Disusun Oleh :
1. Arin Widya Nurrahmah
2. Assifa Nurul Fadilah
3. Kamelia
4. Nizzam Syam Aikho
5. Nurelina Agustin
6. Serlin Nursela
Menyetujui,
Pembimbing Sekolah Pembimbing Apotek
Mengetahui,
Kepala Program Kepala SMK Persada
Farmasi Kuningan
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuni-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan hasil Praktek Kerja
Lapangan ( PKL ) ini tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan tugas yang
diberikan kepada kami sebagai bagian dari kelengkapan Praktek Kerja
Lapangan ( PKL) di Apotek Kimia Farma Sudirman, juga sebagai bukti bahwa
kami telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Apotek Kimia
Farma Sudirman. Laporan ini dapat tersusun dan diselesaikan dengan adanya
bantuan dari pihak pembimbing materi maupun teknis, oleh karena itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.Bapak Arika Budiarka,S.Ners.,SKM.,M.M.Kes selaku kepala SMK Persada
Kuningan
2.Ibu Sifa Rismawati,S.Farm.,Apt selaku apoteker di Kimia Farma Sudirman
3.Ibu Hety Ergasari,S.Farm selaku ketua pelaksana dan kepala program farmasi
4.Ibu Tita Hernawati,A.Md.,Farm selaku pembimbing yang penuh dengan
kesabaran dan ketulusannya dalam memberi bimbingan dan dorongan di setiap
penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ini sehingga dapat
terselesaikan
5.Guru dan Staff TU SMK Persada kuningan
6. Para orang tua kami yang telah memberikan do’a, semangat dan
dukungannya
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi penbaca atau adik-
adik kelas kami khususnya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat
membangu dan dapat bermanfaat bagi kami semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan.......................................................1
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................1
1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................1
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan.....................................................1
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.......................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi dan Analisis Farmasi (Menkes RI, 2017). Apotek juga sebagai pelayanan
kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
di Apotek. Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi serta pembekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Menkes RI, 2016).
Menurut Undang Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintahan No.51 Tahun 2009 tentang Peraktik Kefarmasian, maka Pekerjaan Apoteker
dan atau Teknisi Kefarmasian atau Asisten Apoteker meliputi, Industri Farmasi (Indusrti
Obat, Obat Tradisional, Makanan dan Minuman, Kosmetika dan Alat Kesehatan ), Pedagang
Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Rumah Sakit, Puskesmas, dan Instalasi Farmasi
Kabupaten (Permenkes,2009).
2. Melatih calon Ahli Madya Farmasi agar bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja .
dalam dunia kerja.
PT Kimia Farma Apotek (KPA) adalah anak perusahaan Perseron yang didirikan
berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003. Sejak tahun 2011 KFA menyediakan
layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi layanan Farmasi (Apotek). Klinik kesehatan
konsep One Stop Health Care Solution (OSHCS) sehingga semakin memudahkan masyarakat
mendapatkan layanan kesehatan berkualitas.
Kimia Farma adalah Perusahaan Industri Farmasi pertama di Indonesia yang didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817. Berdasarkan kebijakan nasionalisasi atau
eks Perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik
Indonesia melakukan peleburan sejumlah Perusahaan Farmasi menjadi PNF (Perusahaan
Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farmasi. Pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan
hukum PNF diubah menjadi Perseron Terbatas, sehingga nama Perusahaan berubah menjadi
PT Kimia Farma (Perseron). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Perseron) kembali
mengubah statusnya menjadi Perusahaan Publik, PT Kimia Farma Tbk, dalam penulisan
berikutnya disebut Perseron. Tanggal 28 Februari 2020, terjadi perubahan nama Perusahaan
yang semula PT Kimia Farma (Perseron) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk.
Apotek Kimia Farma 0975 Sudirman yang terletak di Jl. Jendral Sudirman No. 31 adalah
salah satu outlet Kimia Farma yang ada di Kuningan. Profil dan Apotek Kimia Farma 9 75
Sudirman, yaitu :
Perlengkapan dan peralatan yang ada di apotek dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker pengelola
apotek yang sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan No.
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang pengelolaan apotek yang meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan untuk pengadaan barang dapat dikatakan baik bila pembelian
memenuhi beberapa ketentuan antara lain:
Komposisi produk sesuai dengan kebutuhan , pembelian mampu melayani jenis obat
yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian untuk keperluan rutin sebulan telah
menunjukan keseimbangan dengan penjualan secara profesional. Tujuan
perencanaan adalah agar proses perencanaan perbekalan farmasi atau obat yang ada
di apotek menjadi lebih efektif dan efisien serta di sesuaikan dengan anggaran.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan:
1. Pemilihan pemasok, yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Legalitas pemasok (PBF)
b. Service, meliputi ketepatan waktu, barang yang dikirim,ada tidak nya
diskon atau bonus, layanan obat ED dan tenggang waktu penagihan.
c. Kualitas obat, perbekalan farmasi lain.
d. Ketersediaan obat yang dibutuhkan.
e. Harga.
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan maka pilih distributor yang sesuai
dengan kondisi apotek, umumnya dipilih Distributor yang:
1) Memberikan Diskon Besar
2) Lokasinya dekat dengan apotek/hemat biaya pengiriman
3) Cepat dan tepat waktu dalam pengiriman barang.
1) Pelayanan Resep
Secara pelayanan umum resep di apotek terdiri atas resep skrin dan penyiapan obat.
Apoteker melakukan layanan resep sesuai kelengkapan administrasi,kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis:
a. Kelengkapan Administrasi
Nama dokter, Nomor Surat Izin Praktik (SIP) dokter, alamat dokter,
nomor telepon dokter,paraf dokter
Tanggal penulisan resep
Nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat
badan pasien,
Nama obat, dosis
Aturan pakai
Jumlah obat
b. Kesesuaian Farmasetik
Bentuk sediaan
Takaran
Potensi
Absolusi
Cara penggunaan
Lama penggunaan
c. Pertimbangan klinik
Indikasi
Alergi obat
Efek samping
Intraksi obat
Kesesuaian dosis
Kesesuaian jumlah obat
Duplikasi obat
Efek adiktif
Biaya
Bila ditemukan adanya keraguan maka harus dikomunikasikan
kepada dokter penulis resep.
2) Pelayanan Nonresep
Pelayanan obat nonresep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri yang dikenal sebagai swamedikasi. Obat untuk swamedikasi
meliputi obat-obat yang bisa di dapatkan tanpa resep dokter yang meliputi obat wajib
apotek (OWA), obat bebas terbatas, obat bebas.
a.Standar Prosedur Operasional/SPO untuk swamedikasi
Pelayanan swamedikasi dilakukan dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1).Petugas melakukan persiapan dengan selalu meningkatkan pengetahunnya tentang
obat, minimal meliputi jenis,khasiat,serta aturan dan cara pakainya.
2).Melaksanakan swamedikasi dengan WWHAM
- Who?(Siapa yang sakit?)
- What?(Apa gejalanya?)
- How long?(Sudah berapa lama?)
- Action?(Pasien sudah pernah minum obat apa sebelumnya?)
- Medication?(Obat lain apa yang sedang dikonsumsi pasien untuk menghindari
terjadinya interaksi antar obat yang tidak diinginkan?)
3) Peracikan obat
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbangan, pencampuran,
mengemasan, dan memberikan etiket pada wadah. Bila ada obat yang belum diambil
maka dapat dilakukan pembuatan resep baru. Salinan resep yang dibuat harus
ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab. Sebelum dilakukan bagian obat
dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh apoteker disertai dengan mempersembahkan informasi tentang cara penggunaan
obat dan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh pasien.
Laporan dikirim ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tebusan untuk Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai/Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan. Kemudian sebagai arsip
untuk Apotek.
e) Pemusnahan
APA dapat melakukan pemusnahan Narkotika, apabila :
1) Rusak
2) Kadaluarsa
3) Tidak memenuhu syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
1) Hari
2) Tanggal
3) Bulan
4) Tahun pemusnahan
5) Nama APA
6) Nama seorang saksi dari pemerintahan dan seorang dari perusahaan.
7) Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan.
8) Cara pemusnahan
9) Serta tanda tangan penanggung jawab apotek.
Ruang lingkup peraturan psikotropika dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1997 adalah
segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan Narkotika, yaitu untuk menjaminketersediaan
psikotropika guna kepentingan Pelayanan Kesehatan dalam Ilmu Pengetahuan, mencegah
terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan pemberantas pusaran gelap psikotropika.
Pengelola psikotropika di apotek termasuk pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan,
dan pemusnahan.
a. Pemesanan
Apotek dapat melakukan pemesanan psikotropika dengan menggunakan Surat
Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan dasar nomor SIA. Surat
Pesanan tersebut dibuat tiga rangkap dan setiap surat dapat digunakan untuk
memesan beberapa jenis psikotropika. Satu surat pesanan psikotropika dapat terdiri
dari berbagai macam nama obat psikotropika. Pemesanan psikotropika dapat
dilakukan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau Apotek lain.
b. Penyimpanan
Apotek harus memiliki tempat khusus yang terkunci dengan baik untuk penyimpanan
obat psikotropika. Tempat penyimpanan obat psikotropika diapotek harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a) Lemari penyimpanan terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat
dilengkapi dengan kunci ganda
b) Lemari penyimpanan terbagi menjadi 2 masing masing dengan kunci yang
berlainan.
c) Lemari tersebut sekurang-kurangnya berukuran 40x80x100 cm, dan harus
ditempel di tembok atau lantai.
d) Lemari khusus tidak dapat digunakan untuk menyimpan barang lain selain obat
psikotropika, kecuali ditentukan oleh Mentri Kesehatan.
e) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang dikuasakan.
f) Lemari harus ditempatkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
Pemasukan dan pengluaran psikoropika dicatat dalam kartu stock
psikotropika.
c. Pelayanan
Dalam Undang Undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayana kesehatan dan/atau ilmu pengetahuan.
Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat psikotropika golongan I
dinyatakan sebagai barang terlarang.
Psikotropika hanya dapat diserahkan kepada Apotek lain, Rumah Sakit, Pusat
Kesehatan Masyarakat, Balai Pengobatan, Dokter dan Pasien dengan resep dokter.
d. Pelaporan
Pelaporan Psikotropika sama halnya dengan pelaporan Narkotika yang dilakukan
secara online dangan menggunakan web SIPNAP. Meskipun demikian pelaporan
secara fisik tetap diperlukan.
Berdasarkan Undang Undang No.5 Tahun 1997, Apotek wajib membuat dan
menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan
wajib dilaporkan untuk Mentri Kesehatan secara berkala. Pelaporan psikotropika
ditandatangani oleh APA ditunjukan kepada :
1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan kota setempat
2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
3) Balai/Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan.
e. Pemusnahan
1) Rusak
2) Kadaluwarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
1) Hari
2) Tanggal
3) Bulan
4) Tahun pemusnahan
5) Nama APA
6) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang dari perusahaan
7) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan
8) Cara pemusnahan
9) Serta tanda tangan penanggung jawab apotek
Berita pemusnahan harus disaksikan :
1) Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan makanan untuk mengimpor dan Pabrik
Farmasi dan satuan pergudangan pusat.
2) Petugas Kantor Wilayah Kementrian Kesehatan dan Pedagang Besar Farmasi
penyalur psikotropika, Lembaga Persatuan Pergudangan Provinsi.
3) Serta Petugas Dinas Kesehatan Tingkat II atau Apotek, Rumah Sakit, Pukesmas, dan
Dokter.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2Pembahasan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kimia Farma Sudirman, kami
mendapat banyak pengalaman. Diantaranya:
1) Pelayanan di Apotek Kimia Farma No.975 menerapkan konsep swalayan farmasi dalam
penjualan obat bebas (OTC).
2) Apotek Kimia Farma No.975 melayani resep dokter, BPJS, obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat wajib apotek.
3) Jenis
penyimpanan
obat yang dilakukan
oleh apotek
berdasarkan
system FIFO
( First In First
Out) yaitu barang
yang datang pertama
harus di
keluarkan
terlebih dahulu
agar tidak terjadi
penumpukan
barang yang
kemungkinan
dapat
kadaluwarsa
sehingga
mengakibatkan
kerugian dan system FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang kadaluwarsanya
lebih awal harus di keluarkan terlebih dahulu untuk memperkecil kemungkinan
penumpukan barang yang kadaluwarsa yang dapat mengakibatkan kerugian.
4) Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.975 di simpan berdasarkan farmakologi,
bentuk sediaan dan menurut alfabetisnya.
5) Semua harga obat dan barang tercantum di computer
6) Mengetahui tugas-tugas apa saja yang dilakukan seorang Asisten Apoteker.
B. Saran
1. Saran Umum
1) Apotek Kimia Farma No.975 Di Sudirman diharapkan dapat terus berusaha
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan, sehigga dapat menimbulkan kepuasan pasien
dan dapat mempertahankan akreditas yang telah diperoleh.
2) Diharapkan siswa/siswi yang melaksanakan Peraktek Kerja Lapang benar-benar
mempersiapkan diri dalam hal menguasai materi yang behubungan dengan pelayanan
diapotek (Ilmu Resep, Undang-undang Kesehatan, Farmakologi, Farmakognosi dan
Persamaan Obat).
3) Perlu ditingkatkan pengawasan terhadap swalayan farmasi agar risiko pencurian dapat
dihindari.
4) Perlu adanya data data produk farmasi maupun non farmasi dalam bentuk buku (tidak
hanya tersimpan dalam computer) atau label pada produk untuk memudahkan pelayanan
bagi pasien dan mengefisienkan waktu pelayanan.
5) menunjang tinggi nilai etika profesi sebagai AsisteN Tenaga Kefarmasian, Kejujuran,
Kreatifitas, Kedisiplinan, Bertanggung Jawab dan Beretiket
2. Saran Sekolah
1) Saran kami untuk sekolah adalah untuk lebih memperbanyak pembekalan PKL
(Praktek Kerja Lapangan)kepada siwa/siswinya agar lebih mudah bekerja pada saaat
dilapangan dan tidak mendapat kesan yang kurang baik dilapangan.
2) Sekolah dapat meningkatkan lagi pembelajaran di bidang TIK khususnya Microsoft
Office dan Excel.
3) Kepada pihak Akademi seharusnya dilakukan pengawasan terhadap siswa di tempat
PKL, sehingga dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam masa PKL.
LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Lampiran IX
Lampiran IX
Lampiran XI
Lampiran XII