Anda di halaman 1dari 125

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat pada zaman sekarang ini mempunyai tingkat kesadaran yang


lebih akan pentingnya kesehatan yang merupakan salah satu faktor dalam
kelancaran aktivitas sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan juga merupakan
hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945(1).
Pentingnya kesehatanmendorong pemerintah untuk mendirikan pelayanan
kesehatan agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok
ataupun masyarakat (1). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut adalah Rumah Sakit. Rumah
Sakit menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat (2). Rumah sakit juga dapat digunakan untuk
kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian, serta pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dibidang kesehatan. Salah satu kegiatan yang
menunjang pelayanan kesehatan adalah pelayanan kefarmasian .

1
Menurut PP RI nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian,
pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

2
3

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien


(3). Dalam hal ini, dibutuhkan suatu standar pelayanan kefarmasian di
Rumah Sakit sebagai tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk
meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian, melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)(4).
Peranan apoteker sangat berpengaruh dalam mengatur setiap bagian dari
pelayanan kefarmasian baik dalam aspek managerial maupun klinis di rumah
sakit, untuk melakukannya tenaga apoteker yang kompeten sangat diperlukan,
untuk itu suatu lembaga pendidikin profesi apoteker mengadakan suatu
sarana untuk mempersiapkan apoteker yang menjalankan profesinya secara
profesional sesuai dengan kompetensi apoteker shingga Program apoteker
Universitas Pancasila Jakarta bekerja sama dengan Rumah Sakit Metropolitan
Medical Centre (MMC) Jakarta untuk menyelenggarakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 2 bulan pada periode 7
September - 31 Oktober.

B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di


Rumah Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab
Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Mempelajari dan mempraktekkan secara langsung tugas Apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Mempelajari standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit baik dari
sistem manajemen farmasi maupun sistem pelayanan farmasi klinik di
rumah sakit.
4

C. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre
(MMC) Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Memahami peran, fungsi, tanggung jawab, dan tugas seorang Apoteker
dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Mengetahui dan memahami standar pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit baik dari sistem manajemen farmasi maupun sistem pelayanan
farmasi klinik di rumah sakit.
3. Dapat mempraktekkan tugas apoteker secara langsung di Rumah Sakit
dalam beberapa aspek farmasi klinik.
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. RUMAH SAKIT
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014
menyebutkan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (5).

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


a. Tugas Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang
No. 44 tahun 2009. Selain itu Rumah Sakit juga mempunyai tugas
dalam melakukan pelayanan kepada pasien secara maksimal guna
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. (2).
b. Fungsi Rumah sakit
Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
yang berunyi bahwa Rumah Sakit memiliki Fungsi sebagai :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.

5
6

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya


manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi dan Jenis Rumah Sakit
a. Jenis Rumah Sakit
1) Berdasarkan Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus.
a) Rumah Sakit Umum
Merupakan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah
Sakit umum yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
3. Rumah Sakit Umum Kelas C
4. Rumah Sakit Umum Kelas D.
b) Rumah Sakit Khusus
Merupakan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit khusus yang dimaksud
dapat di klasifikasi menjadi:
1. Rumah Sakit Khusus Kelas A
2. Rumah Sakit Khusus Kelas B
3. Rumah Sakit Khusus Kelas C
2) Berdasarkan Pengelolaan
Berdasarkan pengelolaan Rumah Sakit dapat dibagi menjadi
Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.
a) Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit yang di kelolah
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum
7

yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola


Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b) Rumah Sakit Privat
Rumah Sakit ini dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
3) Berdasarkan Penyelenggara Pendidikan
Berdasarkan penyelenggara pendidikan, Rumah Sakit dapat di
bagi menjadi :
a) Rumah Sakit Pendidikan
Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009, Rumah Sakit
Pendidikan merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggrakan pendidikan dan penelitian secara terpadu
dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berlanjutan dan juga pendidikan tenaga
kesehatan lainnya yang akan melakukan penelitian di
Rumah Sakit tersebut. Rumah Sakit Pendidikan di tetapkan
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang
membidangi urusan pendidikan.
b) Rumah Sakit Non pendidikan
Rumah Sakit yang tidak meyelenggarakan pendidikan
untuk para peneliti dan tenaga kesehatan lainnya.
4) Berdasarkan status akreditasi, Rumah Sakit dibagi menjadi :
a) Rumah Sakit terakreditasi
Merupakan Rumah Sakit yang telah diakui secara formal
oleh suatu badan sertifikat yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu Rumah Sakit telah memenuhi persyaratan
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Akreditas Rumah
Sakit dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari
dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar
akreditasi yang berlaku
b) Rumah Sakit belum terakreditasi
8

Rumah Sakit yang belum di akui secara formal oleh


lembaga akreditas.
b. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit di kasifikasi berdasarkan pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan, bangunan dan prasarana. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 56 tahun 2014 Rumah Sakit Umum dapat di bagi
menjadi :
1) Rumah Sakit Umun Kelas A
a. Tenaga kesehatan
Rumah Sakit kelas A meliputi:
 Tenaga medis
 Kefarmasian
 Keperawatan
 Tenaga kesehatan lainnya dan
 Tenaga nonkesehatan.
b. Tenaga medis
Tenaga medis jyang dimiliki Rumah Sakit Kelas A meliputi
paling sedikitnya terdiri dari
 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan
medik dasar
 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut
 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis penunjang
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis lain
 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik subspesialis
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
c. Tenaga Kefarmasian yang dimiliki oleh Rumah Sakit kelas
A terdiri dari
 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit
9

 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang


dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga
teknis kefarmasian
 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh
paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis
kefarmasian
 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang
dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian
 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh
paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian
 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan
dan distribusi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit
 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu
oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
Berbeda dengan Rumah Sakit kelas A, Rumah Sakit kelas B
memiliki
a. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Kelas C terdiri dari
 Tenaga kesehatan
 Tenaga kefarmasian
 Tenaga keperawatan
 Tenaga kesehatan lain
 Tenaga nonkesehatan
b. Tenaga Medis
10

Tenaga medis yang dimiliki oleh Rumah Sakit kelas B


meliputi
 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar
 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis dasar
 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis penunjang
 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis lain
 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik subspesialis
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
c. Tenaga kefarmasihan yang dimiliki oleh Rumah Sakit kelas
B terdiri dari
 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Sakit,
 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan
yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang
tenaga teknis kefarmasian,
 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga
teknis kefarmasian,
 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat
yang dibantu oleh minimal 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian,
 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu
oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis
kefarmasian,
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
11

melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap


atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan
beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit,
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

3) Rumah Sakit Umum Kelas C


Rumah Sakit Umum kelas C memiliki beberapa tenaga
kesehatan, Tenaga medis dan Tenaga kefarmasian.
a. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum kelas C terdiri
dari
 Tenaga medis
 Tenaga kefarmasian
 Tenaga keperawatan
 Tenaga kesehatan lain
 Tenaga nonkesehatan
b. Tenaga medis di Rumah Sakit Umum Kelas C terdiri dari
beberapa yaitu
 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar,
 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut,
 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar,
 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis penunjang; dan
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut.
c. Tenaga kefarmasihan Rumah Sakit kelas C mempunyai
12

 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi


farmasi Rumah Sakit,
 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga
teknis kefarmasian,
 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis
kefarmasian,
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit kelas D memiliki Tenaga kerja kesehatan, tenaga
medis dan tenaga kefarmasian.
a. Tenaga Kesehatan
 Tenaga Medis
 Tenaga Kefarmasian
 Tenaga Keperwatan
 Tenaga Kesehatan lainnya
 Tenaga Nonkesehatan
b. Tenaga Medis
Tenaga Medis yang di miliki oleh Rumah Sakit Kelas D
berbeda dengan kelas A, B dan C, Pada Tenaga medis kelas
D memiliki tenaga medis yang terbatas yakni
 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik
dasa
 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut
 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis dasa
c. Tenaga Kefarmasian
13

Tenaga Kefarmasian yang dimiliki oleh Rumah Sakit kelas


D terdiri dari
 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Saki
 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan
rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua)
orang tenaga teknis kefarmasian
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga
teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan
dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit
Selain Rumah Sakit Umum, Klasifikasi Rumah Sakit Khusus menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No 56 mengklasifikasikan menjadi
1) Rumah Sakit Khusu Kelas A
Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialissesuai kekhususan yang
lengkap.
2) Rumah Sakit Khusus kelas B
Rumah Sakit khusus kelas B merupakan Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
3) Rumah Sakit Khusus kelas C
Rumah Sakit khusus kelas C merupakan Rumah Sakit yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.

4. Struktur Organisasi Rumah Sakit


14

Rumah Sakit seharusnya memiliki organisasi yang efektif, efisien dan


akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri dari Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.Direktur
Rumah Sakit harus memiliki keahlian tentang Rumah Sakit, salah satu
keahlian yang harus dimiliki oleh seoramg Direktur Rumah Sakit
adalah tentang menegerial Rumah Sakit.

5. Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit
yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi
yang ditetapkan oleh menteri kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah
Sakit itu memenuhi standar pelayanan Rumah Sakit yang berlaku
untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara
berkesinambungan (Permenkes No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit). Pelaksanaan akreditas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit sebagai institusi
d. Mendukung program pemerinta di bidang kesehatan.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditas secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi Rumah Sakit dilakukan oleh suatu lembaga independen
baik itu dari dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar
akreditas yang berlaku. Akreditasidibagi menjadi akreditasi
Internasional dan akreditasi Nasional.

B. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ( IFRS)


15

1. Definisi IRFS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (4). Pengorganisasian Instalasi Farmasi
harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik
dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai
kebutuhan dengan tetap menjaga mutu
2. Tugas IFRS
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan
profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko;
4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
16

6. melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan


Pelayanan Kefarmasian;
7. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.

3. Fungsi IFRS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan
optimal
c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit
e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit
h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu
i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari
17

j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah
memungkinkan).
k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak
dapat digunakan
m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik


a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan
Obat
b. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. melaksanakan rekonsiliasi Obat
d. memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik
berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada
pasien/keluarga pasien
e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan
lain
g. memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya
h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi Obat;
18

2) Pemantauan efek samping Obat;


3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
j. melaksanakan dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran Obat suntik
2) Menyiapkan nutrisi parenteral
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak
stabil
k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga
kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di
luar Rumah Saki
l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

4. Struktur Organisasi IFRS


Struktur organisasi IFRS terdiri dari Apoteker yang memiliki
kemampuan dibidangnya sebagai ketua dan tenaga teknis kefarmasihan
yang terdiri dari Asisten Apoteker, ahli madya farmasi dan analis
farmasi. Struktur organisasi IFRS di buat untuk melakukan pekerjaan
untuk pengadaan barang dan stok obat yang terdapat di gudang. Selain
itu, IFRS juga melakukan penyusunan formularium Rumah Sakit,
memilih obat-obat yang akan digunakan untuk mendukung perawatan
di Rumah Sakit.

C. KOMITE FARMASI DAN TERAPI


Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Komite Farmasi dan
Terapi yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat
di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi
19

Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. Komite


Farmasi dan Terapi harus dapat membina hubungan kerja dengan
komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan
penggunaan Obat. Komite Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh
seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter
maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh
Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
Komite Farmasi Terapan wajib melakukan rapat secara teratur
paling sedikit 2 bulan sekali dan Rumah Sakit besar melakukan rapat
besar sebulan sekali. Komite Farmasi dan terapi memiliki tugas
sebagai berikut:
1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah
Sakit
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam
formularium Rumah Sakit
3. mengembangkan standar terapi
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang
rasional
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendak
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di
Rumah Sakit.

D. SISTEM FORMULARIUM DAN FORMULARIUM RUMAH


SAKIT
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional.Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi yang
20

ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.Formularium Rumah Sakit


harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus dilakukan secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi
Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan
teurapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.

a. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:


1) Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medic
2) Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi
jikadiperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
4) Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite Farmasi dan
Terapi dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan
umpan balik.
5) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
6) Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium
Rumah Sakit
7) Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
8) Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada
staf dan melakukan monitoring.

b. Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:


1) Mengutamakan penggunaan Obat generik
21

2) Memiliki rasio manfaat – resiko (benefit – risk ratio) yang paling


menguntungkan penderita
3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit - cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung
8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.

E. PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh
sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.
a. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi:

1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
22

dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a) formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa
dan terapi
b) standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang telah ditetapkan
c) pola penyakit
d) efektifitas dan keamanan
e) pengobatan berbasis bukti
f) mutu
g) harga
h) ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap
Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi
sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan
Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir
dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
a) membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf
Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau
standar pelayanan medik
b) mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi
c) membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim
Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar
23

d) mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim


Farmasi dan Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF
untuk mendapatkan umpan balik
e) membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
f) menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam
Formularium Rumah Sakit
g) menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
h) melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit
kepada staf dan melakukan monitoring
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah
Sakit:
a) mengutamakan penggunaan Obat generik
b) memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang
paling menguntungkan penderita
c) mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
d) praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
e) praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f) menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien
g) memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang
tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung
h) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan
aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau

2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
24

hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria


tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
Obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a) anggaran yang tersedia
b) penetapan prioritas
c) sisa persediaan
d) data pemakaian periode yang lalu
e) waktu tunggu pemesanan
f) rencana pengembangan.

3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
25

Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan
oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus melibatkan
tenaga kefarmasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara
lain:
a) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety
Data Sheet (MSDS
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun
kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia,
dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.

4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
26

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk
mempersiapkan Obat diberi label yang secara jelas
terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit
perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit
perawatanpasien dilengkapi dengan pengaman, harus
diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang
dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan
secara khusus dan dapat diidentifikasi
e) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi. Instalasi Farmasi harus dapat memastikan
bahwa Obat disimpan secara benar dan diinspeksi
secara periodik
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara
alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
27

(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem


informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan
dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan
Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi
penyimpananObat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus mudah diakses
dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin :
a) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi
yang telah ditetapkan
b) Tidak boleh bercampur dengan persediaan Obat untuk
kebutuhan lain;
c) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
d) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
e) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah
Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
28

pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan


dengan cara:
a) Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
(1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang
rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
(2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus
dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
(3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas
farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka
pendistribusiannyadidelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
(4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali
pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi
dari penanggung jawab ruangan.
(5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan
kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat
yang disediakan di floor stock
b) Sistem Resep Perorangan
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
c) Sistem Unit Dosis
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan
yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
29

penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini


digunakan untuk pasien rawat inap.
d) Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap
dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a +
c. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan
sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan
sistem floor stock atau Resep individu yang mencapai
18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
b) Metode sentralisasi atau desentralisasi.
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin
edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
30

Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan;
dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari :
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat
pemusnahan kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah
Sakit
31

b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;


dan
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan
(slow moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan
dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan
berkala
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan
yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi
Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan,
triwulanan, semester atau pertahun).
32

b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka
perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang
berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian
secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan
c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan
cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
d. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung
yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality of life) terjamin.
33
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT METROPOLITAN MEDICAL
CENTRE (MMC)

A. RUMAH SAKIT MMC JAKARTA


1. Profil dan sejarah Rumah Sakit MMC (6)
Semula lahir sebagai “Medical Centre” (Pusat Pelayanan
Kesehatan) Klinik Praktek Bersama Dokter Spesialis yang pertama
di Indonesia yaitu di Wisata International Office Tower Annex
Hotel Indonesia pada tahun 1976. Seiring tingginya permintaan
pelanggan, RS MMC kemudian dibangun dan resmi beroperasi (di
bawah kepemilikan PT Kosala Agung Metropolitan / PT KAM)
pada tanggal 22 Agustus 1987, di kawasan “segitiga emas
Kuningan” Rasuna Said, Jakarta Selatan. RS MMC merupakan
satu-satunya Rumah Sakit swasta di Indonesia yang didukung oleh
lebih dari 30 dokter sub spesialis bergelar Profesor serta lebih dari
200 dokter spesialis dari berbagai spesialisasi seiring dengan
perkembangan ilmu kedokteran saat ini.
Guna memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, RS MMC
terus mengembangkan Pusat Layanan Unggulan / Center of
Excellent dan Diagnostic Center yang lengkap dengan peralatan
kedokteran terkini untuk mendukung diagnosa penyakit secara
paripurna dan akurat. Adapun layanan unggulan kami yaitu ; pusat
pelayanan terpadu berbagai masalah kesehatan yang berhubungan
dengan saluran cerna (Digestive Centre), jantung dan seluruh
pembuluh darah (Cardio Cerebro Vascular Centre/ CCVC), saluran
kemih dan ginjal (Uro-Nephrology Centre), tumor dan keganasan
(Oncology Centre), bedah tulang dan reumatologi

34
35

(Comprehensive Orthopaedic and Rheumatology Centre) serta


pusat pelayanan rehabilitasi medik (Medical Rehabilitation Centre).
Semua pusat layanan tersebut dilayani oleh Tim Dokter sub
spesialistik yang handal dan professional, serta didukung fasilitas
penunjang pelayanan dengan memanfaatkan teknologi penunjang
diagnostik terkini antara lain dengan tersedianya Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan Multislice CT Scan.
Di usianya yang ke-30 RS MMC telah menjadi Rumah
Sakit pilihan masyarakat lokal maupun internasional / ekspatriat
dan hingga kini telah memiliki lebih dari 750 ribu pasien yang
terdiri dari pasien lama (kunjungan berulang) maupun pasien baru,
serta dapat melayani pasien dengan pembayaran tunai maupun
jaminan perusahaan / asuransi. Di samping itu saat ini RS MMC
merupakan Rumah Sakit pilihan bagi berbagai kedutaan besar
negara asing yang berada di Jakarta, serta ditunjuk menjadi salah
satu Rumah Sakit rujukan organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa
(PBB) / United Nations.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan RS MMC
senantiasa mengedepankan pelayanan yang berfokus pada pasien
(Patient-Centered Care) dengan mengutamakan keselamatan pasien
dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang professional dan
beretika.
Dalam rangka memberikan kepuasan dan kenyamanan
pelanggan, RS MMC memiliki lantai khusus perawatan pasien
VIP / eksekutif (Sujudi Executive Ward) yang didisain khusus
dengan mengusung tiga konsep yaitu Patient Centered Care, Green
Hospital dan Modern Healing Centre. Sejak tahun 2014 RS MMC
telah berhasil mendapatkan pengakuan dari Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) sebagai Rumah Sakit yang telah memenuhi
standar akreditasi Rumah Sakit dan dinyatakan lulus tingkat
36

paripurna
bintang 5.
RS MMC menerima Akreditasi Paripurna dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI.
Penilaian akreditasi ini didasarkan pada standar pelayanan yang
berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, Patient
Safety Goals, dan sasaran Milenium Development Goals. RS.MMC
mendapatkan predikat Lulus Paripurna pada 2018.

2. Visi, Misi dan Nilai Rumah Sakit MMC (6)


a. Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat yang memiliki keunggulan
bersaing pada tingkat Nasional dan Internasional.
b. Misi
1) Mengembangkan Insan Rumah Sakit yang Etikal dan
Professional/
To develop ethical and professional hospital's human
resources.
2) Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pelayanan Rumah Sakit secara paripurna/ To develop
comprehensive science and technology in hospital
services.

3. Fasilitas dan pelayanan di Rumah Sakit MMC (6)


a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat merupakan pintu pertama masuknya
pasien yang dirancang khusus untuk memberikan penanganan
dan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat dan kritikal
secara cepat, tepat, dan terpadu. Instalasi Gawat Darurat RS
MMC menerapkan sistem TRIAGE, pasien dikategorikan
37

sesuai tingkat kegawatdaruratan dan prioritas penanganannya


dengan pemberian kode warna merah, jingga, kuning dan hijau.
Instalasi emergency kami dilengkapi layanan terintegrasi,
seperti laboratorium, radiologi dan farmasi. Kami juga
menyediakan layanan ambulans 24 jam bagi pasien yang
memerlukan penjemputan dan pertolongan pertama di rumah
atau pun di tempat kejadian. Selain itu, Instalasi Gawat Darurat
memiliki keunggulan khusus yaitu adanya Decon Area yang
berfungsi jika adanya kejadian bencana dengan terpapar bahan
kimia, sehingga lebih cepat teratasi.
b. Rawat jalan (poliklinik)
Poliklinik Rawat Jalan RS MMC dilayani oleh sekitar 200
dokter yang terdiri dari 32 orang Profesor/Guru Besar dan 168
orang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum & Dokter
Gigi sesuai bidang keilmuan masing-masing. Poliklinik buka
setiap hari mulai hari Senin sampai dengan Sabtu; khusus hari
Minggu dibuka
pelayanan :
1) Poliklinik Dokter Umum
2) Poliklinik Anak
Poliklinik rawat jalan RS. MMC terdapat di gedung RS MMC
lantai 1, 3 dan 5, Serta di gedung H Tower lantai 7, yang
terdiri dari poliklinik :
1) Dokter Umum
2) Dokter Gigi
 Dokter Gigi Umum
 Spesialis Bedah Mulut
 Spesialis Orthodonti
 Spesialis Konservasi Gigi
38

3) Spesialis Anak :
 Sub Spesialis Respirologi Anak
 Sub Spesialis Pencitraan Anak
 Sub Spesialis Infeksi dan Penyakit Tropis Anak
 Sub Spesialis Neonatologi
 Sub Spesialis Gastroenterologi Anak
 Sub Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak
 Sub Spesialis Tumbuh Kembang Anak
 Sub Spesialis Gastrohepatologi Anak
 Sub Spesialis Alergi-Imunologi Anak
4) Spesialis Bedah
 Spesialis Bedah Umum
 Sub Spesialis Bedah Anak
 Sub Spesialis Bedah Digestif
 Sub Spesialis Bedah Urologi
 Sub Spesialis Bedah Onkologi
 Sub Spesialis Bedah Vaskular
 Spesialis Bedah Plastik
 Spesialis Bedah Syaraf
 Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi
5) Spesialis Kebidanan & Kandungan
 Spesialis Kebidanan & Kandungan Umum
 Sub Spesialis Onkologi Ginekologi
6) Spesialis Penyakit Dalam
 Spesialis Penyakit Dalam Umum
 Sub Spesialis Penyakit Alergi dan Imunologi
 Sub Spesialis Penyakit Darah dan Onkologi Medik
 Sub Spesialis Penyakit Endokrin dan Metabolik
39

 Sub Spesialis Penyakit Ginjal dan Hipertensi


 Sub Spesialis Penyakit Hati
 Sub Spesialis Penyakit Infeksi dan Tropik
 Sub Spesialis Penyakit Jantung & Pembuluh Darah
 Sub Spesialis Penyakit Psikosomatis
 Sub Spesialis Penyakit Rematik dan Sendi
 Sub Spesialis Penyakit Saluran Pencernaan
7) Spesialis Mata
8) Spesialis THT
9) Spesialis Paru
10) Spesialis Syaraf
11) Spesialis Kulit & Kelamin
12) Spesialis Akupuntur
13) Spesialis Genetika Kedokteran dan Andrologi
14) Spesialis Gizi Medik
15) Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
16) Spesialis Kedokteran Kelautan
17) Spesialis Kedokteran Olahraga
18) Spesialis Kedokteran Penerbangan
19) Spesialis Anestesiologi
20) Spesialis Psikiatri Umum
21) Spesialis Psikiatri Anak
22) Psikologi

c. Rawat inap
Ruang rawat inap terdapat di gedung RS.MMC dan di gedung H
Tower. Di gedung RS. MMC tersedia ruang rawat inap dengan
berbagai tipe kelas, yaitu VIP Superior (yang memiliki ruangan yang
luas dan nyaman, serta tempat tidur bagi keluarga yang ingin
40

menemani pasien), VIP Deluxe, VIP Standar, Kelas 1 (dua tempat


tidur), Kelas 2 (tiga tempat tidur), dan kelas 3 (enam tempat tidur),
dimana bagi kamar kelas tetap mengutamakan kenyamanan pasien
dengan mengusur prinsip one patient one room. Selain itu juga
tersedia ruang rawat inap khusus pasien anak di lantai 4.
Bagi pasien yang mengalami infeksi khusus, telah
disediakan ruang rawat tersendiri (kamar isolasi), dan untuk
pasien dengan daya tahan tubuh dan sel darah putih yang
menurun(misalnyaakibat penggunaan obat kemoterapi)
tersedia ruangan Isolasi Steril (dengan system sirkulasi udara
menggunakan hepafilter) di lantai 5. Pasien pasca melahirkan
atau operasi Sesar (Sectio Caesarea) disediakan kamar khusus
perawatandi lantai 2 ruang kebidanan, disamping dapat juga
memilih kamar lain sesuai keinginan. Ke semua kamar rawat
inap dirancang khusus disesuaikan dengan konsep Patient
Safety.
ICU (Intensive Care Unit) diperuntukkan bagi pasien yang
membutuhkan pelayanan intensive. Kami melengkapinya
dengan ventilator (alat bantu nafas), syringe pump dan infuse
pump yang akan menjaga kebutuhan cairan pasien dengan
tepat. Di ICU, anda juga dapat berkonsultasi dengan intensivist
anesthesiologist - dokter anastesi yang telah mendalami ilmu
ICU selain tentu saja dengan perawat kami juga yang telah
bersertifikat sebagai perawat khusus ICU. Hal mana
menjadikan perawat di ICU menjadi salah satu rawatan utama
kami yang juga menjadikan perawatan di ICU menjadi salah
satu rawatan utama kami yang juga menjadi rujukan utama
kami yang rujukan dari berbagai tempat.

d. Ruang operasi
41

Ruang Operasi RS MMC adalah salah satu fasilitas Rumah


Sakit yg dirancang sesuai dengan standar akreditasi RS dengan
konsep lingkungan yg aman, nyaman baik secara visual,
termal dan Audio bagi pasien, dan tenaga Medis. Ruang
Operasi RS MMC berada di lantai 2 dengan jumlah 5 kamar
bedah, dilengkapi dengan peralatan untuk semua jenis operasi
dengan unggulan bedah minimal invasive (Laparaskopi).
Bedah laparaskopi adalah teknik bedah mutakhir untuk
pembedahan spesifik, dikerjakan pada batu empedu
(kolesistektomi), usus buntu (apendektomi), operasi sinus
(FESS), persendian (artroskopi), operasi saluran kencing dan
prostat (TUR, RPG, Sistoskopi), serta pemotongan usus
(reseksi usus). Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah
mulai dari pembedahan kecil hingga pembedahan khusus yang
dilengkapi dengan fasilitas modern serta tim dokter dan tenaga
paramedis yg profesional dan kompeten.
Saat ini RS. MMC telah melayani operasi jantung terbuka
(open heart surgery) yaitu operasi bypass jantung / CABG
(Coronary Artery Bypass Grafting). Selain itu di ruang operasi
terdapat mobile C-Arm X-Ray yaitu alat sinar-X yang
membantu ahli bedah melihat posisi tulang atau batu dalam
kandung kemih maupun kandung empedu selama operasi
berlangsung.

e. Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung di Rumah Sakit MMC diantaranya ialah ;
1) Laboratorium
Laboratorium terdiri dari Patologi Klinik, Patologi
Anatomi, Mikrobiologi dan Pelayanan Darah (Bank
Darah). Kesemuanya sangat diperlukan untuk menegakkan
42

diagnosa baik dengan teknik pemotongan jaringan yang


tepat hingga membiarkan kuman. Didukung alat canggih,
pemeriksaan sampel dapat dilakukan pada saat yang sama
dan membuat pemakaian waktu menjadi sangat efisien.
Sejak April 2013, pelayanan darah RS.MMC telah
menjadi Bank Darah RS.MMC. Dengan adanya Bank
Darah, RS.MMC telah memiliki persediaan darah
sehingga pelayanan menjadi lebih baik dan lebih cepat.
Laboratorium buka selama 24 jam dan dapat menerima
rujukan Rumah Sakit lain.
Laboratorium RS MMC menggunakan sistem LIS
(Laboratorium information System) dengan menggunakan
barcode, dapat di akses dibeberapa tempat /online. Dengan
demikian hasil dapat diterima diruang konsultasi /rawat
inap.Hasil yg akurat, tepat dan cepat adalah komitmen
kami. Selain fasilitas yg lengkap dan modern laboratorium
RS MMC didukung oleh tenaga profesional dengan
hadirnya para professor diantaranya Prof. Riadi Wirawan,
Prof. Mpu Kanoko, PhD, Prof Agus Syahrurachman, Prof.
Usman Chatib Warsa dan para pakar dibidang nya.
2) Radiologi
Beberapa peralatan yang terdapat di Rumah Sakit MMC ;
 MRI 1,5 Tesla
 MSCT 128 Slices
 Bone Densitometry
 USG 3D & 4D
 Echocardiography
 Dental Panoramic
 Digital X – Ray
43

 Mammography
 Uro-flowmetry
 Mobile Unit
 Mobile C-Arm X Ray
 Computerized Radiography
3) Farmasi
Farmasi Rawat Jalan RS.MMC memberikan pelayanan
yang berorientasi kepada keselamatan pasien dengan
prinsip Benar pasien, Benar obat, Benar dosis, Benar
cara/rute pemakaian obat, Benar waktu pemberian obat.
Didukung oleh sistem komputerisasi dan sistem e-
prescription yang terintegrasi, Farmasi Rawat Jalan RS
MMC memberikan layanan yang lebih cepat dan tepat
bagi pasien. Konsultasi dan informasi terkait obat yang
sedang digunakan pasien dapat diperoleh dari tenaga
Apoteker.
4) Pelayanan gizi
Gizi Klinik RS MMC adalah unit pelayanan gizi yg
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, status gizi serta
status metabolisme tubuh (membantu menangangi
permasalahan gizi pasien). Pelayanan Gizi RS. MMC
terdiri atas, Profesor, Dokter Gizi dan Ahli Gizi. Dengan
team yg lengkap layanan Gizi Klinik RS MMC dapat
memberikan konsultasi, terapi, dan edukasi seputar asupan
gizi seimbang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
rawat jalan dan rawat Inap. Asupan gizi untuk
pengendalian penyakit dan termasuk di dalam nya adalah
pelayanan gizi /asupan gizi untuk pengendalian berat
Badan /overweight atau obesitas.
44

B. UNIT FARMASI RUMAH SAKIT MMC


1. Unit Farmasi Rawat Inap
Pada depo farmasi di rawat inap Rumah Sakit MMC, seluruh obat
yang ditujukan untuk pasien rawat inap termasuk ICU di siapkan
pada depo ini yang selanjutnya diserahkan pada masing-masing
perawat di ruangan rawat inap. Sistem distribusi yang diterapkan di
Rumah Sakit MMC merupakan gabungan antara sistem distribusi
UDD (Unit Dose Dispensing) dan ODD (One Daily Dose). Dimana
obat disiapkan untuk pemakaian satu hari (1 x 24 jam) tetapi
diserahkan berdasarkan satuan waktu (pagi/siang/sore/malam).
Obat-obat yang disiapkan akan diberikan kembali ke perawat
ruangan rawat inap untuk dikonsumsikan ke pasien.
Pada farmasi rawat inap, obat yang dibutuhkan akan dibuat
defekta (catatan barang kosong) yang akan diserahkan ke Gudang,
sehingga Gudang akan mendistribusikan ke depo farmasi rawat
inap. Apabila ada obat yang rusak atau sudah melalui expired
date , obat dapat dikembalikan/retur ke Gudang. Obat yang
digunakan di Ruang Rawat Inap juga dapat di retur ke farmasi
Rawat Inap jika obat tersebut tidak digunakan oleh pasien. Rumah
Sakit MMC telah menggunakan sistem komputerisasi untuk
mengendalikan obat yang digunakan dan obat yang masuk ke
farmasi rawat inap, sehingga jumlah obat yang digunakan lebih
terkontrol dan mengurangi terjadinya kejadian yang merugikan.
Farmasi Rawat Inap dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai
Kepala Unit, dibantu oleh 5 orang Apoteker Klinis dan 18 orang
Tenaga Teknis Kefarmasian, Farmasi Rawat Inap melayani resep
sistem dosis unit pasien rawat inap dan resep individual.
2. Unit Farmasi Rawat Jalan
Unit Farmasi Rawat Jalan merupakan unit pelayanan RS MMC
45

yang memberikan pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan


berorientasi kepada kepentingan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, pelayanan yang ramah,cepat dan benar adalah pelayanan
yang menjadi kesatuan agar pasien mendapatkan kepuasan dalam
menunjang proses penyembuhannya. Dalam pelayanan
kefarmasian, Farmasi Rawat Jalan berada dilantai satu, melayani
resep Jaminan Asuransi dan Tunai, khusus counter B melayani
resep Jaminan Asuransi. Unit Farmasi Rawat Jalan berada dalam
lingkup Departemen Penunjang dan Direktorat Pelayanan.
Farmasi Rawat Jalan dipimpin oleh seorang Apoteker
sebagai Kepala Unit, dibantu oleh satu orang Apoteker
Pendamping, 21 orang Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 6 orang
Juru Resep, memberikan pelayanan 24 jam melayani pasien IGD,
dan Poliklinik. Farmasi Rawat Jalan melayani resep tunai,
jaminan/asuransi, elektronik, dan menyediakan berbagai jenis obat
sesuai dengan Formularium Obat yang sudah ditetapkan baik obat
paten maupun obat generik serta menyediakan alat-alat kesehatan.

3. Unit Gudang
Unit Gudang merupakan unit kerja RS MMC yang menyediakan
kebutuhan barang rutin,baik barang umum maupun barang farmasi.
Unit gudang terdiri dari sub unit gudang umum dan sub unit
gudang farmasi. Unit gudang termasuk dalam lingkup Departemen
Keuangan.
Sub unit gudang umum mengelola persediaan barang umum
yang terdiri dari alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga,
computer supplies, minuman dan alat teknis. Pelayanan sub unit
gudang umum dilakukan dalam jam kerja. Sub unit gudang
farmasi mengelola persediaan barang farmasi yang meliputi obat,
alat keehatan, reagensia, laboratorium supplies, radiology
46

supplies, pharmacy supplies, dan gas medik. Sub unit gudang


farmasi memberikan pelayanan dari jam 08.00-20.30 WIB.
Gudang dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai Kepala
Unit,dibantu oleh satu orang Kepala Sub unit gudang
(Supervisor), lima orang Tenaga Teknis Kefarmasian, dan dua
orang Juru Resep.

C. STRUKTUR OGRANISASI RUMAH SAKIT MMC


Unit Farmasi RS MMC Jakarta terdiri dari Unit Farmasi Rawat Jalan
dan Unit Farmasi Rawat Inap yang berada di bawah Departemen
Penunjang dan Direktorat Pelayanan. Struktur organisasi Farmasi RS
MMC Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 1.
1. Unit Farmasi Rawat Jalan (7)
Adapun rincian pekerjaan Unit Farmasi Rawat Jalan adalah sebagai
berikut:
a. Kepala Unit Farmasi Rawat Jalan:
1) Menyusun dan menetapkan program orientasi bagi staf
2) Melakukan evaluasi kinerja Kepala Unit/staff
3) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
ruangan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan
4) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
kebutuhan peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan
5) Memberikan rekomendasi jumlah dan kualifikasi staff atau
sumber daya khusus lainnya yang dibutuhkan
6) Melakukan koordinasi dan integrasi pelayanan dengan
unit lain
7) Mengarahkan, mengendalikan dan megkoordinasikan staff
farmasi rawat jalan dalam pelaksanaaan, perencanaan,
penyediaan, pendistribusian, peracikan, penyerahan dan
47

pemberian informasi barang farmasi untuk pasien rawat


jalan.
8) Mengevaluasi dan menganalisa kegiatan pelayanan
farmasi rawat jalan, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan yang bermutu
9) Menyusun dan mengevaluasi tata kerja kegiatan pelayanan
farmasi rawat jalan berdasarkan peraturan dan pedoman
yang berlaku.
10) Membuat laporan berkala dan laporan khusus berdasarkan
data, informasi, dan laporan staff farmasi rawat jalan.
11) Menyusun program kerja peningkatan mutu dan
keselamatan pasien Rumah Sakit unit farmasi rawat jalan.
12) Menyusun, mengevaluasi dan mengusulkan Visi, Misi,
Falsafah, Tujuan dan Motto unit farmasi rawat jalan.
13) Mengusulkan, mengawasi dan mengevaluasi kerja sama
dengan pihak ketiga yang dikelola unit farmasi rawat
jalan.
14) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah
disetujuipihak Direksi RS MMC.
b. Kepala Sub Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan (Supervisor)
1) Membuat jadwal dinas yang memungkinkan pelayanan
berjalan dengan baik, termasuk mengawasi disiplin kerja
staff dibawahnya.
2) Mengawasi pelaksanaan pelayanan resep kepada pasien
rawat jalan, kelancaran dan ketepatan kualitas dan
kuantitas obat dan alkes yang diserahkan, serta ketepatan
pemberian harga.
3) Memeriksa hasil kerja staff pelaksana sesuai standar
profesi dari ketentuan yang berlaku.
48

4) Mengawasi penyediaan barang farmasi di sub unit


pelayanan Farmasi Rawat Jalan (FRJ).
5) Mengatur dan mencatat cuti staff, sehingga tidak
mengganggu kegiatan pelayanan.
6) Mengawasi kebersihan dan perawatan sarana di sub unit
pelayanan.
7) Memberikan pembinaan kepada staff pelaksana mengenai
tugas yang berhubungan dengan pelayanan resep pada
pasien.
8) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
sesuai dengan batas wewenangnya.
9) Melaporkan temuan masalah kepada atasan.
10) Mengawasi dan melaksanakan stock opname barang
farmasi setiap 3 bulan.
11) Mengawasi stok harian barang farmasi.
12) Menjaga dan memelihara suasana yang kondusif.
13) Membuat laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit.
14) Melaksanakan sasaran keselamatan pasien rumah sakit.
15) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah disetujui
Direksi RS MMC.
c. Asisten Apoteker
1) Menerima resep dan memasukkan data kedalam program
komputer secara benar.
2) Menyiapkan resep, baik obat jadi maupun obat racikan
sesuai dengan standar profesi.
3) Memeriksa kembali pekerjaan teman sekerjanya, terutama
diluar jam dinas Kasubsi Pelayanan FRJ (mekanisme
check dan recheck).
4) Menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan prosedur
49

tetap.
5) Mengarsipkan lembar resep menurut kaidah yang berlaku.
6) Melaksanakan stock opname barang farmasi setiap 3 bulan
sekali.
7) Membuat laporan-laporan yang dibutuhkan, seperti
laporan Narkotika dan Psikotropika.
8) Membuat permintaan barang farmasi ke gudang farmasi.
9) Membuat usulan permintaan kebutuhan obat-obat khusus,
misal obat CITO dan obat-obat dr. Maria Djatmiko.
10) Menyelesaikan masalah teknis di lapangan sesuai dengan
batas wewenangnya.
11) Menghubungi dokter terkait jika ada hal-hal yang kurang
jelas atau memerlukan konfirmasi lebih lanjut berkenaan
dengan resep pasien.
12) Melaksanakan pelayanan resep jaminan sesuai standar
jaminan.
13) Menjaga keamanan barang farmasi.
14) Menjaga kerapihan dan kebersihan unit kerja dan alat
kerja.
15) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
16) Bekerja sesuai SPO RS MMC.
d. Juru Resep Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
1) Meracik obat racikan sesuai dengan yang diminta oleh
Asisten Apoteker.
2) Membantu Asisten Apoteker dalam mengambil obat-obat
jadi yang diperlukan.
3) Mengambil dan mengantar obat/alkes yang dibutuhkan ke
unit lain, seperti ke unit FRI, Gudang Farmasi, FRJ di
50

lantai V.
4) Membantu Asisten Apoteker dalam penyerahan barang
farmasi sesuai tempat yang ditentukan.
5) Menyiapkan barang-barang umum yang dibutuhkan sub
unit pelayanan.
6) Membantu penyimpanan dan produksi/pengemasan
kembali obat standar di Gudang Farmasi jika dibutuhkan.
7) Membersihkan dan merapihkan ruangan dengan baik.
8) Membantu Asisten Apoteker dalam melayani dan memberi
jawaban sesuai arahan.
9) Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan foto copy
resep dari resep jaminan.
10) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
11) Bekerja sesuai SPO RS MMC.

2. Unit Farmasi Rawat Inap (7)


a. Kepala Unit Farmasi Rawat Inap
1) Menyusun dan menetapkan program orientasi karyawan.
2) Menyusun program kerja peningkatan mutu dan
keselamatan pasien Rumah Sakit unit farmasi rawat inap.
3) Menyusun, mengevaluasi, dan mengusulkan Visi Misi,
Falsafah, Tujuan dan Motto unit farmasi rawat inap.
4) Menyusun dan mengevaluasi tata kerja kegiatan pelayanan
farmasi rawat inap berdasarkan peraturan dan pedoman
yang berlaku.
5) Melakukan kordinasi dan integrasi pelayanan dengan unit
lain.
6) Mengarahkan, mengendalikan, dan mengkordinasikan staf
51

farmasi rawat inap dalam pelaksanaan, perencanaan,


penyediaan, pendistribusian, peracikan, penyerahan, dan
pemberian informasi obat.
7) Memberikan rekomendasi jumlah dan kualifikasi staf atau
sumber daya khusus lainnya yang dibutuhkan.
8) Mengevaluasi dan menganalisa kegiatan pelayanan
farmasi rawat inap, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan yang bermutu.
9) Mengusulkan, mengawasi dan mengevaluasi kerja sama
dengan pihak ketiga yang dikelola farmasi rawat inap.
10) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah disetujui
pihak Direksi RS MMC.
11) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
ruangan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan.
12) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
kebutuhan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan
pelayanan.
13) Melakukan evaluasi kinerja staf farmasi rawat inap.
14) Membuat laporan berkala dan laporan khusus berdasarkan
data, informasi, dan laporan dari staf farmasi rawat inap.

b. Kepala Sub Unit Farmasi Klinik


1) Bekerja sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku
serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS MMC.
2) Bekerja sesuai SPO RS MMC.
3) Melakukan penelusuran riwayat pengobatan pasien
melalui rekam medis atau rekam kefarmasian.
4) Melakukan tinjauan penggunaan obat pasien dan masalah
terkait penggunaan obat.
52

5) Melakukan tindak lanjut hasil monitoring pengobatan


pasien.
6) Melakukan monitoring efek samping obat (MESO).
7) Melakukan pelayanan informasi sediaan farmasi.
8) Melakukan konseling pasien.
9) Berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif
kesehatan masyarakat (pasien).
10) Senantiasamemperbaharuipengetahuanterhadap
pekembangan kefarmasian.
11) Melakukan kordinasi dan integrasi pelayanan dengan unit
terkait.
12) Mengevaluasi kegiatan pelayanan farmasi klinik, sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan.
13) Membuat dokumentasi monitoring pengobatan pasien.
14) Membuat laporan berkala dan laporan khusus berdasarkan
data dan informasi yang ada.
15) Ikut menjaga mutu pelayanan unit melalui:
a) Mengumpulkan data indikator mutu unit tepat waktu.
b) Mengupayakan mutu sesuai dengan target yang sudah
ditetapkan.

3. Unit Gudang (7)


a. Kepala Unit Gudang
1) Menyusun dan merencanakan program kerja peningkatan
mutu dan keselamatan pasien RS Unit Gudang
berdasarkan analisis dan hasil kerja tahun sebelumnya
serta rencana pengembangan organisasi.
2) Menyusun, mengevaluasi, dan mengusulkan visi, misi,
falsafah, tujuan dan motto unit.
3) Menyusun dan mengevaluasi tata kerja kegiatan pelayanan
53

unit Gudang berdasarkan peraturan dan pedoman yang


berlaku.
4) Melakukan kordinasi dan integrasi pelayanan dengan unit
lain.
5) Memberikan rekomendasi jumlah dan kualifikasi staf atau
sumber daya khusus lainnya.
6) Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi
kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan.
7) Melakukan pembinaan melalui:
a) Orientasi bagi karyawan baru.
b) Pelatihan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam
upaya meningkatkan mutu unit.
8) Melakukan evaluasi dan mengarahkan, mengendalikan,
dan mengkordinasi staf Unit Gudang dalam pelaksanaan
perencanaan, penyediaan, pendistribusian barang farmasi
dan barang umum.
9) Mengevaluasi dan menganalisa kegiatan pelayanan unit
Gudang, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan yang bermutu.
10) Melakukan evaluasi kinerja staf secara berkala.
11) Pengawasan terhadap kepatuhan dalam menjalankan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
12) Membuat laporan berkala dan laporan khusus berdasarkan
data, informasi, dan laporan dari Unit Gudang.
13) Mungusulkan, mengawasi, dan mengevaluasi kerja sama
dengan pihak ketiga yang terkait dengan Unit Gudang.
14) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah disetujui
Direksi RS MMC.
54

b. Kepala Sub Unit Gudang Farmasi


1) Membuat jadwal dinas yang memungkinkan pelayanan
berjalan dengan baik, termasuk mengawasi disiplin staf.
2) Mengawasi kelancaran dan ketepatan penyusunan
permintaan pembelian barang farmasi.
3) Mengawasi kelancaran dan ketepatan penerimaan,
penyimpanan, dan distribusi dari gudang unit yang
membutuhkan.
4) Mengawasi ketepatan pencatatan keluar masuk barang.
5) Mengawasi kelancaran dan kebenaran kualitas dan
kuantitas pembuatan obat-obatan standar RS MMC.
6) Memeriksa hasil kerja staf pelaksana.
7) Mengawasi kelancaran pengiriman dokumen keluar masuk
barang ke Unit Akuntansi dan Pembelian.
8) Mengatur dan mencatat cuti staf, sehingga tidak
mengganggu kegiatan pelayanan.
9) Memberikan pembinaan kepada staf pelaksana mengenai
tugas.
10) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
gudang farmasi sesuai dengan batas wewenangnya.
11) Memantau masa kadaluarsa serta penukaran barang yang
mendekati masa kadaluarsa.
12) Menyusun laporan bulanan kegiatan Gudang Farmasi.
13) Melaporkan temuan masalah kepada atasan.
14) Mengawasi dan melaksanakan Stock Opname barang
farmasi setiap 3 bulan.
15) Membuat laporan insiden Keselamatan Pasien RS.
16) Menjamin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah disetujui
55

Direksi RS MMC.

c. Asisten Apoteker Gudang Farmasi


1) Membuat perencanaan barang farmasi sesuai kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku.
2) Melakukan kegiatan penerimaan barang farmasi.
3) Melakukan kegiatan penyimpanan barang farmasi sesuai
standar profesi.
4) Melakukan distribusi barang farmasi untuk unit yang
membutuhkan.
5) Melakukan pemasukan data masuk dan keluar barang ke
dalam program 17ed lm17r
6) Melakukan produksi dan pengemasan barang farmasi
standar, dibantu oleh juru resep.
7) Membuat laporan-laporan yang dibutuhkan termasuk
laporan narkotika dan psikotropika setiap bulan.
8) Melakukan distribusi dan penyimpanan arsip sesuai
ketentuan.
9) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
10) Bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

d. Juru Resep Gudang Farmasi


1) Menyusun barang-barang yang datang sesuai ketentuan.
2) Menyiapkan kebutuhan barang farmasi unit lain sesuai
dengan permintaan unit.
3) Membantu mengantar obat/ alkes permintaan rutin ke unit
lain, seperti ke unit Farmasi Rawat Inap, Unit Farmasi
Rawat Jalan.
56

4) Menyiapkan barang-barang umum yang dibutuhkan sub


unit Gudang Farmasi.
5) Membantu produksi/ pengemasan kembali obat standar di
Gudang Farmasi yang dibutuhkan.
6) Membersihkan dan merapikan ruangan dengan baik.
7) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
8) Bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)

e. Kepala Sub Unit Gudang Umum


1) Membuat jadwal dinas yang memungkinkan pelayanan
berjalan dengan baik, termasuk mengawasi disiplin staf.
2) Mengawasi kelancaran dan ketepatan penyusunan
permintaan pembelian barang umum.
3) Mengawasi kelancaran dan ketepatan penerimaan,
penyimpanan dan distribusi dari gudang ke unit yang
membutuhkan.
4) Mengawasi ketepatan pencatatan keluar masuk barang.
5) Memeriksa hasil kerja staf pelaksana.
6) Mengawasi kelancaran pengiriman dokumen keluar masuk
barang ke Unit Akuntansi dan Pembelian.
7) Mengatur dan mencatat cuti staf, sehingga tidak
mengganggu kegiatan pelayanan.
8) Memberikan pembinaan kepada staf pelaksana mengenai
tugas.
9) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pelayanan
gudang umum sesuai dengan batas wewenangnya.
10) Menyusun laporan bulanan kegiatan Gudang Umum.
11) Melaporkan temuan masalah kepada atasan.
57

12) Mengawasi dan melaksanakan stock opname barang


umum setiap 3 bulan.
13) Menjalin kepatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan yang berlaku serta kebijakan yang telah disetujui
Direksi RS MMC.
f. Staf Pelaksana Gudang Umum
1) Membuat perencanaan barang umum sesuai kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku.
2) Melakukan kegiatan penerimaan barang umum.
3) Melakukan kegiatan penyimpanan barang umum sesuai
ketentuan.
4) Melakukan distribusi barang umum untuk unit yang
membutuhkan.
5) Melakukan pemasukan data masuk dan keluar barang ke
dalam program 23ed lm23r.
6) Membuat laporan-laporan yang dibutuhkan.
7) Melakukan distribusi dan penyimpanan arsip sesuai
ketentuan.
8) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
9) Bekerja sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI RUMAH SAKIT MMC


1. Pemilihan
Pemilihan obat di RS MMC merupakan proses seleksi obat yang
dilakukan oleh komite farmasi dan terapi (KFT) atas usulan praktisi
pelayanan kesehatan seperti dokter. Hasil dari pemilihan obat
dimasukan dalam formularium RS. MMC yang kemudian akan
direview tiap 6 bulan oleh KFT dan diperbarui tiap 2 tahun sekali.
Pemilihan obat yang dimasukkan kedalam formularium mengacu pada
kaidah satu nama generic obat hanya dapat di setujui maksimum empat
nama dagang, yakni satu nama generic, satu originator, dan dua me
too dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien
serta kondisi ekonomi. Apabila sudah terpenuhi syarat tersebut maka
obat dengan zat aktif yang sama tidak dapat masuk kedalam
formularium RS MMC. Obat yang telah disetujui oleh KFT kemudian
di lakukan monitoring selama 3 bulan terhadap efek samping obat,
obat yang tidak bergerak (non moving), ada KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan), tidak diproduksi kembali, ditarik oleh BPOM dan ada
kejadian terkait LASA.
2. Perencanaan dan pengadaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi oleh Gudang farmasi
dilakukan setiap dua kali dalam seminggu melalui distributor yang
resmi dan yang diregristrasi di BPOM, salah satu distributor yang
digunakan oleh RS MMC adalah Anugrah Pharmindo Lestari (APL).
Perencanaan kebutuhan farmasi di RS MMC sesuai dengan total
penjualan barang di tiap unit farmasi melalui penginputan data barang
yang terjual di tiap unit. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan

58
59

oleh unit pembelian setelah menerima pesanan dari Gudang farmasi.


Farmasi rawat jalan, rawat inap serta unit lainnya melalukan rencana
kebutuhan melalui permintaan barang ke gudang (defekta) yang
dilakukan setiap hari dari mulai pukul 08.00 WIB hingga 20.30 WIB.
Tidak semua obat di RS MMC melalui alur pengadaan yang sama,
seperti obat-obat dari luar negeri yang sangat dibutuhkan namun belum
teregistrasi di Indonesia (nonregistrasi) sehingga untuk pengadaannya
menggunakan SAS (Special acsess scheme). SAS merupakan jalur
pengadaan khusus melalui PRON (Pusat Rujukan Obat Nasional) yang
berkedudukan di RSUP Ciptomangunkusumo didistribusikan kimia
farma RSCM. Farmasi mengajukan formulir permintaan obat SAS ke
PRON yang telah disetujui oleh direktur RS MMC dengan
melampirkan beberapa data.
Selain itu, Obat-obat yang ditanggung oleh pemerintah seperti
obat Antiretroviral (ARV) pengadaannya dilakukan setiap bulan sekali
dengan melampirkan laporan yang berisi nama pasien dan jumlah obat
yang digunakan, laporan obat tersebut kemudian dikirimkan ke suku
dinas kesehatan jakarta selatan secara online. Kemudian, Suku Dinas
Kesehtan Jakarta Selatan memberi respon jika obat tersebut sudah bisa
diambil.
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a. Pembelian
Pembelian di RS MMC dilakukan oleh Unit Pembelian sebagai unit
yang bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan permintaan
barang farmasi dari semua unit yang membutuhkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutuobat.
b) Persyaratanpenyedia
c) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi,
60

Alat Kesehatan dan Bahan Medis HabisPakai


d) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
Pembelian sediaan farmasi hanya melalui distributor resmi dan
teregistrasi di BPOM. Pengadaan obat dan alat kesehatan dapat
dilakukan diluar perencanaan rutin jika dibutuhkan. Pengadaan
Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP dilakukan oleh unit
pembelian setelah menerima permintaan dari unit farmasi
kepada Gudang Farmasi dan telah mendapat persetujuan dari
kepala gudang. Unit pembelian membuat Surat Pesanan sesuai
permintaan yang telah disetujui kepala gudang. Obat yang tidak
tersedia dalam Formularium harus diberitahu kepada Praktisi
disertai alternatif sebagaipengganti.
b. Program pemerintah
RS MMC juga mengadakan obat yang bersumber dari pihak lain
seperti menerima dropping dari Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
berupa obat HIV atau obat Anti Retroviral. Pengadaan obat Anti
Retroviral (ARV) dilakukan oleh Petugas Farmasi dengan
mengirimkan Laporan Pemakaian Obat ARV sebelumnya ke Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Selatan secara online melalui aplikasi
Sistem Informasi HIV/AIDS & IMS.
Berdasarkan kegiatannya pengadaan barang Farmasi di RS MMC
dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Pengadaan Rutin
Merupakan proses pengadaan secara terencana atas
permintaan unit Gudang Farmasi sesuai kebutuhan.
Permintaan pembelian dilakukan dua kali dalam seminggu
setiap hari Senin dan Kamis. Setiap permintaan pembelian
harus disetujui oleh Kepala Gudang yang membawahi unit
Gudang Farmasi. Surat Pesanan dibuat oleh Unit Pembelian,
disetujui oleh Direktur dan Apoteker. Pembelian diajukan
61

kepada distributor utama, dalam hal terjadi kekosongan


maka pembelian barang Farmasi dialihkan kepada sub
distributor.
2) Pengadaan Cito
Merupakan proses pengadaan tanpa perencanaan karena
barang tidak disediakan di Gudang Farmasi atau terjadi
lonjakan pemakaian. Pemesanan obat Cito dapat dilakukan
oleh unit pembelian pada jam kerja dan oleh unit terkait
diluar jam kerja dengan jumlah kecil sesuai kebutuhan
minimal pasien. Pembelian obat CITO diluar jam kerja
dapat dilakukan di apotek atau Rumah Sakit lain dengan
melakukan kas bon ke kasir atas persetujuan Duty Manager.
Surat Permintaan Pembelian dan Surat Pesanan harus dibuat
setelah obat diterima selanjutnya mengikuti prosedur
administrasi pengadaan.
3) Pengadaan Sewaktu
Merupakan proses pengadaan sewaktu habis pakai yang
diajukan oleh unit pengguna terhadap barang yang tidak
tersedia di Gudang dan disetujui oleh Kepala Gudang. Surat
Pesanan dibuat oleh Unit Pembelian yang disetujui oleh
Direktur dan Apoteker.
4) Pengadaan pada kondisi khusus
Merupakan proses pengadaan yang dilakukan secara cepat
dan tepat pada kondisi yang menyangkut:
a) keselamatan dan kesembuhan pasien
b) keamanan Rumah Sakit
c) Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit

d) Citra Rumah Sakit


Pengadaan pada kondisi khusus dilakukan untuk
62

menjaga kesinambungan pelayanan agar terjaga dengan baik.


Proses pengadaan pada kondisi khusus mengikuti alur
pengadaan rutin.
3. Penerimaan
Penerimaan barang farmasi dari distributor dilakukan oleh asisten
apoteker gudang farmasi atau jika barang yang datang di luar jam kerja
Gudang farmasi maka akan diterima oleh unit farmasi dengan
menerima faktur atau surat jalan dari petugas distributor. Petugas akan
mencocokan faktur dengan surat pesanan meliputi jenis, kuantitas
barang dan expired date. Jika barang yang terima tidak sesuai dengan
surat pesanan (SP), maka barang tersebut di tolak sesuai dengan SPO
penolakan barang farmasi. Kemudian, petugas gudang akan menulis
nama, tandatangan, tanggal diterima dan stempel pada faktur.
Kemudian faktur asli diberikan kepada petugas distributor, dua
rangkap Salinan faktur masing-masing diberikan kepada unit
pembelian dan disimpan di gudang farmasi.
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat di RS MMC menerapkan sistem FEFO ( first
expired first out) dan FIFO ( first in first out). Penyimpanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan di RS.MMC harus dilakukan sesuai
persyaratan dan standar kefarmasian untk menjamin stabilitas dan
keamanannya serta memudahkan dalam pencariannya untuk
mempercepat pelayanan. Area penyimpanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan hanya boleh diakses oleh petugas farmasi. Berikut
merupakan standar penyimpanan golongan sediaan farmasi dan alat
kesehatan di RS.MMC :
a. Khusus bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti bahan yang
bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif, radioaktif, dll
harus disimpan terpisah dan diberi tanda bahan berbahaya dan
beracun hingga didistribusikan kepada unit pelayanan dengan
perlakuan yang sama, ditempatkan dalam lemari khusus
63

penyimpanan B3 dan disertai formulir pemakaian dan Spill Kit


yang berisi bahan dan alat kesehatan untuk menangani bila terjadi
tumpahan B3. Bahan-bahan B3 yang didistribusikan ke Unit
Farmasi antara lain yaitu Alkohol dan Hydrogen Peroksida. untuk
gas medis disimpan dalam rungan khusus gas medis dan diberi
penandaan yang jelas.
b. Gas medis disimpan diruangan kusus gas medis dan diberi
penandaan khusus yang jelas
c. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari sendiri dengan
pintu terkunci, kecuali narkotika dengan lemari berkunci ganda
d. Obat – obat tertentu disimpan ditempat yang aman, mudah diawasi
secara langsung oleh penanggungjawab Obat high alert harus
disimpan di tempat terpisah dan diberi label khusus untuk
menghindari penggunaan yang tidak dikehendaki. Elektrolit pekat
yang termasuk daftar obat high alert tidak boleh berada di ruang
rawat kecuali unit tertentu. daftar obat High Alert di RS MMC
Jakarta berupa cairan/infus konsentrasi tinggi seperti cairan/infus
dextrose 40% 25 ml, MgSO4 40% 25 ml, Natrium Bicarbonat
(Meylon) 25 ml, NaCl 3% 500 ml, dan potassium chloride (KCL)
25 Meq/25 ml tidak boleh disimpan di dalam ruang rawat kecuali
di unit-unit tertentu yaitu di ruang intensif atas pertimbangan life
saving, dimana waktu yang dibutuhkan untuk pencampuran di
ruang farmasi tidak bisa dilakukan kurang dari 30 menit sejak
adanya permintaan. Obat-obat tersebut diberi stiker merah
bertuliskan peringatan “HIGH ALERT” dan selalu dilakukan cek
ulang saat serahterima.
Khusus untuk obat sitostatika, selain diberi label High Alert
juga ditandai dengan stiker berwarna ungu bertuliskan
CYTOTOXIC dan disimpan pada lemari obat yang terpisah dengan
obat lain. Selain itu, beberapa obat sitostatika yang termolabil
diletakkan dalam kulkas khusus obat sitostatika.
64

e. Obat-obat dengan nama, rupa atau pengucapan mirip (NORUM),


Look Alike Sound Alike (LASA) disimpan tidak berdekatan, ditulis
dengan Tallman letter (khusus Sound alike) yaitu penulisan huruf
besar-kecil pada nama obat sebagai penekanan yang membedakan
dengan nama obat yang hampir samadan diberi label
LASA.Contoh penulisan tallman lettering: IMMOdium dan
MOTIlium
f. Obat emergency dan perbekalan emergency lainnya disimpan
dalam troli blue code (ruang khusus) dan troli emergency, dikunci
menggunakan segel yang mudah dibuka. Sistem pengendalian
trolley emergency harus dibuat sedemikian rupa sehingga jenis,
jumlah dan kualitas obat dan perbekalan farmasi yang ada
didalamnya sesuai standar yang ditetapkan serta semua aspek yang
berkaitan dengan pembukaan trolley emergency dapat
dipertanggungjawabkan (mudah ditelusur). Petugas Farmasi
melakukan pengecekan setiap hari untuk memastikan bahwa
persediaan obat pada trolley emergency sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan dan masih dalam keadaan tersegel. Apabila dalam
pengecekan ditemukan segel telah rusak maka petugas farmasi
harus mengecek stok tersisa dan mencocokan dengan formulir
pemakaian obat dan alkes emergency. Petugas farmasi mencatat
obat yang dipakai dan mengkonfirmasi pada petugas perawatan
untuk mengganti obat yang terpakai. Petugas Farmasi kemudian
mengganti obat yang telah terpakai dan mencocokan dengan daftar
obat emergency. Setelah obat terisi kembali kemudian petugas
farmasi memasang segel trolley emergency dan melakukan
pencatatan di formulir pemakaian obat emergency. Waktu untuk
proses pengisisan kembali trolley emergency tidsk lebih dari 4 jam
sebelum perawat memberikan informasi.
65

Penyimpanan obat di Farmasi Rawat Inap dan Farmasi Rawat jalan


berdasarkan Alfabet dan bentuk sediaan. Selain itu, untuk
penyimpanan obat yang termolabil di simpan didalam lemari
pendingin.
5. Pendistribusian
Sistem distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan di RS.MMC
berbeda antara farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap.
a. Gudang Farmasi
Pendistribusian obat digudang farmasi dilakukan ke unit-unit yang
membutuhkan sesuai dengan permintaan barang melalui sistem
komputerisasi (smart his), baik untuk permintaan rutin maupun
sewaktu sesuai dengan kebutuhan unit. Kemudian petugas gudang
farmasi mencetak permintaan barang dan menyiapkan barang yang
diminta serta mengecek nama, jumlah barang, tanggal kadaluarsa
serta mencatat sisa stok barang pada lembar permintaan. Petugas
gudang akan melakukan serah terima dengan petugas unit farmasi,
petugas unit farmasi akan menuliskan nama dan tandatangan pada
lembar permintaan barang. Kemudian satu rangkap lembar
permintaan diberikan kepada petugas unit dan satu lainnya
disimpan digudang farmasi. Jika stock barang yang diminta dari
unit farmasi kosong, maka sistem akan langsung menolak.
b. Farmasi rawat jalan
1) Resep individu
Pada farmasi rawat jalan system distribusi yang diterapkan yaitu
sistem distribusi individual prescribing dengan cara pelayanan
resep dari pasien rawat jalan yang diberikan kepada petugas
farmasi rawat jalan. Resep yang diterima dilakukan pengkajian
resep meliputi persyaratan administrasi, farmasetik dan
pertimbangan klinis. Jika ada yang kurang jelas, obat yang kosong
stok, tidak tersedia atau ada hal lain yang perlu dikonsultasi,
petugas menghubungi dokter yang bersangkutan serta
menginformasikan ke pasien. Setelah itu obat diberi harga dan
66

resep diberi nomor yang diberikan ke pasien dan disimpan oleh


petugas. Resep serta kwitansi disimpan oleh petugas farmasi rawat
jalan. Resep disiapkan, obat diperiksa kembali kebenarannya oleh
asisten apoteker senior dan mencatat waktu pelayanan resep
(respon time) untuk obat non racikan 20 menit dan obat racikan 45
menit. Petugas memanggil pasien dan meminta potongan nomor
untuk dicocokkan, pasien menerima obat, PIO ( Pelayanan
Informasi Obat), serta kwitansi dari petugas. Resep yang telah
selesai dituliskan nomor telepon pasien untuk menandai bahwa
resep telah diserahkan.
2) Resep jaminan
Pasien yang menggunakan jaminan kesehatan, menyerahkan resep
ke counter B untuk dilakukan pengkajian resep, selanjutnya
petugas mengkonfirmasi jaminan kepada pihak asuransi. Apabila
diterima, resep diberi nomor dan dikirim melalui fax ke counter A
farmasi rawat jalan, obat disiapkan dan diberikan etiket, obat
diperiksa kembali oleh asisten apoteker senior dan dicatat waktu
pelayanan obatnya (respon time) untuk obat non racikan 20 menit
dan obat racikan 45 menit. Petugas memanggil pasien dan meminta
potongan nomor untuk dicocokkan, pasien menerima obat, PIO
(Pelayanan Informasi Obat), serta kwitansi dari petugas. Lembar
fax resep yang telah selesai dituliskan nomor telepon pasien untuk
menandai bahwa resep telah diserahkan. Lembar fax dengan resep
asli di satukan kembali kemudian disimpan.

3) Depo IGD
Pendistribusian obat di Depo IGD berdsarkan permintaan perawat
yang bertugas di IGD dengan menggunakan form pemakaian obat
dan alkes yang kemudian diberikan barcorde berupa Rekam Medis
pasien. Form tersebut diserahkan ke pada petugas FRJ di depo
IGD, kemudian obat tersebut disiapkan dan diinput selanjutnya
67

dilakukan pembayaran ke kasir (Counter A). Selain itu, Depo IGD


juga menyiapkan stock obat untuk trolley emergency yang sesuai
standar obat-obat yang terdapat didalam trolley tersebut.
Depo IGD juga melayani blue code dan white code. Blue code
merupakan tanda bahwa ada kejadian yang segera untuk ditangani
contohnya : pasien yang dalam kondisi kritis. Sedangkan white
code adalah tanda dari kejadian luarbiasa yang menimbukan
banyak korban dari kejadian tersebut contohnya : korban demo,
BOM dan sebagainya.
c. Farmasi Rawat Inap

Distribusi obat di rawat inap menggunakan ODD (One Daily Dose)


dengan system UDD ( Unit Dose Dispensing) yang diberikan
untuk 24 jam dengan pemberian tiap waktu pengguanaan obat
yaitu pagi, siang, sore dan malam. Pemberian obat DU di Farmasi
Rawat Inap menggunakan sistem perbedaan waktu untuk tiap
lantai, yaitu lantai 4 dan 9 pemberian obat untuk diminum mulai
dari waktu siang, sore, malam dan pagi, untuk lantai 3 pemberian
obat untuk diminum mulai dari sore, malam pagi dan siang, dan
lantai 5 pemberian obat untuk diminum mulai dari malam, pagi,
siang dan sore. Selain itu, obat yang disiapkan juga menggunakan
kemasan dengan warna yang berbeda yang bertujuan untuk
memudahkan perawat dalam pemberian obat ke pasien. Warna
kemasan yang digunakan adalah warna hijau (pagi), orange (siang).
Kuning (sore) dan merah (malam). Farmasi Rawat Inap juga
melayani beberapa resep untuk pasien pulang dan resep untuk
Depo misalnya ICU, ICCU, OK, Kebidaan, Kamar bayi, HD, Poli
B dan CCVC.
Alur pelayanan resep di Farmasi Rawat Inap dimulai dengan
resep yang ditulis dokter berdasarkan keadaan pasien yang
kemudian di berikan kepada FRI melaui perwat yang selanjutnya
68

resep tersebut di skrining terlebih dahulu oleh petugas FRI, jika


ada ketidaksesuai nama obat atau dosis maka petugas FRI
mengkonfirmasi ke dokter. Setelah itu, resep yang telah diskiring
dihargai, kemudian disiapkan. Obat yang telah disiapkan kemudian
dicek kembali sebelum diserahkan kepada perawat yang bertugas
untuk selanjutnya digunakan untuk keperluan pasien.
6. Pemusnahan dan penarikan
Obat-obat dan alkes yang telah mendekati waktu kadaluarsa harus
dimusnahkan. Pada saat stok opname petugas unit farmasi
memisahkan dan menghitung jumlah obat atau alat kesehatan yang
mendekati masa kadaluarsa kurang dari 3 bulan dan obat yang rusak
untuk dikembalikan ke gudang farmasi. Selanjutny petugas gudang
farmasi menghubungi distributor untuk dapat menukar atau
mengembalikan obat yang mendekati waktu kadaluarsa sesuai dengan
syarat dan kondisi tertentu yang telah di tetapkan pad awal pemesanan.
Namun jika obat tidak dapat ditukarkan, maka unit farmasi akan
menginformasikan kepada dokter untuk dapat menggunakan obat
tersebut lebih dahulu.
Obat-obat yang rusak dan kadaluarsah dicatat nama dan jumlahnya
dalam form return obat dan diberikan kepada pihak Gudang. Gudang
mengumpulkan obat yang akan dimusnahkan kemudian diserahkan
kepada pihak kesehatan lingkungan dengan membuat berita acara
pemusnahan yang sesuai ketentuan yang berlaku dan surat serah terima
dari gudang ke Kesehatan Lingkungan, yang kemudian dari pihak
Kesehatan Lingkungan memberikan request order form dari PT.
Wastec Indonesia. Kesehatan lingkungan melakukan pemusnahan di
cilegon banten jawa barat setiap 3 bulan sekali dengan bantuan pihak
ketiga yaitu PT. Wastec. Untuk obat psikotropik dan narkotika, acara
pemusnahan dilakukan bersama pihak dari Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM).
69

Penarikan obat di RS MMC meliputi obat yang ditarik dari


peredaran terkit kualitas dan keamanan produk. Petugas farmasi
gudang menerima informasi resmi dari BPOM atau distibutor
mengenai obat yang ditarik (recall). kemudian petugas gudang
menginformasikan kepada unit farmasi yang masih mempunyai produk
tersebut untuk dikembalikan ke gudang farmasi. Obat yang ditarik
diberikan kepada gudang farmasi dengan formulir retur yang
ditandatangani oleh pihak Gudang dan pihak Farmasi, salah satu
formulirmya disimpan di pihak farmasi. Kemudian petugas gudang
farmasi mengisi form retur atau copy faktur dan menyalinnya
sebanyak 5 rangkap (satu untuk distributor, dua untuk unit akutansi,
satunya lagi untuk unit pembelian dan gudang farmasi) dengan
menyertakan nama dan tandatangan petugas yang menyerahkan dan
menerima barang pengembalian, serta stempel gudang farmasi.
Petugas menyerahkan barang yang akan dikembalikan beserta copy
faktur atau form pengembalian barang kepada petugas distributor.
7. Pengendalian
Pengendalian obat di RS MMC dilakukan dengan tujuan kuntuk
menjaga kontinuitas ketersediaan serta mutu pembekalan farmasi, yang
dilakukan dengan beberapa cara :
a. Stoker
Melakukan pengendalian terhadap semua unit penyimpanan
obat di Rawat Inap, Rawat jalan, trolley emergency dan
gudang. Petugas farmasi mengecek stock obat secara fisik yang
kemudian dilakukan pencatatan pada buku stock obat.
b. Trolley emergency
Farmasi Rawat jalan juga melakukan pengendalian terhadap
trolley emergency, dimana persediaan obat yang terdapat
didalam trolley emergency diisi oleh petugas FRJ sesuai
dengan standar obat yang harus ada di trolley emergency.
c. Tas emergency
70

Selain trolley emergency, FRJ juga melakukan pengendalian


terhadap tas emergency yang akan digunakan untuk keperluan
diluar rumah sakit, seperti pada keikutsertaan ASIAN GAMES.
d. Pengendalian Narkotika dan Psikotropika
Obat narkotika dan Psikotropika dilakukan pengendalian sesuai
dengan SPO pada masing-masing unit farmasi. Pemakaian
narkotika untuk yang pacth selama 6 hari dan pemakaian oral
selama 14 hari. Sedangkan untuk psikotropika, pemakaian nya
diberikan selama satu bulan, jika diperlukan kembali maka
dapat ditambah iter. Untuk resep IGD dokter hanya dapat
memberikan narkotika dan psikotropika selama 5 hari
pemakaian.
8. Dokumentasi dan pelaporan
Dalam hal pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika RS MMC
sudah dilakukan secara online melalui website SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang dilakukan setiap bulan.
Pelaporan kegiatan kefarmasian lainnya meliputi laporan penggunaan
obat Anti Retroviral Virus (ARV) yang dilaporkan ke Suku Dinas
Kesehatan dan laporan penggunaan obat non registrasi dilaporkan ke
Pusat Rujukan Obat Nasional dan PT Kimia Farma.
Dokumentasi resep dikumpulkan setiap harinya dan dikumpulkan
menjadi satu sesuai nomor urut resep, pada tumpukan paling atas
diberi keterangan meliputi; hari, tanggal, bulan dan tahun. Kemudian
disimpan pada tempat penympanan resep untuk masa waktu 3 tahun.
B. PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RS MMC
Pelayanan farmasi klinis merupakan pelayanan yang diberikan seacara
langsung antara apoteker dengan pasien, yang bertujuan untuk
meningkatkan outcome terapi obat, pemantauan efek samping yang
diakibatkan oleh obat yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk
meningkatkan mobilitas dan kualitas hidup pasien.
Rumah Sakit MMC telah melakukan pelayanan farmasi klinis yang
meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan
71

obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite,


Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO),
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dan dispensing sediaan steril.
Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk mencapai penggunaan obat
secara rasional, dimana pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan
indikasi, bentuk sediaan, efek samping dan terhindar dari interaksi obat
yang membahayakan yang bertujuan untuk mendapatkan outcome terapi
yang baik serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
Pengkajian Resep bertujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait
Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian
Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pelayanan resep dimulai dengan menerima resep, skrining resep,
memeriksa ketersediaan obat, menghargai resep, meembuat etiket,
menyiapkan obat dan diserahkan kepasien beserta dengan
penyampaian informasi obat kepada pasien.
Skrining resep meliputi, skrining administrasi, skrining farmasetik
dan skrining klinis. Resep yang diterima kemudian dilakukan skrining
oleh tenaga farmasi yang profesional, dimana resep dianalisa terkait
dengan obat yang digunakan, interaksi yang terjadi dan efek samping
yang mu gkin terjadi. Jika ada resep yang bermasalah maka petugas
farmasi akan menghubungi dokter yang bersangkutan untuk
menanyakan terkait dengan resep tersebut. Prosedur pengkajian dan
pelayanan resep di Rumah Sakit MMC sebagai berikut :
a. Farmasi Rawat Inap
Petugas Farmasi Rawat Inap (FRI) menerima resep rangkap
dua dan dicatat waktu penerimaan resep tersebut. Kemudian
dilakukan skrining terhadap resep berupa skring administrasi,
farmasetik dan klinis. Jika ada kendala saat melakukan skrining
72

resep, petugas farmasi mengkonfirmasi dokter yang


bersangkutan. Namun apabila obat tidak tersedia, maka pihak
farmasi rawat inap akan mengusahakan obat tersebut agar
tersedia dengan menghubungi pihak gudang untuk memastikan
stock obat tersedia atau tidak. Selanjutnya petugas FRI
menghargai resep tersebut dan memasukan data pemakaian
obat melalui komputer pada Medical Record pasien. Obat dan
alkes yang telah dihargai kemudian disiapkan, dikemas dan
diberikan etiket. Obat yang telah selesai disiapkan, kemudian
dicek ulang oleh petugas farmasi sebelum obat dan alkes
tersebut diberikan kepada perawat. Setiap tahapan dalam
menyiapkan sampai dengan menyerahkan obat dan alkes
petugas farmasi harus memberikan CapHTKP (Hitung,
Timbang, Kemas dan Periksa) yang harus di tandatangani di
kolam-kolam tersebut.
Pelayanan resep UDD (Unit Dose Dispensing) diterapkan
untuk pasien yang dirawat di Rumah Sakit MMC. Petugas
farmasi mendatangi ruang perawatan untuk melakukan operan
yang dibantu dengan perawat untuk menentukan obat yang
akan dilanjutkan atau distop untuk perawatan selanjutnnya
yang akan ditulis di Lembar Pemberian Obat masing-masing
pasien. Jika ada obat sisa maka petugas farmasi menulis tulisan
“ada” di lembar pemberian obat. Jika ada obat sebelumnya
yang belum dikonsumsi pasien dan sudah dihentikan
pemakaiannya, maka petugas farmasi meminta perawat untuk
melakukan retur obat. Jika ada pasien baru masuk ke ruang
parawatan, maka obat yang dibawa oleh pasien dari rumah
harus di rekonsiliasi terllebih dahulu oleh petugas farmasi atau
perawat yang sedang bertugas. Setelah melakukan operan,
maka petugas farmasi rawat inap kembali ke Unit Rawat Inap
73

untuk menyiapkan dan mengemas obat dalam kemasan terbagi


yang berwarna sesuai dengan waktu penggunaan obat.
Kemudian obat yang telah disiapkan dimasukan kedalam
trolley obat dan dibawa kembali ke ruang perawatan dan
dilakukan serah terima antara petugas farmasi dan perawat.
b. Farmasi Rawat Jalan
Pelayanan resep di Unit Farmasi Rawat Jalan meliputi
pellayanan resep dengan pembayaran tunai dan
jaminan/asuransi.
Pelayanan resep dengan pembayaran tunai dilakukan di
counter A, kemudian petugas farmasi yang berada di counter A
melakukan skrining terhadap resep yang diterima dari pasien,
jika ada kendala terhadap resep maka petugas farmasi
melakukan konfirmasi ulang kepada dokter yang menulis resep
tersebut. Setelah itu petugas farmasi menghargai obat dan
menginformasikan kepada pasien, setelah dilakukan
pembayaran terhadap resep, kemudian resep diberikan nomor.
Satu nomor untuk pasien dan satunya lagi nomor ditempelkan
di resep. Obat yang telah dihargai kemudian diletakan di
boxresep yang kemudian resep tersebut disiapkan oleh petugas
farmasi dan diberikan etiket. Setelah obat disiapkan, dilakukan
pengecekkan kembali oleh petugas farmasi berupa nama, jenis
dan penandaan. Lalu dimasukan nomor resep ke layar panggil
dan dicatat respon timenya, setelah itu petugas farmasi
memanggil pasien dan meminta nomor resep yang kemudian
dicocokkan dengan nomor yang tertera pada resep, kemudian
obat dengan kwitansi pembayaran diberikan kepada pasien
disertai dengan pemberian informasi obat.
Pelayanan resep jaminan dilayani di counter B, yang
dimulai dengan petugas menerima resep dari pasien, kemudia
dilakukan skrining tergadap resep apabila terdapat kendala
74

pada resep maka segera dikonfirmasikan kepada dokter yang


bersangkutan. Jika ada obat ynag tidak ditanggung oleh pihak
jaminan maka petugas akan menginformasikan kepada pasien
untuk meminta persetujuan membayar secara tunai atau
membuat copy resepnya. Setelah itu, petugas memasukan data
pasien ke komputer, lalu petugas menempelkan nomor yang
tertera pada komputer dan juga menuliskan harga obatnya.
Petugas farmasi mengirimkan fax resep yang sudah selesai
diberi harga ke Farmasi Rawat Jalan counter A serta
memberikan dua lembar foto copy resep ke petugas
administrasi untuk selanjutnya nomor resep akan diserahkan
kepada pasien beserta kuitansi obatnya. Petugas farmasi di
counter A menerima fax dan menyiapkan obat sesuai dengan
resep, dilakukan pengecekkan kembali oleh petugas farmasi
berupa nama, jenis dan penandaan. Lalu dimasukan nomor
resep ke layar panggil dan dicatat respon timenya, setelah itu
petugas farmasi memanggil pasien dan meminta nomor resep
yang kemudian dicocokkan dengan nomor yang tertera di fax
resep dan meminta nomor telepon dan tandatangan pada resep
tersebut, kemudian obat dengan kwitansi pembayaran
diberikan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi
obat.
Rumah Sakit MMC juga melayani penghantaran obat
kepada pelanggan sesuai dengan alamat yang diberikan oleh
pasien. Pelayanan penghantaran obat hanya dilakukan
diseputaran Kuningan, Tebet, Jakarta Selatan dan seputarannya.
Pelayanan penghantaran obat dikhususkan pada resep yang
memiliki respon time yang panjang seperti obat racikan yang
harus membutuhkan waktu yang panjang dalam persiapan nya.
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
75

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk


mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan Obat pasien. Rumah Sakit MMC melakukan penelusuran
riwayat penggunaan obat pada saat rekonsiliasi obat pada pasien baru
dan pasien pindahan ruangan. Selain itu, untuk mendapatkan informasi
tentang riwayat penggunaan obat pasien dapat melakukan wawancara
untuk menggali informasi terkait penggunaan obat pasien. Data yang
akan diperoleh berupa nama obat, dosis, bentuk sediaan, indikasi dan
lama penggunaan obat serta riwayat alergi pasien terhadap obat.

3. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dari rekonsiliasi obat
adalah memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang
digunakan pasien.
Rekonsiliasi obat yang dilakukan oleh Rumah Sakit MMC pada
pasien baru, pasien pindahan antar ruangan dan pasien pulang. Petugas
farmasi atau perawat melakukan rekonsiliasi terhadap obat pasien.
Berikut beberapa tahap melakukan rekonsiliasi obat.
Tahap pertama, mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang
dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat
alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus
76

untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian,
Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan
Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat
yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat
yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat
bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
Tahap kedua, melakukan komparasi, yaitu membandingkan data
obat yang pernah, sedang dan akan digunakan oleh pasien.
Ketidakcocokan ditemukan jika ada perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang,
berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu
adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep. Setelah itu, pada tahap
selanjutnya apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter kurang dari
24 jam bila tidak ada ketidakcocokan. Apoteker harus menentukan
bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja,
alasan pemberhentian, penundaan atau pengganti serta memberikan
tandatangan, tanggal dan waktu dilakukan rekonsiliasi obat.
Tahap terkahir adalah komunikasikan dengan pasien, keluarga atau
perawat terkait perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi Obat yang diberikan..
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat,
tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Pelayanan informasi obat
77

bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien


dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar
Rumah Sakit.
Rumah Sakit MMC melakukan PIO secara langsung kepada pasien
Rawat Jalan pada saat penyerahan obat. Adapun informasi yang
disampaikan pada saat melakukan PIO adalah nama obat, indikasi,
aturan pakai, instruksi pemakaian untuk obat-obat yang dengan
penggunaan khusus, keamanan obat untuk pasien yang seperti ibu
hamil dan menyusui, serta cara penyimpanan obat.
Penyampaian Informasi obat (PIO) di Rumah Sakit MMC biasanya
dilakukan di ruangan PIO yang berada tepat di Lantai 1 pada hari
senin-jumat dimulai pada jam 13.00-15.00 WIB. PIO dapat dilakukan
melalui telepon, tatap muka secara langsung, ataupun secara tertulis.
Apoteker yang menyampaikan kepada pasien tentang obat yang
digunakan berupa indikasi, aturan pakai, dosis dan cara penggunaan
nya. Apoteker juga dapat menjawab pertanyaan dari pasien secara
lengkap dengan mencantumkan literatur yang digunakan.
5. Konseling
Konseling Obat merupakan interaksi langsung anatara pasien atau
keluarga pasien dengan Apoteker dalam penyampaian saran terkait
penggunaan obat. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat
inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif
Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien
dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki
(ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya
meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Dalam melakukan konseling pasien harus saling terbuka kepada
Apoteker agar data-data yang didapatkan lebih akurat.
78

Rumah Sakit MMC menyediakan layanan konseling terhadap


pasien yang biasaanya dirujuk oleh dokter untuk melakukan konseling.
Saat melakukan konseling Apoteker menanyakan identitas pasien,
mengajukan pertanyaan menggunakan Three Prime Questions,
menanyakan masalah penggunaan obat dan memverifikasi akhir
pemahaman pasien serta mengumpulkan dokumentasi konseling.

6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan
menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
Kegiatan visite yang dilakukan di RS MMC berupa kunjungan ke
ruangan perawatan pasien yang dilakukan oleh Apoteker secara rutin
setiap harinya. Kegiatan visite juga dilakukan secara kolaborasi dengan
tenaga kerja lain nya, seperti Dokter, Perawat, Ahli Gizi , Apoteker dan
Analis. Rumah Sakit MMC melakukan kegiatan visite setiap hari
dimulai dari pukul 09.00 s/d 12.00, yang dilakukan oleh Apoteker
secara mandiri. Kriteria pasien yang dilakukan visite adalah pasien
geriatri/pedriatri, pasien dengan polifarmasi, pasien dengan penyakit
kronis dan pasien baru. Sebelum melakukan visite, Apoteker terlebih
dahulu memeriksa buku pemberian obat pasien dan Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) untuk melihat obat yang
sedang digunakan, kondisi fisik pasien dan perkembangan pasien.
Setelah itu, Apoteker masuk kedalam ruangan perwatan pasien dengan
memberi salam serta mengenalkan diri kepada pasien. Selanjutnya,
Apoteker menjelaskan tentang pengobatan yang sedang dijalani oleh
79

pasien, obat-obat yang digunakan, aturan pakai obat, indikasi obat dan
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selanjutnya,
Apoteker menulis di CPPT mengenai keluhan yang disampaikan oleh
pasien serta penyelesaikan masalah untuk di sampaikan ke dokter yang
menangani pasien tersebut.
7. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien. Tujuan dari PTO adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan oleh Rumah Sakit MMC
hanya terhadap pasien dengan kriteria pasien kondisi khusus (pediatri,
geriatri, gangguan fungsi hati dan/ginjal, ibu hamil dan menyusui),
pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis, pasien yang
menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off), pasien yang menggunakan
obat dengan indeks terapi sempit, pasien dengan polifarmasi
(penggunaan lebih dari 7 obat), dan pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah. Tahapan PTO dimulai dengan mengumpulkan data pasien,
melakukan identifikasi terkait penggunaan obat, rekomendasi
penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.
Metode yang digunakan dalam PTO yaitu dengan cara Subject-Object-
Assesment-Plan (SOAP). Subject berisi data pasien yang tidak dapat
diukur seperti keluhan-keluhan pasien. Object berisi data pasien yang
dapat diukur dengan suatu cara ataupun alat tertentu. Assesment berisi
analisis terapi pasien beserta Drug Related Problem (DRPs) atau
masalahmasalah terkait terapi obat. Serta Plan yang berisi rencana
yang akan dilakukan oleh Apoteker terkait terapi obat pada pasien
tersebut.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
80

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan


pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki,yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi
Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.
Salah satu tujuan dari MESO adalah menemukan Efek Samping Obat
(ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, dan
frekuensinya jarang.
Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
berkewajiban melaporkan Efek Samping Obat (ESO) segera mungkin
untuk mengurangi terjadinya efek yang berbahaya terhadap pasien.
Pelaporan Efek Samping Obat dapat dilaporkan secara online ke
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan mengisi form
kuning.
Penerapan MESO di RS MMC Jakarta telah dilakukan melalui
prosedur:
1. Petugas medis (perawat) menemukan pasien yang diduga
mengalami reaksi efek samping obat, selanjutnya petugas
melakukan tindakan untuk meringankan efek samping obat yang
terjadi dan melaporkan kejadian tersebut ke Apoteker Farmasi
Klinik.
2. Apoteker Farmasi Klinis mengisi pada lembar formulir pelaporan
data ESO berupa: data diri dan bentuk dari ES yang terjadi serta
riwayat pemakaian obat dari pasien tersebut.
3. Apoteker Farmasi Klinis menyerahkan lembar pelaporan ESO
kepada Komite Farmasi dan Terapi (KFT) melalui sekretaris KFT.
4. Sekretaris KFT akan memeriksa kelengkapan data dan selanjutnya
memasukkan dalam agenda KFT.
5. Setelah dibahas di rapat KFT data pelaporan ESO tersebut dikirim
ke pusat MESO Nasional
6. Farmasi Klinik mendokumentasikan ada atau tidak adanya
kejadian ESO pada rekam medis pasien.
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
81

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi


penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO) adalah untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan obat.
Evaluasi Penggunaan Obat di Rumah Sakit MMC dilakukan
dengan tujuan mencegah adanya duplikasi obat dan penggunaan obat
yang tidak tepat yang kemudian akan membahayakan keselamatan
pasien, mencegah adanya interaksi obat yang berbahaya, dan
membantu tenanga medis lainnya dalam memberikan informasi
tentang obat yang digunakan pada saat pasien di rawat.
Penerapan EPO di RS MMC Jakarta dilakukan dengan prosedur:
1. Apoteker mencatat obat-obatan yang digunakan pasien rawat inap
sesuai dengan catatan pemberian obat pasien ruang perawatan
2. Apoteker mengkaji catatan pemberian obat pasien dengan kondisi
aktual pasien yang terdapat dalam catatan terintegtasi keperawatan.
3. Apoteker menelaah drug related problem (DRPs) dan interaksi obat
menggunakan sarana software interaksi obat dan literatur lain yang
mendukung.
4. Apoteker memeberitahu kepada perawat untuk menyampaikan
kepada DPJP apabila ada masalah berkaitan penggunaan obat dan
mencatat efek interaksi obat yang mempunyai efek bermakna di
dalam catatan terintegrasi keperawatan.
5. Apoteker mem-follow up kembali hasil kajian yang telah dilakukan
Rumah Sakit MMC juga melakukan evaluasi terhadap penggunaan
obat Antibiotik dikawasan Rumah Sakit MMC melalui Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba yang merupakan upaya
pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna
di RS MMC. Tim PPRA terdiri dari dokter sebagai ketua, Apoteker
sebagai sekretaris, Tim PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi)
dan Tim Mikrobiologi berupaya melaksanakan program yang
mendukung pengendalian resistensi antibiotik di RS MMC.Tim
82

Mikrobiologi membuat peta kuman yang diperbaharui setiap 6


bulan kemudian hasilnya dilaporkan kepada PPRA dan Komite
Farmasi dan Terapi (KFT), selanjutnya dilaporkan kepada Direktur
Pelayanan. Melalui Komite Farmasi dan Terapi akan dibahas dan
ditentukan efektivitas penggunaan antibiotik di RS MMC. Setelah
itu hasilnya akan didistribusikan ke seluruh unit pelayanan.
10. Dispensing sediaan steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi dengan
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian Obat. Rumah Sakit MMC melakukan
dispensing steril terhadap pencampuran obat suntik dan obat
sitostatika. Pencampuran obat suntik dilakukan oleh perawat yang
berada diruang perawatan pasien. Contohnya, pemcampuran serbuk
Antibiotik dengan larutan NaCL 100 mL. sedangkan untuk obat-obat
high alert dilakukan pencampuran di Unit Farmasi Rawat Inap yang
dilakukan oleh petugas farmasi. Sediaan sitostatika dilakukan
diruangan khusus, pencampurannya dilakukan dibawah Biological
Safety Cabinet(BSC) yang dilakukan oleh petugas farmasi yang
mempunyai keahlian khusus. Pencampuran sediaan sitostatika
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yang bertujuan agar petugas
yang melakukan pencampuran tidak terpapar langsung dengan obat-
obat kemoterapi. Sebelum dilakukan pencampuran, dosis obat dihitung
terlebih dahulu, menuliskan etiket dan disiapan semua alat-alat yang
diperlukan pada saat pencampuran, membersihkan meja Biological
Safety Cabinet (BSC) dengan kasa yang telah dibasahi alkohol 70%
dan meletakan alas (underpad), obat serta alat yang dibutuhkan diatas
meja. Petugas melakukan pencampuran obat sesuai dengan protokol.
Obat yang telah selesai dicampurkan ditutup dengan alumunium foil,
diberi etiket dan disimpan dalam kontainer obat sitostatika yang
83

digunakan untuk mengantar obat dari unit farmasi ke ruang kemoterapi


atau ruang perawatan.Setelah dilakukan pencampuran, etiket atas nama
pasien harus di cek kembali untuk menghindari adanya kesalahan
pengetiketan. Setelah semuanya selesai, limbah obat-obat sitostatika di
buang kedalam plastic yang berwarna ungu.

C. CSSD ( Central Sterile Supply Departement ) RS MMC


Central Sterile Supply Departement (CSSD) merupakan pelayanan
kegiatan sterilisasi yang menyediakan barang bersih dan steril untuk
memenuhi kebutuhan di Rumah Sakit MMC sebagai salah satu upaya
pencegahan resiko terjadinya penularan infeksi bagi pasien dan petugas
Rumah Sakit yang sering disebut dengan healthcare associated infections
(HAIs). Rendahnya angka HAIs ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit. Pelayanan yang dilakukan di
CSSD meliputi penerimaan, pengemasan, pengsterilan, penyimpanan dan
pendistribusian alat-alat baik alat yang sekali pakai maupun yang dapat
dipakai berulang kali sesuai dengan SPO. Central Sterile Supply
Departement (CSSD) di Rumah Sakit MMC berada dibawah
tanggungjawab kamar bedah pada Departemen Pelayanan Medik.
1. Penerimaan barang
Barang yang akan disterilisasi, sebelumnya dilakukan pencucian oleh
masing-masing unit sesuai prosedur. Untuk linen dilakukan di bagian
laundry, instrumen dilakukan di masing-masing unit pelayanan disetiap
lantai dan peralatan makan dilakukan di pantry masing-masing unit.
Alat yang sudah bersih dan kering diserahkan kepada petugas CSSD
dengan menuliskan jenis dan jumlahnya di dalam buku ekspedisi serta
nama jelas dan tanda tangan. Buku ekspedisi adalah buku yang
84

mencatat keluar masuk barang-barang / alat-alat yang akan dan sudah


disterilkan di CSSD. Barang-barang yang dilakukan sterilisasi meliputi:
linen (untuk kamar isolasi steril), instrument, kassa, lidi kapas, wipack,
kertas krep, indikator tape/autoklaf tape, botol tempat bahan
pemeriksaan dan peralatan makan (untuk kamar isolasi steril).
2. Pengemasan alat dan pemberian tanda
Alat yang sudah diterima oleh petugas CSSD akan dilakukan
pengemasan dengan ukuran wipack disesuaikan dengan ukuran alat
yang akan disterilisasi. Adapun prinsip pengemasan adalah:
a) Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya
b) Harus dapat menjaga sterilisasi isinya hingga kemasan dibuka.
c) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi
Bahan pengemas yang digunakan harus tahan terhadap kondisi fisik
seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan pada proses sterilisasi, kuat dan
tahan lama, tidak mengandung bahan beracun, tidak mengalami perubahan
warna. Khusus kamar bedah, pengemasan alat bedah dilakukan oleh unit
kamar bedah, setelah pengemasan dikirim ke CSSD untuk dibungkus
dengan kertas krep dan wipack/plastik.
Oleh petugas CSSD setiap bungkusnya dimasukan Indikator internal
steril/ strigage dan ditempelkan indikator eksternal diluar bungkusnya.
Kemudian ditutup dengan sealer elektrik dan diberi label with indikator for
stam serta diberikan label yang bertuliskan tanggal, bulan, tahun
disterilkan dan tanggal kadaluarsa serta nama barang yang akan di
sterilkan.
Indikator internal ini digunakan untuk mengtahui apakah uap air dapat
menembus sampai ketengah bungkusan sedangkan indikator eksternal
digunakan untuk menunjukan bahwa barang telah melalui proses sterilisasi
yang dapat membedakan dengan yang belum melalui proses sterilisasi.
3. Proses sterilisasi
85

Proses sterilisasi di CSSD menggunakan uap suhu tinggi yaitu autoclaf


sesuai prosedur sterilisasi dan program mesin. sterilisasi plastik, karet
dan bahan yang tidak tahan panas menggunakan autoklaf pada suhu
1210C selama 20 menit sedangkan untuk linen, kasa, kapas, instrumen
yang terbungkus dilakukan pada suhu 1350C selama 7 menit. Monitoring
yang dilakukan pada setiap proses sterilisasi adalah dengan indikator
mekanik. Indikator mekanik ini untuk memonitor mesin sterilisasi
bekerja pada suhu dan tekanan yang tepat.

4. Penyimpanan
penyimpanan alat/bahan dipisahkan antara yang belum dan yang sudah
disterilkan di tempat yang berbeda. Hal ini dilakukan supaya alat
terlindung dari kontaminasi dan sterilitasnya terjamin. Penyimpanan
alat/bahan yang sudah disterilkan dilakukan diruangan yang suhu,
tekanan dan kelembapannya diatur sesuai dengan SOP yang berlaku.Alat
atau instrumen yang sudah disterilkan ditempatkan pada rak yang telah
disediakan untuk penyimpanan sementara sebelum disimpan diunitnya
masing-masing, untuk alat bedah disimpan didalam lemariyang
disediakan didalam unit kamar operasi dan untuk kapas, lidi kapas,
deper/toffer ditempatkan pada lemari tertutup.
5. Distribusi
Pendistribusian alat dilakukan dengan pengambilan oleh masing-masing
unit dengan menggunakan buku catatan ekspedisi dengan menyertakan
nama jelas dan tanda tangan dan membawa wadah bersih. Penyetoran
dan pengambilan barang barang CSSD dimulai pagi pada pukul 8.00
sampai jam 11.00 WIB dan untuk pengambilan sore pada pukul 14.00
sampai jam 1.00 WIB.
6. Monitoring autoklaf
Perawatan peralatan yang ada di CSSD dilakukan guna untuk
kelangsungan sterilisasi secara kontinyu sehingga kegiatan - kegiatan
tersebut tetap berlangsung dengan baik.
86

Untuk memantau fungsi dari sistem vakum dari autoklaf digunakan


tes bowie dan dick yaitu indikator kimia khusus untuk uji efektivitas
pompa vakum sterilization yang berguna memantau atau mengawasi
proses dan hasil sterilisasi. Bungkusan bowie&dick ini diletakan
kedalam autoklaf kosong kemudian dilakukan sterilisasi selama 3,5
menit dengan suhu 135°C, akan terjadi perubahan warna menjadi hitam
pekat/merata. Apabila warna tidak merata maka diduga masih ada udara
yang tertinggal dalam autoclaf dan menunjukan adanya kerusakan pada
pompa vacum dari alat, tes ini dilakukan satu minggu sekali oleh
petugas CSSD.
Mesin autoklaf yang digunakan juga harus terjamin akurasinya,
sehingga perlu dilakukan kalibrasi dan uji pemantauan fungsi autoklaf.
Pemantauan fungsi mesin autoklaf dilakukan setiap 3 bulan sekali dan
kalibrasi dilakukan setiap tahun oleh teknisi teknik elektromedik.
Prinsip teknik kalibrasi mesin autoklaf yaitu membandingkan suhu,
tekanan dan waktu pada alat autoklaf dengan standar alat ukur
elektronik. Untuk menjamin sterilisasi dari setiap proses sterilisasi
dapat digunakan juga indikator biologi dan dilakukan 2 kali dalam
sebulan.

D. PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT MMC


Dalam penanganan pengelolaan limbah di Rumah Sakit diambil alih oleh
suatu organisasi Rumah Sakit yaitu kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan Rumah Sakit di MMC diartikan sebagai upaya penyehatan
pengawasan lingkungan Rumah Sakit yang mungkin berisiko
menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat
sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya.Upaya kesehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi kegiatan-
kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas
program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu
87

diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan


kesehatan lingkungan Rumah Sakit dalam mewujudkan lingkungan sehat,
aman, nyaman, dan produktif. Instalasi Kesehatan Lingkungan (Kesling)
di RS MMC berada dibawah tanggungjawab Direktur Umum dan
Keuangan, dengan jumlah petugas Kesling 2 Orang yaitu Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan serta Staff Instalasi Kesehatan Lingkungan. Salah
satu pelayanan kesling yaitu pengelolaanlimbah.
Secara umum sampah dan limbah Rumah Sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah medis dan non medis baik
padat maupun cair.

1. Jenis Limbah
Jenis limbah bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Limbah Padat
Limbah Padat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Limbah Padat Domestik/Non B3. Limbah padat ini terbagi
dalam 2 jenis:
a) Organik
Limbah padat ini meliputi limbah yang dapat diurai
secara cepat sehingga bisa dijadikan kompos, seperti
limbah dari dapur (bekas buah-buahan dan sayuran)
serta limbah dari halaman (dedauanan dantanaman)
b) Anorganik
Limbah padat ini meliputi limbah yang sangat sulit
untuk diurai sehingga hanya bisa disaur ulang saja,
seperti limbah dari kertas kertas pembungkus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan
badan, tissue, kaleng, botol, kayu dan logam. Meskipun
tidak menimbulkan risiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukantempat yang besar
untuk mengangkut dan mambuangnya.
b. Limbah Padat B3
1) Limbah B3 Medis
88

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin,


pembedahan dan di unit-unit risiko tinggi. Limbah ini
mungkin berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi
kuman dan populasi umum dan staf rumah sakit. Macam -
macam dari limbah medis yaitu sebagai berikut:
a) Limbah Infeksius
b) Limbah Benda Tajam
c) Limbah Farmasi
d) Limbah Sitotoksis

Berdasarkan jenis limbah diatas maka tempat


sampah/wadah juga dibedakan menurut jenisnya, yaitu:
limbah domestik menggunakan kontainer/kantong plastik
hitam, limbah infeksius, patologi dan antomi
menggunakan kontainer/ kantong plastik berwarna kuning,
limbah benda tajam menggunakan karton kertas/kardus,
limbah sitotoksis menggunakan kontainer/kantong plastik
berwarna ungu, dan limbah farmasi menggunakan
kontainer/kantong plastik berwarnacoklat.

2) Limbah B3 Non-Medis
Limbah B3 non-medis ini dihasilkan dari kegiatan
pelayanan non medis yang menjadi penunjang kegiatan di
rumah sakit. Limbah ini berbahaya dan mengakibatkan
risiko tinggi bagi lingkungan dan populasi umum dan staf
rumah sakit. Contoh limbah B3 Non-medis adalah lampu
TL bekas pakai, baterai bekas pakai, Cairan pewarna
gentian violet darikegiatan pewarnaan di laboratorium
klinik dan mikrobiologi, oli bekas dan lain-lain.
c. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit yang
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah ini bisa mengandung bahan-bahan organik dan
89

anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan


uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH,
mikrobiologi, Amoniak dan lain-lain. Contoh air bilas
ruangbedah. Bagian-bagian dari penanganan limbah cair antara
lain:
1) Bar screen
Air limbah masuk ke Inatasli Pengolahan Air Limbah / IPAL
melalui Bar Screen namun terlebih dahulu melewati bak
communitor / pencacah, dimana di bak ini padatan-padatan
dapat dihancurkan dan zat padat lain seperti plastik, lap, dll,
ikut tersaring melalui Bar screen.
2) Bak aerasi dan aeratortank
Setelah melewati bak Bar Screen, air limbah masuk secara
gravitasi ke dalam bak aerasi, didalam bak ini air limbah
dicerna dengan hembusan udara yang dihasilkan oleh
aerator. Proses aerasi ini dilakukan selama 24 jam. Dengan
suplai oksigen yang cukup, kondisi ini akan memberikan
bakteri aerobik, dalam aktivitasnya yang secara biologis
membebaskan polutan dan membentuk lumpur yang
kemudian dialirkan ke dalam bak pengendap melalui kontrol
float.
3) Bak pengendap (Setting Tank)
Di dalam bak pengendap (Setting Tank) padatan organik
diendapkan secara gravitasi dengan terpisah dari air limbah
yang telah di aerasi. Padatan-padatan ini berbentuk lumpur
(Sludge) dan ditampung di dalam aerator tank. Dengan
demikian proses pengolahan secara aerobik akan terus
berlangsung. Untuk mengembalikan sludge ke dalam bak
aerasi melalui air lift, dapat dilakukan secara terus menerus
selama24jam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Rumah Sakit MMC telah memenuhi standar dan ketentuan yang
berlaku dalam menjalankan tugasnya di pelayanan kesehatan yang
telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 72
tahun2016
2. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit MMC telah sesuai dengan
Peraturan Mentri Kesehatan No.72 tahun 2016
3. Pelayanan farmasi di Rumah Sakit MMC telah berjalan sesuai
prosedur yang ditetapkan di unit Rawat Jalan (FRJ), unit Rawat inap
(FRI), unit Gudang serta Farmasi Klinik
4. Penerapan farmasi klinik telah berjalan secara kondusif melalui visite
pasien yang dilakukan oleh Apoteker Rumah Sakit MMC

B. SARAN
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di Rumah Sakit MMC
diperlukan adanya koordinasi antara dokter dengan apoteker untuk
menetapkan terapi pengobatan yang paling tepat melalui visite bersama
dengan tujuan mengetahui kondisi pasien serta menghindari efek
samping obat yang mungkin terjadi.

90
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang


Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara
RI, Jakarta
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang
Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Tentang Pekerjaan
Kefarmasian No. 51 Tahun 2009. Jakarta.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan Rumah Sakit. Jakarta.
6. Anonim Profile Rumah Sakit MMC Jakarta. Dilansir dari :
http://rsmmc.co.id/mmc/. Diaskes September 2019.
7. Rumah Sakit MMC. 2019. Rincian Pekerjaan Farmasi Rumah Sakit MMC.
Jakarta :Rumah Sakit MMC.

91
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Metropolitan Medical Center

92
93

Lampiran 2. Struktur Organisasi Farmasi Rumah Sakit MMC


94

Lampiran 3. Formularium Rumah Sakit MMC

Lampiran 4. Tata Letak Penyimpanan Obat


95

Penyimpanan obat berdasarkan Alphabetis

Tata letak obat-obat LASA


96

Lemari penyimpanan obat High Alert

Lemari penyimpanan obat sitostatika


97

Lemari penyimpanan Narkotika


98

Lemari pendingin penyimpanan obat

Penyimpanan Alat Kesehatan


99

Lampiran 5. Penyimpanan Obat Emergency

Trolley Emergency

Isi rak trolley Emergency


100

Lampiran 6. Surat pesanan obat-obat tertentu


101

Lampiran 7. Surat pesanan Psikotropika


102

Lampiran 8. Surat pesanan Narkotika


103

Lampiran 9. Surat pesanan Prekursor


104

Lampiran 10. Faktur pembelian barang


105

Lampiran 11. Laporan SINAP


106

Lampiran 12. Lembar pelayanan Dosis Unit


107

Lampiran 13. Berita acara pemusnahan obat dan alkes


108

Lampiran 14. Kartu stok narkotika


109

Lampiran 15. Etiket dan Label

Etiket untuk obat penggunaan Oral Etiket untuk obat penggunaan Topical
110

Lampiran 16. Kemasan obat

Kemasan dosis unit berdasarkan waktu pemberian

Kemasan obat topikal dan oral


111

Lampiran 17. Lembar resep


112

Lampiran 18. Lembar copy resep


113

Lampiran 19. Alur pelayanan Resep Rawat Inap


114

Lampiran 20. Alur pelayanan resep Rawat Jalan

RESEP

TIDAK JELAS
SKRINING

LENGKAP HUBUNGI DOKTER

HARGA
HARGA DAN
DAN INFORMASI
INFORMASI
KE
KE PASIEN
PASIEN

RESEP DIBERI
NOMOR

PERSIAPAN OBAT
KASIR DAN PEMBERIAN
ETIKET

MASUKAN NO RESEP
KE LAYAR PANGGIL
OBAT DIPERIKSA
KEMBALI (NAMA,
JENIS,PENANDAAN)

PENYERAHAN OBAT
DISERTAI
PIOKEPADA PASIEN
115

Lampiran 21. Alur pelayanan resep tunai rawat jalan


116

Lampiran 22. Alur pelayanan resep Jaminan


117

Lampiran 23. Formulir rekonsiliasi obat


118

Lampiran 24. Lembar serah terima obat rekonsiliasi


119

Lampiran 25. Formulir pencampuran obat sitostatika

Lampiran 26. Etiket Obat Sitostatika


120

Etiket obat Sitostatika

Label obat sitostatika

Lampiran 27. Alur pelayanan depo IGD


121

Lampiran 28. Alur proses sterilisasi CSSD


122

Lampiran 29. Alur penanganan limbah padat


123

\Lampiran 30. Alur penanganan Limbah B3


124

Lampiran 31. Alur penanganan Limbah Cair


125

Anda mungkin juga menyukai