PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Menurut PP RI nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian,
pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
2
3
B. TUJUAN
C. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre
(MMC) Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Memahami peran, fungsi, tanggung jawab, dan tugas seorang Apoteker
dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Mengetahui dan memahami standar pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit baik dari sistem manajemen farmasi maupun sistem pelayanan
farmasi klinik di rumah sakit.
3. Dapat mempraktekkan tugas apoteker secara langsung di Rumah Sakit
dalam beberapa aspek farmasi klinik.
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. RUMAH SAKIT
1. Definisi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 tahun 2014
menyebutkan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (5).
5
6
1. Definisi IRFS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas,
manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (4). Pengorganisasian Instalasi Farmasi
harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik
dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai
kebutuhan dengan tetap menjaga mutu
2. Tugas IFRS
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan
profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko;
4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
16
3. Fungsi IFRS
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan
optimal
c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit
e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku
f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian
g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit
h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu
i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari
17
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
22
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
24
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
25
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
26
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah
Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
28
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah
Sakit
31
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka
perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.
Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang
berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian
secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan
c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan
cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
d. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung
yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality of life) terjamin.
33
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT METROPOLITAN MEDICAL
CENTRE (MMC)
34
35
paripurna
bintang 5.
RS MMC menerima Akreditasi Paripurna dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementerian Kesehatan RI.
Penilaian akreditasi ini didasarkan pada standar pelayanan yang
berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, Patient
Safety Goals, dan sasaran Milenium Development Goals. RS.MMC
mendapatkan predikat Lulus Paripurna pada 2018.
3) Spesialis Anak :
Sub Spesialis Respirologi Anak
Sub Spesialis Pencitraan Anak
Sub Spesialis Infeksi dan Penyakit Tropis Anak
Sub Spesialis Neonatologi
Sub Spesialis Gastroenterologi Anak
Sub Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak
Sub Spesialis Tumbuh Kembang Anak
Sub Spesialis Gastrohepatologi Anak
Sub Spesialis Alergi-Imunologi Anak
4) Spesialis Bedah
Spesialis Bedah Umum
Sub Spesialis Bedah Anak
Sub Spesialis Bedah Digestif
Sub Spesialis Bedah Urologi
Sub Spesialis Bedah Onkologi
Sub Spesialis Bedah Vaskular
Spesialis Bedah Plastik
Spesialis Bedah Syaraf
Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi
5) Spesialis Kebidanan & Kandungan
Spesialis Kebidanan & Kandungan Umum
Sub Spesialis Onkologi Ginekologi
6) Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Penyakit Dalam Umum
Sub Spesialis Penyakit Alergi dan Imunologi
Sub Spesialis Penyakit Darah dan Onkologi Medik
Sub Spesialis Penyakit Endokrin dan Metabolik
39
c. Rawat inap
Ruang rawat inap terdapat di gedung RS.MMC dan di gedung H
Tower. Di gedung RS. MMC tersedia ruang rawat inap dengan
berbagai tipe kelas, yaitu VIP Superior (yang memiliki ruangan yang
luas dan nyaman, serta tempat tidur bagi keluarga yang ingin
40
d. Ruang operasi
41
e. Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung di Rumah Sakit MMC diantaranya ialah ;
1) Laboratorium
Laboratorium terdiri dari Patologi Klinik, Patologi
Anatomi, Mikrobiologi dan Pelayanan Darah (Bank
Darah). Kesemuanya sangat diperlukan untuk menegakkan
42
Mammography
Uro-flowmetry
Mobile Unit
Mobile C-Arm X Ray
Computerized Radiography
3) Farmasi
Farmasi Rawat Jalan RS.MMC memberikan pelayanan
yang berorientasi kepada keselamatan pasien dengan
prinsip Benar pasien, Benar obat, Benar dosis, Benar
cara/rute pemakaian obat, Benar waktu pemberian obat.
Didukung oleh sistem komputerisasi dan sistem e-
prescription yang terintegrasi, Farmasi Rawat Jalan RS
MMC memberikan layanan yang lebih cepat dan tepat
bagi pasien. Konsultasi dan informasi terkait obat yang
sedang digunakan pasien dapat diperoleh dari tenaga
Apoteker.
4) Pelayanan gizi
Gizi Klinik RS MMC adalah unit pelayanan gizi yg
disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, status gizi serta
status metabolisme tubuh (membantu menangangi
permasalahan gizi pasien). Pelayanan Gizi RS. MMC
terdiri atas, Profesor, Dokter Gizi dan Ahli Gizi. Dengan
team yg lengkap layanan Gizi Klinik RS MMC dapat
memberikan konsultasi, terapi, dan edukasi seputar asupan
gizi seimbang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
rawat jalan dan rawat Inap. Asupan gizi untuk
pengendalian penyakit dan termasuk di dalam nya adalah
pelayanan gizi /asupan gizi untuk pengendalian berat
Badan /overweight atau obesitas.
44
3. Unit Gudang
Unit Gudang merupakan unit kerja RS MMC yang menyediakan
kebutuhan barang rutin,baik barang umum maupun barang farmasi.
Unit gudang terdiri dari sub unit gudang umum dan sub unit
gudang farmasi. Unit gudang termasuk dalam lingkup Departemen
Keuangan.
Sub unit gudang umum mengelola persediaan barang umum
yang terdiri dari alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga,
computer supplies, minuman dan alat teknis. Pelayanan sub unit
gudang umum dilakukan dalam jam kerja. Sub unit gudang
farmasi mengelola persediaan barang farmasi yang meliputi obat,
alat keehatan, reagensia, laboratorium supplies, radiology
46
tetap.
5) Mengarsipkan lembar resep menurut kaidah yang berlaku.
6) Melaksanakan stock opname barang farmasi setiap 3 bulan
sekali.
7) Membuat laporan-laporan yang dibutuhkan, seperti
laporan Narkotika dan Psikotropika.
8) Membuat permintaan barang farmasi ke gudang farmasi.
9) Membuat usulan permintaan kebutuhan obat-obat khusus,
misal obat CITO dan obat-obat dr. Maria Djatmiko.
10) Menyelesaikan masalah teknis di lapangan sesuai dengan
batas wewenangnya.
11) Menghubungi dokter terkait jika ada hal-hal yang kurang
jelas atau memerlukan konfirmasi lebih lanjut berkenaan
dengan resep pasien.
12) Melaksanakan pelayanan resep jaminan sesuai standar
jaminan.
13) Menjaga keamanan barang farmasi.
14) Menjaga kerapihan dan kebersihan unit kerja dan alat
kerja.
15) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
16) Bekerja sesuai SPO RS MMC.
d. Juru Resep Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
1) Meracik obat racikan sesuai dengan yang diminta oleh
Asisten Apoteker.
2) Membantu Asisten Apoteker dalam mengambil obat-obat
jadi yang diperlukan.
3) Mengambil dan mengantar obat/alkes yang dibutuhkan ke
unit lain, seperti ke unit FRI, Gudang Farmasi, FRJ di
50
lantai V.
4) Membantu Asisten Apoteker dalam penyerahan barang
farmasi sesuai tempat yang ditentukan.
5) Menyiapkan barang-barang umum yang dibutuhkan sub
unit pelayanan.
6) Membantu penyimpanan dan produksi/pengemasan
kembali obat standar di Gudang Farmasi jika dibutuhkan.
7) Membersihkan dan merapihkan ruangan dengan baik.
8) Membantu Asisten Apoteker dalam melayani dan memberi
jawaban sesuai arahan.
9) Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan foto copy
resep dari resep jaminan.
10) Bekerja sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku serta kebijakan yang telah disetujui Direksi RS
MMC.
11) Bekerja sesuai SPO RS MMC.
Direksi RS MMC.
58
59
3) Depo IGD
Pendistribusian obat di Depo IGD berdsarkan permintaan perawat
yang bertugas di IGD dengan menggunakan form pemakaian obat
dan alkes yang kemudian diberikan barcorde berupa Rekam Medis
pasien. Form tersebut diserahkan ke pada petugas FRJ di depo
IGD, kemudian obat tersebut disiapkan dan diinput selanjutnya
67
3. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dari rekonsiliasi obat
adalah memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang
digunakan pasien.
Rekonsiliasi obat yang dilakukan oleh Rumah Sakit MMC pada
pasien baru, pasien pindahan antar ruangan dan pasien pulang. Petugas
farmasi atau perawat melakukan rekonsiliasi terhadap obat pasien.
Berikut beberapa tahap melakukan rekonsiliasi obat.
Tahap pertama, mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang
dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat
alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus
76
untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian,
Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping,
efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan
Obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat
yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat
yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat
bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
Tahap kedua, melakukan komparasi, yaitu membandingkan data
obat yang pernah, sedang dan akan digunakan oleh pasien.
Ketidakcocokan ditemukan jika ada perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang,
berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu
adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep. Setelah itu, pada tahap
selanjutnya apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter kurang dari
24 jam bila tidak ada ketidakcocokan. Apoteker harus menentukan
bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja,
alasan pemberhentian, penundaan atau pengganti serta memberikan
tandatangan, tanggal dan waktu dilakukan rekonsiliasi obat.
Tahap terkahir adalah komunikasikan dengan pasien, keluarga atau
perawat terkait perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi Obat yang diberikan..
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat,
tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Pelayanan informasi obat
77
6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan
menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
Kegiatan visite yang dilakukan di RS MMC berupa kunjungan ke
ruangan perawatan pasien yang dilakukan oleh Apoteker secara rutin
setiap harinya. Kegiatan visite juga dilakukan secara kolaborasi dengan
tenaga kerja lain nya, seperti Dokter, Perawat, Ahli Gizi , Apoteker dan
Analis. Rumah Sakit MMC melakukan kegiatan visite setiap hari
dimulai dari pukul 09.00 s/d 12.00, yang dilakukan oleh Apoteker
secara mandiri. Kriteria pasien yang dilakukan visite adalah pasien
geriatri/pedriatri, pasien dengan polifarmasi, pasien dengan penyakit
kronis dan pasien baru. Sebelum melakukan visite, Apoteker terlebih
dahulu memeriksa buku pemberian obat pasien dan Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) untuk melihat obat yang
sedang digunakan, kondisi fisik pasien dan perkembangan pasien.
Setelah itu, Apoteker masuk kedalam ruangan perwatan pasien dengan
memberi salam serta mengenalkan diri kepada pasien. Selanjutnya,
Apoteker menjelaskan tentang pengobatan yang sedang dijalani oleh
79
pasien, obat-obat yang digunakan, aturan pakai obat, indikasi obat dan
menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Selanjutnya,
Apoteker menulis di CPPT mengenai keluhan yang disampaikan oleh
pasien serta penyelesaikan masalah untuk di sampaikan ke dokter yang
menangani pasien tersebut.
7. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien. Tujuan dari PTO adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan oleh Rumah Sakit MMC
hanya terhadap pasien dengan kriteria pasien kondisi khusus (pediatri,
geriatri, gangguan fungsi hati dan/ginjal, ibu hamil dan menyusui),
pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis, pasien yang
menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off), pasien yang menggunakan
obat dengan indeks terapi sempit, pasien dengan polifarmasi
(penggunaan lebih dari 7 obat), dan pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah. Tahapan PTO dimulai dengan mengumpulkan data pasien,
melakukan identifikasi terkait penggunaan obat, rekomendasi
penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.
Metode yang digunakan dalam PTO yaitu dengan cara Subject-Object-
Assesment-Plan (SOAP). Subject berisi data pasien yang tidak dapat
diukur seperti keluhan-keluhan pasien. Object berisi data pasien yang
dapat diukur dengan suatu cara ataupun alat tertentu. Assesment berisi
analisis terapi pasien beserta Drug Related Problem (DRPs) atau
masalahmasalah terkait terapi obat. Serta Plan yang berisi rencana
yang akan dilakukan oleh Apoteker terkait terapi obat pada pasien
tersebut.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
80
4. Penyimpanan
penyimpanan alat/bahan dipisahkan antara yang belum dan yang sudah
disterilkan di tempat yang berbeda. Hal ini dilakukan supaya alat
terlindung dari kontaminasi dan sterilitasnya terjamin. Penyimpanan
alat/bahan yang sudah disterilkan dilakukan diruangan yang suhu,
tekanan dan kelembapannya diatur sesuai dengan SOP yang berlaku.Alat
atau instrumen yang sudah disterilkan ditempatkan pada rak yang telah
disediakan untuk penyimpanan sementara sebelum disimpan diunitnya
masing-masing, untuk alat bedah disimpan didalam lemariyang
disediakan didalam unit kamar operasi dan untuk kapas, lidi kapas,
deper/toffer ditempatkan pada lemari tertutup.
5. Distribusi
Pendistribusian alat dilakukan dengan pengambilan oleh masing-masing
unit dengan menggunakan buku catatan ekspedisi dengan menyertakan
nama jelas dan tanda tangan dan membawa wadah bersih. Penyetoran
dan pengambilan barang barang CSSD dimulai pagi pada pukul 8.00
sampai jam 11.00 WIB dan untuk pengambilan sore pada pukul 14.00
sampai jam 1.00 WIB.
6. Monitoring autoklaf
Perawatan peralatan yang ada di CSSD dilakukan guna untuk
kelangsungan sterilisasi secara kontinyu sehingga kegiatan - kegiatan
tersebut tetap berlangsung dengan baik.
86
1. Jenis Limbah
Jenis limbah bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Limbah Padat
Limbah Padat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Limbah Padat Domestik/Non B3. Limbah padat ini terbagi
dalam 2 jenis:
a) Organik
Limbah padat ini meliputi limbah yang dapat diurai
secara cepat sehingga bisa dijadikan kompos, seperti
limbah dari dapur (bekas buah-buahan dan sayuran)
serta limbah dari halaman (dedauanan dantanaman)
b) Anorganik
Limbah padat ini meliputi limbah yang sangat sulit
untuk diurai sehingga hanya bisa disaur ulang saja,
seperti limbah dari kertas kertas pembungkus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan
badan, tissue, kaleng, botol, kayu dan logam. Meskipun
tidak menimbulkan risiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukantempat yang besar
untuk mengangkut dan mambuangnya.
b. Limbah Padat B3
1) Limbah B3 Medis
88
2) Limbah B3 Non-Medis
Limbah B3 non-medis ini dihasilkan dari kegiatan
pelayanan non medis yang menjadi penunjang kegiatan di
rumah sakit. Limbah ini berbahaya dan mengakibatkan
risiko tinggi bagi lingkungan dan populasi umum dan staf
rumah sakit. Contoh limbah B3 Non-medis adalah lampu
TL bekas pakai, baterai bekas pakai, Cairan pewarna
gentian violet darikegiatan pewarnaan di laboratorium
klinik dan mikrobiologi, oli bekas dan lain-lain.
c. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit yang
mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah ini bisa mengandung bahan-bahan organik dan
89
A. KESIMPULAN
1. Rumah Sakit MMC telah memenuhi standar dan ketentuan yang
berlaku dalam menjalankan tugasnya di pelayanan kesehatan yang
telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 72
tahun2016
2. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit MMC telah sesuai dengan
Peraturan Mentri Kesehatan No.72 tahun 2016
3. Pelayanan farmasi di Rumah Sakit MMC telah berjalan sesuai
prosedur yang ditetapkan di unit Rawat Jalan (FRJ), unit Rawat inap
(FRI), unit Gudang serta Farmasi Klinik
4. Penerapan farmasi klinik telah berjalan secara kondusif melalui visite
pasien yang dilakukan oleh Apoteker Rumah Sakit MMC
B. SARAN
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di Rumah Sakit MMC
diperlukan adanya koordinasi antara dokter dengan apoteker untuk
menetapkan terapi pengobatan yang paling tepat melalui visite bersama
dengan tujuan mengetahui kondisi pasien serta menghindari efek
samping obat yang mungkin terjadi.
90
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
92
93
Trolley Emergency
Etiket untuk obat penggunaan Oral Etiket untuk obat penggunaan Topical
110
RESEP
TIDAK JELAS
SKRINING
HARGA
HARGA DAN
DAN INFORMASI
INFORMASI
KE
KE PASIEN
PASIEN
RESEP DIBERI
NOMOR
PERSIAPAN OBAT
KASIR DAN PEMBERIAN
ETIKET
MASUKAN NO RESEP
KE LAYAR PANGGIL
OBAT DIPERIKSA
KEMBALI (NAMA,
JENIS,PENANDAAN)
PENYERAHAN OBAT
DISERTAI
PIOKEPADA PASIEN
115