2. Gilang Rangga (20117031) 3. Jeany Irena (201170) 4. Milla Artika (20117046) 5. Minarsih (20117047) 6. M. Fachruddin (20117049) 7. Putri Risdiana (20117057) Diagnosis Molekuler Diagnostik molekuler adalah suatu cabang dari diagnostik in vitro yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penanda DNA dan produk turunannya pada manusia atau organisme lainnya. Diagnosis molekuler merupakan metode diagnosis yang bertujuan untuk memahami mekanisme molekuler suatu penyakit pada setiap individu pasien (personalized medicine/dentistry). Diagnosis molekuler dapat digunakan untuk berbagai macam jenis diagnostik diantaranya :
1. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai jenis
patogen seperti bakteri, virus, jamur dan parasit 2. Penyakit non infeksi seperti kanker, penyakit degeneratif , penyakit kongenital dan kelainan genetis 3. Non penyakit seperti tes DNA untuk keperluan identifikaisi manusia atau Forensik dengan menggunakan “DNA fingerprinting” 4. Analisis substansi molekuler atau material genetik lain seperti biomarker lain yang berhubungan dengan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung Keutamaan (pentingnya) Diagnosis Molekuler 1. Informasi biologi molekuler (DNA dan hasil ekspresinya) menjelaskan berbagai aspek medik atau klinik penyakit, kelainan atau penyimpangan. 2. Penemuan-penemuan terbaru teknik biologi molekuler memungkinkan pengertian/interpretasi yang mendalam tentang penyakit dan kelainan pada tingkat molekul. 3. Pengertian/interpretasi yang mendalam tentang penyakit dan kelainan diimplementasikan untuk uji diagnostik, terapi, pemulihan dan pencegahan. Metodologi Langkah-langkah yang diambil dalam diagnosis molekuler
1. Isolasi /ekstraksi DNA genom atau RNA dari sel
2. Identifikasi DNA atau hasil ekspresinya (RNA & protein) : PCR, hibridisasi blot Southern, Northern, Western 3. Karakterisasi gen : sikuensing, RFLP, gene cloning, dll. 4. Analisa kualitatif : patologi, mutasi, polimorfisme, dll analisa kuantitatif : konsentrasi DNA/RNA/protein Metode 1. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) Tujuan penggunaan PCR adalah untuk menggandakan gen globin yang kemudian hasilnya digunakan untuk menentukan jenis mutasi melalui metode lain. Dalam keadaan tertentu PCR dapat langsung digunakan untuk menentukan mutasi, yaitu apabila mutasi berupa delesi yang panjang (Large deletion) misalnya pada talasemia-α tipe delesi. 2. DNA Sequencing Cara ini digunakan untuk menentukan urutan nukleotida dalam DNA yang dilaksanakan dengan dua metode, yaitu: a. Metode kimia (Metode Maxam danGilbert) b. Metode dideoksinukleotida (MetodeSanger) 3. Southern blotting Cara ini digunakan untuk mendeteksi : a. Delesi yang panjang (Large Deletion) b. Mutasi titik, bila mutasi tersebut menghapus atau menimbulkan tempat restriksi. 4. Dot blotting Dipakai untuk mendeteksi mutasi titik. Syarat-syaratnya adalah mutasi tersebut telah diketahui sebelumnya. Bila mutasi belum diketahui perlu diterapkan strategi lain, misalnya dengan menggunakan DGGE 5. Denaturating gradient gel electrophoresis (DGGE) DGGE digunakan untuk mendeteksi mutan yang sebelumnya tak d iketahui. Bila DGGE menunjukkan adanya mutasi, maka selanjutnya fragmen DNA tersebut ditentu kan urutan nukleotidanya. 6. RT-PCR Pengujian RT-PCR yang berdasarkan fluoresensi menjadi suatu metode pengujian yang sering digunakan untuk deteksi RNA, DNA dan cDNA Penerapan Penggunaan Biologi Molekuler : Performa Tes Cepat Molekuler Dalam Diagnosa Tuberculosis di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu bakteri patogen intrasel yang menimbulkan penyakit tuberculosis (TB). Tes cepat molekuler (TCM) merupakan metode penemuan terbaru untuk diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan molekuler yang menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi kuantitatif yang menargetkan wilayah hospot gen rpoB pada Mycobacterium tuberculosis, yang terintegrasi dan secara otomatis mengolah sediaan dengan ekstraksi deoxyribo nucleic acid (DNA) dalam cartridge sekali pakai. Prinsip Teknik pemeriksaan dengan metode RT-PCR GeneXpert didasarkan pada amplifikasi berulang dari target DNA dan kemudian di deteksi secara fluorimetrik. Teknik ini dapat mengidentifikasi gen rpoBM Tuberculosis dan urutannya secara lebih mudah, cepat dan akurat. Gen ini berkaitan erat dengan ketahanan sel dan merupakan target obat rifampisin yang bersifat bakterisidal pada M. tuberculosis dan M. leprae. Spesimen/sampel yang digunakan : Sputum Prosedur pemeriksaan : Spesimen sputum yang sudah dikumpulkan dan dimasukkan kedalam wadah lalu dilakukan pemeriksaan BTA dekontaminasi metode kubica, tes cepat molekuler dengan menambahkan buffer kemudian diinkubasi selama 15 menit lalu diambil dengan pipet khusus dan dimasukkan kedalam cartridge, setelah itu dimasukkan kedalam alat GeneXpert MTB/RIF. Sputum diproses dan diperiksa oleh GeneXpert MTB/RIF secara otomatis, hasilnya diperoleh setelah ± 2 jam Kemudian sisa sputum yang tidak digunakan di masukkan kedalam tabung falcon lalu ditambahkan dengan NaOH 4% dan PBS (Phospat Buffer Sulfat) lalu di sentrifugasi. Dari hasil sentrifugasi, sputum diinokulasikan untuk penanaman pada media Loweinstein Jensen lalu diinkubasi pada suhu 37oC. Hasil penanaman di media Loweinstein Jensen diperoleh setelah 6-8 minggu. Kemudian dari hasil kultur yang positif dilakukan uji resistensi menggunakan metode gold standar proporsi.