Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

UPTD. PUSKESMAS KAMPONG PAYA


ACEH SELATAN

Disusun Oleh

Nuraji S. Farm. 2129013175


Nazariah S. Farm. 2129013185
Mohd Reza Sahputra S.Farm. 2129013172

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022AN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS

di

UPTD. PUSKESMAS KAMPONG PAYA


ACEH SELATAN

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh


gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022A
N
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


PUSKESMAS

di

UPTD. PUSKESMAS KAMPONG PAYA


ACEH SELATAN

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Disusun Oleh:

Nuraji S. Farm. 2129013175


Nazariah S. Farm. 2129013185
Mohd Reza Sahputra S.Farm. 2129013172

Mengetahui,

Preseptor Tutor, Pereseptor Mentor,


Apoteker Penanggung jawab Staf Pengajar Fakultas Farmasi
UPTD Puskesmas Kampong Paya Universitas Tjut Nyak Dhien
Medan

apt. Cut Triani, S. Farm.


NIP: apt. Muharni Saputri,M.Si
NIDN: 0122098603

Mengetahui

Falkutas Farmasi Program Studi Apoteker


Dekan, Ketua,

Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm.,


apt. Sumardi, S.Si.,
M.Si.
M.Sc.
NIDN: 0110028603
NIDN: 0107088201
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan

pada tanggal 05 Desember – 31 Desember 2022 di UPTD. Puskesmas Kampong

Paya Aceh Selatan. Ada pun Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu

syarat dalam menyelesaikan Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPA)

di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan untuk mencapai gelar

Apoteker.

Selama melaksanakan PKPA ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak baik berupa arahan, bimbingan dan masukan. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Awaludin, S.E., M.Si., M.M., Sebagai Ketua Yayasan APIPSU

Universitas Tjut Nyak Dhien.

2. Bapak Dr. Irwan Agusnu Putra, S.P., M.P selaku Rektor UniversitasTjut

Nyak Dhien.

3. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si., selaku Dekan Ketua Program Studi

Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.

4. Bapak apt. Sumardi, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.

5. Ibu apt. Muharni Saputri, S. Farm.M.Si selaku dosen Pembimbing yang telah

banyak mengarahkan penulis.

6. Bapak Fakhrijal,S.Kep.,M. Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Pemkab

Aceh Selatan.
7. Ibu Eka Farwati, A.md Kep, selaku Kepala UPTD. Puskesmas Kampong

Paya Kluet Utara yang telah memberikan fasilitas selama PKPA.

8. Ibu apt. Cut Triani, S.Farm. selaku Pembimbing PKPA di UPTD. Puskesmas

Kampong Paya Kluet Utara yang telah banyak mengarahkan penulis dengan

penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran

selama praktik kerja dan penyusunan laporan ini.

9. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

10. Kepada staf Puskesmas yang telah banyak membantu penulis selama

melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di UPTD. Puskesmas

Kampong Paya Kluet Utara.

11. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang tiada terhingga kepada orangtua dan keluarga yang selalu memberikan

cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan

baik moril maupun materil, beserta doa yang tulus. Teman-teman

seperjuangan Praktik Kerja Profesi Apoteker Angkatan 10, semoga

persahabatan kita senantiasa terjaga.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Medan, Desember 2022

Penulis
RINGKASAN

Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di UPTD. UPTD. Puskesmas

Kampong Paya Kluet Utara elah dilaksanakan pada tanggal 05 Desember 2022

hingga 31 Desember 2022. PKPA ini dilaksanakan dalam upaya untuk

memberikan perbekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan

melihat secara langsung cara pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai di puskesmas serta peran dan tugas Apoteker dalam

melaksanakan pelayanan farmasi klinis di puskesmas.

Kegiatan ini bertujuan agar calon apoteker mampu memahami fungsi dan

peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Mampu dan

memahami pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai serta pelayanan farmasi klinis di puskesmas secara profesional sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang berlaku.

Kegiatan PKPA di UPTD. Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara, yang

dilakukan meliputi melihat dan mempelajari cara pengelolaan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan,

pelaporan dan pengarsipan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan di

puskesmas. Selain itu juga mempelajari pelayanan farmasi klinis di puskesmas

yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat,

Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling, Pemantauan dan Pelapora Efek

samping Obat (ESO), Pemantauan Terapi Obat, Evaluasi Penggunaan Obat,

Home pharmacy care.


DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL............................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………...iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………...iv
RINGKASAN………………………………………………………………vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………
1
1.2 Tujuan……………………………………………………….
3
1.3 Manfaat……………………………………………….……..
4
1.4 Pelaksanaan Kegiatan………………………………….…….4
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS……………………….
…….5
2.1 Defenisi Puskesmas…………………………………….……5
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang…...6
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas……………….
….6
2.2.2 Tugas puskesmas………………………….....………..7
2.2.3 Fungsi puskesmas……………………………………..7
2.2.4 Wewenang puskesmas…………………………..…….7
2.2.5 Organisasi puskesmas…………………………………8
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas………………
8
2.3.1 Sumber daya manusia…………………………………8
2.3.2 Sarana dan prasarana………………………………….9
2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai………
11
2.3.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep……...………
16
2.3.4.2 Pelayanan informasi obat (PIO)………...……18
2.3.4.3 Konseling…………………………………….19
2.3.4.4 Ronde/visite pasien……………………….….20
2.3.4.5 Monitoring efek samping obat (MESO)
……...22
2.3.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO)……………….23
2.3.4.7 Evaluasi penggunaan obat……………………
24
BAB III TINJAUAN KHUSUS UPTD. PUSKESMAS KAMPONG
PAYA KLUET
UTARA………………………………………………..25
3.1 Gambaran Umum Puskesmas………………………………
25
3.2 Visi dan Misi UPTD. Puskesmas Kluet Utara………………
25
3.3 Upaya Kesehatan…………………………………………...26
3.4 Sarana Kesehatan……………………………………….…..27
3.5 Tenaga
Kesehatan…………………………………………..29
3.6 Pola Penyakit……………………………………………….30
3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Kampong Paya Kluet
Utara………………………………………………………..30
3.8 Penjabaran Kegiatan Praktek Kerja Lapangan……………..31
3.9 Penerimaan Resep……………………………………….…31
3.9.1 Penyerahan obat…………………………....…….…..31
BAB IV PEMBAHASAN…………..……………………………….……..33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........………………………………37
5.1 Kesimpulan………………………………………………...
37
5.2 Saran………………………………………....…………......38
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...39
LAMPIRAN.................................................................................................40
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Fasilitas Gedung Permanen………………………..
….......27
Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan Uptd Puskesmas Kampong
Paya………….......29
Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit Di Uptd Puskesmas Kampong Paya..
………………………………………….….……………30
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. UPTD Puskesmas Kampong Paya……………………………40
Lampiran 2. Gudang Obat dan Rak Obat………………………………......41
Lampiran 3. Struktur Organisasi…………………………………………...42
Lampiran 4. Resep………………………………………………………….43
Lampiran 5. Etiket………………………………………………………….44
Lampiran 6. Kartu Stok…………………………………………………….45
Lampiran 7. Catatan Dokumen LPLPO……………………………………46
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjukkan
derajat kesejahteraan manusia sehingga dapat menjadi landasan utama dalam
pembangunan nasional suatu bangsa. Menurut Undang - Undang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan untuk setiap
orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Oleh karena itu kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting, karena setiap
manusia berhak mendapatkan kesehatan tanpa memandang status ekonomi, suku,
agama dan ras.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat dengan meningkatkan, memfasilitasi dan memanfaatkan
sarana kesehatan yang ada. Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun
2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai salah satu
sarana kesehatan melakukan berbagai upaya kesehatan meningkatkan derajat
kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan puskesmas diantaranya melalui
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan1.

1
1
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4-126.

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,


yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kerja yang ada di
puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Salah satu
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas adalah tenaga kefarmasian, dimana yang
termasuk dalam tenaga kefarmasian adalah Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas dilaksanakan pada
unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang apoteker sebagai
penanggung jawab. Seorang apoteker dituntut dapat mampu mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan mengingat akan tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu pelayanan kefarmasian. Kehadiran apoteker merupakan salah
satu implementasi dari peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang
mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama yang berorientasi pada
produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented)2.
Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas harus
memiliki pengetahuan mengikuti perkembangan zaman sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Mengingat akan pentingnya
tugas dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas, maka calon apoteker perlu
dibekali melaui Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada kesempatan ini
Fakultas Farmasi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Pemda
Aceh Selatan, yaitu UPTD. Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara dalam
penyelenggaraan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan pada
tanggal 5 Desember – 31 Desember 2022.

2
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja profesi Apoteker di Puskesmas adalah:
1 Untuk meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskemas.
2 Untuk membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas
3 Untuk memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan pengembangan Puskesmas.

1.3 Manfaat
Manfaat praktek kerja profesi apoteker di Puskesmas adalah:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas

1.4 Pelaksanaan Kegiatan


UPTD. Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara dilaksanakan pada tanggal
5 Desember 2022 – 31 Desember 2022

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Defenisi Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya3.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menaggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatau kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan4.
Menurut Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat2.

2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
3
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006).

4
4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat5.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status social, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan system rujukan
yang di dukung dengan manajemen puskesmas5.

2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74

5
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

2.2.2 Tugas puskesmas


Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat 2.

2.2.3 Fungsi puskesmas


Fungsi Puskesmas adalah
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
2. Penyelenggraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2.2.4 Wewenang puskesmas


Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan.
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sector lain terkait.
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia kesehatan.
7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penaggulangan
penyakit3.

6
2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:


1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan
preventif
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat3.

2.2.5 Organisasi puskesmas


Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling
sedikit harus memiliki:
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala sub bagian tata usaha
3. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat
4. Pananggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium
5. Penangung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan2.

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


2.3.1 Sumber daya manusia
Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
puskesmas adalah minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga
Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan apoteker di Puskesmas dihitung
berdasarakan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta
memperhatikan pengembangan Puskesmas.
Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas bila
memungkinkan di upayakan 1 Apoteker untuk 50 pasien perhari.2

7
2
Menteri Kesehatan
Kompetensi RI. (2016)
apoteker di Peraturan
puskesmas Menteri Kesehatan
sebagai Republik Indonesia Nomor 74
berikut:
3
Norsanah. (2017). Pelaksana Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Dalam
1. Mampu menyediakan
Meningkatkan dan memberikan
Kualitas Pelayanan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Kesehatan Puskesmas

2. Mampu mengambil keputusan secara professional.


3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.
4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)
Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan
apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut 2

2.3.2 Sarana dan prasarana


Sarana adalah suatu temapat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan
pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana dalah tempat, fasilitas dan peralatan
yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam upaya
mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,
jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien 2
Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 tentan Standar pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas , sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang Penerimaan resep
Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 set meja dan
kursi, serta 1 set computer jika memungkinkan. Ruang penerimaan resep
ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan
meja peracikan. Diruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan
obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas
obat, lemari pendingin, temperature ruangan, blangko salinan resep, etiket dan
label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi standar sesuai

2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri
8 Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya
dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin
ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan
penyerahan oabt. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang
penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan
pasien, dan lemari arsip, serta 1 (satu) set computer jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan kemanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus nerkotka dan
psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpandokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian dalam
jangka waktu tertentu.
Istilah ruang disini tidak harus diartkan sebagai wujud ruangan secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka apat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.4

9
4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.

2.3.3 Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai


Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan bahan medis habis pakai
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:
1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis
pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi obat
dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit,
pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga harus
mengacu pada daftar obat esensial nasional (doen) dan formularium nasional.
Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang
berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang
(bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO).

10
Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan
pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat,
buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
puskesmas.
4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di
puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan

11
jaringannya.Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu; dan
e. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock).3
6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Pengendalian Obat terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
7. Administrasi
Administrasi meliputi Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara
tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Pencatatan dan pelaporan adalah :
a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah
dilakukan

12
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
3
Norsanah. (2017). Pelaksana Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Dalam
dilakukan secara
Meningkatkan Kualitasperiodik dengan
Pelayanan tujuan
Kesehatan untuk:
Puskesmas.
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
maupun pemerataan pelayanan.
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.5

2.3.4 Pelayanan farmasi klinik


Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan
bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes RI, 2016).
Tujuan pelayanan farmasi klinis bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam pelayanan kefarmasian
4. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.

2.3.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep


Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.

13
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan
5
farmasetik
Pedoman Pelayanan meliputi:
Kefarmasian di Puskesmas.

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.


2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik
Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi
yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.2

2.3.4.2 Pelayanan informasi obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan

14
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Nomor 74 Tahun 2016
Kegiatan:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.

2.3.4.3 Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat

15
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik
Obat, kompleksitas pengobatan, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang
bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.2

2.3.4.4 Ronde/visite pasien


Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.

16
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.

2
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

Kegiatan visite mandiri:


1. Untuk Pasien Baru
a. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal
pemberian Obat.
c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan
pasien.
d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait
Obat yang mungkin terjadi.
2. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
a. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
b. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.
3. Untuk semua pasien
a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah
dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
1. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan
pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
2. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga
pasien terutama tentang Obat.
3. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

17
4. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat
yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.
Hal hal yang perlu diperhatikan:
1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
3. Memahami teknik edukasi.
4. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan


terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk
itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan
Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

2.3.4.5 Monitoring efek samping obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang
perlu diperhatikan:
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

18
2.3.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Tujuan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.

2.3.4.7 Evaluasi penggunaan obat


Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.2

19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS UPTD. PUSKESMAS KAMPONG PAYA KLUET
UTARA

3.1 Gambaran Umum Puskesmas


Puskesma Kampong Paya terletak pada jalan Kota Fajar-menggamat Desa
Kampong Paya, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan yang meliputi 6
(Tiga) Kelurahan, yaitu :
1. Desa Kampong Paya
2. Desa Krueng Kluet
3. Desa Kampong Tinggi
4. Desa Ruak
5. Desa Alurnas
6. Desa Gunung Pudung
Wilayah UPTD. Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
1. Utara : Berbatasan Dengan Jalan Kota Fajar-Menggamat
2. Selatan : Berbatasan Dengan Jalan Krueng Kluet
3. Timur : Berbatasan Dengan Desa Kampong Paya
4. Barat : Berbatasan Dengan Persawahan Masyarakat
Secara demografis, penduduk di wilayah kerja UPTD. Puskesmas
Kampong Paya Kluet Utara adalah 45.571 jiwa.

3.2 Visi dan Misi UPT. Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara
1. Visi UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara
Menjadikan Pusat pelayanan kesehatan yang professional, bekualitas
menuju masyarakat mandiri tahun 2022
2. Misi UPT Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas SDM yang professional dan berkomitmen yang
tinggi
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Puskesmas

20
d. Membangun system informasi dan manajemen Puskesmas
e. Meningkatkan peran dalam Masyarakat

3.3 Upaya Kesehatan


UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerja Aceh Selatan, menyelenggarakan
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Pelayanan Pemeriksaan Umum
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Pelayanan Gawat Darurat
d. Pelayanan Diabetes Militus
e. Pelayanan Kefarmasian
f. Pelayanan Laboratorium
2. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Usaha Kesehatan Sekolah
d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
e. Perawatan Kesehatan Masyarakat
f. Pelayanan KIA-KB yang Bersifat UKM
g. Pelayanan Gizi yang Bersifat UKM
3. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Pelayanan Kesehatan lansia
b. Pelayanan Kesehatan Indera
c. Pelayanan Kesehatan Jiwa
d. Pelayanan Kesehatan Olahraga
e. Pelayanan Kesehatan Kerja
f. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang Bersifat UKM

3.4 Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Kampong Paya Kluet
Utara untuk mendukung setiap kegiatan pelayanan agar pasien dapat merasa

21
nyaman selama mendapatkan pelayanan Kesehatan adalah bangunan yang
memiliki 2 lantai dimana untuk pengobatan dasar, rujukan, konsultasi dan
administrasi.
Sarana / Fasilitas Puskesmas Kampong Paya, meliputi :
1. Fasilitas Gedung Permanen

Tabel 3.1 Jumlah Fasilitas Gedung Permanen

No Fasilitas Gedung Jumlah


1 Ruang Dokter Periksa Pasien 4
2 Ruang Obat 1
3 Ruang Suntik / Tindakan 1
4 Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut 1
5 Ruang KIA / KB 1
6 Ruang Loket / kartu 1
7 Ruang Tunggu Pasien 1
8 Ruang Gizi 1
9 Ruang Kepala Puskesmas 1
10 Ruang Rapat 1
11 Ruang Tata Usaha dan Konsultasi 1
12 Laboratorium Sederhana 1
13 Kamar Mandi / WC 2

2. Fasilitas Alat – alat Kesehatan


a. Alat-alat pemeriksaan pasien umum
b. Alat-alat pemeriksaan pasien gigi
c. Alat-alat pemeriksaan persalinan
d. Alat-alat P3K
e. Timbanyak Bayi (dacin) dan Dewasa
f. Lemari pendingin tempat bahan-bahan Immunisasi
g. Alat-alat Laboratorium sederhana
3. Fasilitas Obat – obatan
Semua obat JKN : APBD, APBD-P, DAK, HIBAH.

22
NON JKN : E.katalog, Non E.katalog, Swakelola
4. Fasilitas Administrasi
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokonya dalam bidang pencatatan
dan pelaporan data, maka Puskesmas Sering Medan didukung oleh fasilitas
administrasi yang terdiri dari :
a. Meja
b. Kursi
c. Lemari Arsip
d. Kartu Berobat Penderita
e. Formular Laporan Kegiatan
f. Buku catatan
g. Laptop
h. Printer
i. Dll
5. Fasilitas Imunisasi
Fasilitas imunisasi yang dimiliki Puskesmas Kampong Paya adalah :
a. Lemari Es
b. Alat – alat Imunisasi
c. Vaksin seperti: BCG, DPT, Polio, Campak, TT, Hepatitis, Ratavirus
6. Fasilitas Media Penyuluhan
Fasilitas Media Penyuluhan yang dimiliki Puskesmas Kampong Paya adalah:
a. Brousur
b. Leaflet
c. Spanduk

3.5 Tenaga Kesehatan


UPTD Puskesmas Kampong Paya memiliki 42 orang tenaga kesehatan
baik medis, paramedis maupun non medis yang memadai.
Tabel 3.2 Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Kampong Paya

No. Tenaga Kesehatan Jumlah


1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 1

23
3 Perawat 13
4 Bidan 1
5 Perawat Gigi 1
6 Penyuluhan 2
7 Analisis 1
8 Gizi 1
9 Apoteker 1
10 Keamanan & Petugas Kebersihan 3
11 PKM
12 Administrasi 4

3.6 Pola Penyakit


Berdasarkan kunjungan pasien selama satu tahun di UPTD Puskesmas
Kampong Paya Kluet Utara didapatkan data 10 besar penyakit yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kluet Utara. Data dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Data 10 Besar Penyakit di UPTD Puskesmas Kluet Utara

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 1.331
2 Dispepsia 719
3 CC 549
4 Hipertensi 482
5 Copalgia 431
6 Gastritis 404
7 Osteoartritis 353
8 Mialgia 318
9 Influenza 317
10 Diabetes Mellitus 219

24
3.7 Pekerjaan Kefarmasian di Puskesmas Kluet Utara
Melaksanakan kegiatan kefarmasian pada praktek kerja lapangan di
Puskesmas Kluet Utara, Mahasiswa jurusan Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien
Medan berjumlah 3 orang sebagai Apoteker.
Kegiatan PKPA :
1. Melayani Resep
2. Membuat Etiket
3. Mengecek Obat
4. Meminta data pasien (umur dan alamat) untuk menghindari kesalahn
pemberian obat
5. Menyerahkan obat
6. Memberikan informasi kepada pasien dengan arahan apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian
7. Mengecek stok obat
8. Megisi kartu stok untuk barang masuk dan keluar
9. Menyiapkan obat dengan jumlah tertentu yang sering diresepkan dokter untuk
mempercepat proses pelayanan obat.

3.8 Penjabaran Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Pelayanan obat di puskesmas dilaksanakan di bagian unit farmasi. Tenaga
kerja farmasi di puskesmas Kluet Utara terdiri dari satu orang apoteker dan satu
orang asisten apoteker.

3.9 Penerimaan Resep


Setelah penerimaan resep dari pasien, dilakukan hal-hal berikut :
1. Pemeriksaan kelengkapan administrative resep yaitu: nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, nama obat,
jumlah obat, nama pasien, dan umur pasien.
2. Kesesuaian farmasetik meliputi, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas
dan kompatibilitas
3. Pertimbangan klinis meliputi: ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan cara
dan lama pemakaian obat, duplikasi/polifarmasi, reaksi obat yang tidak
diinginkan, kontra indikasi, dan interaksi obat.

25
3.9.1 Penyerahan obat
1. Sebelum obat di serahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
Kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat. Penyerahan obat dalam bentuk sediaan cairan oral
diberikan dengan sendok takar. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
kesalahan dalam penggunaan obat (kurang tepatnya dosis).
2. Penyerahan obat kepada pasien di lakukan dengan cara yang baik dan sopan,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat.
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien dan keluarga nya, jika
pasien lansia dan anak anak sampaikan pada keluarga informasi penggunaan
obat jika dokter belum menjelaskan.
4. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut antara lain : informasi obat, kemungkinan efek
samping, dan cara penyimpanan obat.

26
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 4

Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab

wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep

wilayah yaitu desa/ kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). 4

UPTD Puskesmas Kluet Utara memiliki 35 orang tenaga kesehatan baik

medis, paramedis maupun non medis yang memadai dan mendukung pelayanan di

UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara.

Menurut Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas menyatakan bahwa penyelengaraan pelayanan

kefarmasian di Puskesmas minimal harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga

Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas

dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan

serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas adalah 1 Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari.

4
Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan.

27
UPTD Pusekesmas Kampong Paya memiliki 1 orang apoteker dan

kunjungan pasien perhari rata-rata mencapai 50-60 pasien. Dalam hal ini

pelayanan di apotek

masih dapat dijalankan dengan baik karena apoteker dibantu oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian.

Standar pelayanan kefarmasian yang harus dimiliki oleh Apoteker di

puskesmas berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan

farmasi klinik. Apoteker dan asisten apoteker di UPTD Puskesmas Kampong

Paya Kluet Utara sudah melaksanakan aspek manajerial seperti pengelolaan

sumber daya yang meliputi SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan serta administrasi dengan memanfaatkan tenaga, dana,

prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu, pelayanan farmasi klinik telah dilakukan dengan cukup baik

yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat;

pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan efek samping obat, pemantauan

terapi obat, serta evaluasi penggunaan obat.

UPTD Puskesmas Kampong Paya tidak memiliki fasilitas rawat inap

sehingga pelayanan farmasi klinik dalam bentuk visite pasien tidak dapat

dilakukan.

Persediaan obat di UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara dikelola

oleh apoteker penanggung jawab dan dibantu dengan asisten apoteker .

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan

28
dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan

pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. 1

Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai di UPTD Puskesmas

Kampong Paya Kluet Utara berdasarkan pada pola penyakit dan data pemakaian

obat sebelumnya. dengan menggunakan laporan pemakaian dan lembar

permintaan obat (LPLPO) sesuai dengan perencanaan kebutuhan puskesmas.

Pemilihan jenis obat dalam proses perencanaan mengacu pada Formularium

Nasional. Formulir LPLPO berisi nomor, nama obat, stok awal, penerimaan,

pamakaian, persediaan, sisa stok, permintaan, dan keterangan.

Pada permintaan dibuat dengan membuat laporan pemakaian dan lembar

permintaan obat (LPLPO). Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan

obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan

kebutuhan yang telah dibuat. 5

Penerimaan obat menjadi tugas apoteker penanggung jawab dan dibantu

dengan asisten apoteker. Dalam proses penerimaan harus diteliti dan disesuaikan

dengan lembar LPLPO yang sudah dibuat. Pengecekan obat yang dilakukan,

meliputi :

1. Nama obat yang diterima, bentuk sediaan

2. Jumlah

3. Kondisi fisik perbekalan kesehatan (bentuk, warna, keutuhkan, kekentalan),

4. Tanggal kadaluwarsa.

1
Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
5
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

29
Obat yang sudah diterima akan disimpan digudang obat. Penyimpanan di

gudang obat di UPTD Puskesmas Kampong Paya, diletakkan berdasarkan abjad

untuk mempermudah saat pengambilan. Penyimpanan juga menerapkan FIFO dan

FEFO agar obat yang waktu kadaluarsanya lebih dekat dapat dipakai terlebih

dahulu. Untuk obat LASA belum diberikan penanda khusus, untuk meminimalkan

kesalahan saat pengambilan obat. Sehingga hal ini perlu diperhatikan dan dibuat

label/stiker LASA untuk obat kategori LASA. Penyimpanan dilakukan

menggunakan rak biasa dan palet. Obat psikotropika disimpan khusus di rak

khusus tertutup dan terkunci, dan selalu menjadi tanggung jawab apoteker. Untuk

obat-obat yang harus disimpan di suhu dingin, seperti vaksin disimpan di kulkas

dan di pantau suhunya setiap hari. Gudang penyimpanan dilengkapi dengan air

conditioner (AC) agar suhu tetap terjaga sehingga kualitas obat terjamin.

Obat yang masuk digudang selalu dicatat di buku stok yang meliputi nama

obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, tanggal masuk dan

keluar, jumlah masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok. Obat yang sudah

memasuki masa kadaluwarsa dilakukan pemusnahan. Apoteker mendata obat

yang kadaluarsa dan melaporkannya kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya di

laporkan ke Dinas Kesehatan Kota utuk selanjutnya dilakukan pemusnahan.

Secara umum pemberian obat UPTD Puskesmas Kampong Paya dilakukan

dengan sistem individual prescribing yaitu dengan menebus obat ke unit instalasi

farmasi yang ada, dengan membawa resep yang didapatkan dari dokter. Alur

distribusi sediaan farmasi ke pasien dimulai dengan diterimanya resep oleh

Apoteker, ditelaah oleh Apoteker, jika ada yang kurang jelas, tanyakan ke dokter.

lalu asisten apoteker menyiapkan obat. Dilakukan peracikan obat sesuai dengan

30
yang tertulis di resep. Setelah itu, obat diberikan ke pasien dengan etiket yang

jelas serta diberikan konseling terkait penggunaan obat. Obat yang diberikan

kepada pasien tidak dipungut biaya.

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di

UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara antara lain pengelolaan

sediaan farmasi, bahan medis habis pakai, serta alat kesehatan; pelayanan

farmasi klinis; dan melakukan evaluasi pelayanan kefarmasian.

2. Pelaksanaan PKPA di UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara,

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku profesional,

serta wawasan dan pengalaman nyata bagi calon Apoteker.

3. Pelaksanaan PKPA di UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara,

menambah pengetahuan terkait strategi pengembangan Puskesmas.

4. Permasalahan yang ditemukan di UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet

Utara, yaitu permasalahan terkait suhu penyimpanan obat di gudang obat

yang tidak dilakukan pengecekan secara rutin dan butuh penataan ulang

gudang obat agar lebih rapi dan kualitas obat tetap terjamin.

5. Pelaksanaan PKPA di UPTD Puskesmas Kampong Paya Kluet Utara,

meningkatkan bersosialisasi, bekerjasama dan berkomunikasi dengan tenaga

kesehatan lain sesuai dengan etika profesi Apoteker.

32
5.2 Saran

1. Melakukan pemantauan dan pencatatan suhu dan kelembaban, serta

kebersihan ruang gudang obat secara teratur untuk menjaga kualitas obat dan

alat kesehatan.

2. Melakukan penataan ulang atau penambahan jumlah rak di gudang obat,

sehingga obat-obat dan alat kesehatan yang ada tetap terjamin kualitasnya

serta memberi stiker LASA pada obat kategori LASA serta mengatur jarak

penyimpanan obat-obat dengan kategori LASA.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Halaman 4-126.

2. Menteri Kesehatan RI. (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Halaman 5-50.

3. Norsanah. (2017). Pelaksana Fungsi Puskesmas (Pusat Kesehatan


Masyarakat) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Puskesmas. Presiden RI.2009.

4. Undang-Undang Nomor 36 Tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta: Presiden


Republik Indonesia. Halaman 3-4 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan (2006).

5. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 4-126. Menteri Kesehatan RI. (2016)

34
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rak Penyimpanan Obat UPTD Puskesmas Kampong paya

35
Lampiran 2. Gudang Obat dan Rak Obat

36
Lampiran 3. Struktur Organisasi

37
Lampiran 4. Resep

38
Lampiran 5. Etiket

39
Lampiran 6. Kartu Stok

40
Lampiran 7. Catatan Dokumen LPLPO

41
Lampiran 8. Foto puskesmas

42

Anda mungkin juga menyukai