah dapat memenuhi

kebutuhan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yaitu memproduksi

handrub, produksi sediaan recenter paratus misalnya kloralhidrat dan repacking

sediaan farmasi misalnya alkohol dan lain-lain.

Pengadaan yang diperoleh dari sumbangan/dropping/hibah adalah obat

yang disediakan untuk keperluan program kesehatan pemerintah seperti program

penanggulangan HIV/AIDS, TB, hepatitis, dan malaria. Barang sumbangan/

dropping/hibah digunakan bagi pasien tertentu sesuai kriteria program dan tidak

boleh diperjual belikan.

4.1.1.4 Penerimaan

Pada proses penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis

Habis Pakai, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menunjuk salah satu staf farmasi

sebagai tim teknis untuk menerima hasil pekerjaan seperti Sediaan Farmasi, Alat

134
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan menyertakan Material Safety Data

Sheet (MSDS) untuk B3, dan Sertifikat Analisa Bahan baku.

Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang

diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan.

Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan

spesifikasi pada order pembelian rumah sakit (Rusli, 2016).

Tugas Tim Teknis adalah sebagai berikut

1. Membantu PPK dalam menyusun perencanaan pengadaan

2. Membantu PPK dalam menetapkan spesifikasi teknis / Kerangka Acuan Kerja

(KAK)

3. Membantu PPK dalam menetapkan rancangan kontrak

4. Membantu PPK dalam melakukan e-purchasing paling sedikit diatas

Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)

Tugas Tim Pendukung Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut:

1. Membantu PPK dalam proses tender berupa mengumpulkan dan menyusun

jenis-jenis dan spesifikasi teknis pengadaan Barang/Jasa

2. Membantu PPK dalam mencari harga pasar untuk penetapan HPS

3. Membantu Pokja ULP pada saat pelaksanaan Aanwijzing

4. Membantu PPK dalam menyusun daftar kebutuhan Barang/Jasa dan

mengusulkan rencana anggaran

5. Membantu PPK dalam memeriksa hasil pekerjaan pengadaan barang jasa

6. Membantu PPK dalam penyelesaian administrasi dan penyimpanan dokumen.

4.1.1.5. Penyimpanan

Metode penyimpanan di RSUP. HAM dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan disusun

secara alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO, FIFO, disertai sistem informasi

135
manajemen. Penyimpanan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan, yang

penampilan dan penamaan yang mirip (LASA/Look Alike SoundAlike/NORUM

(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi

penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai di RSUP H. Adam Malik terdapat pada beberapa tempat yaitu di lingkungan

Instalasi Farmasi pada Pokja Perbekalan dan Depo Farmasi yang dipantau

langsung oleh tenaga farmasi serta di unit pelayanan pada kamar obat pasien, troli

code blue dibawah pengawasan/supervisi farmasis dengan suhu ruangan (15-25 oC)

dengan kelembaban ruangan 40-60%. Untuk penyimpanan obat termolabil dengan

suhu 2- 8oC.

Penyimpanan pada depo IGD sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 72

tahun 2016 baik untuk penyimpanan troli emergency tiap ruangan maupun kamar

obat pasien. Untuk penyimpanan di depo dilakukan berdasarkan stabilitas obat,

bentuk sediaan, secara alfabetis dengan prinsip First Expired First Out (FEFO)

dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi

136
manajemen (STARS). Penyimpanan obat di troli emergency tiap ruangan telah

sesuai dengan denah letak obat yang telah disepakati. Namun kadang-kadang

masih ditemukan kunci lemari narkotika tergantung dan tidak dipegang oleh

pegawai yang diberi tanggung jawab, dan masih terdapat kesalahan dalam

penyimpanan obat kedalam kotak/ tempat obat yang telah di ambil sebelumnya.

4.1.1.6. Pendistribusian

Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai di

RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016

yaitu dilakukan untuk memenuhi pelayanan pasien rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat dilaksanakan agar pelayanan perbekalan farmasi tersedia dalam

jenis dan jumlah yang cukup serta tepat waktu saat dibutuhkan diunit-unit

pelayanan seperti:

- Depo rawat inap terpadu A (Rindu A), Depo rawat inap terpadu (Rindu B),

Depo Farmasi Instalasi Perawatan Intensif, Depo Instalasi Bedah Pusat, Depo

Instalasi Gawat Darurat (IGD), Depo Pusat Jantung Terpadu (PJT), Depo

Paviliun, Depo Pencampuran Kemoterapi dan Depo Rawat Jalan.

- User lainnya seperti unit tranfusi darah, unit mikrobiologi, unit patologi klinik

(PK), unit patologi anatomi (PA), instalasi hemodialisa (HD), Instalasi

Sterilisasi Sentral dan Binatu (ISSB), dan unit radiologi.

Beberapa metode yang digunakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit H.

Adam Malik dalam mendistribusikan perbekalan farmasi:

 Floorstock

Metode floorstock digunakan untuk pendistribusian ke setiap unit,

troli/lemari Persediaan Ruangan dan code blue.

 Unit dose dispensing

Metode unit dose dispensing digunakan untuk pendistribusian sediaan

farmasi dan BMHP yang dipakai di rawat inap. Sediaan farmasi dan juga BMHP

137
disiapkan dalam sistem one daily dose dispensing dan dikemas per unit dose/unit

dose dispensing (UDD).

138
 Resep perseorangan

Metode ini dilakukan di depo rawat jalan pada pasien rawat jalan.

Pendistribusian obat dari depo ke ruang rawat inap dengan sistem one daily dose

dispensing yang dikemas per unit dose/ unit dose dispensing (UDD).

Kegiatan pendistribusian dari Instalasi Farmasi ke depo IGD RSUP H.

Adam Malik Medan melalui sistem desentralisasi dengan melakukan

pengamprahan. Pengamprahan di depo Farmasi Rindu A RSUP H. Adam Malik

dilakukan sesuai jadwal 1 minggu 3 kali. Tetapi pada kondisi tertentu seperti

kekurangan stok, depo IGD dapat melakukan permintaan (amprahan) Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai kepada depo Farmasi

lainnya.

Setelah pengamprahan ke depo Farmasi, dilakukan penerimaan sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai di depo IGD RSUP H. Adam MalikMedan.

Penerimaan dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian bentuk fisik barang

dengan surat permintaan barang (amprahan).

Pendistribusian di depo Farmasi IGD ke ruang kamar obat pasien dilakukan

dengan metode dikemas per unit dosis/one dose dispensing (UDD) dan disiapkan

dalam sistem one daily dose dispensing (ODD)/ di kemas untuk satu hari

pemakaian.

4.1.1.7 Penarikan dan Pemusnahan

Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus

mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan (Menkes RI, 2016).

139
Penarikan sediaan farmasi yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik

Medan yaitu pada produk Antasida DOEN sirup pada November tahun 2022.

Penarikan produk dilakukan sesuai dengan informasi yang dirilis oleh

BadanPengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan produk Antasida DOEN

sirup dilakukan karena mengandung cemaran etilen glikol (EG) atau dietilen

glikol (DEG) yang melebihi batas ambang. Kandungan zat ini diduga menjadi

penyebab kasus gagal ginjal akutpada anak-anak (Wikanto dan Susanto, 2022).

Pemusnahan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

HabisPakai dilakukan bila terjadi beberapa hal, yaitu:

- Produk tidak memenuhipersyaratan mutu.

- Telah kadaluwarsa.

- Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan.

- Dicabut izin edarnya.

Pemusnahan dilakukan untuk menjamin obat, alkes, dan BMHP yang

expired dan rusak ataupun yang tidak memenuhi syarat tidak dipakai agar tidak

adadidalam STARS sehingga tidak beredar lagi di Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik untuk keselamatan pasien dan mengurangi beban penyimpanan

Gudang. Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai yang ditarik dari

peredarankarena instruksi dari pemerintah, atau inisiatif pemilik izin edar karena

alasan tertentu, ditarik dari instalasi farmasi, dicatat dan dikembalikan ke

distributor.

Pemusnahan yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan

pada oktober 2022. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga dikarenakan

insenerator RSUP H. Adam Malik Medan mengalami kerusakan. Produk yang

dimusnahkan merupakan produk yang kadaluarsa atau rusak dan tidak bisa diretur.

140
4.1.1.8 Pengendalian

Pengendalian di RSUP H. Adam Malik dilakukan untuk mempertahankan

jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan

sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan

untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,

kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan

dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.

Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah

pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

Upaya pengendalian di RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan kegiatan

stock opname, tujuannya untuk memastikan tidak ada kekosongan/ kelebihan obat

di gudang maupun depo dan tersedianya data yang akurat (kesesuaian real

stock/stok fisik dibandingkan dengan data yang ada dalam Sistem Informasi

Rumah Sakit/STARS) untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai. Selain itu, upaya pengendalian lainnya dengan melakukan

pengawasan untuk mencegah kehilangan dengan pemasangan CCTV dan perlu

dipasang tralis besi di gudang farmasi, key lock, dan akses terbatas. Kegiatan

pengendalian di di RSUP H. Adam Malik Medan termasuk di depo IGD sudah

sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016.

4.1.1.9 Administrasi

Kegiatan administrasi di RSUP. HAM terdiri dari Pencatatan dan Pelaporan

terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai dilakukan setiap hari dan diinput datanya kedalam Sistem Informasi

RS kemudian dilaporkan ke kepala Instalasi Farmasi. Untuk pelaporan sediaan

narkotika/psikotropika melalui sistem pelaporan narkotika/psikotropika(SIPNAP).

141
4.1.2 Sub Instalasi Farmasi Klinis

Kegiatan pelayanan farmasi klinis sesuai dengan Permenkes No. 72 tahun

2016 antara lain:

4.1.2.1 Pengkajian dan pelayanan resep

Pengkajian dan pelayanan resep di RSUP H. Adam Malik sudah dilakukan

secara elektronik melalui STARS (Sistem Informasi Rumah Sakit) pada pasien

rawatinap maupun rawat jalan. Pengkajian resep meliputi administratif, farmasetik

dan klinis. Pengkajian resep di depo IGD RSUP H. Adam Malik Medan sudah

sesuai dengan kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 yang

dalam pelaksanaannya dilakukan oleh apoteker dibantu oleh tenaga teknis

kefarmasian yang sudah terlatih

4.1.2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan ketika pasien masuk rumah

sakit dan didokumentasikan di lembar rekam medis pasien (pengkajian awal

medik). Penelusuran riwayat penggunaan obat bisa dilakukan oleh apoteker

maupun dokter serta perawat. Penelusuran riwayat penggunaan obat di depo IGD

RSUP

H. Adam Malik sudah sesuai dengan kebijakan Permenkes No.72 tahun 2016

dimana penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan dengan menelusuri dari

berkas-berkas pasien seperti rekam medis, resep pasien, lembar catatan farmasi

klinis dan termasuk formulir rekonsiliasi obat.

4.1.2.3 Rekonsiliasi obat

Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah sebagai berikut:

1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien

2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya

instruksi dokter

142
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter

143
Rekonsiliasi obat di RSUP H. Adam Malik dilakukan empat tahap, yaitu

saat pasien masuk melalui IGD/poliklinik, pemindahan pasien dari rumah sakit lain

ke rumah sakit, saat pasien pindah ruangan, dan saat pasien pulang. Tenaga

kesehatan seperti dokter dan perawat akan menanyakan kepada pasien atau

keluarga pasien tentang obat yang sedang digunakan dan dibawa oleh pasien saat

masuk ke rumah sakit. Dokter akan menentukan apakah obat akan diteruskan,

dikurangi dosis atau dihentikan pemakaiannya. Obat yang disetujui oleh dokter

untuk diteruskan pemakaiannya akan diberikan kepada perawat. Sedangkan obat

yang tidak disetujui oleh dokter untuk diteruskan pemakaiannya (obat karantina),

maka obat tersebut akan disimpan di lemari khusus obat rekonsiliasi di depo

farmasi dan akan dikembalikan ke pasien saat pulang disertai dengan informasi

penggunaan obat.

Rekonsiliasi yang dilakukan di depo IGD RSUP H. Adam MalikMedan

sudah sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian. Kegiatan rekonsiliasi

dilakukan dengan mengisi form rekonsiliasi obat yang berisi daftar obat

rekonsiliasi. Kemudian dokter melakukan penilaian terhadap obat rekonsiliasi.

Obat dapat diteruskan, dihentikan, atau diteruskan dengan perubahan dosis.

Setelahitu apoteker akan mengisi form kartu obat pasien bagi obat rekonsiliasi

yang digunakan dan form penilaian kelayakan obat rekonsiliasi.

4.1.2.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat di RSUP H. Adam Malik telah dilakukan pada

pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dokter, perawat dan orang yang

membutuhkan informasi tentang obat di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan.

Pelayanan informasi obat di rawat inap dilakukan oleh seluruhh apoteker dan

tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan informasi obat bisa berupa infomasi seputar

obat berupa leaflet dan pelayanan infomasi obat via Whatsapp yang dapat

144
dihubungi setiap waktu.

4.1.2.5 Konseling

Konseling Obat menurut Permenkes No.72 tahun 2016 adalah suatu aktivitas

pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada

pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat

inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan

dokter, keinginan pasien atau keluarganya.

4.1.2.6 Visite

Visite di depo IGD RSUP H. Adam Malik sudah dilakukan oleh Apoteker

farmasi klinis dengan melakukan kunjungan pada setiap bedside pada pasien rawat

inap untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung. Apoteker farmasi

klinis melaksanakan visite secara mandiri dan visite tim seperti visite bersama

dengan Tim PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba)RSUP H.

Adam Malik . Kegiatan Visite di RSUP H. Adam Malik sudah sesuai dengan

Permenkes No.72 tahun 2016

4.1.2.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat di depo IGD RSUP H. Adam Malik Medan

meliputi: pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi,

reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), pemberian rekomendasi penyelesaian

masalah terkait obat, serta melakukan pemantauan efektivitas dan efek samping

terapi obat. Pemantauan terapi obat dimulai dengan pengumpulan data pasien

kemudian dilakukan identifikasi masalah terkait obat. Rekomendasi masalah terkait

145
obat, kemudian dilakukan pemantauan dan tindak lanjut sesuai dengan keadaan

pasien. Pemantauan terapi obat dapat dilakukan saat apoteker melakukan visite pada

pasien rawat inap.

4.1.2.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring efek samping obat di depo IGD RSUP H. Adam Malik Medan

dilakukan pada pasien rawat inap dan rawat jalan terkait reaksi obat yang tidak

dikehendaki. Monitoring efek samping obat ini dilakukan seiring dengan visitedan

pemantauan terapi obat. Monitoring efek samping obat ini dilakukan baikyang lazim

maupun serius oleh apoteker.

4.1.2.9 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat di Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik

Medan sudah dilakukan secara kualitatif dengan metode Gyssens dan kuantitatif

dengan metode DDD. Evaluasi yang dilakukan secara kualitatif adalah evaluasi

antibiotik oleh Tim PPRA, sedangkan untuk evaluasi secara kuantitatif adalah

adalah data statistik evaluasi pemakaian antibiotik oleh Farmasi Klinis, kegiatan ini

dilakukan setiap 6 bulan sekali dan data terakhir adalah periode Januari-Juni 2022.

Kegiatan ini sudah sesuai dengan Permenkes No.72 tahun 2016.

4.1.2.10 Dispensing Sediaan Steril

Pelayanan dispensing sediaan steril di RSUP H. Adam Malik adalah

pencampuran obat-obat sitostatika di ruang pencampuran kemoterapi sudah sesuai.

Tetapi pencampuran obat non sitostatika seperti larutan elektrolit pekat seperti KCl

7,46% yang dilakukan di depo farmasi belum sesuai karena belum ada ruangan

khusus (clean room) sehingga sterilitas sediaan steril tidak sepenuhnya terjaga. Hal

ini juga menyebabkan Beyond Use Date (BUD) sediaan lebih singkat hanya sekitar1

jam (US Pharmacopeia, 2008).

146
4.1.2.11 Pemantauan Kadar Obat dalam darah (PKOD)

Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) dilakukan untuk obat yang

memiliki indeks terapi sempit. Obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit

adalah obat-obat dengan batas keamanan yang sempit, dimana perubahan sejumlah

kecil dosis obat tersebut menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau

bahkan

efek toksik. Pemantauan kadar obat dalam darah di RSUP H. Adam Malik Medan

belum dilakukan karena belum memiliki alat khusus, sebagai solusinya analisa

dapat dilakukan dari hasil laboratorium, efek terapi, dan efek samping yang terjadi.

4.1.3 Subs Instalasi Gas Medis

Berdasarkan pedoman Gas Medis, pelayanan Gas Medis di RSUP H. Adam

Malik telah sesuai dengan aturan yang berlaku, dimana penggunaan gas medis dan

vakum medis di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui sistem unit gas

medis dan vakum medis, tabung gas medis, oksigen konsentrator portabel, dan/atau

alat vakum medis.

4.2 Instalasi Sterilisasi Sentral dan Binatu

Berdasarkan pedoman Instalasi Sterilisasi Sentral (Departemen Kesehatan

RI Tahun 2009) untuk alur sterilisasi Instalasi Sterilisasi Pusat di RSUP H. Adam

Malik telah sesuai yaitu meliputi tahap dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi,

penyimpanan dan pendistribusian.

147
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran apoteker di dalam menjalankan pelayanan kefarmasiaan di rumah sakit

yaitu meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis

habis pakai serta pelayanan farmasi klinis telah sesuai dengan standar

pelayanan kefarmasian menurut Permenkes Nomor 72 tahun 2016.

2. Pelayanan kefarmasian dirumah sakit:

a. Instalasi Farmasi

1) Pengelolaan sedian farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai di depo

farmasi IGD Adam Malik Medan secara umum sudah baik hanya saja terkadang

kunci lemari narkotika masih tergantung dan tidak dipegang oleh pegawai yang

diberi tanggung jawab.

2) Pelayanan farmasi klinis yang ada di depo farmasi IGD, RSUP H. Adam Malik

Medan sudah baik, namun terdapat pelayanan farmasi klinis belum ada fasilitas

ruangan khusus konseling.

3) Pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, alkes dimasing-masing

depo sudah baik, namun masih ada terjadi kesalahan dalam penyimpanan obat

kedalam rak atau box obat.

148
5.2 Saran

1. Sebaiknya kunci lemari narkotika ada dua satu dipegang oleh apoteker

masing-masing depo, dan satu di pegang oleh TTK yang bertugas apabila ada

pengantian shif kunci di delegasikan oleh TTK yang bertugas sesuai PMK

Nomor 72 tahun 2016.

2. Sebainya ruang konseling diadakan didepo untuk memudahkan kegiatan

konseling bagi pasien maupun keluarga pasien.

3. Sebaiknya untuk kegiatan penyimpanan obat yang ingin disimpa pada

tempatnya/ box obat agar lebih teliti dan hati- hati untuk menghindari

terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.

149
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 34 tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan POM.

Badan POM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan POM.

Fortmann, Klaus-Michael. (2010). Supply Chain and Economic Indicators. EAHP


Academy Seminar. Riga, Latvia.

Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
Edisi 1. Jakarta: Komite Akreditasi Rumah Sakit.

Menkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No.


340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Republik Indonesia.

Menkes RI. (2012). Pedoman Teknis Prasaranan Rumah Sakit Sistem Instalasi
Gas Medik dan Vakum Medik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


56tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


72tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

150
Menkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4
tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 63/MENKES/PER/2014


tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Menkes RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12


tentang Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Rrepublik
Indonesia.

Presiden RI. (2015). Peraturan Presiden RI No. 4 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden RI. (2021). Undang-Undang Republik Indonesia No. 47 tentang


Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan. Jakarta: Presiden Republik
Indonesia.

Presiden RI. (2020). Undang-Undang Republik Indonesia No.11 tentang Cipta


Kerja. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Rusli. (2016). Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 24-29, 33-35, 39-44

151
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUP H. Adam Malik

Sehubungan dengan SK Direktur Utama Nomor:


KP.03.04/XV.III.1.1.2/1355/2022 tanggal 6 Januari 2022 perihal Organisasi dan
Tata Kerja Unit Non Struktural dan Kelompok Staf Medis (KSM) di RSUP
H.Adam Malik, dengan ini diinformasikan kepada seluruh Staf Instalasi Farmasi
bahwa Struktur Organiasasi di Instalasi Farmasi bahwa Struktur Organisasi di
Instalasi Farmasi disesuaikan dengan SK Direktur tersebut.
Nama Pegawai instalasi yang telah ditetapkan pada 6 Januari 2022 sesuai
SK Direktur Utama tersbut :
1. Kepala Instalasi Farmasi : Dra. Marlina Silitonga, Apt.
2. Kepala Sub Instalasi Pengelolaan Persediaan : Grace Natasha
Pestana Sibarani, Apt.
3. Kepala Sub Instalasi Farmasi Klinik : Agustina, S.Si., Apt.
4. Kepala Sub Instalasi Gas Medis : Dra. Evarida Saragih,
Apt. Demikian diinformasikan untuk dapat diketahui.
Terimakasih.

152

Anda mungkin juga menyukai