Anda di halaman 1dari 174

1

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG RUMAH SAKIT
DI
RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
JL. JEND. SUDIRMAN 124 BANTUL YOGYAKARTA
APRIL 2014 MEI 2014

Disusun oleh:
Imas Sirojul Hidayah
Agil Setyaningrum
Tatang Tajudin

1308020060
1308020101
1308020076

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Alloh SWT yang Maha
Melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Alhamdulillah, dengan
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul. Sholawat
beserta salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
serta para sahabatnya.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini disusun guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Studi Profesi Apoteker dan
memperoleh gelar Apoteker di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Dr. Nunuk Aries Nurulita, M.Si, Apt, selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

2.

Anjar Mahardian Kusuma, M.Sc, Apt, selaku ketua Program Profesi Apoteker
sekaligus

pembimbing

PKPA

dari

Fakultas

Farmasi

Universitas

Muhammadiyah Purwokerto Progran Studi Profesi Apoteker yang telah


memberikan bantuan, nasehat serta bimbingannya kepada penulis selama
menuntut ilmu di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
3.

Nur Indriyastuti, S,Si, Apt, selaku pembimbing PKPA di RSU PKU


Muhammadiyah Bantul yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
laporan dan yang telah memberikan izin untuk PKPA di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul.

4.

Budiyono, S.Far, Apt, Pendhiko Eko, S.Farm, Apt dan Karla Rokhyana,
S.Farm, Apt selaku apoteker di RSU. PKU Muhammadiyah Bantul yang telah

iii

banyak membantu dan membimbing kami selama PKPA di RSU PKU


Muhammadiyah Bantul.
5.

Keluarga yang telah memberikan dorongan berupa doa, bantual moril serta
materil sehingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat berjalan
lancar sebagaimana mestinya.

6.

Semua rekan Apoteker Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan semua


pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, semangat, sertadoa kepada penulis selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik ditinjau dari segi isi maupun
sistematika penulisannya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin YaaRobbalaalamin..
Bantul, Mei 2014

Penulis,

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................

ii

KATA PENGANTAR ...........................................................................

iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..

viii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit ..........

BAB II GAMBARAN UMUM RS DAN INSTALASI FARMASI ...

2.1 Rumah Sakit .............................................................................

2.1.1

Definisi Rumah Sakit ....................................................

2.1.2

Visi dan Misi.................................................................

2.1.3

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ....................................

2.1.4

Klasifikasi Rumah Sakit ...............................................

2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit ............................................

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................................

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi .......................................................

10

2.4.1

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).................................

10

2.4.2

Formularium Rumah Sakit ...........................................

13

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ..............................................

14

2.5.1 Perencanaan.

14

2.5.2 Pengadaan

18

2.5.3 Penerimaan .

19

2.5.4 Penyimpanan ..

20

2.5.5 Pendistribusian

21

2.5.6 Pengendalian ...

21

2.5.7 Penghapusan

22

2.5.8 Pencatatan ...

23

2.5.9 Pelaporan

24

BAB III GAMBARAN UMUM RSU PKU MUHAMMADIYAH


BANTUL ..............................................................................

25

3.1

Identifikasi.. .

25

3.2

Sejarah RSU PKU Muahmmadiyah Bantul ........

25

3.3 Motto, Visi, Misi dan Logo RSU PKU Muhammadiyah


Bantul...............................................................................

26

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................

36

4.1

Gudang Farmasi.................................................................

36

4.2

Instalasi Farmasi Rawat Jalan ...........................................

48

4.3

Instalasi Farmasi Rawat Inap.............................................

54

4.4

Management Support.........................................................

58

4.5

Sterilisasi, Obat Sitostatika dan Pengolahan Limbah ........

61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

65

5.1 Kesimpulan ..........................................................................

65

5.2 Saran ...................................................................................

66

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

67

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo RSU PKU Muhammadiyah bantul ............................

26

Gambar 3.2 Struktur Organisasi IFRS PKU Muhammadiyah Bantul .....

31

Gambar 4.1 Label High Alert..

57

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Kesesuaian Terhadap Formularium

36

Tabel 4.2 Hasil Analisis Pareto Untuk Obat di RSU PKU


Muhammadiyah Bantul

39

Tabel 4,3 Hasil Analisis VEN Untuk Obat-Obat di RSU PKU


Muhammadiyah Bantul

40

Tabel 4.4 Evaluasi Distributor Januari dan Februari 2014 di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul

43

Tabel 4.5 % Kesesuaian Penyimpanan Obat Berdasarkan Metode


FEFO dan FIFO

viii

46

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formularium
Lampiran 2. Evaluasi Kesesuaian Resep Dengan Formularium
Lampiran 3. Evaluasi Analisis Prioritas
Lampiran 4. Evaluasi Distributor
Lampiran 5. SOP Pengenceran Formalin dan Pehidrol
Lampiran 6. Data Stabilitas
Lampiran 7. Evaluasi Anfrag
Lampiran 8. Pengelompokkan Obat
Lampiran 9. Telaah Resep Bulan April
Lampiran 10. Interaksi Obat
Lampiran 11. Konseling
Lampiran 12. Leaflet
Lampiran 13. Lembar Kuisioner
Lampiran 14. Tugas Analisis Paket Operasi Sectio Caesaria
Lampiran 15. Studi Kasus

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatife), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah
sakit (Kepmenkes RI, 2004).
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud
yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Hassan,
W.E, 1986).
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus menjadi Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah Apoteker. Seorang Apoteker merupakan tenaga
profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi
dan diberi wewenang serta diberi tanggungjawab untuk melaksanakan
pekerjaan

kefarmasian.

Dengan

semakin

berkembangnya

zaman,

profesionalisme Apoteker sangat diperlukan karena pekerjaan kefarmasian


tidak lagi berorientasi pada produk saja (product oriented) namun lebih
cenderung ke pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan
kefarmasian tersebut menuntut Apoteker untuk memiliki pengetahuan yang
baik dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian baik pengelolaan barang
farmasi maupun pelayanan farmasi klinik. (Siregar, 2004)
1

Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan


kemampuan bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit,
maka

Fakultas

Farmasi

Universitas

Muhammadiyah

Purwokerto

menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa


program pendidikan Profesi Apoteker yang bekerjasama dengan RSU PKU
Muhammadiyah Bantul, diharapkan dengan adanya praktek kerja profesi
calon Apoteker memiliki bekal tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan
dapat mengabdikan diri sebagai seorang Apoteker yang profesional.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
adalah:
1.2.1

Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi,


posisi dan tanggungjawab apoteker dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit.

1.2.2

Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,


keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di Rumah Sakit.

1.2.3

Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai


tenaga kesehatan yang profesional serta memberi gambaran nyata
tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN
INSTALASI FARMASI
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (UU No 44 tahun 2009).
Rumah

Sakit

adalah

institusi

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang


menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No
44 tahun 2009).
Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang bersifat dasar,
spesialistik, dan subspesialistik (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.983/Menkes/ SK/XI/1992).
2.1.2 Visi dan Misi
Rumah sakit perlu mengembangkan visinya. Visi rumah sakit
merupakan pernyataan tetap (permanen) untuk mengomunikasikan sifat dari
keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkup usaha /
kegiatan dan kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang
mengatur hubungan antara rumah sakit dan steakholders utamanya dan
untuk menyatakan tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit. Jadi visi itu
suatu inspirasi dari status masa depan rumah sakit yang cukup jelas dan
sangat kuat menimbulkan dan mendukung tindakan yang perlu agar impian
atau visi menjadi kenyataan (Siregar, 2004).
Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan
keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk

memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk


memenuhi maksud tersebut (Siregar, 2004).
2.1.3 Tugas dan fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tugas Rumah Sakit
Umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan
dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Sedangkan fungsi Rumah Sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penakisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit umum Pemerintah dan Daerah diklasifikasikan menjadi
Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan
pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik, dan peralatan yang tersedia di
rumah sakit.
a. Rumah Sakit umum tipe A adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub
spesialistik luas. Pada umumnya dengan fasilitas tempat tidur lebih dari
1000.

b. Rumah Sakit tipe B adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemempuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 11 spesialistik
dan sub spesialistik terbatas dengan fasilitas tempat tidur 500-1000 buah.
Rumah Sakit umum tipe B dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan
fungsinya sebagai tempat pendidikan tenaga medik yaitu RSU
pendidikan dan RSU non pendidikan.
c. Rumah Sakit umum tipe C adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar dengan
kapasitas 150-500 buah.
d. Rumah Sakit tipe D adalah Rumah Sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat
tidur 50-150 buah (Siregar dan Amalia, 2004).
Klasifikasi Rumah Sakit umum Swasta sesuai dengan keputusan
menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor: 306b/SK/XII/1987, Yaitu :
Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan medik bersifat
umum: Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan medik
bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang ; Rumah Sakit Umum
Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum,
spesialistik dan sub spesialistik (Siregar dan Amalia, 2004).
Klasifikasikan Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan, yaitu:
Rumah Sakit umum (General Hospital) dan Rumah Sakit khusus (Special
Hospital), merupakan suatu organisasi sosial terintegrasi berfungsi
menyediakan pelayanan kesehatan lengkap bagi masyarakat dengan tujuan
kuratif, promotif, rehabilitatif, dan preventif, serta tempat pendidikan dan
penelitian. Memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat khusus seperti :
TBC, Kanker, Jantung, Mata dan Rumah Sakit Jiwa.
Berdasarkan kepemilikanya (Ownersrship), Rumah Sakit digolongkan
menjadi:
a. Rumah Sakit Pemerintah
Langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan seperti Rumah Sakit
Pemerintah Daerah, Rumah Sakit Militer dan Rumah Sakit BUMN.

b. Rumah Sakit Swasta (Non Government Hospital)


Merupakan Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan
yang sudah disyahkan sebagai badan hukum lain yang bersifat sosial.
Rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba/profit.
Dan rumah sakit nirlaba (rumah sakit yang mencari laba sewajarnya
dimana laba yang diperoleh digunakan sebagai modal peningkatan sarana
fisik, perluasan dan penyempurnaan mutu pelayanan untuk kepentingan
penderita) (Siregar, 2004).

2.2 Akreditasi Rumah Sakit


Sesuai dengan Undang-undang No.44 Tahun 2009, pasal, 40 ayat 1,
menyatakan bahwa, dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar
yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi rumah sakit adalah meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang
bermutu. Dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat
mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri. Proses akreditasi
dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di
rumah sakit, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan
pelayanannya.
Tujuan Akreditasi rumah sakit:
-

Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit

Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya


manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi

Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.

Manfaat akreditasi rumah sakit:


-

Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik


beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan.

Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf


merasa puas

Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak


mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan

Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien

Membangun

kepemimpinan

yang

mengutamakan

kerja

sama.

Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya


kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan
pasien pada semua tingkatan (kars.co.id).

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi
atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu
sendiri. Pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan
hal tersebut, definisi yang umum dari instalasi farmasi rumah sakit adalah
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan
seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten
secara

profesional,

tempat

atau

fasilitas

penyelenggaraan

yang

bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang


terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing
obat berdasaarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan;

pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh


perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik
yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2004).
Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada
pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang
beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal,
rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit.
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat
yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi
dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal. Jadi IFRS adalah satusatunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggungjawab sepenuhnya
pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat atau perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. IFRS
bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan
terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai
bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik,
dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang
lebih baik. IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan
menjadi fungsi nonklinik dan fungsi klinik. Fungsi nonklinik biasanya tidak
memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain, sekalipun semua
pelayanan farmasi harus disetujui oleh staf medik melalui Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT). Ruang lingkup farmasi nonklinik adalah perencanaan,
penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi,
penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di
rumah sakit secara keseluruhan. Distribusi obat menjadi fungsi farmasi klinik
apabila dalam sistem disstribusi rumah sakit apoteker berinteraksi dengan
dokter, perawat dan penderita. Fungsi klinik IFRS adalah fungsi yang secara
langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dari perawatan penderita atau

memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain yang secara


langsung terlibat dalam pelayanan penderita. Ruang lingkup fungsi farmasi
klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program rumah sakit,
yaitu Pemantauan Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO),
penanganan

bahan

sitotoksik,

pelayanan

di

unit

perawatan

kritis,

pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit,


sentra informasi obat, pemantauan dan pelaporan Reaksi Obat Merugikan
(ROM), sistem formularium, Panitia Farmasi dan Terapi, sistem pemantauan
kesalahan obat, buletin terapi obat, program edukasi in-service bagi
apoteker, dokter dan perawat, investigasi obat dan unit gawat darurat. Staf
dan Pimpinan IFRS berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah:
1.

IFRS dipimpin oleh Apoteker

2.

Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang


mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah
sakit

3.

Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja

4.

Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi


(D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA)

5.

Kepala IFRS bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan


peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi

6.

Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan


dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian
wewenang yang bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan

7.

Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi

8.

Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan


kebutuhan

10

9.

Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa farmasi atau tenaga


farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi
pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut

10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan
kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan pelayanan (Siregar, 2004).

2.4 PFT dan Formularium Rumah Sakit


2.4.1 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.1197/Menkes/SK/X/2004, Panitia Farmasi dan Terapi adalah


organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis
dengan sraf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili spesialisasi-spesialisasi dari Farmasi Rumah Sakit serta tenaga
kesehatan lainnya. Panitia ini mempunyai dua tujuan yaitu:
a.

Menerbitkan

kebijakan-kebijakan

mengenai

pemilihan

obat,

penggunaan obat serta evaluasinya.


b.

Melengkapi

staf

profesional

di

bidang

kesehatan

dengan

pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan


obat sesuai dengan kebutuhan.
PFT diketuai oleh direktur atau wakil direktur pelayanan medik.
Ketua pelaksana harian PFT dipegang oleh kepala unit farmakologi
klinik atau dokter ahli yang ditunjuk sedangkan sekretaris yang mengatur
hal-hal yang bersifat teknik adalah seorang apoteker IFRS. Anggota PFT
adalah seluruh kepala unit pelayanan fungsional di rumah sakit.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab PFT menurut Surat Edaran
Dirjen Yanmed No. 1467/Yanmed/RSUM.Dik/YMD/XI/1989 adalah
sebagai berikut:
1. Membantu pimpinan rumah sakit untuk meningkatkan pengelolaan
dan penggunaan obat secara rasional.

11

2. Menyusun tata laksana penggunaan formularium sebagai pedoman


terapi di rumah sakit.
3. Memantau dan menganalisis kerasionalan penggunaan obat di rumah
sakit.
4. Melakukan analisis untung rugi dan analisis biaya penggunaan obat
dan alat kesehatan di rumah sakit.
5. Memperbaharui isi formularium sesuai dengan kemajuan ilmu
kedokteran.
6. Mengkoordinasi pelaksanaan uji klinik dan pemantauan efek samping
obat.
7. Mengadakan hubungan dengan komite lain yang sejenis secara
horizontal maupun vertikal untuk melakukan kerjasama dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan obat di rumah sakit.
8. Menampung, memberi saran dan ikut memecahkan masalah dalam
pengelolaan obat di rumah sakit.
Fungsi PFT menurut Practice Standard of ASHP (ASHP, 1994):
1. Melaksanakan evaluasi dan edukasi serta memberikan pertimbangan
kepada staf medik dalam segala hal yang berhubungan dengan obat
dan pengobatan.
2. Membuat formularium obat yang disepakati untuk digunakan di
rumah sakit dan mengadakan revisi secara berkala. Seleksi obatobatan yang akan digunakan dalam formularium harus berdasarkan
evaluasi objektif tentang keuntungan terapeutik, keamanan serta biaya
dan meminimalkan adanya obat-obat yang sama.
3. Menetapkan program-program dan prosedur yang dapat menjamin
keamanan dan keefektifan terapi obat.
4. Mengkaji penggunaan obat di rumah sakit dan membuat standar terapi
untuk pengobatan yang rasional.
5. Mengumpulkan, mengkaji efek samping obat dan menetapkan
rekomendasi yang tepat untuk mencegah efek samping obat tersebut.

12

6. Mengadakan edaran atau buletin yang bersifat ilmiah dan mendidik


tentang obat dan pengobatan untuk lingkungan rumah sakit.
7. Menampung, memberi saran dan ikut memecahkan masalah dalam
pengelolaan obat di rumah sakit.
Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi ini sangat
strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam
mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit
ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban tugasnya secara
baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam
dibekali

dengan

ilmu-ilmu

farmakologi,

farmakologi

klinik,

farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain


yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya
dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit.
Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi adalah :
1. Menjadi salah seorang anggota panitia (Wakil Ketua/Sekretaris).
2. Menetapkan jadwal pertemuan.
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan.
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan.
5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan rumah sakit.
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada

seluruh pihak yang terkait.

7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam


pertemuan.
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan

antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas

terapi lain.
9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan
Panitia Farmasi dan Terapi.
10.

Melaksanakan pendidikan dan pelatihan

13

11.

Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

12.

Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian dan penggunaan obat

pada pihak terkait.

2.4.2 Formularium Rumah Sakit


Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat
direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.
Komposisi Formularium:
1.

Halaman judul

2.

Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi

3.

Daftar isi

4.

Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat

5.

Produk obat yang diterima untuk digunakan

6.

Lampiran
Sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap

berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu


digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan Terapi
mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
Menurut

Keputusan

Dirjen

Yanmed

No.

0482/Yanmed/RSKS/SK/1989, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan


Menteri Kesehatan RI mengenai Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau
Menggunakan Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah, formularium
rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang
dipilih secara rasional dan dilengkapi dengan penjelasan sehingga
merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik di rumah
sakit, terdiri dari obat-obatan yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan beberapa jenis obat yang diperlukan untuk rumah
sakit dan dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang
kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan.

14

Sistem formularium rumah sakit merupakan proses yang terus


menerus dilakukan oleh staf medik melalui PFT dalam mengevaluasi dan
memilih obat yang diperlukan di rumah sakit.
Formularium rumah sakit berfungsi sebagai :
1. Sumber informasi kebijaksanaan rumah sakit mengenai obat dan
terapi dasar yang boleh digunakan di rumah sakit, yang menyangkut
khasiat, cara pemberian, efek samping, toksisitas, kontra indikasi,
tabel interaksi obat dan lain-lain.
2. Sumber informasi bagi staf medik tentang obat yang terpilih yang
mempunyai khasiat terapi yang unggul.
3. Sumber informasi mengenai penawar racun dan cara penggunaannya.

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya
mencakup

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,


monitoring dan evaluasi (JICA, 2010).
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang
menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit (JICA, 2010).
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit, untuk mendapatkan pengadaan yang baik,

15

sebaiknya diawali dengan dasar-dasar pemilihan kebutuhan obat yaitu


meliputi:
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat
pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing,
Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin, Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Soal
Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di
rumah sakit dapat berdasarkan data pemakaian, standard ISO, daftar
harga alat, daftar alat kesehatan dikeluarkan oleh Ditjen Binfar dan
Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Kompilasi penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit
pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok
optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan
farmasi adalah:
a. Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masingmasing unit pelayanan.
b. Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahun seluruh unit pelayanan
c. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi
3. Perhitungan Kebutuhan
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang
berat yang harus dihadapi oleh tenaga kerja di rumah sakit. Masalah
kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila

16

informasi yang digunakan semata-mata hanya berdasarkan kebutuhan


teoritis saja. Dengan koordinasi dan perencanaan untuk pengadaan
perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti diatas,
maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui
beberapa metode:
a. Metode konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data
riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus dperhatikan dalam
rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan
adalah:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi
dana
b. Metode morbiditas/epidemiologi
Perhitungan jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang berdasarkan
beban kesakitan (morbidity load) yang harus dilayani. Metode
morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu
tunggu (lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini adalah:
1) Menentukan jumlah pasien yang akan dilayani
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi
penyakit
3) Menyediakan
farmasi

formularium/

standard/

peoman

perbekalan

17

4) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi


5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia

4. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk
tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan, dan
idealnya diikuti dengan evaluasi.
Cara teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah:
1) Analisis ABC
Prinsip dari analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis
perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang
memakan anggaran/ rupiah terbanyak.
2) Analisis VEN
VEN adalah singkatan dari V=Vital, E=Esensial, dan N = Non
esensial. Analisis VEN yaitu menentukan apakah suatu jenis
perbekalan farmasi termasuk Vital (harus tersedia), Esensial (perlu
tersedia), atau Non Esensial (tidak prioritas untuk disediakan).
3) Analisa Kombinasi ABC dan VEN
Jenis perbekalan farmasi yang termasuk kategori A dari analisis
ABC adalah benar-benar jenis perbekalan farmasi yang diperlukan
untuk penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan kata lain,
statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis
perbekalan farmasi dengan status N harusnya masuk kategori C.
digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan obat dimana
anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
A

VA

VB

VC

EA

EB

EC

NA

NB

NC

(JICA,2010).

18

2.5.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Ada 4 metode proses pembelian:
a.

Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan


sesuai dengan criteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga
metode

ini

lebih

menguntungkan.

Untuk

pelaksanaannya

memerlukan staf yang kuat, waktu yang lama serta perhatian penuh.
b.

Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya dilakukan


pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat
yang baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja
lebih ringan bila dibandingkan dengan lelang terbuka.

c.

Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila item tidak


penting, tidak banyak dan biasanya dilakukan pendekatan langsung
untuk item tertentu.

d.

Pembelian langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia,


harga tertentu, relative agak lebih mahal.

2. Produksi/ pembuatan sediaan sediaan farmasi


Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan
membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi
steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi:
a.

Sediaan farmasi dengan formula khusus

b.

Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga lebih


murah

c.

Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali

d.

Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

e.

Sediaan farmasi untuk penelitian

f.

Sediaan nutrisi parenteral

19

g.

Rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika

h.

Sediaan farmasi yang harus selalu dibuat baru

3. Sumbangan/ droping/ hibah


Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan,
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular.
Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang
pelayanan kesehatan disaat situasi normal.
Tujuan dari pengadaan yaitu mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta
waktu berlebihan (JICA, 2010).
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Tujuan dari penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu
kedatangan.
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan
disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian rumah sakit.
Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak
yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan,
yaitu:
1. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan
berbahaya
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate Of Origin.
3. Sertifikat Analisa Produk (JICA, 2010).

20

2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan faramsi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman darinpencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah:
a. memelihara mutu sediaan farmasi
b. menghindari penggunaan yang tidak bertangguang jawab
c. menjaga ketersediaan
d. memudahkan pencarian
Tujuan pengaturan tata ruang :
1. Kemudahan bergerak
2. Sirkulasi udara yang baik.
3. Rak dan pallet.
4. Kondisi penyimpanan kusus.
5. Pencegahan kebakaran.
Penyusunan stok perbekalan farmasi
1. Gunakan prinsip FEFO (first Exoired First Out)
2. Susunan perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara
rapi dan teratur.
3. Gunakan lemari khusus.
4. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,
udara, cahaya, dan kontaminasi bakteri.
5. Simpan perbekalan farmsi di dalam rak dan berikan nomor kode,
pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmmsi untuk
pengggunaan luar.
6. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan
rapi (JICA, 2010).

21

2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribuskan perbekalan di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian
adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat
waktu tepat jenis dan jumlah.
Jenis sistem pendistribusian :
1. Resep perorangan
2. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang
3. Sistem distribusi dosis unit (JICA, 2010).

2.5.6 Pengendalian
Definisi pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Kegiatan
pengendalian mencakup:
1. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
Jumlah stock ini disebut stok kerja.
2. Menentukan:
- stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan
agar tidak mengalami kekurangan.
- Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman.
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.

22

Beberapa hal pengendalian yang perlu yang diperhatikan dalam pelayanan


kefarmasian adalah :
Rekaman pemberian obat
Catatan pemberian obat adalah pemberian formulir yang digunakan
perawat untuk menyiapkan obat-obatan.
Pengembalian obat
Semua perbekalan farmasi yang diberikan kepada pasien rawat tinggal
harus tetap tinggal berada dalam kereta dorong atau alat bantu angkut
apapun, hanya perbekalan farmasi dalam kemasan tersegel yang dapat
dikembalikan ke IFRS.
Pengendalian obat dalam ruang bedah dan ruang pemulih
Sistem pengendalian obat rumah sakit harus sampai ke bagian bedah,
Apoteker harus memastikan bahwa semua obat yang digunakan dalam
bagian ini tepat order, disimpan, disiapkan dan dipertanggung jawabkan
sehingga perencanaan perlu dilakukan seperti pencatatan di IFRS (JICA,
2010).

2.5.7 Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Penanganannya
sebagai berikut:
1. Catatan dari manufaktur seperti nama dan nomor batch sediaan
perbekalan farmasi harus tertera pada resep pasien rawat jalan, order
pasien rawat inap, rekaman pengendalian kemasan dan daftar persediaan
dan etiket yang bersangkutan.
2. Dokumen terebut No 1 (resep, order perbekalan farmasi, dan sebagainya)
dikaji untuk menetapkan penerima no batch perbekalan farmasi yang
ditarik.

23

3. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik, harus


disampaikan pada penerima bahwa mereka mempunyai produk
perbekalan farmasi yang akan ditarik itu. Untuk pasien rawat jalan,
peringatan harus dilakukan sedemikian agar tidak menyebabkan hal-hal
yang yang tidak diinginkan.
4. Memeriksa semua catatan pengeluaran, kepada pasien yang mana
perbekalan farmasi diberikan guna untuk mengetahui keberadaan sediaan
farmasi yang ditarik.
5. Mengkarantina semua produk yang ditarik, diberi tanda jangan
diganggu sampai produk perbekalan farmasi tersebut diambil oleh atau
dikembalikan ke pabrik/produsennya (JICA, 2010).

2.5.8

Pencatatan dan Pelaporan

2.5.8.1 Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmsi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.
Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar atau dibawah
standar dan harus ditarik dari peredaran.
Fungsi :
a. Kartu stok digunakan untuk mecatat mutasi perbekalan farmasi.
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukan untuk mencatat data mutasi
satu jenis perbekalan farmasi saja yang berasal dari satu sumber
anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan,
pengadaan distribusi.
Hal-hal yang haru diperhatikan:
a. Kartu stok diletakan bersamaan dengan perbekalan farmasi yang
bersangkutan.
b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari

24

c. Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi langsung dicatat didalam


kartu stok
d. Penerimaan dan penguaran dijumlah pada setiap akhir bulan.

2.5.8.2 Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiaan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga, dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan (JICA, 2010).

2.5.9

Monitoring dan Evaluasi


Salah satu upaya

untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan


monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan
guna penyusunan perencanaan dan pengembalian keputusan. Keberhasilan
monev dapat dilakukan secara perodik dan berjenjang (JICA, 2010).
Tujuan dari meningkatkan produktivitas para pengelola perbekalan
farmasi di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (JICA,
2010).

25

BAB III
PROFIL RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
3.1 Identifikasi
a. Nama Rumah Sakit

: RSU PKU Muhammadiyah Bantul

b. Alamat

: Jl. Jenderal Sudirman 124 Bantul 55711

c. Telp/Fax

: (0274) 367437, (0274) 368238,


Fax: (0274) 368586

d. Email

: pkubantul@yahoo.co.id,
pkubantul@gmail.com

e. Luas tanah

: 5700 m2

f. Pemilik

: Pimpinan Pusat Muhammadiyah

g. Pendiri

: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul

h. Direktur

: dr. Barkah Djaka Purwanto, Sp.PD

i. Jumlah TT

: 129 tempat tidur

j. Type/kelas

: C Pratama

k. Akreditasi KARS Depkes

: Standar 5 Pelayanan
No. YM.00.03.3.5.671

l. Sertifikasi

: ISO 9001-2008

3.2 Sejarah RSU PKU MuhammadiyahBantul


Sejarah berdirinya RSU PKU Muhammadiyah Bantul, berangkat dari
keprihatinan ibu-ibu pimpinan Aisyiyah karena belum adanya fasilitas
pelayanan untuk ibu dan anak (utamanya) di sekitar Bantul kecuali RS
Negeri. Setelah bermusyawarah dengan Pimpinan Muhammadiyah maka
terbentuklah Badan Pelaksana Rumah bersalin Pembina Kesejahteraan Oemat
(PKO) Muhammadiyah Bantoel. Pada tanggal 9 Zdulqodah 1385 H atau 1
Maret 1966 Masehi berdirilah RB PKO Muhammadiyah atau lebih dikenal
dengan sebutan BKIA.
Semangat

untuk

maju

mendorong

pengelola

PKO

untuk

mengembangkan pelayanan. Dalam perjalanan panjangnya selama 29 tahun

25

26

RB PKO berupaya keras memenuhi persyaratan yang ada untuk berubah


menjadi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA). Dan pada tahun 1995
ijin sementara Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) PKU
Muhammadiyah Bantul diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Prov DIY
melalui SK no : 503/1099/PK/V/95. Dengan 30 tempat tidur RSKIA PKU
Muhammadiyah Bantul mendapat ijin tetap dengan mengantongi SK. Menkes
RI No : YM.02.04.3.5.5718.
Dalam semangatnya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat
secara luas, RSKIA tidak jalan ditempat. Dan pada tahun 2001 setelah
melakukan studi kelayakan, mengajukan permohonan ijin sebagai Rumah
Sakit Umum. Dengan 102 tempat tidur pada tanggal 20 Oktober 2001 ijin
sebagai RSU dapat dipegang dengan mengantongi SK. Ka DINKES Kab.
Bantul no. 445/4318.

3.3 Motto, Visi, Misi, dan Logo RSU PKU Muhammadiyah Bantul
3.3.1

Motto
Layananku, Ibadahku

3.3.2

Visi
Terwujudnya rumah sakit islami yang mempunyai keunggulan kompetitif
global dan menjadi kebanggaan umat

3.3.3

Misi
Berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhuafa.

3.3.4

Logo

Gambar 1. Logo RSU PKU MuhammadiyahBantul

27

3.4 Fasilitas yang tersedia di RSU. PKU Muhammadiyah Bantul


3.4.1 Pelayanan 24 jam
- UGD
- Farmasi
- Laboratorium
- Radiologi
- Kamar operasi
- Kamar bersalin
- Ambulance
3.4.2

Rawat jalan atau poliklinik


- Umum
- Penyakit dalam
- Kesehatan anak
- Kebidanan dan penyakit kandungan
- Bedah umum
- Urologi
- Syaraf
- Mata
- THT
- Penyakit kulit dan kelamin
- Gigi dan mulut
- Rehabilitasi medik dan fisioterapi
- Bedah anak
- Bedah tulang (orthopaedi)
- Bedah saluran cerna (digestive)
- Bedah thorax dan vaskuler
- Bedah mulut
- Akupuntur
- Kosmetik medik

28

3.4.3

Rawat inap
- Kelas III
- Kelas II
- Kelas I
- VIP
- ICU
- R. Isolasi
- R. Observasi
- Perinatal

3.4.4

Penunjang medis
- Lab patologiklinik
- X-Ray
- CT-scan
- Laparoscopy
- URS
- USG
- EKG
- Fisioterapi
- Konsultasi obat
- Konsultasi Gizi

3.4.5

Pelayanan lain
- Home care
- Medical check up
- Tim Kesehatan
- Klub Lansia
- Klub diabet
- Klub Stroke
- Senam hamil
- Pengobatan Gratis
- Khitan

29

- Akte kelahiran
- Penyuluhan Kesehatan
- Siaga Bencana Alam (Team PKU Disaster Medic Committee)
- Posko kesehatan
- PKU Peduli Dhuafa
- Rukti Jenazah
3.4.6

Pelayanan unggulan
Pelayanan Bedah
Pelayanan Gawat Darurat

3.5 Sumber Daya Insani RSU. PKU. Muhammadiyah Bantul


1. Pegawai tetap

: 326 Orang

2. Pegawai tidak tetap : 27 Orang


3. Dokter umum

: 14 Orang

4. Dokter Soesialis

: 49 Orang

5. Dokter Gigi

: 5 Orang

3.6 Prestasi RSU. PKU Muhammadiyah Bantul


1. Terpilih sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu
2. Juara II Nasional Penampilan Kinerja RS
3. Juara II Nasional LKS Bipartit
4. Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan
5. Bersertifikat ISO 9001-2008

3.7 Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau
unit di rumah sakit dibawah pimpinan seorang Apoteker yang dibantu oleh
beberapa Apoteker lainnya yang berkompeten secara profesional, tempat atau
fasilitas penyelenggaran yang bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, dalam

30

melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa Apoteker, Asisten Apoteker,


dan beberapa tenaga lain sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi:
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan yang berlaku.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit.

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan:


a. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
d. Membantu efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberikan konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
h. Melaporkan setiap kegiatan.

31

STRUKTUR ORGANISASI IF RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Gambar 2.Struktur Organisasi IFRS RSU PKU Muhammadiyah Bantul

3.8 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)


Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah
sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.
A. Tujuan:
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat serta evaluasinya
b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan.

32

B. Tugas, wewenang dan tanggung jawab:


a. Membantu pimpinan rumah sakit untuk meningkatkan pengelolaan dan
penggunaan obat secara rasional.
b. Menyusun tata laksana penggunaan formularium sebagai pedoman
terapi dirumah sakit.
c. Memantau dan menganalisis kerasionalan penggunaan obat di rumah
sakit.
d. Melakukan analisis untung rugi dan analisis biaya penggunaan obat dan
alat kesehatan di rumah sakit.
e. Memperbaharui isi formularium sesuai dengan kemajuan ilmu
kedokteran.
f. Mengkoordinasi pelaksanaan pemantauan efek samping obat.
h. Menampung, memberi saran dan ikut memecahkan masalah dalam
pengelolaan obat di rumah sakit.
C. Organisasi dan Kegiatan
a. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3
(tiga) Dokter, Apoteker dan Perawat. Tenaga dokter bisa lebih dari 3
(tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai
ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi
farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi
dan Terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil
rapat.
e. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
D. Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi

33

a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai


budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium
rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan
obat terhadap pihak-pihak yang terkait
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.
E. Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat
mengemban tugasnya secara baik dan benar, para apoteker harus secara
mendasar dan mendalam dibekali dengan ilmu-ilmu :
a. Farmakologi,
b. Farmakologi klinik,
c. Farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain
yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya
dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit.

Adapun susunan Keanggotaan PFT di RSU PKU Muhammadiyah


Bantul adalah :
Ketua

: dr. Ari Eko Priyanto

Sekretaris : Budiyono, S.Far,. Apt


Anggota :
dr. Ana Budi Rahayu, Sp. S
dr. Rizka Irfansyah
Latif Widodo, S. Kep.Ns
Nur Indriyastuti, S.Si., Apt

34

3.9 Sistem Formularium


Formularium Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah daftar
obat yang diterima disetujui oleh Tim dan Terapi untuk digunakan di RS
PKU

Muhammadiyah

Bantul

dan

dapat

dievaluasi,

direvisi

dan

disuplementasi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Proses evaluasi,


revisi dan suplementasi dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi secara
reguler berdasarkan usulan dari dokter/SMF dan masukan dari Instalasi
Farmasi.
Penggunaan
diperlukan

obat

diluar

dan mendapat

formularium

persetujuan

diperkenankan

apabila

di Tim Farmasi dan Terapi.

Formularium ditetapkan oleh Direktur dan diterbitkan oleh rumah sakit


minimal setiap 2 tahun.
a. Monitoring dan Evaluasi kepatuhan formularium
Monitoring terhadap pelaksanaan formularium dilakukan oleh Kepala
Instalasi Farmasi secara berkala meliputi ketersediaan obat formularium,
kesesuaian penulisan resep dengan formularium dan penulisan obat di
luar formularium.
b. Evaluasi terhadap proses seleksi dilakukan setiap 1 tahun sekali meliputi:
1.

Kesesuaian obat dalam formularium terhadap DOEN.

2.

Kepatuhan penulisan resep terhadap obat dalam formularium.

3.

Usulan dalam seleksi obat baru dalam formularium.

35

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gudang Farmasi


4.1.1 Seleksi Obat
Seleksi obat merupakan langkah awal yang sangat penting sebelum
membuat suatu sistem formularium obat, dimana seleksi bertujuan untuk
memilih perbekalan farmasi, termasuk obat-obatan apa yang akan digunakan
di rumah sakit nantinya sehingga obat yang tersedia benar-benar obat yang
tepat, aman, efektif dan rasional. Seleksi merupakan tahap awal pada siklus
pengelolan obat, apabila tahap ini baik maka tahap selanjutnya (pengadaan,
distribusi, dan penggunaan) diharapkan baik juga.Hasil akhir dari kegiatan
PKPA yang berhubungan dengan seleksi adalah penyusunan formularium
rumah sakit dengan terlebih dahulu memilih obat yang terbaik sesuai kriteria
seleksi yang telah ditetapkan.
Dasar-dasar pemilihan obat alternative tetap harus mengindahkan
prinsip manajemen dan kriteria mayor yaitu berdasarkan pola penyakit yang
berkembang di daerah tersebut, efikasi, efektifitas, keamanan, kualitas,
biaya, dan dapat dikelola oleh sumber daya dan keuangan RS (Anonim,
2002). Begitu halnya yang telah dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul.
a. Kegiatan PKPA
1. Simulasi penyusunan formularium RS berdasarkan 5 penyakit terbesar
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
2. Evaluasi kesesuaian peresepan dengan daftar obat pada formularium
berdasarkan peresepan dokter.
b. Pembahasan
Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat
esensial di RS yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya.Obat
yang termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama dan
obat-obat alternatifnya. Penyusunan formularium rumah sakit di RSU PKU
35

36

muhammadiyah Bantul sudah dilakukan oleh panitia farmasi dan terapi


(PFT) berdasarkan DOEN dan dengan mempertimbangkan obat lain yang
tebukti secara ilmiah dibutuhkan dalam pelayanan di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul, juga mengacu pada pedoman pengobatan yang
berlaku. Formularium yang ada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul juga
senantiasa dievaluasi setiap tahunnya agar pengobatan yang ada seiring
dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan kedokteran.Hal ini
sesuai

dengan

yang

tertulis

dalam

KepMenkes

RI

nomor

2500/Menkes/SK/XII/2011 tentang Daftar Obat Esensial Nasional tahun


2011.
Dalam kegiatan PKPA, mahasiswa melakukan evaluasi kepatuhan
peresepan (rawat inap dan rawat jalan) terhadap obat-obat pada formularium
untuk bulan Januari-Maret 2014. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengambil sampel sebanyak 900 lembar resep obat pasien rawat jalan dan
rawat inap, kemudian dilihat kesesuaian antara obat yang di tulis pada resep
dengan daftar obat dalam formularium. Persen kesesuaian dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Presentase Kesesuaian Formularium =
Hasil

perhitungan

persentase

x 100 %

kesesuaian

peresepan

dengan

formularium RSU PKU Muhammadyah Bantul sudah mendekati 100%


dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Persentase Kesesuaian Peresepan terhadap Formularium
No.

Rawat jalan

Rawat inap

Bulan

Jan

Feb

Mar

Jan

Feb

Mar

% Kesesuain

94,6

91

94.3

95,2

97,8

88,4

Berdasarkan hasil diatas, terlihat bahwa persen kepatuhan dokter


dalam menuliskan resep yang sesuai dengan daftar obat pada formularium
terhitung tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa formularium benar dijadikan
sebagai pedoman terapi dan dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan
obat di rumah sakit serta meningkatkan pengelolaan dan penggunaan obat

37

secara

rasional

(Dirjen

Yanmed

No.1467/Yanmed/RSUM.Dik/YMD/XI/1989).

4.1.2

Pengadaan

4.1.2.1 Perencanaan
a) Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan macam-macam metode perencanaan serta
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
2. Dapat menghitung perencanaan perbekalan farmasi.
3. Dapat melakukan evaluasi perencanaan dengan analisa ABC dan
VEN.
b) Kegiatan
1. Melakukan

evaluasi

prioritas

pada

tahap

perencanaan

menggunakan analisa ABC dan VEN.


2. Menghitung nilai ROP, EOI, EOQ untuk efisiensi proses
perencanaan
c)

Pembahasan
Kegiatan yang dilakukan dalam melakukan perencanaan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah adalah berdasarkan metode
konsumsi dengan menetapkan 11 langkah sebagai berikut :
1. Menyiapkan daftar obat yang akan direncanakan.
Pada langkah ini kegiatan PKPA yang dilakukan adalah meminta
data konsumsi obat dengan awalan huruf A - Z.
2. Menentukan periode waktu yang direview untuk konsumsi
Periode waktu yang ditetapkan untuk estimasi perencanaan obat
untuk tahun 2014 adalah data konsumsi bulan Januari- Maret 2014.
3. Memasukkan data konsumsi untuk setiap obat
Perencanaan yang dilakukan dalam kegiatan PKPA merupakan
simulasi untuk pembelajaran, maka periode waktu konsumsi yang
direview adalah 3 bulan.
4. Mengkalkulasi rata-rata konsumsi setiap bulan

38

Konsumsi rata-rata setiap bulan merupakan data yang paling


penting dalam formularium perhitungan dan sebisa mungkin harus
akurat.
5. Menghitung safety stock yang dibutuhkan untuk setiap obat.
Safety stock dibutuhkan untuk mencegah stock out, oleh karena itu
diperlukan inventory control untuk efisiensi persediaan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut: SS = CA x LT
SS = safety stock
CA = consumption average setiap bulan, disesuaikan untuk stock
out
LT = lead time
6. Mengkalkulasi jumlah setiap obat yang dibutuhkan untuk periode
pengadaan yang akan datang
Dapat dirumuskan sebagai berikut: QO = CA x (LT+PP) + SS (SI
+ SO)
QO = Quantity to order sebelum penyesuaian untuk kehilangan atau
perubahan program
PP = Procurement Period (sebanyak bulan yang di-cover dalam
pemesanan)
SI =Stock yang sekarang dalam inventory
SO = Stock yang sekarang dalam order
7. Menyesuaikan perubahan yang diharapkan dalam pola konsumsi
Penyesuaian dilakukan berdasarkan perkiraan yang terjadi di masa
akan datang, misal perkiraan akibat perubahan musim dan wabah
penyakit.
8. Menyesuaikan untuk kekosongan/stock out
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan, bahwa penyesuaian dilakukan
terhadap biaya penyusutan karena kehilangan adalah 6% dan
penyesuaian kenaikan harga adalah 10%.

39

9. Menyusun perhitungan secara desentralisasi (jika memungkinkan)


Dalam hal ini tidak dilakukan kalkulasi setiap depo farmasi (unit
bedah sentral, farmasi rawat jalan, farmasi rawat inap).
10. Mengestimasikan biaya pengadaan untuk setiap obat dan biaya
total
Dalam hal ini perkiraan data konsumsi masing-masing untuk satu
tahun dikalikan dengan harga setiap unit obat kemudian dikalkulasi
seluruh biaya total yang diperlukan untuk pengadaan seluruh obat
abjad A - Z.
11. Membandingkan seluruh biaya dengan anggaran yang tersedia
dan melakukan penyesuaian.

Analisis ABC
Analisis ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa
sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari
total konsumsi untuk semua jenis obat. Meliputi hasil analisis
perencanaan obat kategori A - Z pada konsumsi obat. Dimana Analisis
Pareto (ABC) merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan
berdasarkan peringkat nilai nominal dari nilai nominal tertinggi hingga
terendah dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok
A (60-70 % total nilai) , kelompok B (20 % total nilai), dan C (10-20
% total nilai). Hasil analisis prioritas obat dapat dilihat dihat dibawah
ini.
Tabel 4.2 Hasil analisis Pareto untuk obat
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Kelompok

Jumlah item

Persentase

274

23,52 %

143

12,27 %

748

64,2 %

Total

1164

99,99%

40

Dalam melakukan perencanaa pengadaan obat, RSU PKU


Muhammadiyah Bantul menggunakan kombinasi metode konsumsi
dengan analisis ABC, hal ini bertujuan agar perencanaan yang akan
dilaksanakan lebih mendekati keperluan yang sebenarnya dan tidak
terlalau banyak dana tersimpan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Mimun tahun 2008, bahwa perencanaan berdasarkan kombinasi
metode konsumsi dan analisis ABC dan ROP terbuksi menurunkan
nilai persediaan dan meningkatkan TOR serta didapatkan efisiensi
sebesar 30.14 %.
Analisis VEN merupakan analisis yang digunakan untuk
menetapkan

prioritas

pembelian

obat

berdasarkan

kegunaan

obat.Kategori dari analisis ini adalah V (vital), E (esensial) dan N


(non esensial).Hasil analisis VEN untuk obat-obat di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Obatobat yang tergolong ke dalam keategori Obat Vital (V) merupakan
obat-obat life saving drug dan harus ada dan tidak tergantikan. Obat
Essensial (E) merupakan obat harus ada, tapi masih dapat digantikan
dengan golongan obat lain, misalnya antibiotik dan anti nyeri. Obat
Non Essensial (N) obat-obat yang tidak harus ada, misalnya vitamin.
Analisis VEN dapat membantu menentukan obat-obat yang menjadi
prioritas dalam perencanaan dan pengadaan terutama bila dana yang
tersedia terbatas. Obat-obat yang menjadi prioritas yaitu yang
termasuk kelompok vital dan esensial.
Tabel 4.3 Hasil analisis VEN untuk obat-obat di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
Kelompok

Jumlah item

Persentase

256

21,99 %

779

66,92 %

127

11,08%

Total

1164

99,99 %

41

Analisis prioritas sudah dilaksanakan di

RSU PKU

muhammadiyah bantul, analisis ini penting dilakukan dalam


menentukan perencaan karena akan membantu dalam proses
pengadaan yang lebih mendekati kebutuhan yang sebenarnya. Hal ini
sesuai bahwametode ABC Indeks Kritis dapat membantu rumah sakit
dalam merencanakan pemakaian obat dengan mempertimbangkan
utilisasi, nilai investasi, kekritisan obat (vital, esensial dan non
esensial) ( Suciati, Adisasmito 2006). Analisis juga dilakukan untuk
menghindari adanya stockout atau stagnant setelah proses pengadaan
berlangsung. Penyebab stockout obat diantaranya adalah perencanaan
pengadaan yang tidak akurat, sedang penyebab stagnant obat karena
adanya pengadaan obat yang berlebihan (Mellen, Pudjirahardjo 2013)

4.1.2.1 Pengadaan
a. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan macam-macam metode pengadaan serta
kelebihan dan kekurangan masing-masing
2. Dapat menghitung ROP, EOI dan EOQ untuk defisiensi proses
pengadaan
b. Kegiatan PKPA
1. Melakukan evaluasi distributor.
2. Mambuat SOP pengenceran pehidrol dan formalin
3. Membuat daftar dispensing sediiaan antibiotik serbuk injeksi
4.Menghitung ROP, EOI, EOQ untuk efisiensi proses pengadaan
c. Pembahasan
Dalam melakukan pengadaan, RSU PKU Muhammadiyah
Bantul belum menggunakan e-catalogue sebagaimana diatur dalam
peraturan presiden RI nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan
barang/jasa

pemerintah.

Hal

ini

dikarenakan

RSU

PKU

Muhammadiyah Bantul merupakan rumah sakit swasta atau bukan


instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan

42

Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah (APBD) dalam pengadaan obat. Dalam pengadaan obat RSU
PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan metode negotiated
procurement (sistem negosiasi/kontrak) dan direct procurement
(pemesanan langsung). Sistem negotiated procurement dan direct
procurement dipilih karena lebih menguntungkan dibandingkan
dengan tender terbuka maupun tender tertutup. Tender tertutup
maupun tender terbuka membutuhkan biaya dan tenaga yang lebih
besar secara kuantitas maupun kualitas dan juga membutuhkan proses
yang lama. Hal ini sesuai dengan PerPres RI nomor 70 tahun 2012
bahwa Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
untuk penanganan darurat dengan metode Penunjukan Langsung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam fungsi pengadaan
adalah pengadaan tersebut haruslah memenuhi syarat, yakni (S. Seto,
dkk, 2008) :
a. Doelmatig, artinya sesuai dengan tujuan/sesuai rencana
b. Rechtmatig, artinya sesuai denga hak/sesuai kemampuan
c. Wetmatig, artinya sistem.cara pengadaannya haruslah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Evaluasi distributor dilakukan pada 5 distributor yang sering
bekerjasama dengan RSU PKU Muhammadiyah bantul yaitu, PT
Enseval, Parit Padang Global, AAM, AMS, dan APL. Evaluasi
dilakukan berdasarkan % ketersediaan barang, ketepatan waktu, dan
kesesuaian antara surat pesanan dengan barang datang. Hasil evaluasi
distributor ini digunakan untuk menentukan distributor terpilih yang
akan melakukan kerjasama dalam pengadaan perbekalan farmasi untuk
periode selanjutnya. Berdasarkan jumlah pesanan yang diketahui dari
data penerimaan barang diketahui pihak RS paling bayak melakukan
kerja sama dengan distributor Enseval. Hal yang mungkin menjadi
pertimbangan pihak Rumah sakit dalam bekerjasama dengan

43

distributor enseval adalah % ketersediaan barang yang memang


cenderung tinggi jika dibandingkan dengan distributor lainnya. Data
hasil evaluasi distributor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Evaluasi distributor Januari dan Februari 2014 di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
Distributor

% ketepatan

% ketersediaan

% kesesuaian

waktu

pesanan

Bulan

Jan

Feb

Jan

Feb

Jan

Feb

APL

97,4

100

96,1

85,9

99,4

85,7

AMS

90,1

100

93,7

84

100

84

PPG

100

100

70,8

74,6

100

74,6

AAM

97,8

99,54

90,2

90,7

100

90,3

ESV

98,3

67,39

86,3

99,7

86,3

95,2

Tidak semua bentuk sediaan selalu bisa kita pesan dari


distributor, entah karena mereka tidak memproduksinya atau hanya di
produksi dalam konsentrasi tertentu saja.Seperti misalnya formalin dan
pehidrol hanya di produksi dengan konsentrasi 37 % dan 30 %.
Apabila Rumah Sakit memerlukan formalin dan pehidrol dengan
konsentrasi

lain,

maka

harus

dilakukan

pengenceran.

Untuk

mempertahankan kualitas obat pada setiap pengencerannya, maka


dibuat

SOP

untuk

setiap

pengencerannya

dengan

tujuan

mempertahankan kulitas hasil siapapun yang melakukannya.Di RSU


PKU Muhammadiyah Bantul produksi obat sendiri tidaklah dilakukan
karena

memang

tidak

adanya

kebutuhan.yang

ada

hanyalah

rekonstitusi sediaan serbuk injeksi dan pengenceran beberapa pelarut


yang pekat. SOP pengenceran dan daftar pelarut dan cara rekonstitusi
sediaan serbuk injeksi selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

44

EOQ (Economic Order Quantity) digunakan untuk menentukan


jumlah order maksimal dalam waktu tertentu dengan meminimalkan
biaya. EOI (Economic Order Interval) digunakan untuk menentukan
jarak pemesanan yang paling ekonomis.Sedangkan ROP (Re Order
Point) menunjukkan jumlah persediaan yang ideal saat dilakukan
pemesanan ulang.Obat-obat yang dievaluasi dengan metode ABC,
VEN kemudian di analisis dengan menggunakan EOQ, EOI, dan ROP.
Penelitian

menunjukkan

bahwa

metode

EOQ

lebih

efisien

dibandingkan dengan cara perhitungan tradisional dalam mengambil


keputusan pembelian bahan baku dan berpengaruh positif terhadap
total biaya pembelian bahan baku ( Prihasdi, 2012).
4.1.2.2 Penyimpanan
a. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dan sistem penyimpanan yang
menjamin mutu obat/alkes.
2. Mahasiswa dapat merancang lay out dan sistem penyimpanan yang
menjamin mutu obat/alkes
3. Mahasiswa dapat menjelaskan penyimpanan dan penandaan High
Alert Medication
4. Mahasiswa dapat menjelaskan sistem pengendalian kondisi-kondisi
penyimpanan yang menjamin mutu obat/alkes
5. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur penyimpanan obat bila suhu
penyimpanan tidak tercapai atau dalam keadaan darurat.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan indikator mutu proses penyimpanan
7. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur/tindak lanjut dari proses
evaluasi mutu proses penyimpanan
b. Kegiatan.
Evaluasi penyimpanan obat di gudang farmasi, instalasi farmasi
rawat jalan dan inap berdasarkan metode FIFO dan FEFO

45

c. Pembahasan
Sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSU
PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan gabungan antara metode
FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO (First in FirstOut), yaitu obatobatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu,
sedangkan metode FEFO (first expired first out) dengan cara
menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (expired date) lebih
lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih
pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru
kemudian dilakukan metode FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat
diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan.
Sistem penyimpanan dikelompokkan berdasarkan :
1) Bentuk sediaan obat (tablet, kapsul, sirup, drop, salep/krim, injeksi
dan infus).
2) Bahan baku.
3) Nutrisi.
4) Alat-alat kesehatan.
5) Gas medik.
6) Bahan mudah terbakar.
7) Bahan berbahaya.
8) Reagensia.
9) Film Rontgen
Penyimpanan obat di gudang diawali dari menerima barang dan
dokumen-dokumen pendukungnya, memeriksa barang, pengarsipan,
memasukkan data-data ke komputer, setelah itu proses menyimpan
barang di ruang penyimpanan. Sistem penyimpanan perbekalan
farmasi di gudang farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Untuk obat-obatan yang stabil pada suhu kamar disimpan pada
ruangan berAC dengan tetap dilakukan kontrol suhu ruangan setiap
harinya antara 15-300C, untuk obat yang stabil pada suhu dingin

46

sepertisuppositoria, injeksi, vaksin disimpan pada lemari pendingin


dengan suhu antara 2-80C yang juga dikontrol setiap harinya.
Penyimpanan

obat

yang

sesuai

dengan

kestabilan

suhu

penyimpanannya sangat penting diperhatikan, hal ini sesuai dengan


penelitian

yang

menyatakan

bahwa

suhu

dan

kelembaban

mempengaruhi kualitas fisik dan kimia kaplet asam mefenamat pada


seluruh parameter uji kecuali keseragaman bobot (fardhiani 2013).
Begitu juga untuk obat-obat narkotika dan psikotropik diletakkan
secara terpisah pada lemari berpintu ganda dan menempel di tembok.
Hal ini sesuai dengan UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa
Almari tempat penyimpanan narkotik harus mempunyai 2 kunci yang
satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk
narkotika persediaan dan mofin, pethidin dan garam-garamnya dan
apabila lemari berukuran kurang dari 40 X 80 X 100 cm maka lemari
tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.Hanya saja lemari obat
narkotik dan psikotropik tidak selalu dikunci kembali setelah
pengambilan, dikarenakan pengambilan cukup sering.Sekalipun hal ini
belum dijalankan, keamanan penyimpanan tetap menjadi prioritas
utama.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan atas masing-masing 100
sampel obat di gudang, di instalasi rawat jalan dan inap diketahui %
kesesuain penyimpanan dengan metode FEFO dan FIFO adalah
sebagai berikut,
Tabel 4.5 % Kesesuaian Penyimpanan Obat Berdasarkan Metode FEFO dan
FIFO

% Kesesuain

Gudang farmasi

Rawat jalan

Rawat inap

95

90

95

Penyimpanan

obat

di

Gudang

Farmasi

di

RSU

PKU

Muhammadiyah Bantul berdasarkan metode FEFO dan FIFO sudah sesuai


secara keseluruhannya.

47

4.1.3

Distribusi Gudang ke Instalasi Farmasi

4.1.3.1 Kegiatan
Mengevaluasi % keterpenuhan permintaan obat ke gudang (ANFRAG)
4.1.3.2 Pembahasan
Sistem distribusi perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
diterapkan gudang farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul disebut juga
anfrag (permintaan) untuk instalasi farmasi rawat inap, instalasi farmasi
rawat jalan, instalasi gawat darurat, laboratorium, maupun bangsal. Sistem
distribusi atau anfrag di RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan
permintaan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai untuk material
tindakan yang berasal dari istalasi farmasi rawat inap, instalasi farmasi
rawat jalan, instalasi gawat darurat, laboratorium, dan bangsal. Permintaan
atau Anfrag dari istalasi farmasi rawat inap, instalasi farmasi rawat jalan,
instalasi gawat darurat, laboratorium, dan bangsal memiliki beberapa
perbedaan, dimana permintaan atau anfrag dari poliklinik dan IGD selain
anfrag alat kesehatan dan bahan medis habis pakai juga ada obat injeksi
yang sering digunakan atau obat emergency atau obat live saving,
sedangkan anfrag dari instalasi farmasi rawat jalan dan instalasi farmasi
rawat inap yaitu obat dan alat kesehatan untuk pelayanan pasien yang
selanjutnya akan didistribusikan kepada pasien dengan sistem distribusi
individual Prescribing.
Untuk mengetahui % keterpenuhan permintaan obat dan alat
kesehatan melalui anfrah oleh gudang, maka dilakukan evaluasi
berdasarkan data anfrah yang masuk pada bulan maret 2014. Hasil
evaluasi diketahui % keterpenuhan permintaan obat dan alkes adalah 79,3
%. Tidak terpenuhinya permintaan obat dan alkes adalah karena
kekosongan barang di gudang yang disebabkan beberapa hal, misalnya
karena kekosongan barang dari distributor atau kedatangan obat yang
terlambat dari distributor, atau barang yang memang belum dipesan
kembali oleh gudang.

48

4.2 Instalasi Rawat Jalan


4.2.1

Kegiatan
a) Mempelajari sistem tata ruang.
b) Mempelajari alur pelayanan resep.
c) Mempelajari sistem pengelolaan obat dan alkes.
d) Mempelajari proses distribusi obat dan alat kesehatan
e) Melakukan pelayanan informasi obat dan konseling kepada pasien
f) Mempelajari tentang sasaran mutu pelayanan kefarmasian.

4.2.2

Pembahasan
a. Tata ruang instalasi farmasi rawat jalan
Tata ruang Instalasi farmasi rawat jalan di RSU PKU
Muhammadiyah dalam pelayanan kesehatan di rumah sakitsangat
diperhatikan karena sangat penting untuk menjaga kualitas mutu
produk dan keamanan bagi petugas. Pada instalasi farmasi rawat
jalanRSU PKU Muhammadiyah Bantul terdapat ruang kantor,
produksi, penyimpanan, pelayanan, konsultasi dan arsip dokumen.
Tetapi tidak semua ruangan itu terpisah antara satu dengan yang lain.
Ruang administrasi menjadi satu dengan ruang pelayanan dan ruang
penerimaan resep. Ruang produksi menjadi satu dengan ruang
penyimpanan, ruang arsip dan ruang kantor. Sedangkan ruang
konsultasi sudah terpisah dengan yang lain tetapi masih belum cukup
untuk menjaga privasi dan kenyamanan pasien karena ruangan
konseling tidak tertutup secara penuh. Selain itu ruangan tunggu bagi
pasien kurang nyaman dikarenakan tidak ada pembagian ruangan
antara pasien tunggu yang akan mengambil obat dengan pasien tunggu
yang menunggu antrian dokter. Hal ini juga mengakibatkan informasi
obat yang diberikan kepada pasien kurang efektif karena kondisi yag
tidak tenang, sehingga menyulitkan pasien untuk mendengarkan
dengan baik informasi yang diberikan oleh apoteker. Tata ruang
Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum

PKU

Muhammadiyah belum memenuhi persyaratan tata ruang Instalasi

49

Farmasi Rawat Jalan yang seharusnya, dikarenakan masih banyak


terdapat pada luas lahan dan bangunan yang tersedia, tetapi fungsi
instalasi farmasi rawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah sudah
memenuhi persyaratan sesuai dengan Pedoman

Teknis Fasilitas

Rumah Sakit (Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit).


b. Pengelolaan obat dan alkes
Penyimpanan Obat di RSU PKU Muhammadiyah sudah sesuai
dengan sistem penyimpanan obat yaitu metode FEFO (First Expayer
First Out) dan FIFO (First In First Out). Kemudian perbedaan warna
latar box tempat penyimpanan obat diterapkan di rumah sakit dalam
penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi, untuk antibiotik
menggunakan latar box dengan warna Pink, Saluran cerna (Hijau),
Anti alergi (Biru), saluran pernafasan (Cokelat), Vitamin (Pink),
Hormon (Biru), Analgetik antipiretik (Orange), Antikolesterol (Kuning
gading), Antihipertensi (Kuning), Antidiare (Merah), Golongan lain
(Hijau). Obat juga disimpan berdasarkan stabilitas suhu penyimpanan,
misalkan sediaan supositoria dan insulin disimpan di lemari es.Dan
berdasarkan bentuk sediaan misalnya sediaan salep, drop, sirup, infusa,
injeksi, dan tablet disimpan di rak yang berbeda.Penyimpanan alat
kesehatan juga diletakan terpisah dengan penyimpanan obat.
Penggunaan sistem kombinasi digunakan karena penyimpanan obat
tersebut bertujuan untuk menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat (Soedjono, et al 2004).
Obat narkotika dan psikotropik diletakkan pada satu bagian
pada lemari yang menempel di lantaidan berpintu ganda. Hal ini sesuai
dengan UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa

Almari

tempat penyimpanan narkotik harus mempunyai 2 kunci yang satu


untuk menyimpan narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk
narkotika persediaan dan mofin, pethidin dan garam-garamnya.Hanya

50

saja lemari obat narkotik dan psikotropik tidak selalu dikunci kembali
setelah

pengambilan,

dikarenakan

pengambilan

cukup

sering.Sekalipun hal ini belum dijalankan, keamanan penyimpanan


tetap menjadi prioritas utama.Obat narkotik-psikotropik di cek setiap
selesai sift sebelum pergantian sift oleh petugas khusus dengan cara
mencocokan antara jumlah pengeluaran berdasarkan resep yang tertera
pada kartu stok dengan jumlah obat yang ada.
c. Distribusi obat dan alkes
Instalasi Farmasi Rawat jalan di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul melayani permintaan obat dari poliklinik dan IGD. Pasien yang
datang ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul dibagi menjadi 2
kelompok yaitu pasien umum dan BPJS. Pasien umum adalah pasien
yang memeriksakan diri ke dokter dari masing-masing klinik di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul dengan biaya pribadi atau asuransi lain
non BPJS, sedangkan pasien BPJS adalah pasien yang memeriksakan
diri ke dokter dari masing-masing klinik di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul dengan biaya jaminan dari pemerintah.
Dalam melakukan pelayan kefarmasian, Instalasi Farmasi
Rawat Jalan dikelola oleh dua orang Apoteker yang bekerja secara
bergantian pada shift pagi dan siang, dan dibantu oleh 11 Tenaga
Teknis Kefarmasian yang juga bekerja dengan pembagian sift. Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) bertugas dalam pelayanan penerimaan
resep (dilakukan Skrining resep), peracikan/penyiapan obat, dan
etiketobat. Sedangkan Apoteker bertugas mengawasi pekerjaan TTK
kemudian melakukan Skrining ulang meliputi Skrining administratif,
Skrining farmasetis dan Skrining klinis untuk memastikan bahwa tidak
ada kesalahan dalam penyiapan obat, sebelum obat diserahkan kepada
pasien.
Alur pelayanan resep di instalasi rawat jalan meliputi beberapa
tahap. Pertama resep masuk dan diterima oleh AA yang bertugas, loket
penerimaan resep pasien umum dan BPJS dibuat berbeda, hal ini

51

dilakukan untuk memudahkan petugas dalam mendata pasien dan


proses menyiapkan obat. Loket 1 digunakan untuk melayani pasien
umum dan loket 2 digunakan untuk melayani pasien BPJS, selanjutnya
petugas di loket akan melakukan skrining resep dan perhitungan harga
resep meliputi kesesuaian obat di resep dengan ketersediaan obat dan
mengkonfirmasi total biaya kepada pasien. Setelah pasien menyetujui
biaya yang harus dikeluarkan, maka resep masuk tahap selanjutnya
yaitu penyiapan obat, pemberian etiket dan pemeriksaan tahap akhir
oleh apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien. Tahapantahapan dari pelayanan resep ini dibuat sedemikian rupa dengan tujuan
meminimalkan kesalahan penyiapan obat dikarenakan telah dilakukan
skrining berulang kali pada tiapa tahapan penyiapan resep.
Obat-obat

yang ada

di

instalasi

farmasi

rawat

jalan

didistribusikan menggunakan sistem individual prescribing. Kelebihan


sistem distribusi individual prescribing adalah semua resep/order
dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi keterangan
atau informasi kepada pasien tentang obat yang diperoleh, memberi
kesempatan interaksi profesional apoteker-dokter-perawat-penderita,
mempermudah penagihan biaya obat penderita. Akan tetapi sistem ini
juga memiliki kekurangan yaitu antrian sehingga ada keterlambatan
sediaan obat sampai ke pasien, jumlah kebutuhan personel di IFRS
meningkat, kemungkinan kesalahan obat karena kurang pemeriksaan
pada waktu penyiapan
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling
Penyerahan obat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
dilakukan langsung oleh Apoteker disertai dengan Pemberian
Informasi Obat (PIO) atau Konseling. Tujuan dari pemberian
informasi obat / konseling yang adalah agar pasien mengerti dan
paham mengenai obat yang digunakan oleh pasien sehingga
meminimalkan terjadi kesalahan dalam penggunaan obat dan
meningkatkan

keberhasilan

terapi.

Selain

itu

berguna

untuk

52

meningkatkan

pengetahuan

pasien

tentang

fungsi

obat,

cara

penggunaan, penyimpanan serta efek samping yang mungkin muncul


setelah penggunaan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien
minum obat.Untuk menungjang kemampuan dalam melakukan
konseling, pengetahuan tentang waktu penggunaan obat ( sebelum atau
sesudah), interaksi obat serta bentuk DRP yang mungkin ada dalam
resep perlu dikuasai oleh seorang apoteker. Daftar pengelompokan
obat, analisis DRP resep yang masuk ke rawat jalan, serta daftar
konseling yang dilakukan dapat dilihat pada lampiran.
Pemberian Informasi Obat (PIO) dan Konseling yang
dilakukan di RSU PKU Muhamadiyah Bantul dilakukan sudah sesuai
dengan yang seharusnya yaitu seorang apoteker dalam melakukan
pelayanan farmasi di rumah sakit harus berusaha untuk mencapai
terapi obat rasional (rational drug therapy) yang aman, tepat dan cost
effective. Pemantauan terapi obat (monitoring drug therapy) yang
bertujuan untuk mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat
yang tidak diinginkan (adverse effect) (Seto, dkk., 2008).
e. Sasaran mutu pelayanan kefarmasian
Pelayanan yang berkualitas terhadap pasien menjadi sasaran
utama yang harus dicapai oleh instalasi farmasi dalam melakukan
pelayanan khususnya pelayanan obat. Untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pasien perlu dibuat sistem evaluasi berkala.
Sistem yang dilaksanakan di instalasi rawat jalan RSU PKU
Muhammadiyah Bantul adalah dengan membuat sasaran mutu yang
dapat dinilai dari tiga kategori, yaitu waktu tunggu pasien untuk resep
racikan adalah kurang dari 25 menit, prosentase kesalahan penyiapan
obat dan kepuasan pasien yang diukur dengan kuisioner.
Agar Apoteker mengetahui apakah target sudah tercapai atau
belum setiap bulan akan dihitung berapa persen sasaran mutu waktu
tunggu yang tercapai, setiap bulan tidak boleh 80%.Jika target tidak
tercapai maka akan dilakukan evaluasi yaitu dengan membuat FTKP

53

(Formulir Tindakan Koreksi Penyimpangan). Setelah menghitung


sasaran mutu waktu tunggu pada bulan April, ternyata persen sasaran
mutu hanya 68%. Maka harus dilakukan evaluasi. Dari hasil analisa,
hal yang menyebabkan persen sasaran mutu pada bulan April tidak
tercapai adalah jam praktek dokter yang bersamaan, kurangnya
kerjasama antara TTK dalam mengerjakan resep racikan, dan
kerusakan yang terjadi pada sistem informasi management rumah
sakit. Maka hal yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki persen
sasaran mutu pada bulan berikutnya adalah dengan menginstruksikan
TTK

agar

ketika

banyak

resep

racikan

maka

diharapkan

pengerjaannya tidak dilakukan oleh satu orang saja, perlu adanya


kerjasama antar TTK, misalkan satu orang meracik puyer dan satu
orang lagi membagi dan membungkus puyer.
Kesalahan penyiapan obat merupakan sesuatu yang tidak
boleh dilakukan oleh instalasi farmasi, dan merupakan tanggungjawab
penuh dari seorang apoteker untuk memastikan bahawa obat yang
telah disiapkan dan diserahkan kepada pasien sudah benar dan aman.
Nilai Prosentasi kesalahan penyiapan obat harus 0%. Jika terjadi
kesalahan dalam penyiapan dan penyerahan obat, maka petugas
farmasi harus sesegera mungkin dikomunikasikan kepada pasien dan
petugas farmasi bertanggungjawab untuk memperbaiki kesalahan
tersebut.
Evaluasi kepuasan pasien terhadap waktu tunggu juga
dilakukan melalui pembagian kuisioner dengan hasil 28,5% pasien
yang mengatakan sangat puas dengan pelayanan kefarmasian, 62,8%
mengatakan puas dengan pelayanan kefarmasian, 8,3% mengatakan
cukup puas dengan pelayanan kefarmasian adalah dan 0,4% pasien
yang tidak puas terhadap pelayanan kefarmasian adalah.

54

4.1 Instalasi Rawat Inap


4.1.1 Kegiatan.
a. Mempelajari sistem tata ruang.
b. Mempelajari alur pelayanan resep.
c. Mempelajari sistem pengelolaan obat dan alkes.
d. Mempelajari proses distribusi obat dan alat kesehatan
e. Melakukan visited dan evaluasi pengobatan pasien berdasarkan data
rekam medik pasien.
4.1.2 Pembahasan
a.

Sistem tata ruang


Berdasarkan pedoman teknis bangunan rumah sakit ruang rawat inap
dijelaskan bahwa lokasi rawat inap (Depkes RI,2007) :
a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang,
aman dan nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas
atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.
b) Bangunan

rawat

inap

terletak

jauh

dari

tempat-tempat

pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator.


Lokasi rawat inap khususnya bagian instalasi farmasi rawat
inap yang berada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah
sesuai dengan peraturan dimana lokasinya berada ditengah-tengah
sehingga mudah dijangkau oleh semua kalangan contohnya oleh
pasien, perawat, gudang. Jauh dari kebisingan jelas harus karena
akan mengganggu kenyamanan pasien rawat inap khususnya.
Persyaratan umum mengenai denah farmasi rawat inap sudah
sesuai dengan peraturan Kementrian Kesehatan RI tahun 2012
yang intinya ruangan nya dapat dicapai dengan mudah dan tidak
ada ketercampuran aktiviras di dalamnya.
Tata ruang Instalalsi farmasi rawat inap dalampelayanan
kesehatan di rumah sakit harus diperhatikan karena sangat penting
untuk menjaga kualitas mutu produk dan keamanan bagi
petugas.Pada

instalasi

farmasi

rawat

inap

RSU

PKU

55

Muhammadiyah Bantul antara ruang administrasi, ruang peracikan


dan penyimpanan obat masih menjadi satu, hal ini dikarenakan
keterbatasan ruangan yang ada.Akan tetapi ruang peyimpanan obat
jadi, ruang pelayanan,dan ruang obat-obat untuk tindakan aporasi
sudah dibedakan. Dalam rangka memperbaiki sistem pelayanan
kefarmasian di rawat inap, pihak instalasi farmasi dan rumah sakit
masih terus memperbaiki sistem ruang instalasi farmasi rawat inap.
b. Distribusi obat
Alur pelayanan resep umum dan jamkesmas atau BPJS rawat inap
yaitu:
1. Resep masuk dibawa oleh perawat dari setiap bangsal.
2. Petugas menerima resep.
3. Petugas menlakukan skrining resep.
Untuk pasien dengan jaminan kesehatan (BPJS), petugas
mencocokan obat dengan daftar obat BPJS. Apabila obat yang
diresepkan tidak sesuai, maka harus dikomunikasikan kepada
dokter untuk kemungkinan pergantian obat. Resep pasien umum
dibuat rangkap 2 berwarna putih dan biru diserahkan oleh
perawat/petugas

bangsal,

sedangkan

untuk

resep

pasien

Jamkesmas, resep nya diserahkan oleh keluarga pasien.Pada


kenyataannya di rawat inap, semua resep baik itu resep umum
maupun resep jaminan, diserahkan ke instalasi farmasi oleh
perawat/petugas bangsal. Hal tersebut dimaksudkan agar sistem
pelayanan lebih terkondisiskan dan tidak bercampur aduk dengan
orang luar (keluarga pasien).
4. Penyiapan obat. Obat disipakan oleh TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian)
5. Verifikasi obat. Verifikasi obat dilakukan oleh petugas lain
yang tidak menyiapkan obat untuk mengecek ulang obat yang
telah disiapkan sebelum sampai kepada pasien.

56

6. Penyerahan obat. Obat untuk pasien umum diserahkan kepada


perawat bangsal dengan tanda tangan pada

lembar

resep

sebagai bukti serah terima. Sedangkan obat untuk pasien BPJS


seharusnya diserahkan kepada keluarga pasien dengan tanda
tangan pada lembar resep sebagai bukti serah terima. Resep
lembar pertama diarsipkan di Instalasi Farmasi , resep kedua
disertakan dengan obat untuk dilampirkan dalam rekam medis.
Tapi pada realisasinya kedua obat baik umum atau BPJS
diserahkan kepada perawat tiap bangsal dengan tujuan
memepermudah distribusi dan meminimalisisr kesalahan
pemberian obat kepada pasien.
Obat-obat yang ada di instalasi farmasi rawat inap
didistribusikan menggunakan sistem individual prescribing dimana
obat yang telah disiapkan diberikan langsung kepada bangsal
tempat

perawatan

pasien.Kelebihan

sisitem

ini

adalah

meminimalisir kesalahan pemberian obat, memberi kesempatan


interaksi profesional apoteker-dokter-perawat-penderita.
Untuk obat dan alkes yang digunakan untuk operasi
didistribusikan melalui paket-paket yang sebelumnya sudah
disiapkan.Untuk permintaan obat-obatan dan peralatan operasi
yang mendadak, petugas operasi melakukan permintaan langsung
kepada Instalasi Farmasi dan dilayani langsung oleh tenaga teknik
kefarmasian.

List

obat-obatan

maupun

alat

yang

dipakai

dicantumkan dengan lembar tindakan operasi. Terdapat pula


peralatan yang harus selalu disiapkan dan dicek setiap harinya dan
disesuaikan dengan list yang tertera yaitu untuk peralatan dan obatobatan untuk operasi umum, obsgin, orthopedi, urologi. Obatobatan yang dipakai dicatat dilembar list persediaan kemudian di
entry bersama dengan tindakan operasi dan obat-obatan yang
digunakan baik itu pada saat operasi maupun pasca operasi.

57

c. Sistem pengelolaan obat dan alkes


Farmasi

rawat

inap

menerapkan

berbagai

metode

penyimpanan obat dan alat kesehatan yaitu berdasarkan bentuk


sediaan, berdasarkan efek farmakologi, berdasarkan FEFO dan
FIFO

serta

berdasarkan

suhu

tempat

penyimpanan

obat

berdasarkan kestabilannya. Untuk obat-obatan yang termasuk


kedalam kategori tertentu seperi obat-obatan golongan narkotikpsikotropik dan high alert dibuat terpisah dengan obat-obat yang
lain. Obat narkotik-psikotropik disimpan dilemari khusus dengan
disertai kartu stok untuk memastikan pengeluaran dan pemasukan
obatnya. Obat narkotik-psikotropik di cek setiap selesai sift
sebelum pergantian sift oleh petugas khusus dengan cara
mencocokan antara jumlah pengeluaran berdasarkan resep yang
tertera pada kartu stok dengan banyak obat yang ada. Kemudian
untuk obat-obat high alert ditempatkan pada rak terpisah dan dibuat
pelabelan khusus yang memungkinkan dilakukan double cek dalam
penyiapannya. Obat dan alkes untuk tindakan operasi juga dikelola
oleh instalasi rawat inap dan ruangan utnuk obat dan alkesnya
dibuat terpisah.

Gambar 4.1 Label High Alert


d. Visite pasien
Kegiatan yang lain yaitu visite kepada pasien secara langsung
yang bertujuan untuk mengevaluasi terapi yang diterima pasien,
efek samping yang mungkin muncul selama proses pengobatan,
kepatuhan penggunaan obat sampai monitoring perkembangan

58

kesehatan pasien. Selanjutnya terapi yang diterima pasien dievaluasi


berdasarkan data yang ada di rekam medik dengan melihat data
subjektif, objektif, kemudian assessment dan plan yang dipilih. Data
subjektif berisi keluhan pasien pada saat masuk rumah sakit, riwayat
penyakit dan riwayat pengobatan pasien. Data objektif berisis
pemeriksaan

tanda

vital,

pemeriksaan

penunjang

seperti

pemeriksaan laboratorium, ginjal, hati, lemak, dan elektrolit.


Assessment dan plan dilihat dari profil terapi pasien untuk
selanjutnya

didiskusikan

dengan

apoteker

penanggungjawab

instalasi farmasi rawat jalan. Hasil kegiatan visite pasien yang telah
dilakukan dapat dilihat pada lampiran.
Kegiatan visite terhadap pasien perlu dilakukan oleh seorang
apoteker terhadap pasien di rumah sakit karena dengan visite
pengobatan

pasien

akan

lebih

maksimal.

Di

RSU

PKU

Muhammadiyah Bantul kegiatan visite terhadap pasien di instalasi


farmasi rawat inap sudah dilakukan, tetapi belum maksimal karena
adanya keterbatasan pada sumber daya manusia
4.3 Management Suport
1. Kegiatan
Mengamati cara penggunaan SIMRS di gudang farmasi, instalasi
farmasi rawat jalan danj instalasi rawat inap
2. Pembahasan
a. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem Informasi Manajemen merupakan sebuah sistem yang
terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi ,
managemen

dan

pengambilan

keputusan

dalam

sebuah

organisasi/perusahaan, sistem ini bisa berupa manusia atau mesin. SIM


dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh
manusia, seperti halnya informasi dalam sebuah perusahaan sangat
penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya. Akibat

59

apabila suatu perusahaan tidak memilik SIM, dalam waktu tertentu


perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber
daya, sehingga akan mengganggu kelangsungan perkembangannya.
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMR) adalah sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan
memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Sistem Informasi
Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung
yang sangat penting bahkan bisa dikatakan mutlak untuk
operasional rumah sakit, sebagaimana dijelaskan dalam UU nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa salah satu prasarana yang
harus ada untuk berdirinya sebuah rumah sakit adalah sistem informasi
manajemen dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
SIM Rumah Sakit adalah
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul sudah
menggunakan SIM yang Terintegrasi dari pendaftaran sampai
keuangan, gudang farmasi, pelayanan rawat inap, dan pelayanan rawat
jalan (poliklinik). Dari SIM yang ada di departemen pelayanan (rawat
jalan dan inap) petugas dapat melihat data pasien, obat-obat dan alat
kesehatan

yang digunakan pasien, serta perhitungan biayanya.

Kemudian untuk SIM yang ada di departemen manajemen obat


(gudang farmasi) petugas dapat melihat data stok obat, data pesanan
dan penerimaan obat dari PBF sampai anfrah ( pesanan) dari rawat
jalan maupun rawat inap kepada gudang farmasi. SIM yang ada di
RSU PKU Muhammadiyah Bantul perlu dilakukan kontrol secara
berkala dari petugas administrator SIM untuk menghindari sistem error
seperti penghargaan obat yang akhir-akhir ini beberapa kali terjadi.
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa PKPA yaitu melihat cara
penggunaan SIM RS baik di departemen pelayanan maupun
manajemen obat.

60

a. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)


Manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu
organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya.demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan.Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul
memiliki SDM 4 orang Apoteker yaitu 1 orang kepala instalasi
farmasi, 1 orang kepala seksi pelayanan merangkap sebagai
apoteker penanggungjawab instalasi farmasi rawat inap, dan 2
orang apoteker penanggungjawab instalasi farmasi rawat jalan .
Selain itu memiliki 20 Asisten Apoteker (AA) yang didistribusikan
ke dalam beberapa bagian yaitu , 2 orang di gudang, 8 orang di
pelayanan farmasi rawat jalan, 8 orang di pelayanan farmasi rawat
inap dan 2 orang di pelayanan farmasi askes. Dilihat jadi jumlah
apoteker yang ada jika dibandingkan dengan kebutuhan pelayanan
kefarmasian yang optimal tentu masih kurang, terutama pada jamjam sibuk. Apalagi untuk pelayanan rawat inap karena hanya ada 1
orang apoteker yag hanya bisa melayani pada saat shift pagi.
Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan SDM
yang ada, RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki program
pengembangan bagi karyawannya. Pengembangan SDM di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul yaitu melalui :
Pengajian
Diadakan

setiap

hari

jumat

di

Masjid

RSU

PKU

Muhammadiyah Bantul yang diikuti oleh seluruh karyawan


Rumah Sakit secara bergantian (terjadwal). Kegiatan pengajian
ini dilakukan sebagai salah satu cara pengembangan SDM
dalam bidang kerohanian.
In house trainingdan Ex house training ( pelatihan dan seminar

61

Training ini bertujuan memberikan pelatihan dan pengetahuan


terkini kepada petugas sehingga dalam menjalankan tugasnya
lebih mudah karena mengetahui perkembangan terbaru
khususnya dalam lingkup kefarmasian.Selain itu training ini
juga dilaksaakan untuk sosialisasi setiap ada program yang
baru.
Outbond (Refreshing)
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaga team work agar tetap
solid dan bisa bekerjasama dengan baik.
4.4 Sterilisasi , Obat Sitostatika dan Pengolahan limbah
4.4.1 Kegiatan
a. Meninjau ruang sterilisasi alat kesehatan yang digunakan di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul
b. Meninjau tempat penampungan limbah domestic dan limbah medis
4.4.2 Pembahasan
a. Sterilisasi.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan alat
maupun bahan dari berbagai macam mikkroorganisme. Suatu bahan
bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun tidak, baik dalam bentuk vegetatip walaupun
bentuknya nonvegetatif. Cara menstrerilkan media paling umum
dilakukan yaitu dengan sterelisasi panas lembab dan kering,
bergantung pada macam macam bahan yang akan disterilkan.
Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan panas kering, kimia,
penyaringan, dana radiasi.
Instalasi

pusat

pelayanan

sterilisasi

merupakan

satu

unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses


pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan
yang dibutuhkan dalam kondisi steril (Depkes RI, 2001).

62

Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sterilisasi yang


digunakan adalah sterilisasi basah yaitu berupa autoklaf dimana cara
kerja dari auotklaf sendiri yaitu dengan cara penguapan. Air yang
ditambahkan pada autoklaf adalah raw water yang bebas kapur.
Autoklaf dipanaskan sampai tanda lampu merah menyala itu
menandakan berarti proses sterilisasi basah sudah selesai ( 2 jam) dan
didiamkan selama kurang lebih 15 menit setelah proses strelisasi
selesai. Sedangkan untuk sistem sterilisai adalah dengan menggunakan
sistem satu arah yaitu pintu yang digunakan untuk masuk barang atau
alat-alat kesehatan yang akan di sterilkan tidak digunakan lagi untuk
mengeluarkan barang yang sudah sterile, tapi menggunakan pintu yang
lain, dan sistem yang diguanakan di RSU PKU Muhammadiyah bantul
sudah sesuai dengan prosedur metode sterilisasi yaitu dengan
menggunakan satu pintu atau satu arah (Depkes RI, 2010).
b. Obat Sitostatika
Sitotastika termasuk ke dalam obat yang beresiko tinggi
dikarenakan mempunyai efek toksik yang tinggi terhadap sel, terutama
pada dalam reproduksi sel sehingga dapat menyebabkan karsinogenik,
mutagenik, dan teratogenik. Oleh karena itu, penggunaan oat sitotasika
membutuhkan penanganan khusus untuk

menjamin keamanan

keeselamatan penderita, perawat, profesional kesehatan, dan orang lain


yang tidak menderita sakit. Tujuan dari penangan bahan sitotastika
adalah untuk menjamin penanganannyayang teapat dan aman di rumah
sakit. Penanganan yang tepat sitotastiak harus diperhatikan :
Tehnik aseptik.
Pemberian dalam biological safety cabinet.
Petugas yang bekerja harus terlindungi.
Jaminan mutu produk.
Dilaksanakan oleh petugas yang terlatih.
Adanya protap.
Adanya standar yang harus dipersiapkan meliputi :

63

Tehnik khusus penanganan sitotastika.


Perlengkapan pelindung ( baju, topi, masker, sarun tangan)
Pelatihan petugas.
Penandaan, pengemasan, tranpotasi.
Penanganan obat stotastiak tumpahan.
Penangan dari limbah stotastika.
Fasilitas pengelolaan obat sitotastika belum dilakukan di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul, hal tersebut dikarenakan biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan fasilitas ini sangat mahal dan juga
kebutuhan akan pasien kanker belum banyak. Selama ini pasien kanker
yang masuk ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul selalu di rujuk ke
RS yang lebih berkompeten dalamk bidang ini.
c. Pengolahan Limbah
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan
inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
sedangkan untuk dampak negatifnya adalah dengan adanya timbul
limbah medis dari maupun non medis yang dapat menimbulkan
penyakit dan pencemaraan yang perlu perhatian khusus.Oleh karena itu
perlunya upaya penyehatan lingkungan dan penanganan limbah di
rumah sakit.Menurut

permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004,

limbah rumah sakit ialah semua limbah yang dihasilkan oleh dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah klinis
adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, vaterinari,
farmasi atau sejenis, pengoabatan, penelitian atau pendidikan yang
menggunakan

bahan

beracun,

infeksius

berbahaya

atau

bisa

membahayakan keculai jika dilakukan dengan pengamanan tertentu.


Pengolahan limbah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul
yaitu dengan menggunakan sistem penampungan sementara, dimana
dalam pelaksanaannyamasih bekerja sama dengan PU untuk limbah

64

non medis dan dengan pihak swasta untuk limbah medis bekerja. RS
juga bekerjasama dengan beberapa puskesmas dan PMI yang berada di
sekitar RS dimana mereka ikut menitipkan limbah ke PKU
Muhammadiyah. Kemudian untuk pengolahan limbah cair RS belum
mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dikarenakan
hambatan biaya dan lahan. Pengolahan limbah cair selama ini masih
,menggunakan sistem sederhana, yaitu limbah cair dari RS ditampung
dalam suatu penampungan, kemudian di tambahkan zat kimia untuk
mengendapkan protein atau zat-zat lain yang dapat, mencemari
lingkungan. Dan selanjutnya air tersebut dialirkan ke sungai.
Pengelolaan Limbah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah
sesuai dengan pengelolaan limbah yang terdapat dalam KepMenkes RI
No.

1204/Menkes/SK/X/2004

Lingkungan Rumah Sakit.

tentang

Persyaratan

Kesehatan

65

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan rumah sakit tipe C yang
telah

terakreditasi,

dengan

status

kepemilikan

Pimpinan

Pusat

Muhammadiyah, memiliki 129 tempat tidur dan terdiri dari 4 tingkat kelas
kamar yaitu kamar kelas I, II, III, dan VIP.
2. Instalasi Farmasi RSU PKU Muhammadiyah

Bantul melakukan

pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian yang meliputi


perencanaan, pengadaan, pembelian, penerimaan dan penyimpanan,
distribusi obat.
3. Sistem penyimpanan obat di Instalasi Farmasi baik rawat inap, rawat jalan
maupun gudang farmasi berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, FIFO dan
FEFO, suhu penyimpanan serta berdasarkan regulasi/Undang-undang
(Narkotika dan psikotropika)
4. Sistem Informasi dan Manajemen (SIM) belum berjalan dengan baik,
sehingga Instalasi Farmasi Rumah Sakit belum bisa

mengawasi secara

keseluruhan persediaan obat dan alat kesehatan di gudang dan unit


pelayanan kefarmasian seperti instalasi farmasi rawat inap dan rawat jalan.
5. Sistem distribusi yang digunakan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
menggunakan individual prescribing baik di rawat inap dan rawat jalan
dan floor stock yang hanya tersedia di setiap bangsal dan itu hanya berisi
obat-obat emergency.
6. Kegiatan pelayanan informasiobat (PIO) dan pusat konsultasi informasi
obat belum berfungsi secara optimal karena belum tersedia secara khusus
ruang konseling dan kekurangan tenagaprofesi Apoteker.

65

66

5.2 Saran
1. Sebaiknya disediakan tempat Pelayanan Informasi Obat dan konseling
secara khusus dan terpisah sehingga apoteker lebih maksimal dalam
memberikan pelayanan kefarmasian, selain itu kegiatan pelayanan farmasi
klinik misalnya visite, konseling dan sebagainya perlu ditingkatkanl agi.
2. Perlu peningkatan pelayanan informasi obat baik terhadap pasien maupun
rekan sejawat demi peningkatan pelayanan pasien safety diantaranya dengan
pelaksanaan dan pengembangan farmasi klinik untuk meningkatkan peran
dan eksistensi Apoteker dalam proses terapi.
3. Perlu dilakukan penambahan jumlah tenaga Apoteker yang lebih berperan
dalam farmasi klinik. Sehingga dapat dilakukan evaluasi penggunaan obat
terhadap pasien khususnya pasien rawat inap dengan cara visite terhadap
pasien secara menyeluruh tidak hanya di bangsal dan pasien tertentu saja.
4. Perlu adanya penataan kembali ruangan Instalasi Farmasi rawat Inap dan
rawat jalan sehingga penyimpanan obat lebih terkendali.
5. Pelayanan terhadap permintaan dari kamar oprasi khususnya set/paket
operasi hendaknya dievaluasi kembali sehingga tidak ada permintaan dari
kamar operasi saat proses operasi berlangsung.
6. Adanya evaluasi terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit RSU PKU Muhammadiyah Bantul secara berkala sehingga
mutu pelayanan akan lebih meningkat menjadi lebih baik

67

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No

983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.


Anonim. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
Anonim. 2009.Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. (2001). Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan
RI nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan
RI nomor 2500/Menkes/SK/XII/2011 tentang Daftar Obat Esensial
Nasional.
Fardhiani, Ade Ria Ayu. 2013. Pengaruh Kondisi Ruangan Penyimpanan Obat

Terhadap Kualitas Kaplet Asam Mefenamat di Puskesmas Kecamatan


Pontianak Kota.

Hassan, W.E. 1986. Hospital Pharmacy. Fifth Ed. Philadelphia: Lea and Febigher.
Hicks, W.E.1994.Practise Standard of ASHP 1994-1995.Bethesda: The American
society of Hospital Pharmacists Inc.
http://www.kars.or.id/komisi_akreditasi_rumah_sakit/ [diaksespadaharikamis, 15
Mei 2014 pukul 12:45].
JICA.2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI bekerjasamadengan Japan International Cooperation Agency.
Maimun, Ali. 2008. Pengobatan Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode
Konsumsi dengan

Analisis ABC dan Reorder point Terhadap Nilai

67

68

Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah


Kaliwungu Kendal.
Mellen, Renie Cuyno. Pudjirahardjo, Widodo. 2013. Faktor Penyebab dan
Kerugian Akibat Stockout dan Stagnant Obat di Unit Logistik RSU Haji
Surabaya.
Menteri Hukum dan HAM RI. 2012. Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun
2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Jakarta
Seto, S., Yunita, N., dan Lily, T. 2008. Manajemen Farmasi Edisi 2 Cetakan
Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.
Siregar, C.J.P. 2004.Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Suciati, Susi. Adisasmito, Wiku B B. 2006. Analisis Perencanaan Obat
Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi.

69

LAMPIRAN 1. Formularium
NO

KELAS TERAPI, NAMA GENERIK

Anti Infeksi

1,1

Antibiotika
5.1.1.

Amoxicillin

NAMA DAGANG

Amoxicillin

5.1.3.
5.1.4.
5.1.5.

PABRIK

Tab, Syr
Inj,Cap,Syr,
Drop

OGB

Kalmoxillin Inj

Inj,Cap,Syr,

Kalbe

Co-Amoxiclav

Kapl, Inj

OGB

Claneksi

Cap, Inj

Sanbe

Clavamox 250mg,500mg,1g
Ampisilin 1 g

Tab/ Inj
Inj

Kalbe
OGB

Vicillin 250 mg, 1 g

Inj

Meiji

Ampicilin+Sulbactam

Bactesyn

Tab

Kalbe

Amikasin

Cinam 1,5 g
Amikasin 250, 500

Inj
Inj

Sanbe
OGB

Mikasin 500

Inj

Kalbe

Amoxsan

5.1.2.

BENTUK

Amox+Asam Klavulanat

Ampicillin

Sanbe

5.1.6.

Asam pipemidat

Urotractin 400 mg

tab/cap

Sanbe

5.1.7.

Azithromycin

Azithromycin

Tab, Syr

OGB

Bynozit
Zycin

Tab
Tab

Sandoz
interbat

Zistic

Tab

Soho

Cefadroxyl 250mg, 500 mg, Syr

Cap, Syr

OGB

Cefat/Forte 500mg, Syr

Cap, Syp

Sanbe

Renasistin

Drop

Fahrenheit

Maxcef 500

Tab

Simex

Opicef

Cap, Syr

Otto

5.1.8.

Cefadroxyl

5.1.9.

Cefalexin

Cefabiotic 500mg

Cap

Berno

5.1.10.

Cefazoline

Cefazoline 1 g

Inj

OGB

Cefazol 1g

Inj

Kalbe

5.1.11.

Cefditoren

Meiact 200mg

Tab

Meiji

5.1.12.

Cefepime

Cefepime

Inj

OGB

Maximer

Inj.

Mersi

Sopime

Inj.

Soho

Cefixime

Tab, Syr

OGB

Cefspan

Cap,Syr,Tab

Kalbe

Cefila

Drop

Lapi

Sporetic 100 mg
Cefoperazone

Tab
Inj

Sanbe
OGB

Bifotik

Inj

Sanbe

Stabixin 1 Gr Inj

Inj

Fahrenheit

5.1.13.

5.1.14.

Cefixime

Cefoperazone

70
5.1.15.

5.1.16.

5.1.17.

Cefoperazone+Sulbactam

Cefotaxime

Cefpirome

Cefoperazone+Sulbactam
Cebactam

Inj.
Inj.

OGB
Lapi

Sulbacef
Cefotaxime 1g

Inj.
Inj.

berno
OGB

Kalfoxim
Simexim

Inj.
Inj

Kalbe
Simex

Cefarin

Inj

Gracia

Cefpirome

Vial

OGB

Morcef 1g

Vial

inmark

5.1.18.

Cefpodoxime proxetil

Banadoz 100 mg, 200 mg

Tab.

Sandoz

5.1.19.

Cefradine
Ceftazidime

Velodine
Ceftazidime

Tab.
Vial

soho
OGB

Biozim

Inj

Otto

Ceftum 1g

Vial

Ferron

Thidim

Vial

Kalbe

Ceftizoxime

Inj

OGB

Cefizox 1g

Inj

Kalbe

Ceftiz

Inj

Novell

Ceftriaxone 1g (10)

Inj

OGB

Broadced 1g

Inj

Kalbe

Starxon 1g

Inj.

interbat

Renxon

Inj

Metiska

Anbacim 1000 mg
Sharox 250, 500

Inj,Infus
Tab., Inj

Sanbe
Fahrenheit

Zinnat 250mg, 500mg

Tab

Glaxo

Ciprofloxacin 500mg , Infus

Tab, Infus

OGB

Baquinor, Baquinor Forte

Tab., Infus

Sanbe

Simflox 500

Kap

Simex

Clarythromycin

Floxid
Bicrolid

Tab
Tab

Promed
Sanbe

Clindamycin

Clindamycin 150mg, 300 mg

Cap

OGB

Climadan 150mg, 300 mg

Cap, Cream

Kalbe

Clinium 150mg, 300 mg

Tab, Cream

Interbat

5.1.20.

5.1.21.

5.1.22.

5.1.23.

5.1.24.

5.1.25.
5.1.26.

Ceftizoxime

Ceftriaxone

Cefuroxime

Ciprofloxacin

5.1.27.

Colistin

Colistine 0,25ug, 1,5 ug

tab

Alpharma

5.1.28.
5.1.29.

Dibekacin sulfat
Doksisiklin

Dibekacin 50 mg, 100 mg


Doksisiklin

Infus
Cap

Meiji
OGB

5.1.30.

Erythromicin

Siclidon
Erythromicin 250, 500 mg, Syr

Cap
Tab , Syr

Sanbe
Sanbe

Erysanbe

Tab Hisap, Syr

Sanbe

Opitrochin

Tab, Syr

Otto

Fosmicine 1g /2 g

Inj.

Meiji

5.1.31.

Fosfomycin

71
5.1.32.

Gentamicin sulfat

Gentamycin
Sagestam 80 mg Inj
Garamisin 20 mg

5.1.33.
5.1.34.

5.1.35.

5.1.36.

5.1.37.

5.1.38.

Imipenem & Cilastatin


Kloramfenikol

Levofloxacin

Linkomisin

Meropenem

Metronidazol

Inj
Inj.,Infus,
Cream
Inj.

OGB
Sanbe
Shering

Imiclast
Kloramfenikol

Novell
Tab

Chlorbiotic

Inj.

OGB
Berno

Chloramex

Inj

Actavis

Ramicort

TT

Nicholas

Levofloxacin

Tab, Infus

OGB

Cravit 500mg, 750 mg

Tab, Infus, Inj

Kalbe

Levoxal

Infus

Sandoz

Cravox
Linkomisin 500mg

Tab
Cap

Lapi
OGB

Licyn 500mg

Cap

Promed

Nolipo 500mg

Cap

Sanbe

Merofen 500 mg, 1 g

Inj.

Kalbe

Meropex

Inj

Berno

Merobat 0.5g, 1g

Inj

Interbat

Metronidazol

Tab,Syr, inf

OGB/ Kalbe

Trogyl

Tab,Syr, Inf

Otto

Velazole

Tab

Novell

5.1.39.

Minocyclin

Nomika

Tab

Ikapharmind

5.1.40.

Moxifloxacin HCl

Avelox

Tab

Bayer

Avelox
Ofloxacin

Infus
Tab

Bayer
OGB

Tazocin

Vial

Wyeth

Uplores
Spiramisin 500mg

Caps
Cap

Sanbe
OGB

Spirasin 500mg

Cap

OGB

Thiamfenikol

Syr

Sanbe

Biothicol 125 mg, 250 mg

Syr

Sanbe

Kaltikol 500 mg

Cap

Kalbe

Vancep
Novelmycin

Inj
inj

Fahrenheit
Novell

Vagizol Ovula

Ovula

KF

Neo Gynoxa

Ovula

Kalbe

Fladystin

Ovula

Dexa

5.1.41.
5.1.42.

Ofloxacin
Piperacillin,kombinasi

5.1.43.
5.1.44.

Roxythromycin
Spiramycin

5.1.45.

Thiamfenikol

5.1.46.

Vancomycin

5.1.46.

Ovula

5.1.46a.
5.1.46b.

Metronidazol (Ovula)
Metronidazol + Nystatin
(Ovula)

72
2

Hipertensi
14.3.1.
14.3.1.1.

ACE Inhibitor
Captopril

Captopril 25 mg , 12,5 mg

Tab

OGB

Tensicap

Tab

Sanbe

14.3.1.2.

Perindropril

Bio Prexum , Plus

Tab

Servier

14.3.1.3.

Ramipril

Hyperil 2.5,5,10
Ramixal 1.25mg, 2,5mg,
5mg,10mg

tab

ferron

Cardace

Sanofi

Noperten 5 mg, 10 mg

Tab
Tab

Interpril 10 mg

Tab

Interbat

Tanapres 5 mg,10 mg

Tab

Tanabe

Propanolol 10 mg (OG),40mg

Tab

OGB

Inderal 10mg

Tab

Zeneca

Bisoprolol

Tab

OGB

Maintate 2.5 mg, 5 mg

Tab

Tanabe

Beta One 2.5 mg, 5 mg

Tab

Kalbe

V - block 6, 25, 12,5 mg, 25mg

Tab

Kalbe

Nifedin 10mg

Tab.

Sanbe

Adalat Oros

Tab

Bayer

Amlodipin 5 mg, 10 mg

Tab

OGB

Norvask 5 mg, 10 mg

Tab.

Pfizer

Divask 5mg, 10 mg

Tab

Kalbe

Amdixal 5 mg, 10 mg

Tab

Sandoz

Ceremax IV 50 ml + PE Tubing

Infus

Kalbe

Nimotop

Tab, Inj

Bayer

Perdipine 10 mg inj

Amp

Astellas

Tensilo

Amp

Fahreinheit

Isoptin SR

Cap

Knoll

Valsartan 80 mg, 160 mg

Tab

Valsartan

Tab.

Irbesartan 150 mg, 300 mg

Tab

OGB
Dexa
Medika
OGB

Irvell 150 mg, 300 mg

Tab.

Novell

14.3.1.4.
14.3.1.5
14.3.2.
14.3.2.1.
14.3.2.2.

14.3.2.3
14.3.3.
14.3.3.1.
14.3.3.2.

14.3.3.3.
14.3.3.4.
14.3.3.5.
14.3.4.
14.3.4.1.

14.3.4.3.

Lisinopril
Imidapril

Tab

Sandoz
Dexa

Beta Blocker
Propanolol
Bisoprolol

Carvedilol
Calsium Antagonis
Nifedipin
Amlodipin

Nimodipin
Nicardipine HCl
Verapamil
Angiotensin II Antagonis
Valsartan

Irbesartan

Irbedox 150 mg, 300 mg

Sandoz

14.3.4.4.

Olmesartan

Olmetec 20 mg, 40mg

Tab

Pfizer

14.3.4.5.

Telmisartan

Micardis 40 mg, 80 mg

Tab

Boehringer

14.3.4.6.

Telmisartan + Amlodipin

Twynsta 40-5,40-10,80-5

Tab

Boehringer

14.3.4.7.

Candesartan

Candersatan 8 mg, 16 MG

Tab

OGB

73

Canderin 8 mg, 16 mg

Dexa
Medika

Losartan
Alfa Blocker

Angioten

Tab
Tab

14.3.5.1.

Prazosin

Prazosin 1 mg

Tab

OGB

14.3.5.2.

Terrazosin

Hytrin 1 mg

Tab

Abbot

Hytroz 1 mg

Tab

Dexa

Clonidine

Tab

OGB

Catapres amp 10 '5

Inj.

Boehringer

14.3.4.8.
14.3.5.

14.3.6.
14.3.6.1.

kalbe

Antihipertensi Lain
Clonidin

14.3.6.2.

Hidralazin

Hidralazin 50

OGB

14.3.6.3.

Methyl dopa

Dopamet

Tab

Actavis

14.3.6.4.

Amlodipin + Perindopril

Coveram 5/5mg, 5/ 10 mg

Tab

Servier

Coveram 10/5mg, 10/10mg

Tab

Servier

74

LAMPIRAN 2. Evaluasi Kesesuaian Resep dengan Formularium


Bulan

Jumlah
Resep

Jumlah Item
Obat

Januari
Februari
Maret

100
100
100

315
277
285

Jumlah
Jumlah
Kesesuaian Ketidaksesuaian
Obat dengan
Obat dengan
Formularium
Formularium
300 (95,2%)
15 (4,8%)
271 (97,8%)
6 (2,2%)
252 (88,4%)
33 (11,6%)

75
Lampiran 3. Evaluasi Analisis Prioritas
Analisi
Analisis ABC

Analisis VEN

Analisis PUT

Kategori
A
B
C
V
E
N
P
U
T

Jumlah
274
143
748
256
780
130
257
779
130

76

LAMPIRAN 4. EVALUASI DISTRIBUTOR

PERINGKAT KETEPATAN WAKTU

DISTRIBUTOR

PROSENTASE

APL

100

AMS

100

PPG

100

AAM

99,54

ENS

67,39

PERINGKAT KETERSEDIAAN BARANG

DISTRIBUTOR

PROSENTASE

AAM

90.7

ENS

86,3

APL

85,9

AMS

84,0

PPG

74,6

PERINGKAT KESESUAIAN

DISTRIBUTOR

PROSENTASE

AAM

90,3

ENS

86,3

APL

85,7

AMS

84,0

PPG

74,6

No

PBF

jumlah hari

Jumlah
SP

jumlah item obat

ENSEVAL

12

29

321

APL

11

26

184

AAM

24

215

AMS

23

39

221

PPG

63

Jumlah pesanan selama bulan februari,

77

Lampiran 5. SOP Pengenceran Formalin dan Pehidrol


Pengertian : SPO Pembuatan Formalin 3%
Tujuan

: Untuk membuat Larutan Formalin 3% secara aseptis

Kebijakan

: Obat harus dibuat secara aseptis

Prosedur

1. Bersihkan meja kerja dengan lap hingga kering


2. Cuci tangan pakai sabun sebelum melakukan pencampuran
3. Pakailah sarung tangan karet satu rangkap
4. Lakukan perhitungan sesuai dengan permintaan dengan menggunakan rumus pengenceran
yaitu V1 x N1 =V2 x N2
5. Siapkan Formalin 37%, aqua destilata, gelas ukur, pipet, botol kemasan
6. Ambil Formalin yang dibutuhkan yaitu 8ml dengan pipet ke dalam gelas ukur (A)
7. Tambahkan aqua destillata hingga volume 100ml ke dalam gelas ukur (B)
8. Masukkan (A) dan (B) ke dalam botol kemasan
9. Tutup botol kemasan kemudian kocok hingga homogen
10. Beri label, dan pipet
11. Formalin yang telah diencerkan siap digunakan

Pengertian : SPO Pembuatan Formalin 5%


Tujuan

: Untuk membuat Larutan Formalin 5% secara aseptis

Kebijakan

: Obat harus dibuat secara aseptis

Prosedur

1. Bersihkan meja kerja dengan lap hingga kering


2. Cuci tangan pakai sabun sebelum melakukan pencampuran
3. Pakailah sarung tangan karet satu rangkap
4. Lakukan perhitungan sesuai dengan permintaan dengan menggunakan rumus pengenceran
yaitu V1 x N1 =V2 x N2
5. Siapkan Formalin 37%, aqua destilata, gelas ukur, pipet, botol kemasan
6. Ambil Formalin yang dibutuhkan yaitu 14ml dengan pipet ke dalam gelas ukur (A)
7. Tambahkan aqua destillata hingga volume 100ml ke dalam gelas ukur (B)
8. Masukkan (A) dan (B) ke dalam botol kemasan

78
9. Tutup botol kemasan kemudian kocok hingga homogen
10. Beri label, dan pipet
11. Formalin yang telah diencerkan siap digunakan
Pengertian : SPO Penanganan Perhidrol
Tujuan
: Untuk membuat larutan perhidrol encer sesuai persentasi dari perhidrol pekat
Kebijakan : Obat harus dibuat dan dilakukan di ruangan yang bersih dan ditangani minimal oleh
Tenaga Tekhnis Kefarmasian
Prosedur :
1. Bersihkan meja kerja dengan lap hingga kering
2. Cuci tangan sebelum melakukan pencampuran
3. Pakailah sarung tangan karet satu rangkap
4. Lakukan perhitungan sesuai dengan permintaan
5. Siapkan botol perhidrol pekat 30%, aqua destilata, gelas ukur, pipet, botol kemasan
6. Ambil sejumlah perhidrol yang dibutuhkan dengan pipet ke dalam gelas ukur (A)
7. Masukkan (A) kedalam botol kemasan
8. Masukkan aqua destillata sesuai dengan kebutuhan ke dalam gelas ukur (B)
9. Masukkan (B) kedalam botol kemasan
10. Tutup botol kemasan kemudian kocok hingga homogen
11. Beri etiket, label, dan pipet
12. Perhidrol yang telah diencerkan siap digunakan dan hanya boleh digunakan selama satu minggu

79

Lampiran 6. Data stabilitas


No

Golongan

Antibiotik:
1 Aminoglikosida

Antibiotik:
2 Carbapenem

Antibiotik;
Sefalosporin generasi
3 II
Antibiotik :
Sefalosporin generasi
4 III

Nama Obat

Pelarut
Sesuai

Amikasin

D5W, NS
dan RL

Gentamisin

D5W, NS

Tobramisin

D5W,NS

Imipenem dan
Silstatin

Pelarut
original

Konsentrasi
dalam pelarut

0,25-5 mg/ml
40 mg/ml dalam
50-200 ml
dalam 50-100 ml
D5W,NS

5mg/ml

Meropenem

SWFI, NS,
D5W

500 mg/10 ml; 1


g/20 ml

Sefuroksim

SWFI; D5W
NS; D5w

Sefotaksim
Seftriakson

NS; D5W
NS: D5W

750 mg/50 ml
1g/50ml 1040mg/ml;
100mg/ml

Seftriakson

NS ; D5W

10-40 mg/ml ;
100 mg/ml

Stabilitas setelah
pencampuran
24 jam dalam suhu
ruangan; 2 hari dalam
lemari pendingin
24 jam dalam suhu
ruangan
24 jam dalam suhu
ruangan
4 jam dalam suhu
ruangan; 24 jam dalam
lemari pendingin
SWFI : 2 jam dalam
suhu ruangan; 12 jam
dalam lemari pendingin
NS: 2 jam dalam suhu
kamar, 18 jam dalam
lemari pendingin
D5W: 1 jam dalam suhu
kamar, 8 jam dalam
lemari pendingin
24 jam dalam suhu
kamar; 48 jam dalam
lemari pendingin
12-24 jam dalam suhu
kamar dan 7-10 hari
dalam lemari pendingin
stabil2 hari salam suhu
kamar 25 C dan 10 hari
dalam lemari pendingin

Penyimpanan
Suhu kamar;
lemari
pendingin
Suhu kamar
suhu kamar
dalam lemari
pendingin;
BUKAN
FREEZER

dalam lemari
pendingin;
BUKAN
FREEZER
suhu kamar;
lemari
pendingin
Suhu kamar ;
lemari
pendingin
Suhu kamar ;
lemari
pendingin

80

Antibiotik;
Sefalosporin generasi
5 IV

6 Anbiotik; Kuinolon

7 Anbiotik; Penicilin
Anbiotik ; golongan
8 lain-lain

9
10

Seftizoksim

NS ; D5W

1g/50ml

Seftazidim

SWFI ; NS

100mg/ml

Sefepime

40 mg/ml

Sefpirom

NS ; D5W
SWFI; NS
(NaCL 0,9%)
D5W

5C
24 jam pada suhu kamar
; 96 jam pada lemari
pendingin
12 jam dalam suhu
ruangan; 3 hari dalam
lemari pendigin
24 jam dalam suhu
ruangan; 7 hari dalam
dalam lemari pendingin

1-2/10-20ml

24 jam dalam suhu


ruangan 25-30 C

Levofloksasin

Larutan
original

Fosfomisin

NS (NaCl
0,9%) ; D5W
SWFI; NS
(NaCL 0,9%)
D5W

Tecoplanin

SWFI;

Ampisilin

chloramfenikol
Heparin Sodium

Aqua Pro
Injeksi

5 mg/ml

30 mg/ml

1g/ml
400 mg/3ml

72 jam dalam suhu


ruangan; 14 hari dalam
lemari pendingin
8 jam dalam NS (NaCl
0,9%) dalam suhu kamar
25 C, 2 hari dalam suhu
4 C; <1 jam dalam D5W
24 jam dalam suhu
ruangan 25-30 C
24 jam dalam suhu
ruangan 25 C

Suhu kamar;
lemari
pendingin
Suhu kamar ;
lemari
pendingin
Suhu kamar;
lemari
pendingin

suhu kamar
Hindari cahaya
langsung; dalam
suhu kamar;
dalam leari
pendngin
Suhu kamar ;
lemari
pendingin

Suhu ruangan
suhu ruangan
sejuk,
terlindungi oleh
cahaya dengan
suhu 15-25 C
15-25 C

81

cefoperzone

11

Aztreonam

12

Leuprolid Asetat

Pantoprazol
13

Omeprazol

14

Lansoprazol

Dextrose
5%atau water
for
injeksi
untuk
intravena di
dilusi
menjadi 20
ml
dengan
cairan yang
sama
diberikan 1560
menit,
water
for
injeksi
di
dilusi dengan
lidocain HCl
2%
water for
injeksi add
10 ml

NACl 0,9%,
dextrose
5/10%

kurang dari 25
C
kurang dari 25
C
kurang dari 25
C dan tidak
dibekukan serta
terlindung dari
sinar matahari

15-25 C
kurang dari 30
derajat C
kurang dari 25
derajat C

82

15

Triamcinolon
Ketamin

16

Ciproploxacin

17

Metronidazol

15-25 derajat C
15-25 derajat C
kurang dari 25
derajat Celcius
kurang dari 30
derajat celcius

83
Lampiran 7. Evaluasi anfrag
FORM PERMINTAAN OBAT / ALKES INSTALASI FARMASI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL MARET 2014

Tanggal
29 Maret 2014
25 maret 2014
24 maret 2014
22 maret 2014
21 maret 2014
20 maret 2014
19 maret 2014
18 maret 2014
17 maret 2014
15 maret 2014
14 maret 2014
13 maret 2014
12 maret 2014
11 maret 2014
10 maret 2014
9 maret 2014
7 maret 2014
6 maret 2014
5 maret 2014
4 maret 2014
3 maret 2014
2 maret 2014
1 maret 2014

Jumlah Item Yang Di Penuhi Yang tidak dipenuhi


105
93
12
79
58
21
154
126
28
142
124
18
37
32
5
191
161
30
25
20
5
279
207
72
173
134
39
64
58
6
287
243
44
272
198
74
74
66
8
366
303
63
38
38
0
299
222
77
58
50
8
17
11
6
24
21
3
350
276
74
74
64
10
163
135
28
81
58
23

84
LAMPIRAN 8. PENGELOMPOKKAN OBAT

Antibiotik, jamur, virus, parasit


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44

Nama obat
Amoxan 250
Amoxicillin 500
Ampicillin
Azitromycin 500
Acyclovir
Albendazole 400
Akilen
Bactesyn 375
Baquinor
Biatron
Bicrolid 500
Biothicol
Chloracef
Cefat 250 mg, 500 mg
Cefspan
Cholistin
Clanexi 625
Co. Amox 625
Clavamox 625
Cotrimox
Combantrin 250
Clindamycin
Ciprofloxacin
Climadan
Cravit
Cefixime
Doxycicllin 100
Erysanbe
Ethambutol 500
Erythromycin
FG Troches
Formyco
Fixiphar
Fluconaz
Govazol
Indanox
Itraconaz
Ketoconazole
Lefos
Lyncomicin
Lizor
Levofloxacin
Methisoprinol

Aturan pakai
dc
dc
ac/pc
pc
pc
pc
ac
pc
pc
pc
pc
Ac
pc
pc
pc
Pc
Pc
pc/dc
pc/dc
pc
pc
pc+air
pc
pc+air
pc
pc
pc
ac
pc
ac
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc

Keterangan

85
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Metronidazole
Mezatrin 250
Nucef 100
Nolepo 500
Ofloxacin 400
Osmycin
Pirazinamid 500
Pharflox 400
Pyrantel P 125
Petrazole
Rimcure paed
Rifampicin
Rimectazid paed
Supramox
Sanprima F
Sharox
Spyramicin 500
Sedaoven 500
Siclidon
Trichodazol
Thiamphenicol
Sitro
Vioaulin
Velodin
Valvir
Zibramax
Zemyc 150

Nama Obat
Cobazym
Dulcolax
New Diatab
Diagit
Lodia
Rillus
Smecta
Sequest
Ursolic

pc
pc
pc
ac
ac
pc
ac
pc
pc
ac/pc
ac
ac
pc
dc
dc
pc
pc
ac
dc
ac
ac
ac
pc
pc
pc
pc

Aturan Pakai
ac
ac
pc
Pc
pc
pc
pc
pc
dc

Keterangan

86
Obat Saluran Cerna
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Nama obat
Antacida
Acitral
Anvomer 40
Acran 150
Becantex
Budenofalk
Cimetidine
Dimenhydrinate
Cedantron
Dramasin
Ethiferan
Domperidone
Fucoidan 100
Farmacrol F
Guarpocid 5
Inhipump 20
Lancid 30
Lapraz 30
Lansoprazol 30
Mucosta
Magard FA
Nucral sachet 1 g
Nexium 20, 40
Narfoz
Nucral 500
Ondansetron 4 mg, 8mg
Omeprazole 20
Primperan 10
Pantozol
Pumpitor
Prosogan FD 30
Ranitidin 150
Rantin
Salofalk 250
Sanmetidine 200
Sulfasalaz
Vosedon 10
Vometa FT

Aturan pakai
ac
ac
ac
ac/pc
ac/pc
ac
dc
ac
pc
ac/pc
ac
ac
ac/pc
ac
ac
ac/pc
ac
ac
ac
ac
ac
ac
pc
ac/pc
ac
pc
ac
ac
ac
ac/pc
ac
ac/pc
ac/pc
ac
dc
dc
ac
ac

Keterangan

87
Diabetes Melitus
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nama obat
Deculin 15, 30
Eclid 50, 100
Forbetes 500, 800
Galvus
Glimepirid
Glumin XR
Glucodex
Gliquidon
Glucobay
Glibenclamid
Glamarol
Onglyza
Trajenta
Inlacin
Metformin 500, 850

Aturan pakai

Keterangan

Aturan pakai

Keterangan

pc
dc
dc
pc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
pc
pc
pc
dc

Obat Hipertensi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Nama obat
Aspar K
Angioten
Allupunirol
Asam Tranex
Aspilet
Amlodipine
Blopers plus
Brilinta
Bisoprolol
Cardisan 5, 10
Cedocart 5, 10
Canderin 8, 16
Candesartan
Carpiaton
Cordila 5 R
CPG 25 mg
Clopidogrel
Carpiaton
Cilastazol
Candesartan 8
Captopril 12,5
Disolf
Dorner
Digoxin
Diltiazem
Divask 5, 10
Dopamet

pc
pc
pc
pc
pc
pc
pc
ac/pc
ac/pc
pc
ac
ac/pc
dc
pc
pc
pc
ac/pc
dc
pc
ac/pc
ac
ac
pc
dc
pc
ac/pc
dc

88
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

Exforge
Euthyrax
Farmoten
Farmasal
Furosemid
Fargoxin
Fasorbid
Farsix
Herbesser
Heptamyl
Hypril
HCT 25
Hytrin
Interpril
Irbesartan
Irhensa
Irvask
ISDN 5
Kalitake
Lisinopril
Losartan
Lasix
Lisinopril 5
Miozidan
Naletal
Neo mercazol
Nefedipine
PTN
Plyfarol
Proxime
Propanolol
Plasminex
Puricema
Pradaxa
Lenapar
Simarc
Spironolact 25, 100
Spirola
Stobled
Tiaryt
Twinsta
v-bloc
X arelso

dc
pc
ac/pc
dc
pc
dc
ac
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
dc
ac
pc
pc
pc
pc
pc
pc
dc
pc
pc
pc
dc
ac
ac
pc
ac/pc
pc
ac
dc
dc
ac/pc
ac/pc
pc
dc
pc

89
LAMPIRAN 9. TELAAH RESEP BULAN APRIL 2014

Tgl
11-042014

12-042014

14-042014

15-042014

16-042014

Nama pasien
Ny.Kustianingsih

Dokter jaga
dr. Junaidy

Wawan

dr. Zulfan

Rahmadani F
19 kg

dr. junaidy

Ny. syafitri

dr. Susi

An Arshita
13 kg

dr.Sasmito

Surawan

dr.Marjoto

Ny.Al Resti

dr.Ana

Muh Rifai
Ny.Ngatijem

dr.Ari eko
dr.Ana

Ny.Suratmi

dr.Yuli

Chalwa
9 kg
Liska R
21 kg
Bp. Suradi

dr.Susi

Irpan agus
15 kg
Mahduri Islah

dr.Susi

Ny. Perento

Dr. Sumardi

dr.Susi
dr.Susi

dr.Kunt
dr.Dwi rini

Permasalahan
Mendapatkan
levofloxacin X
(2x1)

DRP

Penyelesaian
Setelah
Low dose dikonsultasikan
diganti X tab (1x1
tablet
Levofloxacin
High dose Setelah
(2x1)
dikonsultasikan 1x1
untuk 5 hari
Cefadroxil syr Pengobat Setelah
(2x1 cth)
an tidak dikonsultasikan
sesuai
diganti
dengan
sediaan
cefadroxil F syr (2x1
cth
Fixiphar 200 (6)
Fixiphar 200 (6) 2x1
2x1
Becantex (10) 3x1
Becantex (10)
263.500
3x1
263.500
Dapat
Diganti Cefadroxyl F
cefadroxyl syrup
syrup
2x1
2x1
Dapat
Pakai thiamphenicol
cefadroxyl
3x1
padahal alergi
cefadroxyl
Dapat salep tapi
Diberi lanakeloid
tidak diresepkan
Sanmol V 4x1
Sanmol X 3x1
Dapat miniaspi
Setelah dikonsulkan1
di resep 2 kali
di coret
Pasien dapat
Diganti sucralfat
antasida,
mengeluh
sembelit 10 hari
tidak BAB
Dapat sanmol
Under
Diganti 3 dd 3/4 cth
syr 3 dd 1/2 cth doses
Vasedon 3 dd
Over
Dirubah jadi 3 dd cth
cth 2
doses
1/2
Fixiphar 200 no
223.800
VI 2 dd 1
Sanmol syrup 3
Under
3 dd cth
dd cth 1
doses
Sama-sama
Over
Dipilih salah satu
memberi
doses
cefadroxyl
Pasien dapat
Setelah dikonsulkan

90

17-042014

Yosie

dr.Ana

An.Zaka

dr.Rizka

Bp. Sutrisno

Dr. Susi

22-042014

Ny paniyem

Dr. Ana

23-042014

Arista L

Dr .indra

Ny. Ret K

Dr.sumardi

Dimas Ardi 36kg

Dr.Tri /farida

Dyah ayu A 17 th

Dr. dananto

24-0414

entromicin 250
mg padahal
pasien alergi
eritromicin.
Tulisan tidak
terbaca

Puyeran tidak
ditulis aturan
pakai nya
Ada tindakan
injeksi tidak
diresepkan
Pasien
hipertensi
190/100 belum
mendapatkan
terapi obat R/
meloxicam,
mecobalamin,
phenitoin
Trileptan 300
mg LX (2x1)
Ikaphen 100 mg
LX ( s 0 0 1)
Levofloxacin 0,5
XX
INH syr II
Hepamerz XXX
Biasanya pasien
mendapatkan
rimactane kali
ini tidak
diresepkan
Sanmol (4x2
cth)
Inpepsa syr (2x1
cth)
Px
mendapatkan
amoxcicilin 500
mg, sblm tgl
22/04/2014
mendapatkan
co-amoxciclav
dr dr.THT

diganti clindamicin
300mg 2x 1

Setelah di
konsultasikan
ternyata pasien
dapat mecobalamin
Setelah di
konsultasikn aturan
pakai 3x1
Setelah di
informasikan inj
keterolac inj
Setelah dikonsulkan
ditambahkan
amlodipin

Low dose

ADR

Low dose

Setelah
dikonsultasikan
trileptal 300 LX (2x1)
Ikaphen 100mg LX
(2x1)
Setelah
dikonsultasikan
rimactane syr di stop
karena pasien
menderita hepatitis
akibat efek samping

Setelah
dikonsultasikan
sanmol 4x15ml
inpepsa 2x15ml
Setelah
dikonsultasikan
amoxicilinya tidak
diberikan

91
TELAAH RESEP BULAN MEI 2014

Tgl
7-052014

Nama
pasien
An. Yaffi
ramadhan
(7,2 kg)

Bp. Dwi S
8-052014

12-052014

An. Ahmad
saifan
An. Desinta
agtri (16
kg)
An. Danial

Dokter
jaga
dr. Gusti

dr.
Barkah
dr. Siti
maryam
dr. Siti
maryam

Ny.
Murjiyem
An. Khansa
(10kg)

Permasalahan

DRP

Penyelesaian

Mendapatkan
sanmol 250 mg
4x3/4 cth
Mendapatkan trilac
1/15 tab
Mendapatkan
digezym 3x2 tab
Mendapatkan
vometa drop 3x1 cc
Mendapatkan
cefixime syr 2x1
cth
Mendapat norages
60 mg 2x2 cth

High
dose
Low
dose
High
dose
High
dose
High
dose

Setelah dikonsulkan diganti


menjadi sanmol 120 mg 4x3/4
cth
Setelah dikonsulkan diganti
menjadi trilac 1/5
Setelah dikonsulkan diganti
menjadi 3x1 tab
Setelah dikonsulkan diganti
menjadi 3x0,5 ml
Setelah dikonsulkan diganti
menjadi 2x3/4 cth

Mendapat indanox
500 mg 3x1
Mendapat trifed 1/5
mg

High
dose
Low
dose

Setelah dikonsulkan diganti


menjadi norages 120mg 2x1/2
cth
Setelah dikonsulkan diganti
menjadi indanox 300 mg 3x1
Setalah dikonsulkan diganti
menjadi trifed 1/5 tab

Ny.Meila
A(13 th)

dr. alan

Mendapat
Meloxicam 7,5mg
3x1

High
dose

Setelah dikonsulkan diganti


menjadi 2x1

17-052014

Ny. Maya

dr.
bachtiar

Mendapat dulcolac

Salah
obat

Setelah dikonsulkan diganti


salep hemocain

19-052014
23-052014

Ny.
Rusmiatun
An. Nabila

dr.
Zainul
dr.
Zamroni

Mendapat sanprima
syr 3x1 cth
Mendapat ikaphen
7,5 mg

High
dose
Low
dose

Setelah dikonsulkan diganti


menjadi 2x1 cth
Setelah dikonsilkan
digantimenjadi ikaphen 75 mg

92
LAMPIRAN 10. INTERAKSI OBAT

Interaksi obat-obat Diabetes Mellitus


1. Glikenklamid 10,5 mg/hari atau Metformin 1,7 g/hari
+
Captopril

Meningkatkan gula darah setelah adisi captopril


2.

Glibenklamid
+
Enalapril

Hipoglikemi, gula darah meningkat


Solusi : Dosis glibenklamid diturunkan dari 5 mg/hari menjadi 2,5 mg/hari
3.

Acarbose
+
Digoxin

Jumlah digoxin dalam plasma dapat mempengaruhi reduksi acarbose


Solusi : Monitoring disarankan pasien cek fungsi hati
4.

Pioglitazone
+
Sucralfate

Aman dengan jarak konsumsi sucralfate 45 menit sebelum

93
5. Metformin
+
Sulfonilurea

Hipoglikemi
6.

Antidiabetics
+
Glucocorticoids

Penurunan glukosa darah yang bertentangan


7. Glibenklamid
+
Captopril

Hipoglikemi
8.

Antidiabetics
+
Phenytoin

Terapi dengan dosis normal tidak menimbulkan efek

94
Interaksi obat Hipertensi
No
1

Obat
Klonidin + ACE inhibitor

ACE inhibitors + Allopurinol

Interaksi
Potensi efek hipotensif
apabila kombinasi ini
digunakan
Meningkatkan
resiko
penurunan jumlah sel
darah putih dan reaksi
hipertensif, terutama pada
gangguan ginjal.

Penyelesainnya
Digunakan secara terpisah
agar supaya tidak terjadi efek
hipotensif.
Sehingga
pemberiannya
harus dikasih jeda waktu
jngan bersamaan.

.
Interaksi Obat Hormon
-

Avodart (Dutasteride)
Dutasteride+Tryptophan = Jika dipakai bersamaan maka akan menimbulkan sindrom serotonin,
maka tidak boleh digunakan bersamaan.
Dutasteride+Venlafaxine = Jika dipakai bersamaan maka akan menimbulkan sindrom serotonin,
maka tidak boleh digunakan bersamaan.

Angeliq (Diospirenone + Estradiol)


Angeliq + Carbamazepin, Rifampicin, Barbiturat, Griseofulvin = Meningkatkan clearence hormon
kelamin dan mengurangi khasiat angeliq yang menyebabkan pendarahan tidak beraturan.

Esthero (Conjugated estrogen)


Conjugated estrogen+Antimikroba = Dengan golongan macrolide bisa membunuh flora normal,
padahal flora normal ikut berperan dalam metabolisme kontrasepsi. Rifampicin, barbiturat, dan
fenitoin dapat meningkatkan metabolisme estrogen. Tetrasiklin dan ampisilin dapat mengurangi
daur ulang enterohepatiknya

Invitec (Misoprostol)
Misoprostol + Antasida dosis tinggi = Bioavabilitas Misoprostol akan menurun jika
dikombinasikan dengan antasida dosis tinggi.
Lutenyl (Nomogestrol acetat)
Nomogestrol acetat + Antikonfulsan = Menurunkan efek progestin dengan induksi enzimatik

Lynoral (Ethilestradiol)
Lynoral + Penisilin / tetrasiklin = Dapat menurunkan konsentrasi etinilestradiol.
Interaksi dapat timbul dengan obat yang mempengaruhi enzim mikrosom, yang mungkin dapat
mempengaruhi peningkatan klirens dari hormon reproduksi.

Mictonorm (Propiverine HCL)


Propiverine HCL + Tricyclic antidepressants, Beta adrenoceptor agonists = Dapat menurunkan
efek kedua obat dengan obat kolinergic.
Propiverine HCL + INH = Dapat menurunkan tekanan darah
Microgynon (Levonogestrel + Ethylestradiol)

95
-

Microgynon + Penisilin / tetrasiklin = Dapat menurunkan konsentrasi etinilestradiol

Norelut (Norethisterone)
Jangan gunakan Primolut N bersamaan dengan obat yang mengandung zat aktif carbamazepine,
primidone, barbiturat, fenitoin, rifamfisin, griseofulvin, oxcarbazepine, dan rifabutin.

- Prothyra
- Primolut N (Norethisterone)
Jangan gunakan Primolut N bersamaan dengan obat yang mengandung zat aktif carbamazepine,
primidone, barbiturat, fenitoin, rifamfisin, griseofulvin, oxcarbazepine, dan rifabutin.
-

Urotractin (Pipemidic acid)


Urotractin + Obat yang terikat dengan protein, antasida, nitrofurantoin = Gangguan
gastrointestinal (saluran cerna), susunan saraf pusat, kulit. Lemah otot, mialgia, hipertensi
intrakranial

Utrogestan (Micronised progesterone)


Micronised progesterone + Rifampicin dan antibiotik lain. Metabolisme terganggu oleh
ketokonazole. Ketokonazole mungkin meningkatkan bioavabilitas progesteron.

Ulsidat
Ulsidat + Tetracyclin = Akan menghambat absorbsi tetracyclin.

Urinter (Pipemidic acid)


Urinter + Obat yang terikat dengan protein, antasida, nitrofurantoin = Gangguan
gastrointestinal (saluran cerna), susunan saraf pusat, kulit. Lemah otot, mialgia, hipertensi
intrakranial

Vesicare (Solifenacin succinate)

Venosmil (Hidrosmin)
Tidak ada interaksi dengan makanan dan obat-obatan lain. Sebaiknya tidak dikonsumsi dengan
obat-obatan lain

96

TUGAS DI RAWAT JALAN


INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIKA
No

Interaksi

Eritromisin + teofilin

Acyclovir + Antagonis
Receptor H2
Acyclovir +
Theophylline

Efek yang ditimbulkan dari interaksi


tersebut
Efek obat asma dapat meningkat. Obat asma
digunakan untuk membuka jalan udara di
paru-paru dan untuk mempermudah
pernapasan penderita asma, sehingga terjadi
efek samping merugikan karena terlalu
banyak obat asma.
Waspada untuk peningkatan efek samping
teofilin (mual, sakit kepala, tremor)
Sudah ada bukti terdahulu bahwa Aciclovir
dapat mengurangi atau menurunkan sekitar
30 % Klirens dari teofilin (dan mungkin
aminofilin).
Waspada untuk peningkatan efek samping
teofilin (mual, sakit kepala, tremor)
Ranitidin dan Famotidin dapat menurunkan
bioavailabilitas dari cefodoxime proxetil.
Ranitidin (dengan garam bikarbonat)
mengurangi bioavailabilitas dari Cefuroxim
acetil.

Cephalosporins + H2receptor antagonists

Aminoglikosida
Meningkatkan risiko nephrotoxicity
(amikasin, gentamisin,
Kanamisin, Neomisin,
Streptomisin,
tobramisin) +
Cephalosporin
(cefamandol, cefazolin,
cefocinid, cefoperazone,
cefotaxime, ceftazidime,
ceftrizoxime, cepalothin,
cefradine)
Aminoglikosida+Digoxin Menurunkan kadar atau konsentrasi digoxin

Aminoglikosida
(amikasin, gentamisin,

Meningkatkan resiko gangguan pendengaran

Penyelesaian

Sumber

Monitoring
efek samping
dari interaksi
tersebut

Stockleys

Monitoring
efek samping
Monitoring
efek samping

Stockleys

Mengkonsumsi
antibiotic
Cefalosporin
sebaiknya 2
jam sebelum
mengkonsumsi
obat antagonis
reseptor H2 (
ranitidine dan
famotidin)
Monitoring
konsentrasi
aminoglikosida
dan fungsi
ginjal

Stockleys

Monitoring
konsentrasi
digoxin, dan
menaikkan
dosis digoxin
jika perlu.
Monitoring
kadar

Med Facts

Stockleys

Med Facts

Med Facts

97

10

Kanamisin, Neomisin,
Streptomisin,
tobramisin) + Diuretic
kuat (bumetonid,
furosemid, ethacrynic
acid, torsemide)
Aminoglikosida
(amikasin, gentamisin,
Kanamisin, Neomisin,
Streptomisin,
tobramisin) + NSAIDs
(diklofenak, etodolac,
fenoprofen, flubiprofen,
ibu profen,
indomethacin,
ketoprofen, ketorolac,
meclofenamat, asam
mefenamat,
nabumetone, naproxen,
oxaprozin, piroxicam,
sulindac, tolmetin)
Aminoglikosida
(amikasin, gentamisin,
Kanamisin, Neomisin,
Streptomisin,
tobramisin) + Penicillins
[ampicillin, I
methicillin, mezlocillin, a
nafcillin, oxacillin, a
penicillin G, piperacillin,
l
ticarcillin]
Erythromycin + MTP

aminoglikosida,
dan jika
memungkinkan
diganti dengan
antibiotic lain
Meningkatkan konsentrasi aminoglikosida
pada janin

Menurunkan
Med Facts
dosis
aminoglikosida,
dan
memonitoring
konsentrasi
aminoglikosida
dan fungsi
ginjal

Mengurangi efek aminoglikosida

Tidak boleh
menggunakan
obat secara
bersamaan,
tetapi harus
ada jeda waktu
selama 2 jam

Med Facts

Meningkatkan efek MTP

Menurunkan
dosis MTP jika
perlu
Gunakan
antibiotic
quinolones lain
(seperti
ciprofloxacin,
levofloxacin)
Gunakan
antibiotic lain
yaitu
azithromycin,
dirithromycin
HIndari
kombinasi obat
tersebut

Med Facts

11

Erythromycin +
Quinolones
[gatifloxacin, I
moxifloxacin,
sparfloxacin]

Meningkatkan resiko aritmia pada jantung

12

Erythromycin +
Rifamycins
[rifabutin, rifampin]

Menurunkan efek obat eritromysin dan


meningkatkan efek obat rifampicin

13

Penicillins (Amoxicillin,
Ampicillin,
Bacampicillin,
Carbenicillin, Cloxacillin,
Dicloxacillin, Methicillin,

Menurunkan efek dari penisilin

Med Facts

Med Facts

Med Facts

98

Meningkatkan efek dari warfarin

Menurunkan
dosis warfarin
jika perlu

Med Facts

15

Mezlocillin, Penicillin G,
Penicillin V,
Piperacillin, Ticarcillin) +
Tetracyclines
[demeclocycline,
doxycycline,
minocycline,
oxytetracycline,
tetracycline]
Penicillins (Amoxicillin,
Ampicillin,
Bacampicillin,
Carbenicillin, Cloxacillin,
Dicloxacillin, Methicillin,
Mezlocillin, Penicillin G,
Penicillin V,
Piperacillin, Ticarcillin) +
Warfarin
Ampicillin + Allopurinol

Meningkatkan terjadinya ruam kulit

Med Facts

16

Ampicillin + Atenolol

Menurunkan efek atenolol

Menurunkan
dosis
allopurinol
atau
menggunakan
antibiotic
lainnya
Gunakan jeda
waktu minum
obat,
monitoring TD,
dan tingkatkan
dosis atenolol
jika perlu

17

Quinolones
(Ciprofloxacin,
Gatifloxacin,
Gemifloxacin,
Levofloxacin,
Lomefloxacin,
Moxifloxacin, Nalidixic
Acid, Norfloxacin,
Ofloxacin, Sparfloxacin,
Trovafloxacin) +
Phosphate
Binders/Antacids
[aluminum hydroxide, o
aluminum-magnesium
hydroxide, calcium
acetate,
calcium carbonate,
magnesium hydroxide]

Menurunkan penyerapan Quinolon di GI

Gunakan jeda
waktu dalam
minum obat
sekitar 2 jam

Med Facts

14

Med Facts

99
18

Ciprofloxacin +
Theophylline

Meningkatkan kadar teophylline

19

Tetracyclines
(Demeclocycline,
Doxycycline,
Methacycline,
Minocycline,
Oxytetracycline,
Tetracycline) +
Phosphate
Binders/Antacids
(aluminum carbonate, o
aluminum hydroxide,
calcium acetate, calcium
carbonate, calcium
citrate,
calcium glubionate,
calcium
gluconate, calcium
lactate,
tricalcium phosphate,
magaldrate, magnesium
carbonate, magnesium
gluconate, magnesium
hydroxide, magnesium
oxide,
magnesium sulfate,
magnesium trisilicate)
Tetracyclines
(Demeclocycline,
Doxycycline,
Methacycline,
Minocycline,
Oxytetracycline,
Tetracycline) + Zinc
Salts [zinc gluconate,
zinc sulfate]

Menurunkan penyerapan tetracycline di GI

Doxycycline +
Barbiturates
[amobarbital, D
aprobarbital,
butabarbital, d
butalbital,
mephobarbital, t
metharbital,
pentobarbital,

20

21

Monitoring
kadar teofilin
dan
menurunkan
dosis teofilin
jika perlu
Gunakan jeda
waktu pada
saat minum
obat tersebut
sekitar 3-4 jam

Med Facts

Menurunkan penyerapan tetracycline di GI

Gunakan jeda
waktu pada
saat minum
obat tersebut
sekitar 3-4 jam

Med Facts

Menurunkan kadar doxycline

Meningkatkan
dosis doxyciclin
atau
menggunakan
antibiotic
tetrasiklin

Med Facts

Med Facts

100

22

phenobarbital,
primidone,
secobarbital]
Doxycycline +
Carbamazepin

Menurunkan kadar doxycline

Meningkatkan
dosis doxyciclin
atau
menggunakan
antibiotic
tetrasiklin
Meningkatkan
dosis doxyciclin
atau
menggunakan
antibiotic
tetrasiklin
Gunakan
Garam
aluminium 2
jam sebelum
menggunakan
klindamisin

Med Facts

23

Doxycycline +
Rifamycins
[rifabutin, rifampin]

Menurunkan kadar doxycline

24

Clindamycin +
Aluminum Salts
[aluminum carbonate, o
aluminum hydroxide, c
aluminum phosphate,
attapulgite, kaolin,
magaldrate]

Memperlambat penyerapan Klindamisin pada


GI

25

Metronidazole +
Barbiturates
[amobarbital, T
aprobarbital,
butabarbital, m
butalbital,
mephobarbital, m
pentobarbital,
phenobarbital,
primidone, secobarbital]
Itraconazole + Proton
Pump Inhibitors
[esomeprazole,
lansoprazole
omeprazole,
pantoprazole, i
rabeprazole]
Ketoconazole +
Histamine H2Antagonists
[cimetidine, famotidine,
o
nizatidine, ranitidine]
Isoniazid + Rifampin

Ketidakefektifan terapi metrondazole

Meningkatkan
dosis
metronidazole

Med Facts

Menurunkan penyerapan itrakonazol pada GI

Hindari
kombinasi obat
tersebut

Med Facts

Menurunkan penyerapan ketokonazol pada


GI

Hindari
kombinasi obat
tersebut

Med Facts

Meningkatkan terjadinya hepatotoksik

Monitoring
fungsi hati ,
hentikan
penggunaan

Med Facts

26

27

28

Med Facts

Med Facts

101
obat jika perlu

29

Rifampycins +
Bisoprolol

Menurunkan efek dari bisoprolol

30

Rifampycins +
propanolol

Menurunkan efek propanolol

Monitoring
Med Facts
kondisi jantung
dan
meningkatkan
dosis bisoprolol
jika perlu
Monitoring
Med Facts
kondisi jantung
dan
meningkatkan
dosis
propanolol jika
perlu

102

Interaksi Obat-Obat Tukak Lambung


Nama Obat

Interaksi

Golongan

Lansoprazole kaps 30 mg

Menurunkan

Ulsicral syr

absorpsi ulsicral syr

proses Sukralfat
dengan PPI

Penyelesaian
Diberikan jeda waktu
cara mengkonsumsi
ulsicral syr 1 jam
sebelum

di

jam

sesudah makan
Ranitidine 150 mg

Menurunkan

Diazepam tab 2 mg

metabolisme

PPI
dari

Diberikan jeda waktu


pada ranitidine 2 jam

diazepam mg

sebelum makan dan


diazepam

setelah

makan
Omeprazole 20mg

Menginduksi

sitokrom H2RA

Diberikan jeda waktu

Artemisinin

P450

isoenzim

pada

CYP2C19

sehingga

dikonsumsi

meningkatkan

omeprazole
1

jam

sebelum makan dan

metabolisme

dari

artemisin

omeprazole

sesudah

makan

Omeprazole

Meningkatkan

claritomicine

omeprazole

level H2RA
dalam

Diberikan jeda waktu


pada

omeprazole

serum sebanyak 2 kali

dikonsumsi

lebih

sebelum makan dan

banyak

tanpa

mengubah efeknya

jam

claritomicine
sesudah makan

Antasida

pHv lambung meurun, Antacid

Diberikan jeda waktu

Fe

sehingga

pada

antacid

dikonsumsi

absorpsi

jumalah
obat

fe

meningkat

jam

sebelum makan dan


fe sesudah makan

Inpepsa

Sukralfat

dengan

bioavailibilitas

Digoxin,fenitoin,teofilin,k

Digoxin

etokonazol,quinidine,quin

teofilin,ketokonazol,qui

obat

obat

olone,warfarin

nidine,quinolone,warfari

jantung

setelah makan

menurunkan Sukralfat
dari dengan
fenitoin, golongan

Diberikan jeda waktu


pada sukralfat 2 jam
sebelum makan dan
yang

lain

103
Ranitidine,cimetidin

Menganggu

absorbsi Antacid

Diberikan jeda waktu

dengan ciproflocacin

dari antacid

dengan

pada

antibiotic

diminum

tetrasiklin

sebelum makan dan

antacid
2

jam

ciprofloxasin 1 jam
sesudah makan
Lansoprazol,omeprazole

Menurunkan

PPI dengan Diberikan jeda waktu

Fenitoin, tolbutamin

metabolisme kerja dari fenitoin

pada PPI diminum 2

fenitoi,tolbutamin

jam sebelum makan


dan fenitoin 1 jam
sesudah makan

104
No.

Nama obat

1
2
3

Betahistine
Citicholin
Divalproek
Sodium

Digunakan
bersama
Olanzapine
CCB (
nimodipin)
Phenobarbital

Ergotamine

Interaksi

Penanganan

Meningkatkan kerusakan hati


pada anak-anak
Kenaikan nilai AUC
nimodipin> 50%
Meningkatkan kadar serum
phenobarbital

Monitoring enzim hati pada 4


bulan pertama pengobatan
Pengaturan dosis nimodipin
dan lakukan monitoring
Menurunkandosis
phenobarbital 30-50%,
penggunaan valproate sodium
lebihdiutamakan.
Monitoring penggunaan
phenytoin dan melakukan
pengaturan dosis.
Monitoring denganketat,
lebih baik digunakan
alternative lain
Tidak dikombinasikan

Phenytoin

Menurunkan kadar valproate


sodium

Amobarbital,
hydrocortison

Menurunkan kadar
ergotamine padafase
metabolism
Meningkatkan toxisitas
ergotamine hingga dapat
menimbulkan vasospasm,
iskemik.
Meningkatkan toxisitas
keduanya
Menurunkan kadar
ergotamine pada fase
metabolisme
Menurunkan kadar
ergotamine pada fase
metabolism
Menurunkan kadar
ergotamine pada fase
metabolism
Meningkatkan level
ergotamine dengan
menurunkan metabolismenya
Menurunkan kadar
ergotamine pada fase
metabolism

Claritromicin

Sumatripan
Budesonide

Carbamazepin
e
Cimetidine

Claritromicin,
diltiazem,
eritromicin
Dexamethason
e

ISDN

Flunarizin

Gabapentin

Alkohol/
obathipnotik/p
enenang
Antasida

Phenytoin

Allopurinol
Antipsychotic

Tidak dikombinasikan
Monitoring dengan ketat,
lebih baik digunakan
alternative lain
Tidak dikombinasikan

Tidak dikombinasikan

Tidak dikombinasikan

Monitoring denganketat,
lebih baik digunakan
alternative lain

Meningkatkan level
ergotamine dengan
menurunkan metabolismenya
Menyebabkan kantuk berat

Monitoring ketak dan


gunakan alternative bila
perlu.
Tidak digunakan secara
bersamaan.

Menurunkan biaovailabiliti
antacid hingga 20%

Pemberian antasida dilakukan


setelah 2 jam pemberian
gabapentin
Tidak dikombinasikan

Menyebabkan keracunan
phenytoin
Menurunkan kadar
antipsychotic

Menaikkan kadar
antipsychotic. Tapi tetap
harus dimonitoring.

105
Itrakonazole /
ketoconazole
CCB (
nimodipin)
Diuretic
(epleronone)
Antipsychotic
Besi

Levodopa

Piracetam

MAOIs
-

Menurunkankadaritrakonazol
esampai 90%
Menurunkan kadar nomodipin
sampai 85%
Menurunkankonsentrasieplero
nonesampai 35%
Melawan efek levodopa
Menurunkan absorpsi 20-50%
karena ferro sulfate
Menyebabkan hipertensi
-

10
11

Pregabalin
Sumatripan

Tidakdikombinasikan

Tidak dikombinasikan
Tidak dikombinasikan
Monitoring secaraketat
Pemberian jeda pemberian
keduanya.
Tidak dikombinasikan
-

106
LAMPIRAN 11. KONSELING
Ny.Riyanti (30th)
R/ (1)Amoxicillin 500mg No.X (3 x 1)
R/ (2)Paracetamol 500mg No.XX (3 x 1)
R/ (3)Mucohexin No.xx (3 x 1)
Indikasi
1. Antibiotik
2. Analgetik Antipiretik
3. Ekspektoran
Kontra indikasi
1. Hipersensitif terhadap amoxicillin, dan penisilin
2. Hipersensitif terhadap paracetamol
3. Hipersensitif terhadap bromheksin HCL
ESO
1. Mual, Muntah, Diare
2. Kerusakan hati
3. Gangguan saluran cerna
Permasalahan:
Paracetamol dan mucohexin diminum sampai habis atau tidak?
Penyelesaian:
PCT dan Mucohexin dihentikan bila demam dan atau batuknya sudah sembuh. Amoxicillin harus
sampai habis. Obat diminum sesudah makan semua.
Ny.Rukmi (55th)
R/ (1)Ketorolac inj No.I
R/ (2)Mexpharm 7,5 No.X (1 x 1)
R/ (3)Ossovit No.X (1 x 1)
R/ (4)Corset S No.I
Indikasi:
1. Analgetik pasca operasi
2. Osteoarthritis, ankylosing spondilitis & Artritis Reumatoid
3. Pencegahan dan pengobatan osteoporosis; suplemen kalsium selama pertumbuhan dan
perkembangan, hamil dan laktasi
4. Pelindung daerah abdomen
Kontra Indikasi:
1. alergi terhadap golongan salisilat, Penderita polip, asma, hipotensi, penanganan kondisi
nyeri yang minor atau kronik
2. Hipersensitif terhadap Meloxicam, atau komponen lain dalam formulasi sediaan meloxicam
Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem, bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin
atau golongan AINS lain.
3.
4.
ESO:
1. Sakit kepala, pusing, cemas, depresi, sulit berkonsentrasi, nervous, kejang , tremor
bermimpi, halusinasi, insomnia vertigo, psikosis
2. Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intracranial,
Aritmia, bradikardia
3.
4.
Permasalahan: Ossofit untuk apa?

107
Penyelesaian: Ossovit adalah vitamin untuk tulang. Obat diminum sesuai dosis sesudah makan
semua, injeksi ketorolac sudah diberikan, ukuran korset sudah pas. Pasien dianjurkan untuk istirahat
sampai kondisi membaik, boleh bergerak ringan asal tidak berlebihan.
An.Brilliant alif hakim (22kg)
R/ (1)Trilac 1/3
(2)Trifed 1/3
(3)Salbutamol 1.5mg
Mf pulv dtd No.XII (3 x 1)
R/ (4)Sanmol syr No.1 (3 x 2cth)
Indikasi:
1. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
2. Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika.
3. Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya asma akibat olah tubuh
4. Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Kontra indikasi:
1. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
2. 3. Reaksi hipersensitivitas terhadap salbutamol/albuterol, adrenergic amines
4. Hipersensitivitas
ESO:
1. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
2. Gangguan gastrointestinal
3. Takiaritmia, palpitasi, hipokalemia
4. Kerusakan hati
Permasalahan: Kalau sudah tidak demam bagaimana?
Penyelesaian: Jika sudah tidak batuk dan demam, obat boleh dihentikan.

An.Arsakha (12kg)
R/ (1)Kandistin drop No.I (4 x 1cc)
R/ (2)Nucef 60mg
(3)Trilac 1,5mg
(4)Cetirizin 1/3
Mf pulf dtd No.X (2 x 1)
R/ (5)Pyrexin syr No.I (4 x 1cth)
Indikasi:
1. Pengobatan kandidiasis pada rongga mulut
2. Pengobatan infeksi pada saluran urin, otitis media, infeksi saluran nafas termasuk suspek
dari S. pneumonia dan S. Pyogenes, H. Influenza dan beberapa Enterobacteriaceae; tidak
termasuk N. Gonorrhoeae gonorrhea pada serviks dan ureter
3. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika

108
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
4. Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria kronik idiopatik.
5. Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Kontra indikasi:
1. Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Nystatin
2. Hipersensitif terhadap sefiksim, komponen lain dalam sediaan dan sefalosporin lain
3. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
4. Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen lain dari formulasi.
5. Hipersensitivitas
ESO:
1. Pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Kadang-kadang dapat dijumpai efek samping
seperti diare, mual, muntah dan gangguan gastrointestinal. Jarang terjadi ruam, termasuk
urtikaria dan sangat jarang sekali ditemukan Steven Johnson Syndrome.
2. Diare, abdominal pain, mual, dispepsia, perut kembung(flatulense),
3. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
4. Sakit kepala, insomnia, diare mual
5. Dapat merusak hati jika dikonsumsi dalam waktu yang lama
Permasalahan: Obatnya diminum sampai habis tidak?
Penyelesaian: Kandistatin jika sudah tidak sariawan maka boleh dihentikan, Yang obat puyer
diminum sampai habis, Yang sirup boleh dihentikan jika sudah tidak demam.

An.Iqbal (9kg)
R/ Rimcur paed No.XXX (1 x 1)
Indikasi:
Tuberkulosis mikobakterium tuberkulosis yang peka terhadap rifampisin, isonicotine hydrazine,
dan pirazinamid
Kontra indikasi:
Hipersensitivitas, riwayat hepatitis yang diinduksi obat, penyakit hati akut, neuritis perifer atau
optik, gangguan fungsi ginjal, epilepsi, akoholisme kronik
ESO:
Rifampisin: warna merah pada cairan tubuh, peningkatan enzim hati asimtomatik, peningkatan
nitrogen urea darah dan asam urat, hemolisis, hematuria, nefritis, isufisiensi ginjal, gangguan
gastrointestinal, gangguan susunan saraf pusat, perubahan hematologi, ruam kulit, kelainan
endokrin.
Isoniazidum: gangguan fungsi hati, neuropati perifer, pusing, kepala terasa ringan, perubahan
hematologi, reaksi alergi.
Pirazinamid: perubahan sementara transaminase serum, hepatotoksisitas, hepatomegali, ikterus,
hiperurisemia, nefritis, disuria, gangguan gastrointestinal, perubahan hematologi, reaksi alergi
Permasalahan: Kontrolnya kapan? Kenapa harus sampai habis?
Penyelesaian: Kontrol lagi ketika jumlah obat tinggal 3 atau 2 butir agar pemberian obat bisa teratur.
Harus sampai habis karena jika tidak habis maka mukannya tidak akan mati dan pasien kemungkinan
besar tidak akan sembuh. Pemberian obat juga harus rutin diberikan setiap hari, karen jika lupa
minum obat maka pengobatan diulangi lagi dari awal.

109

An.Yuniza (18kg)
R/ (1)Praxion Forte No.I (1cth tiap 4 jam)
R/ (2)Ataroc 8,9
(3)Trilac 2mg
(4)Cefixime 1/3
(5)Trifed 1/3
Mf pulv dtd no.XX (3 x 1)
Indikasi:
1. Nyeri ringan sampai sedang dan demam
2. Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan kronik, emfisema paru.
3. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
4. Pengobatan infeksi pada saluran urin, otitis media, infeksi saluran nafas termasuk suspek
dari S. pneumonia dan S. Pyogenes, H. Influenza dan beberapa Enterobacteriaceae; tidak
termasuk N. Gonorrhoeae gonorrhea pada serviks dan ureter
5. Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika.
Kontra indikasi:
1. Hipersensitivitas
2. Hipersensitivitas.
3. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
4. Hipersensitif terhadap sefiksim, komponen lain dalam sediaan dan sefalosporin lain
5. ESO:
1. Dalam pemakaian lama akan merusak hati
2. Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual, muntah, ruam kulit
3. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
4. Diare, abdominal pain, mual, dispepsia, perut kembung(flatulense),
5. Gangguan gastrointestinal
Permasalahan: Kalau minum obatnya pakai sendok untuk makan bagaimana?
Penyelesaian: Takaran sendok nasi untuk makan itu tidak cocok dengan dosis dan tidak seragam,
maka harus pakai sendok obat yang sudah diberikan supaya takaran dosisnya tepat.

An.Safrina (15kg)
R/ (1)TB Vit.6 150mg
Mf pulf dtd no.XXX (1 x 1)
R/ (2)Rifampicin 225mg
(3)Cobazym tab 1/3
Mf pulv dtd no.XXX (1 x 1)
R/ (4)Ataroc 15mg
(5)Trilac 2mg
(6)Cetirizin tab 1/3
(7)Trifed tab
Mf pulv dtd no.XV (3 x 1)

110
Indikasi:
1. Stimulasi nafsu makan, hiperlipidemia, radiation sickness, hyperemesis gradivarum, vertigo,
motion sickness
2. Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain, brucellosis, penyakit legionnaires,
endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain
3. Kehilangan nafsu makan, kurang gizi, anemia pernisiosa
4. Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan kronik, emfisema paru.
5. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
6. Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria kronik idiopatik.
7. Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika
Kontra indikasi:
1. Pasien dengan sejarah sensitivitas pada vitamin, hipersensitivitas terhadap piridoksin atau
komponen lain dalam formulasi
2. Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan;
penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease
inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
3. 4. Hipersensitivitas.
5. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
6. Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen lain dari formulasi.
7. ESO:
1. sakit kepala, kejang, penurunan sekresi serum asam folat Gastrointestinal,
2. Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare
3. 4. Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual, muntah, ruam kulit
5. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
6. Sakit kepala, insomnia, sakit perut, bronkospasme
7. Gangguan gastrointestinal
Permasalahan: Vitaminnya harus habis atau tidak?
Penyelesaian: Vitaminnya harus sampai habis untuk memaksimalkan pengobatan flek.

Ny.Gangsar
R/ (1)Betahistin No.1
(2)Dimenhidrinat No.1
Mf pulf da in caps dtd no.X (3 x 1)
R/ (3)Mecobalamin 500mg No.X (2 x 1)
R/ (4)Vit.C No.XX (3 x 2)
R/ (5)Amlodipin 5mg No.X (1 x 1)
Indikasi:
1. vertigo dan pusing yang berkaitan dengan penyakit meniere, sindrom meniere dan fertigo
perifer.

111
2. Nausea, vomiting, dan/atau vertigo yang berhubungan dengan motion sickness; profilaksis
motion sickness.
3. Neuropati perifer & anemia megaloblastik yg disebabkan defisiensi vitamin B12
4. Mencegah dan mengobati flu, obat sariawan
5. Pengobatan hipertensi, pengobatan gejala angina stabil kronik, angina vasospastik (angina
Prinzmetal- kasus suspek atau telah dikonfirmasi), pencegahan hospitalisasi karena angina
dengan penyakit jantung koroner
Kontra indikasi:
1. ibu hamil dan menyusui, anak anak dengan usia dibawah 2 tahun, hipersensitifitas tehadap
betahistine meaylate.
2. 3. 4. Hipersensitivitas terhadap komponen dalam sediaan
5. Hipersensitivitas terhadap amlodipine atau komponen lain dalam sediaan.
ESO:
1. Sistem pencernaan: Pada kasus yang mungkin jaranng terjadi mual dan muntah.
Reaksi hipersensitifitis, misalnya ruam kulit dapat terjadi pada kasus yang jarang,
mengantuk, sakit kepala, pandangan kabur, telinga berdenging, mulut dan saluran
pernapasan kering, inkoordinasi, palpitasi, pusing, hipotensi.
2. Pusing, faintness, fatigue, flank pain, sakit kepala
3.
4. 5. Edema perifer, mual, sakit perut, gangguan cardiofaskular
Permasalahan: Obatnya boleh diminum bersama-sama? Yang diminum 1x1 pagi atau sore?
Pusingnya karena apa?
Penyelesaian: Penggunaan obat boleh diminum bersamaan, yang 1x1 diminum pagi hari, pusingnya
karena vertigo dan hipertensi.

An.Tasya (11kg)
R/ (1)Ataroc 12mcg
(2)Trilac 2mg
(3)Cetirizin tab 1/3
(4)Trifed tab 1/3
Mf pulv dtd No.XX (3 x 1)
R/ (5)Paracetamol syr No.1 (1cth tiap 4jam)
Indikasi:
1. Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan kronik, emfisema paru.
2. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
3. Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria kronik idiopatik.
4. Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika
5. Nyeri ringan sampai sedang dan demam
Kontra indikasi:
1. Hipersensitivitas.
2. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
3. Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen lain dari formulasi.
4.
5. Hipersensitivitas

112
ESO:
1. Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual, muntah, ruam kulit
2. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
3. Sakit kepala, insomnia, sakit perut, bronkospasme
4. Gangguan gastrointestinal
5. Dapat mersak hati dalam pemakaian lama
Permasalahan: Obatnya dihabiskan atau tidak?
Penyelesaian: Obat boleh dihentikan jika sudah tidak batuk dan demam.

An.Fatiah (8,5kg)
R/ (1)Ataroc 9mcg
(2)Trilac 1mg
(3)Cetirizin tab 1/3
(4)Trifed tab
Mf pulf dtd No.XX (3 x 1)
R/ (5)Farbifent amp No.II (diserahkan ke pasien)
Indikasi:
1. Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan kronik, emfisema paru.
2. Artritis gout akut, epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik.
Intradermal : pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum, alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis
3. Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria kronik idiopatik.
4. Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika
5. Terapi utk bronkospasme yg berhubungan dg peny paru obstruktif kronik (PPOK) pd pasien
yg diterapi dg ipratropium bromida bersama salbutamol
Kontra indikasi:
1. Hipersensitivitas.
2. Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik
3. Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen lain dari formulasi.
4.
5. Kardiomiopati obstruktif hipertrofi, takiaritmia. Hipersensitivitas thd atropin atau
derivatnya.
ESO:
1. Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual, muntah, ruam kulit
2. Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan gangguan endokrin;
konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit kepala, neuritis, parestesia,
perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular posterior, peningkatan TIO, glaukoma,
eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria, keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis,
tromboflebitis, tromboemboli, perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi
3. Sakit kepala, insomnia, sakit perut, bronkospasme
4. Gangguan gastrointestinal
5. Palpitasi, Takiaritmia, tremor, hipokalemia
Permasalahan: Obat farbifent dipakainya bagaimana?

113
Penyelesaian: Farbifent diserahkan ke bagian fisioterapi, nanti oleh perawatnya dipakai untuk
meredakan batuk dan sesak.
PEMBAHASAN
Secara teoritis konseling obat dengan resep adalah pertama kita memperkenalkan nama

serta menjelaskan tujuan konseling. Kemudian menggali latar belakang pasien meliputi
riwayat penyakit, durasi penyakit yang diderita, obat lain yang digunakan, dan gaya hidup.
Lalu uji pengetahuan pasien tentang obat yang diresepkan/apa yang sudah disampaikan
oleh dokter mengenai, alasan diresepkan, bagaimana menggunakan obat, apa yang
diharapkan dari pengobatan dan apa yang perlu diperhatikan/diwaspadai. Lalu mengedukasi
tentang penyakit pasien. Selanjutnya menjelaskan terapi farmakologi, disertai informasi cara
pemakaian obat, durasi pengobatan, aktivitas-makanan-minuman yang perlu dihindari.
Terapi non-farmakologi, disertai informasi yang diperlukan, waspada efek samping dan
monitoring. Setelah itu tanyakan pada pasien apakah ada hal atau pertanyaan yang belum
disampaikan, cek pemahaman pasien tentang informasi yang didiskusikan dalam sesi
konseling (verifikasi). Terakhir tutup pembicaraan dengan ucapan terima kasih, semoga
lekas sembuh atau ucapan perpisahan lainnya.
Sebelum kami melakukan konseling atau pelayanan informasi obat, kami melakukan
skrining resep terlebih dahulu dan meminta pasien menunjukan nota pembayaran obat dan
nota periksa dokter. Setelah itu kami melakukan konseling. Tetapi dalam prakteknya, kami
tidak melakukan konseling sesuai teori karena akan menghabiskan waktu yang cukup lama.
Konseling yang kami lakukan tergantung dari resep yang kami terima. Jika obat dalam resep
bukan obat yang perlu perhatian khusus maka kami hanya memberikan pelayanan informasi
obat kepada pasien berupa indikasi, aturan pakai dan cara penggunaan. Tetapi jika obat
dalam resep yang kami terima terima termasuk obat yang perlu perhatian khusus seperti
obat dengan indeks terapi sempit atau obat dengan potensi efek samping yang besar atau
obat dengan cara pemakaian khusus seperti insulin, maka kami melakukan konseling secara
lengkap sesuai teori. Setelah melakukan konseling kami memberi cap Obat Sudah
Diberikan di resep dan nota pembayaran pasien sebagai tanda bahwa obat telah diterima
oleh pasien.

114
1. Nama pasien
: Ny. Ngaisah
Umur
: 45 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 2-5-2014
R/ Ranitidin Inj
S1m
R/ Omeprazol No X
S 2 dd 1
R/ Ondansentron
No X
S 2 dd 1
R/ Sukralfat syr
S 3 dd 1 cth
a. Ranitidin
Indikasi : tukak lambung dan usus 12 jari, Hipersekresi
patologik sehubungan dengan sindrom Zollinger-Ellison.
Kontraindikasi
: penderita gangguan fugsi hati dan ginjal,
wanita hamil dan menyususi.
Efek samping
: berupa diare, nyeri otot, pusing, dan timbul
ruam kulit. Konstipasi. Penurunan jumlah sel darah putih dan
platelet.
b. Omeprazol
Indikasi : pengobatan jangka pendek pada tukak usus 12 jari,
tukak lambung.
Kontraindikasi
: hipersensitivitas terhadap omeprazol.
Efek samping
: mual, sakit kepala, diare, konstipasi, kembung,
ruam kulit.
c. Ondansentron
Indikasi : mual, muntah,yang di induksi oleh obat kemoterapi
dan radioterapi sitotastika. Mual, muntah pasca operasi.
Kontraindikasi
: narfoz jangan diberikan kepada penderita yang
hipertensif atau alergi terhadap ondansentron.
Efek samping
: sakit kepala, sensasi kemerahan atau hangat
pada kepala epigastrium.
d. Sukralfat syr
Indikasi : obat untuk saluran cerna.
Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap produk sukralfat.
Efek samping
: konstipasi, mual, muntah, kembung, mulut
kering, gata-gatal, sakit kepala.

115
Interaksi obat
: absorpsi berkurang apabila digunakan
bersamaan dengan Ciprofloxacin, cimetidine, Ranitidin, Digoxin,
Ketoconazole, Teofilin, Fenitoin. Penggunaan obat di atas
sebaiknya digunakan setelah 2 jam sebelum atau sesudah
pemberian sukralfat.
2. Nama pasien
: Bagas Intan Sanjaya
Umur
:
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 2-5-2014
R/ Ambroxol
S 3 dd 1
R/ Arifed
S 3 dd 1
R/ Imunos
S 1 dd 1
a. Ambroxol
Indikasi
: penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi
bronkial yang abnormal, khususnya untuk eksaserbasi dan bronkitis kronis,
bronkitis asmatik, asma bronkial.
Kontraindikasi
: hipersensitif terhadap ambroxol.
Efek samping
: ambroxol umunya ditoliransi dengan baik. Efek
samping yang ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Interaksi obat
: kombinasi ambroxol dengan obat-obat lain
dimunginkan, terutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan
sebagai obat standar untuk sindroma jantung (glikosida jantung,
kortiksterida, bronkapasmolitik, deuretik, dan antibiotik).
b. Arifed
Indikasi
: pengobatan dengan gejala-gejala yang berhubungan dengan
pilek, sinusitis, dan kondisi alergika.
Kontraindikasi
:Efek samping
: mulut kering, sakit kepala, mengantuk, palpitasi.
c. Imunos
Indikasi
: suplemen nutrisi untuk menstimulir sistem imun tubuh selama
terjadi infeksi saluran nafas akut dan kronik, terapi untuk penunjang infeksi
akut dan kronik.
Kontrindikasi
:Efek samping
:-

116
Perhatian
: tidak boleh diginakan oleh penderita sklerosis multiple
penyakit kolagen, tidak boleh digunakan dengan bersamaan produk
immuno supresan dapat terjadi alergi.
3. Nama pasien
: Bp. Sunardi
Umur
: 55 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 2-5-2014
R/ Metronidazol
No X
S 3 dd 1
R/ As. Mafenamat
No X
S 3 dd 1
R/ Imbost tab No V
S1 dd 1
a. Metronidazole
Indikasi : Trikomoniasis, Amebiasis
Kontraindikasi
: pendrita yang hipertensif terhadap metronidazole atau
derivat nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama.
Efek samping
: mual, muntah, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan
konstipasi.
b. As. Mafenamat
Indikasi : dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai
sedang sehubungan dengan sakit kepala, gigi, termasuk nyeri karen
trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada
persalinan.
Kontraindikasi
: pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan
ginjal, asama dan hipersensitif terhadap asam mafenamat.
Efek samping
: dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi
lambung, muntah, diare, rasa mengantuk, pusinh, sakit kepala.
c. Imbost tab
Indikasi : membantu memeperbaiki daya tahan tubuh dan membantu
meredakan gejela selesma.
Kontraindikasi
:Efek samping
: walaupu ringan dapat menyebabkan gangguan perut
ringan atau reaksi alergi.

117
4. Nama pasien
: Ny. Fatimah
Umur
: 43 thn
Poli
: Bedah
Tanggal konseling
: 29-4-2014
R/ Cefadroxil
S 2 dd 1
R/ Asam mafenamat
S 3 dd 1
a. Cefadroxil
Indikasi : infeksi saluran pernafasan tonsilifitas, faringitis,otitis media.
Infeksi kulit dan jaringan lunak. Infeksi saluran kemih dan kelamin.
Kontrondiksi
: penderita yang hipersensitifitas terhadapa sefalosforin.
Efek samping
: gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah,
daire, dan gejala kolitispseudomembran.
b. Asam Mafenamat
Indikasi : dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai
sedang sehubungan dengan sakit kepala, gigi, termasuk nyeri karen
trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada
persalinan.
Kontraindikasi
: pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan
ginjal, asama dan hipersensitif terhadap asam mafenamat.
Efek samping
: dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi
lambung, muntah, diare, rasa mengantuk, pusinh, sakit kepala.

5. Nama pasien
: Ny. Wiji
Umur
: 36 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 28-4-2014
R/ Loratadine
S 2 dd 1
R/ Itraconazole
S 1 dd 1
R/ Miconazol
S 2 dd 1
a. Loratadine
Indikasi : alergi seperti, pilek, bersin-bersin, rsa gatal pada hidung serta
rasa gatal dan terbakar pada mata dan gangguan alergi pada kulit lainnya.
Kontraindikasi
: hipersensitifitas terhadap loratadine.

118
Efek samping
: tidak terjadi efek samping yang terlalu klinis karena
belim ada di laporkan seperti mual, pusing, muut kering.
b. Itraconazole
Indikasi : kandidiasis, vulvovaginal,dermatofitosis, krusis, manus.
Kontraindikasi
: kehamilan dan wanita subur usia subur yang tidak
menggunakan bentuk kontrasepsi. Penyakit hati. Hipersensitifitas terhadap
introconazole dan golongan triazolelain.
Efek samping
: efek samping berkisar dari sekitar 7% pada pasien
pasien denga terapi jangka pendek sampai 17,7%. Efek samping bersifat
hanya sementara, dari ringan sampai sedang.
c. Miconazol
Indikasi : untuk penyakit kulit yang diakibatkan oleh jamur sperti panu,
penyakit kulit pada sela sela jari, selangkangan, lipatan lipatan kulit.
Kontraindikasi
: hipersensitifitas terhadap miconazole atau bahan
pebuat obat.
Efek samping
:6. Nama pasien
: Ny. Rismiyati
Umur
: 38 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 28-4-2014
R/ Benoson S cream
Elex cream
Mertus cream 10 gr
S 2 dd 1
R/ Cetirizine
S1 dd 1
a. Benoson S cream
Indikasi : meringkan infkamsi dari dermatosis yang responsif terhadap
kortikostroid. Bila infalamsi disertai infeksi sekunder yang disebabkan
oleh organisme yang peka terhadap neomisin.
Kontraindikasi
: sensitivitas terhadap setiap komponen. Herpes
simplex, vaccina, varcella.
Efek samping
: reaksi alergi, hipersensitifitas, pada pemakaian topikal
akan terjadi rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kuring.
Mertus crem 10 gr
Indikasi
: infeksi bakteri kulit, misalnya : impetigo, folikulitis,
furunculosis.

119
Kontraindikasi
Efek samping

::-

b. Ceterizine
Indikasi : pengobatan rhinitis alergi menahun ataupun musiman, dan
urtikaria idiopatikk kronik.
Kontraindikasi
: penderita dengan riwayat hipertensif terhadap
kandungan dalam obat.
Efek samping
:Interaksi obat
: diazepam dan cimetidine menunjukan kejadiaa
interaksi obat obat. Sama seperti antihistamin lain, disarankan untuk
menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan.
7. Nama pasien
: Astinah
Umur
: 21 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 30-4-2014
R/ Amoxan
S 3 dd 1
R/ Ponsamic
S3 dd 1
a. Amoxan
Indikasi : infeksi saluran nafas, saluran kemih, dan kelamin, kulit da
jaringan lunak.
Kontraindikasi
: hipersensitifitas terhadap penisilin, mononukleosis
infeksiosa.
Efek samping
: gangguan lambung usus, reaksi alergi, anafilaksis,
kelainan drah, superinfeksi.
b. Ponsamic
Indikasi : sakit kepala, sakit gigi, nyeri pada otot skelet, nyeri traumatik,
terbentur,nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, reumatik, sakit
pinggang.
Kontraindikasi
: ulserasi peptik atau usus, kerusaka ginjal, penderita
asma yang sensitifitas terhadap obat obat anti radang non steroid.
Efek samping
: rekasi kulit, darah, gagguan saluran pencernaan.

120
8. Nama pasien
: Ny. Klinem
Umur
: 45 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 30-4-2014
R/ Amlodipin 5 mg
0-0-1
R/ Vometa
S 3 dd 1
R/ Sumagesic
S 3 dd 1
a. Amlodipin
Indikasi : hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospatik.
Kontrindikasi
: amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang
hipersensitifitas terhadap amlodipine dan gangguan dihidropiridin lainnya.
Efek samping
: fatigue, nyeri
b. Vometa
Indikasi : muntah-muntah akut, pengobatan simtom dispepsia
fungsional. Tidak dianjurkan untuk pemberian jangka panjang.
Kontraindikasi
: penderita hipertensitifitas terhadap Domperidone.
Penderita dengan prolaktinoma yang mengeluarkan prolaktin.
Efek samping
: mulut kering, sait kepala, daire, rasa haus, cemas dan
gatal.
c. Sumagesic
Indikasi : rasa sakit, sakit gigi, sakit pada otot dan persendiaan,
rhemathoid
Kontraindikasi
:Efek samping
:9. Nama pasien
: Ahsan Amin
Umur
: 20 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 28-4-2014
R/ Metilprednisolon
S 3 dd 1
R/ Loratadin
R/ PK 1000 ml 300 cc

121
R/ Betametason cr 0,1 % 5 gr
Miconazol cr 2 % 10 gr
a. Metilprednisolon
Indikasi : abnormalitas fungsi adrenokortikal, untuk pengobatan
insufisiensi adrenokortikal akut dan kronik primer.
Kontraindikasi
: infeksi jamur sitemik dan hipersensitivitas terhadap
bahan obat. Bayi prematur.
Efek samping
: nyeri atau lemah otot, penyembuhan yang tertunda,
dan atropi matriks, kekurangan kalium, diare atau konstipasi.
b. Loratadine
Indikasi : rinitis alergi, sepeti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada
hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata.
Kontraindikasi
: Hipersensitif terhadap loratadine.
Efek samping
: Loratadine tidak memperlihatkan efek samping yang
secara klinis.
c. Betametason
Indikasi : untuk meringankan inflamasi dari dermatosis yang responsif
terhadap kortikosteroid.
Kontraindikasi
: TBC kulit, tidak untuk penyakit kulit yang disebabkan
oleh virus seperti cacar, herpes.
Efek samping
: kulit kering, gatal-gatal,rasa terbakar, iritasi.
Meconazole
Indikasi : untuk penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, seperti
panu, penyakit kulit pada sel-sela jari, selangkangan, lipatan-lipatan kulit,
badan.
Kontraindikasi
: Hipersensitivitas terhdap moconazole atau bahan
pembuat obat.
Efek samping
:10. Nama pasien
: Ny. Puji Rahayu
Umur
: 45 thn
Poli
: umum
Tanggal konseling
: 3-5-2014
R/ Cetirizin
Salbutamol
Pectocil
S 3 dd 1

122
a. Cetirizine
Indikasi : pengobatan rhinitis alergi menhaun ataupun musiman, dan
urtikaria idiopati kronik.
Kontraindikasi
: penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap
kandungan dlam obat. Wanita menyusui.
Efek samping
:Salbutamol
Indikasi : sesak napa pada penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dn
emfisma pulmonum.
Kontraindikasi : penderita yang hipersensitifitas terhadap salbutamol.
Efek samping
: berupa nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor dan
hipokalemi kadang kadang timbul setelah pemberian dosis tinggi.
Pectocil
Indikasi : gangguan saluran nafas dengan sekresi mukis kental, baik
akut maupun kronik termasuk bronitis, asma,.
Kontraindikasi
: Gangguan lambung.
Efek samping
: Mual, dispepsia, bronkospasme, alergi kulit.
Perhatian
: pasien gastritis sebaiknya diberikan sesudah makan.

123
1. Nama pasien : Bp. Eko Gendroyanto
Alamat

: Perum jati sawit asri blok 0/4 Rt 4

Umur

: 56 tahun

Alergi

: tetrasiklin

R/ Furosemid
S 1 x pagi
R/ Renapar
S 1x pagi
R/ ISDN
S 3 dd 1/2
R/ Aminoophyllin
S 4 dd 1/2
R/ Ambroxol
S 3 dd 1
R/ Interhistin
S 2 dd 1 (siang, malam)
R/ Azythromycin
S 4 dd 1/4
Pembahasan :
Furosemid

Indikasi : Edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati,
penyakit ginjal. Terapi tambahan pada edema paru akut, hipertensi, hipotensi.

Efek samping : Hiperurisemia, hipokalemia, hiponatremia, anoreksia, azotemia, reaksi


hipersensitif, reaksi dermatologi, gangguan GI, denyut jantug tidak teratur, reaksi
hematologi, haus.

124

Interaksi Obat : Hipokalemi, obat anti gout. Meningkatkan toksisitas aminoglikosida,


Dosis : Tab edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati
hepatik, penyakit ginjal : Dewasa : 20-80 mg, dosis tunggal, dinaikkan 20-40 mg tiap
6-8 jam , sampai respon tercapai. Hipertensi ringan-sedang, terapi tunggal atau
kombinasi dengan obat antihipertensi lain & sebagai terapi tambahan pada krisis
hipertensi : Awal 40 mg 2x/hari. Ampul : awal 20-40 mg IV/IM. Dapat ditingkatkan
bertahap 20 mg tiap 2 jam. Bila perlu berikan dosis 20-40 mh lebih lanjut setelah 20
menit.

Pemberian obat : Dapat diberikan bersama makan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman pada GI.

Kontra Indikasi : Gangguan fungsi ginjal, oliguria, anuria, hipokalemia, hiponatremia,


sefalosporin, salisilat, litium&glikosida jantung.

Renapar

Komposisi : K I-aspartate 300 mg, Mg I-aspartate 100 mg

Indikasi : Suplemen K & Mg pada penyakit jantung dan hati. Hipokalemia dan
hipomagnesia karena peningkatan diuretik yang lama.

Dosis : dewasa 1 tab 3x/hari

Pemberian obat : Berikaan sesudah makan

Kontra indikasi : Hiperkalemia, hipermagnesi.

Perhatian : Penyakit ginjak kronik dan kondisi lain yang mengganggu eksresi K dan
Mg

Efek samping : Mual, muntah, kembung, gangguan abdomen, diare

Interaksi Obat : diuretik hemat kalium K dan penghambat ACE.

ISDN (Isosorbid dinitrat)

Indikasi : Terapi & profilaksis angina pektoris

Dosis : Tab Dewasa : 10 mg 4x/hari atau sebelum tidur 10 mg sebagi terapi


profilaksis.
Tab sublingual : 1-2 tab letakkan dibawah lidah setiap 2-3 jam selama diperlukan.
Inj : 2-10 mg/jam (hanya untuk pemberian infus IV)

Pemberian obat : Berikan pada saat perut kososng jam sebelum makan.

Kontraindikasi : Glaukoma, anemia, hipertiroid, infark miokardium.

125

Efek samping : Hipotensi ortostatik, wajah/leher panas dan kemerahan, sakit kepala,
gangguan GI, denyut nadi cepat.

Interaksi Obat : Alkohol meningkatkan efek hipotensi ortostatik secara intensif,


simpatomimetik menurunkan efek anti angina.

Codein

Komposisi:

Tiap tablet Codein 10 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 10
mg
Tiap tablet Codein 15 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 15
mg
Tiap tablet Codein 20 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 20
mg

Indikasi : Antitusif, analgetik

Kontraindikasi : Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan


intrakranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.

Dosis:

Sebagai analgesik:
- Dewasa

: 30 60 mg, tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.

- Anak-anak

: 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari

Sebagai antitusif :
- Dewasa

: 10-20 mg, tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan, maks. 60 mg perhari.

- Anak6-12tahun : 5-10 mg, tiap 4 6 jam, maksimum 60 mg perhari.


- Anak 2-6 tahun :1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg/hari
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun.

Efek Samping:

- Dapat menimbulkan ketergantungan.


- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok.

Interaksi Obat:

- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-sama dengan obatobat depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol.
- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis.

126
-Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14 hari
setelah pemberian penghambat MAO.

Aminophyllin

Komposisi : Aminophylline

Indikasi : Pengobatan dan pencegahan bronkospasme & inflamasi yang berhubungan


dengan asma, emfisema & bronkitis kronik

Dosis : Dewasa awal 1 tab 2x/hari, maksimal 2 tab 2x/hari


Pencegahan spasme bronkial : 1-2 tab menjelang tidur.
Pemberian obat : Pada saat perut kososng 1 jam sebelum atau sesudah makan. Telan
utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap derivat xantin
Efek samping : Mual, muntah, nyeri perut, diare, sakit kepala, insomnia, pusing,
cemas, tremor, palpitasi
Interaksi obat : makrolid, simetidin

Ambroxol

Komposisi: Tiap tablet mengandung ambroksol hidroklorida 30 mg.

Indikasi : Penyakit saluran nafas akut dan kronik yang berhubungan dengan sekresi
abnormal bronkus, terutama pada ekaserbasi bronkitis kronik, bronkits asmatik, dan
asma bronkial.

Dosis : Dewasa 1 tab 3x/hari. Pada terapi jangka panjang dosis dapat dikurangi
menjadi

2x/hari.

Anak : 1,2-1,6 mg/kg BB/hari

Efek samping : gangguan GI ringan, reaksi alergi

Interhistin

Komposisi : Mebhydrolin napadisylate

Indikasi : Alergi, rinitis, uritkaria.

Dosis : >10 thn 2-6 tab/hari atau 10-30mL/hari. Diberikan dalam dosis terbagi

Pemberian obat : berikan saat makan

Kontra indikasi: serangan asma akut, bayi prematur

Efek samping : sedasi, gangguan GI, hipotensi, lemah otot

127

Interaksi obat : alkohol, obat yang menekan SSP, antikolinergik, MAOI.

Azythromycin

Komposisi : Azythromycin dihydrate

Indikasi : infeksi saluran nafas atas dan bawah, kulit dan jaringan lunak. Pengobatan
pneumonia yang didapat dari lingkungan.

Dosis : 500 mg sebagai dosis tunggal

Pemberian obat : pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap eritromisin ataupun makrolid

Efek samping : diare, muntah, rasa tidak enak diperut, kembung.

Permasalahan :
-

Pasien alergi antibiotik tetrasiklin

Penyelesaian :
Setelah dikonsultasikan dengan dokter, pasien diberikan antibiotik azytromycin.

2. Nama pasien

: Bp. Hermawan

Alamat

: Bakulan Rt 08 Patalan Jetis Bantul

Umur

:31 tahun

Pendamping pasien : Ny. Deti


Status

: Istri

R/ Amlodipine
S 1 dd 1 (malam)
R/ Irbesartan 150
S 1 dd1
R/ Lapibal
S 1 dd1 (malam)

128
R/ Analsik
S 3 dd 1 prn
Pembahasan :
Amlodipine

Indikasi : pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik

Dosis : awal 5 mg 1x sehari dengan dosis maksimum 10 mg 1x sehari

Pemberian obat : Setelah makan

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap amlodipine dan golongan dihydropirydine

Efek samping : edema, sakit kepala, aritmia, bradikardi, nyeri dada, hipotensi,
takikardi

Interaksi obat : bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin

serum ataupun

bersihan ginjal digoxin pada pasien normal

Irbesartan

Indikasi :

Pengobatan hipertensi

Menurunkan mikro & makro albuminuria pada pasien hipertensi yang mengidap
diabetik nefrotik yang disebabkan NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetic
Mellitus)

Dosis : 150 mg 1x/hari dapat ditingkatkan s/d 300 mg/hari. Lanjut usia awal 75 mg.

Pemberian obat : bersama makan

Kontra indikasi : hamil dan laktasi

Efek samping : sakit kepala, trauma muskuloskeletal, rasa panas dan kemerahan pada
wajah

Interaksi obat : suplemen K dan diuretik hemat K, litium, OAINS

Lapibal

Komposisi : mecobalamin

Indikasi : neuropati perifer, tinitus, vertigo, anemia megaloblastik karena defisiensi vit
B12

Dosis : 500 mcg 3x/hari

Pemberian obat : bersama makan

129

Efek samping : mual, diare, ruam kulit, sakit kepala, berkeringat, demam

Analsik

Komposisi : Tiap kaptet mengandung metampiron 500 mg dan diazepam 2 mg

Indikasi : Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat, ter-utama nyeri kolik
dan nyeri setelah operasi dimana di -perlukan kombinasi dengan tranquilizer.

Kontra indikasi :

Pada penderita yang hipersensitif terhadap metampiron dan diazeapam

Bayi dibawah 1 bulan atau dengan berat badan dibawah 5 kg, wanita hamil dan
menyusui.

Penderita dengan tekanan darah lebih dari 100 mmHg

Glaukoma sudut sempit, keadaan psikosis akut

Dosis : 1 kaplet,bila nyeri belum hilang dilanjutkan 1 kaplet tiap 6-8 jam, maksimum
4 kaplet sehari.

Efek samping :

Dapat menimbulkan agranulositosis.

Reaksi hipersensitivitas, reaksi pada kulit,ngantuk,pusing,lelah yang berlebihan.

Konstipasi, depresi, diplopia, hipotensi, jaundice, perubahan libido, mual, tremor,


retensi urin, vertigo.

Interaksi obat : Penggunaan bersama - sama dengan obat - obat yang mendepresi SSP
atau alkohol dapat meningkatkan efek Diazepam.

130
3. Nama pasien : Ny. Dais Susanti
Alamat

: Carikan Rt 03 Mulyodadi Bambanglipuro Bantul

R/ Vometa FT
S 3 dd 1 ac (dihisap)
R/ Acitral
S 3 dd 1 ac (dikunyah)
R/ Lansoprazole
S 1 dd 1 (malam)
R/ Gitas plus
S 3 dd 1 prn
R/ Cefadroxil 500 mg
S 2 dd 1
Pembahasan :
Vometa FT

Komposisi : Tiap tablet mengandung Domperidone 10 mg

Indikasi:
- Mual-muntah akut. Tidak dianjurkan pencegahan rutin pada muntah Setelah operasi.
- Mual dan muntah disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari
12 minggu.
- Pengobatan simtom dispepsia fungsional. Tidak dianjurkan untuk pemberian jangka
lama.
- Mual-muntah pada kemoterapi kanker dan radioterapi.
Kontra Indikasi:
- Penderita hipersensitif terhadap Domperidone.
- Penderita dengan prolaktinoma (salah satu tumor hipofisis) yang mengeluarkan
prolaktin.

Efek Samping:
- Jarang dilaporkan: sedasi, reaksi ekstraperimidal distonik, parkinson, tardive

131
dyskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat
antiparkinson.
- Peningkatan prolaktin serum, sehingga menyebabkan galaktorea dan ginekomastia.
- Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal.

Interaksi Obat:
- Domperidone mengurangi efek hipoprolaktinemia dari bromokriptin.
- Pemberian obat antikolinergik muskarinik dan analgetik apioid secara bersamaan
dapat mengantagonisir efek Domperidone.
- Pemberian antasida secara bersamaan dapat menurunkan bioavailabilitas
Domperidone.
- Efek bioavailabilitas dapat bertambah dari 13% menjadi 23% bila diminum 1,5 jam
sesudah makan.

Acitral

Komposisi: Tiap Tablet : Mg(OH)2 200 mg, Al(OH)3 200 mg, Simethicone 20 mg

Indikasi: Gastritis, gangguan pencernaan, kembung, dispepsia, hiatus Hernia, tukak


peptic

Dosis: 1-2 tablet dikunyah. Diberikan diantara waktu makan dan sebelum tidur

Efek Samping: Gangguan pencernaan

Interaksi Obat: Mengganggu absorbsi tetrasiklin, Fe, penghambat H2, warfarin,


kuinidin

Lansoprazole

Komposisi : Tiap kapsul mengandung lansoprazole 30 mg.

Indikasi : Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, Benign ulkus gaster, dan
refluks esofagitis.

Kontra indikasi : Penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

Efek samping : Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut
kering, sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus. Terjadi
kenaikan nilai-nilai tes fungsi hati yang bersifat sementara dan akan normal kembali.
Kadang-kadang dapat terjadi artralgia, edema perifer dan depresi.

Interaksi obat :
-

Lansoprazole dimetabolisme di hati, oleh sebab itu ada kemungkinan interaksi


dengan obat-obat yang dimetabolisme di hati.

132
-

Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan obat-obat


kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin dan warfarin.

Antasida dan sukralfat akan mengurangi bioavailabilitas lansoprazole dan jangan


diberikan antara satu jam setelah makan lansoprazole.

Gitas plus

Komposisi : Hyoscine-N-butylbromide 10 mg, paracetamol 500 mg

Indikasi : Nyeri paroksismal (rasa sakit yang hilang timbul secara berulang) pada
penyakit perut atau usus, nyeri akibat kejang di empedu, saluran kemih dan organ
genital wanita.

Kontra indikasi : Glaukoma, pembesaran prostat, penyempitan saluran pencernaan


akibat gangguan kontraksi, takhikardia, megakolon, porfiria, kelainan fungsi hati.

Dosis : Dewasa : 3 kali sehari 1-2 kapsul, maksimal : 6 kapsul sehari.

Efek samping : Kering pada mulut dan kulit, susah buang air besar, bradikardia,
takikardia, kemerahan pada wajah dan leher, reaksi paradoksikal, gangguan akomidasi
penglihatan.

Cefadroxil 500 mg

Komposisi : Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara


dengan cefadroxil 500 mg.

Indikasi :
- Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak.
- Infeksi saluran kemih dan kelamin.
- Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.

Dosis :
Dewasa:
- Infeksi saluran kemih:
- Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 2 g sehari dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis
terbagi.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi.

133
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
- Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk
faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g
sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari.
Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 50 mg/kg BB sehari
dalam dua dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan
diberikan minimal selama 10 hari.

Efek samping : Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala
kolitis pseudomembran.
Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.

Interaksi obat : Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas


sefalosporin terhadap ginjal. Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga
memperpanjang dan meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh. Alkohol dapat
mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 72 jam setelah
pemberian sefalosporin.

4. Nama pasien : Ny. Sumpriyati


Alamat
: Cabeyan Rt 06 Panggungharjo Sewon Bantul
R/ Fitajoint roller
S 2-3 x
R/ Ossovit
S 1 dd 1
R/ Meloxicam
S 2 dd 1 pc
Pembahasan :
Fitajoint roller

134

Komposisi :
Setiap gram gel mengandung:
n-Acetyl Glukosamine 1 mg
Mint Concentrates 332 mg
Lavender Oil 2 mg
Nano Vitamin E 1 mg

Indikasi : Membantu mengurangi nyeri sendi

Dosis : Oleskan 2 - 4 kali sehari pada sendi yang sakit.

Ossovit
Komposisi : Ca citrate 500 mg, vitamin D3 200 iu, vitamin K1 20 mcg, Mg 100 mg,
Zn 5 mg

Indikasi : Sebagai suplemen untuk memelihara kesehatan tulang bagi anak-anak


dalam masa pertumbuhan, remaja, orang dewasa, ibu hamil dan menyusui, masa
menopause serta usia lanjut.

Dosis : Anak-anak (1-3 tahun) : 1 kali sehari kaplet

Anak-anak (4-10 tahun) : 1 kali sehari 1 kaplet


Dewasa : 1 kali sehari 1-2 kaplet
Meloxicam

Indikasi : Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthritis.

Kontra indikasi :
Pasien yang hipersensitif terhadap Meloxicam, Aspirin atau obat-obat Anti
inflamasi Non Steroid lainnya.
Penderita dengan penyakit ginjal berat.
Wanita hamil dan menyusui.
Anak-anak.
Tukak lambung aktif selama 6 bulan terakhir atau memiliki riwayat penyakit
tukak lambung yang berulang.
Gagal ginjal non-dialisis berat.
Perdarahan gangguan saluran pencernaan, perdarahan cerebrosvaskular atau
perdarahan penyakit lainnya.

Efek samping jarang terjadi, seperti:

135
Gangguan pencernaan: sakit perut, konstipasi, diare, dispepsia, flatulence, mual
dan muntah.
Seluruh tubuh: edema, pain.
Sistem saraf pusat dan periferal: pusing, sakit kepala.
Hematologi: anemia.
Musculo-skeletal: artralgia, back pain.
Psikiatri: insomnia.
Sistem pernafasan: batuk, sistem pernafasan bagian atas, infeksi saluran
pernafasan.
Kulit: pruritus, rash.
Saluran kemih: micturition frequency, infeksi saluran kemih.

Interaksi obat
Risiko

pendarahan

dapat

meningkat

jika

diberikan

bersamaan

dengan

antikoagulan (walfarin, heparin), anti platelet (ticlopidine, clopidogrel, aspirin,


abciximab, dipyridamole, eptifibatide, tirofiban).
NSAID dapat menurunkan efek antihipertensi dari ACE Inhibitor, hidralazine dan
thiazide.
Penggunaan bersamaan dengan kortikosteroid dapat meningkatkan risiko tukak
lambung.
Aspirin

meningkatkan

konsentrasi

meloxicam

dalam

serum.

Cholestyramine (kemungkinan juga colestipol) meningkatkan meloxicam


clearance.
NSAID dapat meningkatkan nefrotoksisitas cylosporine.
NSAID dapat meningkatkan kadar litium.
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan iritasi mukosa lambung

136
5. Nama pasien

: Regina Pacis

Alamat

: Polosono Rt 01 Kebon agung Imogiri

Umur

: 8 tahun

Pendamping pasien : Ibu


R/ Cefixime syr
S 2 dd cth 1
R/ Propyretic supp
Pembahasan :
Cefixime syr

Indikasi :

Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus
mirabilis.
Otitis media yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain positif
dan negatif), Moraxella (Branhamella) catarrhalis (umumnya yang termasuk beta-laktamase
strain positif) dan Streptococcus pyogenes.
Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
Bronkitis akut dan bronkitis kronik eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae dan Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain negatif dan positif).
Pengobatan demam tifoid pada anak dengan multi-resisten terhadap pengobatan standar.

Kontra indikasi : Pasien dengan riwayat syok atau hipersensitivitas yang disebabkan
oleh komponen dalam obat.

Efek samping : syok, hipersensitifitas, gangguan sistem pencernaan, perubahan flora


bakteri, defisiensi vitamin

Propyretic supp

Komposisi : Paracetamol

Indikasi : Pereda rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh pada waktu demam

Kontra indikasi : gangguan fungsi hati

Efek samping : reaksi kulit, hematologis, dan reaksi alergi lainnya.

Permasalahan :

137
-

Pasien bertanya kenapa suppositoria diresepkan tetapi tidak diberikan bersama dengan
obat cefixime padahal dia bayar sesuai dengan yang tertera di lembar/kertas
pembayaran

Penyelesaian :
-

Diberi penjelasan kepada pendamping pasien bahwa suppositoria yang ada di dalam
kertas pembayaran itu sudah diberikan terlebih dahulu di IGD.

6. Nama pasien : Kheyza Azzura Ramadhani


Alamat

: Miri Sriharjo Imogiri Bantul

Berat badan : 19,5 kg


R/ Trifed 1/3 tab
Trilac 1/3 tab
Codein 1,5 mg
m.f la pulv dtd no X
S 3 dd pulv 1
Pembahasan :
Trifed

Komposisi : Triprolidin HCl 2,5 mg, Pseudoefedrin HCl 60 mg.

Indikasi : Pengobatan gejala-gejala yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan


kondisi alergika.

Trilac

Komposisi : Tiamcinolone

Indikasi : Sinovitis of OA, AR, bursitis akut dan subakut, artritis gout akut,
epikondilitis, tendosinovitis nonseptik akut dan OA pasca traumatik. Intradermal :
pengobatan keloid, eritematosus lupus diskoid, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
alopesia areata dan hipertrofi terlokalisir, lesi lichen planus yang mengalamai
inflitrasi dan inflamasi, plak psoriatik, granuloma anulare dan neurodermatitis

Kontra indikasi : Infeksi jamur sistemik. Purpura trombositopenia idiopatik

Efek samping : Disfungsi cairan dan elektrolit; muski;osketel, Gl, dermatologik, dan
gangguan endokrin; konvulsi, peningkatan TIK dengan papiledema, vertigo, sakit

138
kepala, neuritis, parestesia, perburukan kondisi kejiwaan; katarak subkapsular
posterior, peningkatan TIO, glaukoma, eksoftalmos; hiperglikemia, glikosuria,
keseimbangan negatif nitrogen, necrotizing angiitis, tromboflebitis, tromboemboli,
perburukan infeksi atau menyamarkan gejala-gejala infeksi, episode sinkop

Interaksi obat : Fenitoin, fenobarbital, rifampisin, kortikosteroid, diuretik,


hipoglikemik, antikolinesterase, salisilat

Codein

Komposisi:

Tiap tablet Codein 10 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 10
mg
Tiap tablet Codein 15 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 15
mg
Tiap tablet Codein 20 mg mengandung: Kodein Fosfat hemihidrat setara dengan Kodein 20
mg

Indikasi : Antitusif, analgetik

Kontraindikasi : Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan


intrakranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.

Dosis:

Sebagai analgesik:
- Dewasa

: 30 60 mg, tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.

- Anak-anak

: 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari

Sebagai antitusif :
- Dewasa

: 10-20 mg, tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan, maks. 60 mg perhari.

- Anak6-12tahun : 5-10 mg, tiap 4 6 jam, maksimum 60 mg perhari.


- Anak 2-6 tahun :1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg/hari
Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun.

Efek Samping:

- Dapat menimbulkan ketergantungan.


- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok.

Interaksi Obat:

- Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-sama dengan obatobat depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol.

139
- Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis.
- Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis.
-Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14 hari
setelah pemberian penghambat MAO.

7. Nama Pasien : Ny. Sudiyah


Alamat

: Mundon Rt 06 Bantul

Umur

: 45 tahun

R/ Dexamethason tab
S 2 dd 2 (pagi, siang)
Pembahasan :
Dexamethason

Komposisi :

Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung:


a. Dexamethasone ................. 0.5 mg.
b. Dexamethasone ................. 0.75 mg.
Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung:
Dexamethasone Sodium phosphat ..... 5 mg.

Indikasi:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20
mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.

Kontra Indikasi:
- Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada
mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan
penderita.
- Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism pada bayi
yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.

Efek Samping:
- Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid
seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan

140
dengan beberapa glucocorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.
Permasalahan :
-

Pasien kurang paham aturan pakai obat

Penyelesaian :
-

Diberi penjelasan sampai pasien mengerti bahwa obat nya dikonsumsi 2 kali sehari.
Setiap pemakaian, pasien mengkonsumsi 2 tablet.

8. Nama pasien : Prakoso Pandit Mustika


Alamat : Sigran Rt 4 Tirtorahayu Galur Kulon Progo
R/ Tarivid
S 3 dd gtt II ad
R/ Rhinofed syr
S 3 dd cth
Pembahasan :
Tarivid

Komposisi : ofloxacin

Indikasi : Otitis media supuratif kronik, otitis eksterna.

Kontra indikasi : Hipersensitif

Efek samping : Nyeri dan gatal pada telinga

Rhinofed syr

Komposisi : Per 5 mL: Pseudoephedrine 15 mg, terfenadine 20 mg

Indikasi: Rinitis alergika, rinitis vasomotor

Kontra indikasi : Insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi berat. Pemberian


bersamaan dengan antibiotik makrolid atau anti jamur azole

Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, tidak enak di perut, mulut kering, insomnia,
mudah lelah, ansietas, palpitasi, takikardia

Interaksi obat : Peningkatan TD dengan simpatomimetik lainnya MAOI

141
9. Nama pasien

: Bp. Lanjari

Alamat

: Prancak glondong Rt 5 Panggung harjo Sewon Bantul

Umur

: 55 tahun

Pendamping pasien : Ibu Ninik


Status

: Istri

R/ Lansoprazole
S 1 dd 1
R/ Dygezim
S 2 dd 1
R/ Alganax 0,5 mg
S 1 dd 1 (malam)
Pembahasan :

Lansoprazole
Komposisi : Tiap kapsul mengandung lansoprazole 30 mg.

Indikasi : Pengobatan jangka pendek pada ulkus duodenum, Benign ulkus gaster, dan
refluks esofagitis.

Kontra indikasi : Penderita hipersensitif terhadap lansoprazole.

Efek samping : Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut
kering, sembelit, kembung, pusing, lelah, ruam kulit, urtikaria, pruritus. Terjadi
kenaikan nilai-nilai tes fungsi hati yang bersifat sementara dan akan normal kembali.
Kadang-kadang dapat terjadi artralgia, edema perifer dan depresi.

Interaksi obat :
-

Lansoprazole dimetabolisme di hati, oleh sebab itu ada kemungkinan interaksi


dengan obat-obat yang dimetabolisme di hati.

Terutama harus hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan obat-obat


kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin dan warfarin.

Antasida dan sukralfat akan mengurangi bioavailabilitas lansoprazole dan jangan


diberikan antara satu jam setelah makan lansoprazole.

Dygezim

142

Komposisi : Curcuma domestica extr 6.67 mg, Zingiber officinale 76.67 mg, papaya
enzymes (papain) 10 mg, pancreatin (bovine pancreas) 170 mg.

Indikasi : Membantu memelihara kesehatan sal cerna.

Alganax 0,5 mg

Komposisi : Alprazolam

Indikasi :

-Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas


-Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi
-Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik dengan atau tanpa
agoraphobia

Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap benzodiazepin, penderita


glaukoma sudut sempit akut, penderita insufisiensi pulmonari akut

Efek samping :

-Yang sering terjadi: drowsiness, kekeringan, sakit kepala ringan


- Yang jarang terjadi: perubahan berat badan, nervousness, gangguan memori/amnesia,
gangguan koordinasi, gangguan gastrointestinal dan manifestasi autonomik, pandangan
kabur, sakit kepala, depresi, insomnia tremor

Interaksi obat : Golongan benzodiazepin termasuk Alprazolam dapat meningkatkan


efek CNS depresan bila digunakan bersamaan dengan obat-obat psikotropik lain,
antikonvulsan, antihistamin, etanol dan obat-obat lain yang mempunyai efek CNS
depresan.

10. Nama pasien : Ny.Kipti Rohmiyanti


Alamat : Babakan Poncosari Srandakan
Umur : 59 tahun
R/ Mertigo
S 3 dd 1
R/ Sumagesic
S 3 dd 1

143
R/ Vometa
S 3 dd 1
Pembahasan :
Mertigo

Komposisi: Betahistine mesylate

Indikasi: Vertigo dan pusing pada penyakit Meniere, sindroma Meniere, vertigo
perifer

Dosis: Dewasa : 3 kali sehari 1-2 tablet

Pemberian Obat: Berikan sesudah makan

Efek Samping: Gangguan GI, ruam kulit


Sumagesic

Komposisi : Paracetamol

Indikasi : Demam yang menyertai flu, pilek, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri
yang berhubungan dengan trauma.

Efek samping : reaksi kulit, darah, dan alergi lainnya.

Vometa
Komposisi : Tiap tablet mengandung Domperidone 10 mg

Indikasi:
- Mual-muntah akut. Tidak dianjurkan pencegahan rutin pada muntah Setelah operasi.
- Mual dan muntah disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari
12 minggu.
- Pengobatan simtom dispepsia fungsional. Tidak dianjurkan untuk pemberian jangka
lama.
- Mual-muntah pada kemoterapi kanker dan radioterapi.
Kontra Indikasi:
- Penderita hipersensitif terhadap Domperidone.
- Penderita dengan prolaktinoma (salah satu tumor hipofisis) yang mengeluarkan
prolaktin.

Efek Samping:
- Jarang dilaporkan: sedasi, reaksi ekstraperimidal distonik, parkinson, tardive
dyskinesia (pada pasien dewasa dan usia lanjut) dan dapat diatasi dengan obat

144
antiparkinson.
- Peningkatan prolaktin serum, sehingga menyebabkan galaktorea dan ginekomastia.
- Mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal.

Interaksi Obat:
- Domperidone mengurangi efek hipoprolaktinemia dari bromokriptin.
- Pemberian obat antikolinergik muskarinik dan analgetik apioid secara bersamaan
dapat mengantagonisir efek Domperidone.
- Pemberian antasida secara bersamaan dapat menurunkan bioavailabilitas
Domperidone.
- Efek bioavailabilitas dapat bertambah dari 13% menjadi 23% bila diminum 1,5 jam
sesudah makan.

Pembahasan
Konseling merupakan sistem komunikasi dua arah dimana terdapat sender (penyampai
pesan)yang dilakukan oleh seorang apoteker dan receiver (penerima pesan) yaitu pasien atau
keluarga pasien yang menghasilkan feddback (umpan balik) berupa pemahaman dari pasien
mulai dari kegunaan obat atau indikasi obat sampai cara pemakaian obat dan kepatuhan
pasien. Konseling penting dilakukan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
pasien yang berkaitan dengan pemahaman mengenai obat mengenai nama obat, indikasi obat,
lama pengobatan, efek samping obat dan cara pemakaian atau aturan pakai obat seta
menjamin kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga tujuan/sasaran pengobatan
yang optimal dapat tercapai dengan risiko yang paling minimal. Konseling dilakukan untuk
beberapa kriteria pasien diantaranya yaitu pasien rujukan dari dokter, pasien dengan penyakit
kronis, pasien geriatrik, pasien pediatrik, pasein dengan obat yang berindek terapi sempit dan
mendapatkan obat polifarmasi agar efek terapinya tercapai dan mengurangi kesalahan baik
kesalahan obat, dosis obat maupun aturan pakai obat.

145
LAMPIRAN 12. LEAFLET

146
Cara Menggunakan Symbicort turbuheler

Sediaan symbicort:

Kemasan :
turbuhaler 160/ 4,5 mcg dosis 1x

Cuci tangan dengan sabun

Penyimpanan:
Harap jauhkan obat ini dari anakanak.
Pastikan turbuhaler selalu ditutup.
Simpan turbuhaler pada suhu
kamar dan ditempat kering

1. Buka tutup turbuhaler


2. Putar ke kanan sampai habis
(maksimal)
3. Putar ke kiri sampai berbunyiklik
4. Tarik nafas (ekspirasi maksimal),
masukkan turbuhaler kedalam
mulut
5. Hisap secara kuat dan cepat
(inspirasi maksimal)
6. Tahan napas dan hitung sampai 510 detik
7. Tutup kembali turbuhaler
8. Kumur

Jangan gunakan obat ini setelah melewati


tanggal kadaluwarsa.

PERHATIAN!!
1.

Tirotoksikosis,
feokromositoma,DM,hipokalemia
yang tidak diterapi, kardiomiopati
obstruktif hipertrofi, stenosis aorta
subvalvular

idiopatik,

hipertensi

berat, aneurisma atau gangguan


KV berat lain.
2. Pasien

dengan

perpanjangan

interval QT.

Praktek Kerja Program Profesi

3. Asma akut berat.


4. Lakukan

pemamtauan

pertumbuhan anak pada terapi


jangka panjang.
5. Hamil dan laktasi.
6. Anak <6 tahun

Apoteker UMP
Jl. Raya Dukuhwaluh PO.Box 202
Telp 636751, Purwokerto 53182
Farmasi@ump.ac.id

147
LAMPIRAN 13. LEMBAR QUISIONER

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN FARMASI


DARI SEGI KEPUASAN PASIEN
Kepada Yth:
Pasien Farmasi Rawat Jalan RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Dengan hormat,
Untuk meningkatkan Pelayanan farmasi RSU PKU Muhammadiyah Bantul kami mohon
partisipasinya untuk menuliskan data diri Bapak/ Ibu/ Sodara/i dengan cara memberikan
tanda pada kotak yang tertulis dibawah ini:
IDENTITAS
Jenis kelamin

Laki-laki / Perempuan

Umur

tahun

Pendidikan

SD/ SMP/ SMA/ D3/Sarjana/.

Pekerjaan

Guru/ TNI/Petani/Ibu Rumah Tangga/Karyawan/Wiraswasta/

Keterangan : *coret yang tidak perlu


FASILITAS, PELAYANAN, DAN SDM
Tingkat Penilaian
Aspek yang dinilai

Petugas farmasi sudah bersikap ramah dan


sopan dalam melayani pasien
Petugas cepat tanggap melayani pasien
Petugas berpakaian rapih dan sopan
Obat yang diresepkan selalu tersedia di farmasi
rawat jalan
Petugas farmasi sudah menyiapkan obat dengan
cepat dan tepat
Petugas farmasi sudah melakukan pengemasan
dengan rapih

Sangat
Baik

Baik

Cukup

Kurang

148
Tingkat Penilaian
Aspek yang dinilai

Pasien mendapatkan keadilan dalam pelayanan


sesuai No. Urut
Petugas farmasi sudah memberikan informasi
penggunaan dan penyimpanan obat dengan jelas
Biaya pengobatan dapat tercapai oleh pasien
Pasien sudah memahami aturan pakai obat yang
tertulis di etiket
Alur pelayanan dan persyaratan mudah di
pahami oleh pasien
Lokasi farmasi rawat jalan mudah di cari oleh
pasien
Lingkungan dan fasilitas ruang ruang tunggu
obat dalam kondisi baik dan bersih
Tempat penyerahan obat sudah nyaman dan
tepat

Kritik dan Saran:

Sangat
Baik

Baik

Cukup

Kurang

149
FASILITAS, PELAYANAN, DAN SDM
Tingkat Penilaian
Aspek yang dinilai
Sangat
Baik

Baik

Cukup

Kurang

Petugas farmasi sudah bersikap ramah dan


sopan dalam melayani pasien

156

165

Petugas cepat tanggap melayani pasien

104

180

Petugas berpakaian rapih dan sopan

132

183

Obat yang diresepkan selalu tersedia di


farmasi rawat jalan

86

177

34

Petugas farmasi sudah menyiapkan obat


dengan cepat dan tepat

58

183

32

Petugas farmasi sudah melakukan pengemasan


dengan rapih

80

204

30

Pasien mendapatkan keadilan dalam


pelayanan sesuai No. Urut

100

186

20

Petugas farmasi sudah memberikan informasi


penggunaan dan penyimpanan obat dengan
jelas

96

201

18

Biaya pengobatan dapat tercapai oleh pasien

44

165

64

Pasien sudah memahami aturan pakai obat


yang tertulis di etiket

68

210

24

Alur pelayanan dan persyaratan mudah di


pahami oleh pasien

52

213

28

Lokasi farmasi rawat jalan mudah di cari oleh


pasien

68

207

20

Lingkungan dan fasilitas ruang ruang tunggu


obat dalam kondisi baik dan bersih

80

186

30

Tempat penyerahan obat sudah nyaman dan


tepat

76

192

24

150

LAMPIRAN. 14 TUGAS ANALISIS PAKET OPERASI SECTIO


CAESSARIA
Nama obat
RL
Bupi1acain 0,5% inj
Ephedrin inj
Sedacum inj 5mg
Ondensentron inj
4mg
Pospargin inj 2mg/ml
Ketorolac 30mg inj
Syntocinon inj
Ceftriaxone inj/1ial
Spinocan
Aqua steril
Decain spinal 0,5%
Phytomenadion
Amox tab
Nonflamin kap
Lactamor
Profenid sup
Pronales sup
Ionduxin inj
Repnopain
Kalnex inj

Supriyati
1
1
1
1

Sri kurnia
1
1
1
1

Siti muba
1

1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1

1
1
1
1

1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1

Siti husadari
1
1
1
1

Rizki nur
1

1
1
1
1
1
1
1

1
1

%
100
60
100
80

1
1

1
1
1

1
1
1

100
100
80
80
60
100
80
40
60
20
20
20
20
20
20
20
20
57,14286

Rata-rata

Kesimpulan : Sebanyak 57,14286 % semua pasien menggunakan alkes yang sama dalam
operasi Sectio Cessar.

151

KASUS 1
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
A. PENYELESAIAN KASUS ( METODE SOAP)
1. SUBJEKTIF
Tuan X 73 tahun dengan berat badan 55 kg MRS 10 April 2014 dengan keluhan
nyeri di perut bawah sampai pinggang sejak satu minggu yang lalu, nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh nyeri saat BAK dan tidak tuntas.
Pasien didiagnosa menderita BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dan hipertensi
stage II.
Riwayat penyakit :
a. Tahun 2007, luka robek di kaki.
b. Tahun 2009, BPH.
c. Tahun 2013, Chest discomfort bronchitis.
Riwayat pengobatan :
a. Piracetam , Neulin, Asam tranexamat, Dexametason.
b. Captopril 25 mg, Amoxan 500 mg, Idafit, Ciprofloxacin.
c. Cedaxon 5 mg, Sucralfate 3 mg, ISDN, Azitromicin, Nitec syr.

2. OBJEKTIF
Tanda vital
Parameter
TD
Nadi
Nafas ( RR)
T

Normal
120/80 MmHg
60-100 X/mnt
14-20 X/mnt
36,5-37,5 C

Tanggal
10 Mei 2014
170/100
92
20
36

Parameter
11 Mei 2014
140/80
76
20
38,3

152

Pemeriksaan laboratorium
Parameter
Hb
AL
AT
AE
Hmt
Diff Eosinofil
Diff stab
Diff Basofil
Diff Segmen
Diff Limfosit
Diff Monosit
Ureum
Kreatinin
Albumin
Elektrolit Cl
Elektrolit K
Elektrolit Na
GDS
HBS AG
APTT
PTT

Normal
11-17 %
4-11 RB/MMK
150-450 RB/MMK
3,5-5,5 JT/MMK
32-52 %
0-3 %
2-6 %
0-1 %
40-70 %
20-40 %
2-8 %
10-40 mg/dl
0,9-1,3 mg/dl
3,5-5 g/dl
98-107 mmol/l
3,5-5 mmol/l
137-145 mmol/l
80-120
Non reaktif
25-40 detik
11-15 detik

Tgl (10 Mei 2014)


13,4 %
6,1
240
5,38
41,7
0
0
0
51,9
39,7
8,4
40,2
1,71
4,06
109,3
4,02
145,8
74,7
Negatif
35,5
15,6

Pemeriksaan penungjang lain,


Tanggal
10 Mei 14

Jenis
Hasil
Pemeriksaan
Radiologi
1. Simple cyst ren sin
2. Hypertrophy prostat dg cystitis
3. Ren ka dalam batas normal
EKG
Normal

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal

153

Profil terapi ,
Nama obat
Amlodipin 10mg tab
Ceftriaxone 1gr inj
Ketorolac inj 30mg
Kalnex (As. Tranexamat) 500 mg
inj
Ondansentron 4mg/ml inj
Fleet enema (Sodium biphosphate
19 g, disodium phosphate 17 g)
Omeprazole 20mg tab
Levofloxacin 500mg tab
Na diklofenak 25mg tab
Laxadine syr (Fenolftalein 56 mg,
Paraffin 1200 mg, Gliserin 736 mg,
Agar-agar 9,4 mg)
Paracetamol 500mg tab

Aturan
pakai
1x1
1x1
2x1
3x1

Rute

1x1
prn

IV

1x1
1x1
2x1
3x1 C

PO
PO

PO
IV
IV
IV

Tanggal ( April 2014)


10 11 12 13 14 15

prn

Dispensing

3.

No.

Nama obat

1.

Ceftriaxon

Komposisi

Pelarut

Ceftriaxone
1gr/vial

IV : + 10ml aqua PI

Penyimpanan
< 6 jam suhu < 25C atau
< 24 jam di lemari es

ASSESMENT
Analisis DRP
No.

DRP

Masalah

1.

Terapi tanpa indikasi

Penggunaan laxadin

2.

Indikasi tanpa terapi

3.

Dosis terlalu tinggi

4.

Dosis terlalu rendah

5.

Pemilihan obat tidak tepat

Ceftriaxone sebagai antibiotik profilaksis

6.

Kepatuhan

7.

ADR

154

4.

PLAN
a. Pasien tidak mengalami mengalami konstipasi, jadi pemberian laxadin tidak
diperlukan.
b. Antibiotik profilaksis yang harus digunakan adalah levofloxacin 500 mg

B. PEMBAHASAN
1. Terapi tanpa indikasi
a. Amlodidpin
Amlodipine diberikan untuk menurunkan tekanan darah pasien. Amlodipin
merupakan golongan CCB ( calcium chanel blocker) nondihidropiridin yang
bekerja dengan memblok kanal kalsium sehingga mengakibatkan relaksasi
otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner.
Terapi lini pertama untuk hipertensi stage II berdasarkan JNC 7 adalah
duiretik tiazid + ACEI/ARB/CCB/BB,. Pasien Tn X mengalami gangguan pada
sistem urologinya dikarenakan BPH, oleh karena itu tidak memungkinkan
untuk pemberian diuretik, selain itu dapat kita lihat pada monitoring tekanan
darah pasien selama di RS mengalami perubahan yang baik. Dosis terapi
amlodipin adalah 2,5-10 mg sebanyak satu kali sehari , jadi terapi hipertensi
stage II yang diberikan pada pasien sudah tepat.
b. Ceftriaxone
Ceftriaxone merupakan antibiotik spectrum luas golongan sefalosporin
generasi ke III, pemberian antibiotik pada pasien adalah sebagai profilaksis
tindakan TURP yang akan dilakukan pasien.
c. Levofloxacin
Levofloxacin merupakan antibiotik golongan quinolon, pemberian levofloxacin
adalah sebagai ganti ceftriaxone injeksi dan merupakan antibiotik profilaksis
untuk post TURP.
d. Ketorolac
Ketorolac merupakan merupakan NSAID yang memiliki indikasi mengatasi
Nyeri akut, penanganan nyeri setelah operasi. Pada pasien pemberian
ketorolac bertujuan sebagai anti nyeti post TURP. Nyeri post TURP termasuk

155

ke dalam nyeri akut yang disebabkan prosedur tindakan medis yang dapat
diatasi dengan NSAID penghilang nyeri post operasi. Ketorolak IM (30-60 mg)
sebagai

analgesik

pascabedah

memperlihatkan

efektifitas

sebanding

morfin/meperidin dosis umum, masa kerjanya lebih panjang dan efeknya


sampingnya lebih ringan dan ketorolac dapat diberikan secara oral ( 5-30 mg).
Jadi penggunaan ketorolac 30 mg injeksi untuk mengatasi nyeri post TURP
sudah tepat.
e. Asam tranexamat
Untuk mengatasi pendarahan post TURP digunakan asam traneksamat 500
mg injeksi (kalnex) sebagai hemostatik sistemik yang merupakan analog asam
aminokaproat. Asam traneksamat mempunyai indikasi dan mekanisme kerja
yang sama dengan asam aminokaproat tetapi 10 kali lebih potent dengan efek
samping lebih ringan.
f. Ondansentron
Ondansetron termasuk kelompok obat Antagonis serotonin 5-HT3, yang
bekerja dengan menghambat secara selektif serotonin 5-hydroxytriptamine
(5HT3). Dimana serotonin 5-hydroxytriptamine (5HT3) merupakan zat

yang akan dilepaskan jika terdapat toksin dalam saluran cerna,


kemudian berikatan dengan reseptornya dan akan merangsang saraf

vagus menyampaikan rangsangan ke CTZ(chemoreseceptor trigger zone)


dan pusat muntah dan kemudian terjadi mual dan muntah.
Ondansendron diberikan untuk mengatasi mual dan muntah post TURP.
g. Na diklofenak
Na diklofenak merupakan analgesik non narkotik yang diindikasikan untuk
Nyeri paska bedah, nyeri & radang pada penyakit artritis & gangguan otot
kerangka lainnya, nyeri pada gout akut dan dismenorea. Pemberian na
diklofenak adalah untuk mengatasi nyeri post TURP sebagai pengganti
ketorolac pada hari ke-3 post TURP.
h. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesic non narkotik yang diindikasikan untuk Nyeri
ringan sampai sedang dan demam. Pasien pada hari ke-2 MRS/ setelah TURP

156

mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 C, dan paracetamol


diberikan saat suhu tubuh pasien >37,5 C.
i. Fleet enema ( sodium phosphate)
Fleet enema diberikan beberapa waktu sebelum tindakan TURP, Fleet enema
diberikan dengan tujuan menegeluarkan

isi lambung pre TURP. Sodium

phosphate mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau


mempengaruhi pola distribusi air dalam tinja. Laksans jenis ini mempunyai
kemampuan menarik air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah melewati usus
j. Laxadin (Fenolftalein 56 mg, Paraffin 1200 mg, Gliserin 736 mg, Agar-agar 9,4
mg.)
Pasien tidak mnegeluhkan konstipasi, jadi penggunaan laxadin sebagai
pencahar tidak pas diberikan pada pasien karena tidak ada indikasi yang harus
diobati oleh pencahar.
k. Omeprazole
Pasien mendapatkan terapi NSIAD pre dan post tURP dan mendapatkan
tindakan operasi TURP , kemungkinan besar omeprazole diberikan untuk
mengatasi stress ulcers. Stress ulcers adalah rusaknya lapisan mukosa
lambung yang disebabkan berbagai hal, seperti trauma, prosedure operasi
mayor, luka bakar, penyakit parah, penggunaan obat-obat seperti NSAID dll.

2. Indikasi tanpa terapi


Semua indikasi yang ada pada pasien telah diterapi.

3. Ketidaktepatan pemilihan obat


a. Antibiotik profilaksis.
Lini pertama antibiotik profilaksis untuk operasi urologi adalah cefazolin
aminoglikosida / azitromicin, selain itu juga bisa menggunakan ampicillin
sulbactam. Untuk pasien yang alergi terhadap cincin -lactam dapat
menggunakan clindamycin aminoglikosida, atau aztreonam, vancomicin
aminoglikosida, aztreonam.

Kemudian untuk prosedur TURP diketahui

bahwa penggunaan antibiotik profilaksis menunjukkan angka penurunan


bakteriuria pada penggunaan antibiotik levofloxacin (21%), sulfametoxazole,

157

trimetropim (20%) ( ISDA 2013). Penggunaan antibiotik ceftriaxone untuk 2


hari pertama dirasa kurang tepat, tapi penggunaan levofloxacin sebagai ganti
dari ceftriaxone sudah tepat, dan dosis levofloxacin yang diberikan sudah
tepat (dosis rekomendasi untuk dewasa 500 mg).

4. Dosis
a. Amlodipine
Dewasa : Hipertensi : dosis awal 5 mg sekali sehari, dosis maksimum 10 mg
sekali sehari.
b. Antibiotik
Dosis lazim ceftriaxone = 1-4 gr / 24 jam
Dosis lazim levofloxacin = 500 mg
c. Ketorolac
Dewasa : 30-60mg, 30mg setiap 6 jam, max.120mg/hari Lansia dan dewasa
BB < 50Kg 15mg setiap 6 jam, max. 60mg/hari Dgn kerusakan hati/ginjal dosis
diturunkan 50%
d. Na diklofenak
Nyeri & dismenore : Dosis awal : 50 mg, dilanjutkan 50 mg setiap 8 jam jika
perlu
e. Asam tranexamat
Dosis injeksi intravena perlahan : 0.5 -1 g (atau 10 mg/kg) 3 kali sehari.
f.

Ondansentron
Pencegahan mual dan muntah pasca bedah : 4 mg/ml sebagai dosis tunggal
atau injeksi intarvena.

g. Paracetamol
Dewasa & anak >12 thn; oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6 jam bila perlu,
maksimum 4 g per hari.
h. Omeprazole
Stress ulcer, penjagaan, 20-40 mg per oral atau nasogastric sekali sehari.

158

5. Kepatuhan
Selama di RS tidak ada masalah kepatuhan pasien dalam meminum obat karena
pemberian obat terjadwal dengan benar, masalah yang perlu di teliti lebih lanjut
adalah kepatuhan pasien meminum obat maupun menjalankan pola hidup sehat
selelah keluar dari RS mengingat usia pasien yang sudah 73 tahun.
6. Adverse drug reaction (ADR)
Tidak ditemukan adanya efek samping obat yang timbul maupun interaksi yang
terjadi antar obat-obat yang diberikan.
C. DAFTAR PUSTAKA
American Pain Society. 2005. Pain: Current Understanding of Assessment,
Management, and Treatments.
European Association of Urology. 2006. Guidelines on Benign Prostatic
Hyperplasia.
IDSA. 2013. Clinical practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery.
Nathens, Avery. Maier, Ronald. Prophylaxis and management of stress
ulceration . Department of Surgery, Harborview Medical Center, University of
Washington, Seattle, WA, U.S.A.

159

KASUS 2
CHF(Chronic heart Failure), COPD(Chronic Obstructive Pulmonary
Disease), dan Cor Pulmonale
A. PENYELESAIAN KASUS ( METODE SOAP)
1. Subjektif
Pasien pasien Tn X 78 tahun dengan BB 40 kg MRS 20 april dengan keluhan Sesak
nafas sejak satu minggu yang lalu, sudah berobat tapi tidak membaik. Pasien
didiagnosa CHF, COPD dan Cor Pulmonale.
Riwayat penyakit : Bronchitis
Riwayat pengobatan : tidak ada catatan terkait

2. Objektif
Tanda Vital
Parameter

Nilai normal

TD
120/80 MmHg
Nadi
60-100 X/mnt
Nafas ( RR)
14-20 x/mnt
T
36,5-37,5C
Nilai Laboratorium
Parameter
Hb
AL
AT
AE
Hmt
Diff Eosinofil
Diff stab
Diff Basofil
Diff Segmen
Diff Limfosit
Diff Monosit

202/42014
110/70
28
-

Normal
11-17 %
4-11 RB/MMK
150-450RB/MMK
3,5-5,5 JT/MMK
32-52 %
0-3 %
2-6 %
0-1 %
40-70 %
20-40 %
2-8 %

Tanggal
21/422/42014
2014
110/70
130/80
88
86
28
26
36
Tgl (10-032014)
13,8
10,8
313
4,67
43,8
0
0
0
75,3
16,6
8,1

23/42014
22
-

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Normal
Tinggi
Normal
Tinggi

160

Parameter
Normal
Ureum
10-40 mg/dl
Kreatinin
0,9-1,3 mg/dl
SGOT
<37 U/L
Pemeriksaan penunjang
Tanggal
5/4-14

Tanggal (10/4-14)
43,2
1,09
37,2

Jenis Pemeriksaan
Radiologi
EKG

Keterangan
Tinggi
Normal
Normal
Hasil

Bronchitis
Besar cor normal
Normal

Profil terapi
Nama obat
Oksigen 3 lpm
(Iptatropiumbromide 0,5mg,
salbutamol
2,5mg+budesonide + Nacetylcistein 100mg)
Furosemid 10 mg/ml (2ml) inj
Pantoprazole 40mg inj
MTP 125mg inj
Ceftriaxone 1gr inj
Ascorbic acid inj
Azytromicin syr
Azytromicin 500 mg tab
ISDN 5 mg tab
Renapar (Pottasium Laspartate,magnesium Laspartate) tab
Fleet enema
Sulbactam 500mg,
cefoperazon 500mg inj
Cernevit inj

Aturan
pakai
3x1

Rute
pemberian
Inhalasi
Inhalasi
(nebu)

2x1
1x1
1x1/2
2x1
1x1
1x1
1x1
2x1
1x1

IV
IV
IV
IV
IV
PO
PO

prn
2x1
1x1

20

Tanggal
21
22 23

24

Stop

Stop
Stop

Rectal
IV

IV

PO

161

3. Assesment

No.
1.
2.
3.
4.
5.

DRP
Terapi tanpa indikasi
Indikasi tanpa terapi
Dosis terlalu tinggi
Dosis terlalu rendah
Pemilihan obat tidak
tepat

6.
7.

Kepatuhan
ADR

Masalah
Pantozole, fleet enema
ACEI

MTP,
Antibiotik ( ceftriaxone, azitromicin,
Sulbactam, cefoperazon ),

4. Plan
a. Pasien tidak mengalami gangguan pada saluran cernanya baik gangguan pada
lambung maupun konstipasi, jadi penggunaan pantozole dan fleet enema
dirasa tidak perlu digunakan. Selain itu pasien diketahui mengalami diare
sebagai efek samping dari penggunaan fleet enema , maka sudah jelas bahwa
penggunaan fleet enama seharusnya tidak diberikan.
b. Penggunaan metilprednisolon dihentikan
c. Terapi captopril 25 mg tablet tiga kali sehari.
d. Antibiotik diganti amoksisilin/ clavulanate 500/125 2-3 kali sehari

B. PEMBAHASAN
1. Terapi tanpa indikasi
a. Furosemide
Terjadinya penurunan curah jantung pada gagal jantung (CHF) menyebabkan
peningkatan sistem renin angiotensin, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan aliran balik vena ke jantung dan menyebabkan retensi cairan
yang akan menimbulkan eodem perifer dan oedem paru. Untuk mengatasi
hal ini maka diberikan furosemide dan spironolakton sebagai diuretik yang
bersifat diuresis dimana akan menurunkan retensi cairan yang ada. Diuretik

162

merupakan lini pertama yang direkomendasikan untuk mengatasi oedem


pada CHF dan Cor Pulmonale, pemilihan furosemide dikarenakan furosemide
merupakan diureti kuat sehingga lebih poten mengatasi oedem yang terjadi
jika dibandingkan dengan tiazid yang apabila digunakan untuk mengatasi
oedem perlu dikombinasikan dengan furosemide karena efek diuresisnya
yang tidak terlalu kuat.
b. Isosorbid dinitrat (ISDN)
CHF disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah iskemik dimana
terjadi penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan
darah ke otot jantung. Karena sumbatan ini, terjadi ketidakseimbangan
antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya
terganggu. Salah satu manifestasi dari iskemik adalah sesak, dan pemberian
Isosorbid dinitrat ( ISDN) pada kasus ini adalah untuk mengobati sesak yang
dialami pasien

yang dicurigai sebagai manifestasi adanya iskemik yang

menjadi penyebab dari CHF yang dialami pasien. Selain pemberian ISDN,
untuk mengatasi sesak pasien juga menerima terapi oksigen 3 lpm.
c. Bronkodilator (iptatropium/salbutamol), glukokortikoid ( budesonide), anti
oksidan (N- acetylcistein).
Terapi yang perlu diberikan pada pasien eksaserbasi COPD adalah
bronkodilator, glukokortikoid inhalasi, serta antibiotik (ATS 2004). Kombinasi
short acting 2 agonis (iptatropium/salbutamol) memberikan efek yang lebih
baik mengatasi COPD dibandingkan dengan pemakaian tunggal. Budesonide
merupakan salah satu glukokortikoid yang dapat digunakan untuk mengatasi
COPD yang pemberiannya diberikan secara inhalasi, selain itu kortikosteroid
oral memang tidak direkomendasikan untuk diberikan pada pasien COPD
yang disertai CHF karena akan perbengaruh buruk pada menimbunana cairan
yang terjadi pada CHF. Selain itu penggunaan antioksidan dapat ditambahkan
pada terapi COPD yang menurut literatur dapat mengurangi
eksaserbasi ( ATS 2004 ).

kejadian

163

d. Asupan nutrisi ( cernevit dan vitamin C )


Berdasarkan assesment diketahui bahwa pasien juga mengalami kekrurangan
asupan nutrisi, karena itu diberikan cernevit injeksi yang berisi berbagai
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh, kemudian vitamin c selain yang
terkandung pada cernevit juga ditambahkan secara injeksi mengingat
kebutuhan nutrisi pasien.
e. Pantozole dan fleet enema
Dalam catatan medic, tidak tertulis bahwa pasien mengalami konstipasi atau
gangguan gastrointestinal lain. oleh karena itu tidak ada indikasi pada pasien
sehingga harus diberiakn pantozole dan fleet enema. Selain itu, tercatat
bahwa setelah diberikan fleet enama bahkan pasien menjadi diare ( BAB > 5
kali dalam sehari).

2. Indikasi tanpa terapi


a. CHF: terapi lini pertamam untuk CHF adalah diuretik ditambah dengan Acei
Inhibitor/ARB kalau penggunaan ACEI tidak ditoleransi (ESC 2012). Pada kasus
ini pasien hanya mendapatkan furosemide . Menurut acuan yang diperoleh
seharusnya pasien juga mendapatkan terapai ACEI untuk mengatasi CHF nya.
Pasien bisa diberi furosemide + captopril untuk mengatasi CHFnya.

3. Pemilihan obat yang tidak tepat


a. Antibiotik untuk COPD
Untuk pemilihan antibiotik yang dapat digunakan untuk pasien eksaserbasi
COPD yang sudah mengalami komplikasi cor pulmonale antibiotik lini
pertama adalah amoxicillin/clavulanate atau fluoroquinolones utnuk
pernafasan

(gatifloxacin,

levofloxacin,

moxifloxacin)

atau

kombinasi

keduanya ( ATS 2004 ). Pada kasus ini pasien menerima antibiotik golongan
sefalosposin generasi ke III yaitu ceftriaxone dan cefoperazon kemudian
makrolida yaitu azitromicin. Terapi menggunakan sefalosporin / makrolida
pada COPD hanya diperuntukkan bagi pasien COPD dengan level I / yang
hanya cukup pemeliharaan di rumah saja dan tidak perlu perawatan khusus.
Pasien Tn X perlu perawatan khusus, karena selain COPDnya yang telah

164

mengalami komplikasi cor pulmonale, pasien juga memiliki penyakit penyerta


yaitu CHF. Dosis amoksisilin/clavulanate yang bisa diberikan adalah 500/125875/125 mg 2-3 kali sehari.
b. Metilprednisolon
Glukokortikoid telah diberikan bersama dengan bronkodilator dan
antioksidan secara inhalasi, jadi penggunaan metilprednisolon yang berupa
kortikosteroid dirasa tidak perlu lagi.

4. Dosis
a. Furosemide
I.M.I.V : 20-40 mg/dosis, yang mungkin diulang 1-2 kali sesuai kebutuhan dan
ditingkatkan 20 mg/dosis sampai tercapai efek yang diinginkan.Interval dosis
yang umum : 6-12 jam.
b. ISDN
Sublingual: 2.5-5 mg setiap 5-10 menit, maksimum 3 dosis selama 15-30
menit, juga dapat digunakan 15 menit sebelum melakukan aktivitas untuk
mencegah terjadinya serangan (profilaksis).
c. Antibiotik
Dosis lazim ceftriaxone = 1-4 gr / 24 jam
Dosis lazim azitromicin = 500 mg, 1 x sehari
Dosis lazim cefoperazone = 1-2 gr, 2 kali sehari. Maksimal 12 gr/hari

d. Bronkodilator
Dosis lazim salbutamol =2-4 mg, maksimal 8 mg/hari
Dosis lazim iptatropium = 500 mcg 3 x sehari
e. Budesonide
Dosis lazim = 360 mcg, 2 kali sehari. Maksimal 720 mcg/hari
f.

Pantoprazole
Dosis lazim = 40 mg/ hari

g. Metilprednisolon
Oral: 2-40 mg/hari, Injeksi im, iv lambat, infus iv: 10-100 mg/hari

165

5. Kepatuhan
Selama di RS tidak ada masalah kepatuhan pasien dalam meminum obat karena
pemberian obat terjadwal dengan benar, masalah yang perlu di teliti lebih lanjut
adalah kepatuhan pasien meminum obat maupun menjalankan pola hidup sehat
selelah keluar dari RS mengingat usia pasien yang sudah 78 tahun.

6. Adverse drug reaction (ADR)


tidak ditemukan adanya efek samping obat yang timbul maupun interaksi yang
terjadi antar obat-obat yang diberikan.

C. DAFTAR PUSTAKA

ATS. 2004. Standards for the diagnosis and treatment of patients with
chronic obstructive pulmonary disease.
ESC. 2012. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2012.
DIPIRO. 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach seventh
edition.

Anda mungkin juga menyukai