Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

Biologi Molekuler dan Terapi Gen

Oleh :
Anindya Rizti
Ari Fajar
Mutia Martina

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas hidayah Nya kami dapat
mengerjakan makalah ini tentang Biologi Molekuler dan Terapi Gen dengan lancar dan tepat
waktu.

Semoga makalah yang telah kami kerjakan dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk dan pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya bisa lebih baik lagi.

Dalam makalah ini saya meyadari masih banyak kekurangan, oleh kerena itu kami meminta
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 7 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
BAB II Pembahasan
1. Diagnostik Molekuler
1.1 Dasar Diagnostik Molekuler
1.2 Jenis-jenis Teknologi DNA yang Digunakan dalam Diagnostik Molekuler
1.2.1 PCR
1.2.2 ELISA
1.2.3 Western Blot
1.2.4 Southern Blot
1.3 Aplikasi Praktis Teknologi DNA dalam Kedokteran

2. Terapi Gen
2.1 Jenis-jenis Terapi Gen
2.1.1 Germline Gene Therapy
2.1.2 Somatic Cell Gene Therapy
2.2 Metode Terapi Gen
2.2.1 Viral Agents
2.2.2 Non-viral Agents
2.3 Tipe-tipe Penyakit yang dapat Diterapi oleh Terapi Gen
BAB III Penutup
Kesimpulan
BAB I

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu dibidang ilmu terkait mikrobiologi saat ini yang sedang berkembang secara
pesat adalah tentang biologi molekuler, sehingga berbagai teori biologi molekuler dan
metode molekuler dalam bidang mikrobiologi banyak dikembangkan, untuk itu disusunlah
makalah tentang diagnostik biologi molekuler ini yang mencakup teori-teori dasar
mikrobiologi molekuler serta berbagai perkembangan metode diagnostik secara molekuler
untuk dapat menentukan mikroba terkait dengan etiologi penyakit.
Terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen yang rusak
(abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Terapi gen ini
pertama kali dilakukan pada tanggal 14 september 1990 di USA. Para peneliti melihat
potensi terapi gen untuk penanganan kanker. Walaupun kemoterapi dan radioterapi bisa
memperpanjang kemampuan penderita kanker untuk bertahan hidup dan dapat mengobati
kanker pada beberapa kasus, namun masih banyak kekurangan kekurangannya, kemoterapi
juga memiliki efek samping sehingga dosis yang diperbolehkan terbatas.

1.2 TUJUAN

 Untuk mengetahui dasar-dasar diagnostik molekuler


 Untuk mengetahui jenis-jenis teknologi DNA yang digunakan dalam diagnostik
molekuler
 Untuk mengetahui aplikasi praktis teknologi DNA dalam kedokteran
 Untuk mengetahui jenis-jenis terapi gen (viral dan non-viral)
 Untuk mengetahui tipe-tipe penyakit yang bisa diterapi oleh terapi gen
BAB II
PEMBAHASAN
1. Diagnostik Molekuler

1.1 Dasar diagnostik molekuler


Biologi molekuler adalah ilmu yang mempelajari sel baik mengenai pengertian maupun
organel organel yang ada di dalam sel serta fungsinya sampai ke arus molekul
penyusunnya. Biologi molekuler adalah ilmu multi disiplin karena mencakup biologi sel
biokimia dan genetika. Sepanjang ilmu pengetahuan para ilmuan selalu berusaha
mengatasi kesulitan kesulitan masalah masalah yang telah dihadapi oleh ilmuan
sebelumnya, perkembangan didalam menentukan penyebab penyakit infeksi diawali
dengan bahan pemeriksaan klinik melalui prosedur pewarnaan pewarnaan isolasi dengan
menggunakan medium pembenihan melakukan reaksi reaksi biokimiawi untuk
menentukan produk produk metabolisme dan tes tes serologi atau imuno diagnostik untuk
mendeteksi infeksi gen mikroba atau anti bodi terhadap anti gen mikroba pemeriksaan
tersebut, dilakukan di bidang mikro biologi kedokteran untuk tujuan diagnostik atau
tujuan tujuan penelitian dalam menggunakan dogma biakan murni dapat di isolasi dan di
identifikasi penyebab suatu penyakit yaitu bakteri jamur atau virus, namun dengan teknik
tenik yang telah ada di ketahui bahwa beberapa organisme sangat sulit untuk dibiakan
sehingga harus di cari metode lain untuk mengidentifikasi penyakit infeksi tersebut
Kemajuan di bidan biologi molekuler dan bidang pengembangan dari
bioteknologi saat ini merupakan langkah baru untuk menetukan penyebab suatu penyakit
infeksi sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis karena metode metode
biologi molekuler lebih sensitif,lebih spesifik, dan lebih cepat . prinsip prinsip di bidang
biologi molekuler seperti ginetika molekul faga bakteri dan enzim enzim bakteri
melahirkan bioteknologi modern pada akhir tahun 1970 .

1.2 Jenis Teknologi DNA yang digunakan dalam diagnostik molekuler


1.2.1 Polymerase Chain Reaction (PCR)
PCR merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in
vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. DNA
dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat. PCR ditemukan
oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh Nobel pada tahun 1994.
Penggunaan PCR banyak dilakukan di biokimia dan biologi molekular karena
relatif murah dan memerlukan sampel yang tidak banyak.
 Metode Kerja PCR
PCR merupakan proses yang diulang antara 20 hingga 30 kali siklus. Setiap
siklus terdiri atas tiga tahap.
1. Tahap peleburan (melting) atau denaturasi
Tahap ini berlangsung pada suhu tinggi, 94°C hingga 96°C yang
mengakibatkan ikatan hidrogen DNA terputus. Tahap ini dilakukan kurang
lebih 5 menit untuk memastikan semua berkas DNA terpisah.
Pemisahan ini menyebabkan DNA tidak stabil dan siap menjadi templat bagi
primer.
2. Tahap penempelan (annealing)
Primer menempel pada bagian DNA templat. Tahap ini berlangsung pada
pada suhu antara 45°C hingga 60°C. Penempelan ini bersifat spesifik. Suhu
yang tidak tepat akan menyebabkan penempelan tidak terjadi atau primer
menempel di tempat yang sembarang.
3. Tahap pemanjangan (elongasi)
Suhu yang dipakai untuk proses ini bergantung pda jenis DNA polimerase
yang dipakai. Bila menggunakan Taq-polimerase, proses ini biasanya
dilakukan pada suhu 76°C.
Setelah tahap 3 selesai, siklus diulang kembali dimulai dengan tahap 1. Akibat
denaturasi dan renaturasi beberapa berkas baru akan menjadi templat
bagi primer lain. Jumlah DNA yang dihasilkan akan berlimpah.
 Fungsi PCR
Teknik PCR berfungsi untuk mengamplifikasi urutan nukleotida, menentukan
kondisi urutan nukleotida yang mengalami mutasi, berguna di bagian forensik
dalam kedokteran, dan melacak finger print seseorang.

1.2.2 Enzyme Linked Immune Sorbent Assay (ELISA)


ELISA merupakan teknik yang menggabungkan spesifisitas antibodi dengan
sensitivitas uji enzim secara sederhana. ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya antigen yang dikenali oleh antibodi atau dapat digunakan untuk menguji
antibodi yang mengenali antigen.
Secara umum ELISA terdiri dari lima prosedur:
1) Melapisi pelat mikrotiter dengan antigen
2) Memblokir situs yang tidak terikat untuk mencegah hasil positif palsu
3) Menambahkan antibodi primer
4) Menambahkan antibodi sekunder yang terkonjugasi ke enzim
5) Reaksi substrat dengan enzim untuk menghasilkan produk berwarna yang
menunjukkan reaksi positif

1.2.3 Western Blot


Western Blot adalah teknik ini dipakai untuk mendeteksi DNA dan RNA metode
dalam molekul biologi . Cara untuk mendeteksi protein dalam suatu sampel dari
homogenasi jaringan, dengan menggunakan elektroforesis gel untuk memisahkan lalu
protein didenaturasi oleh massa. Protein ditransfer keluar dari gel lalu ke membran
(biasanya membran nitroselulosa atau PVDF) protein yang sudah ditransfer keluar
gel dan membran digabungkan lalu menjadi antibodi khusus untuk protein. Antibodi
sekunder dapat diwarnai dan digambarkan oleh film. Film yang berada dalam ikatan
protein dapat disimpan untuk waktu yang lama dan dipindai setiap kali dibutuhkan
untuk kuantitas tingkat protein. Dengan menggunakan antibodi mendapat
kemungkinan mendeteksi protein dalam jaringan dan sel-sel (immunocytochemistry).
1.2.4 Southern Blot
Teknik southern blot mentransfer DNA ke NC dengan prosedur aliran pelarut. Teknik
ini dilakukan dengan menempatkan gel elektroforesis ke kertas matriks yang
direndam buffer dan berada di atas membran spons yang telah dibasahi dengan
buffer. Membran tersebut diletakkan di atas gel dan ditumpuk beberapa kertas
peresap di atasnya. Buffer akan mengalir secara perlahan ke membran dan gel
tersebut diserap oleh kertas peresap. Fragmen DNA yang spesifik dideteksi dengan
menggunakan pelacak. Pelacak biasanya merupakan DNA yang dimurnikan dan
dapat ditandai dengan aktifitas spesifik radionukletida. Lokasi sinyal yang terlihat
setelah autradiografi dapat menentukan ukuran dari fragmen DNA tersebut.

1.3 Aplikasi praktis teknologi DNA dalam kedokteran


 Isolasi Gen
DNA ‘probe’ digunakan untuk mengisolasi gen penghasil insulin dari DNA
genom manusia dan menyisipkannya ke sel bakteri. Probe ini dapat dengan
teknik PCR menggunakan primer yang sesuai gen tersebut
 DNA Sequencing
DNA sequencing digunakan untuk mengurutkan basa suatu DNA. Reaksi PCR
menggunakan satu primer disertai tambahan dideoxynucleotide
 Forensik
Analisa dengan finger print digunakan untuk mengidentifikasi korban di bidang
forensik dan hasilnya disesuaikan dengan pihak keluarga.
 Diagnosa Penyakit
Diagnosa penyakit yang biasanya digunakan adalah penyakit influenza, TB,
resisten obat, dan berbagai penyakit lainnya.

2. Terapi Gen
Terapi gen adalah terapi atau pengobatan yang dilakukan untuk memperbaiki gen yang
rusak/sakit. Gen yang telah dinsersikan pada pasien diharapkan mampu menggantikan fungsi gen
yang rusak/sakit yang mengakibatkan suatu penyakit.

2.1 Jenis-jenis Terapi Gen


Terdapat dua jenis terapi gen yaitu:
1. Germline gene theraphy
Terapi sel germinal dapat memperbaiki baik sel somatik maupun sel germinal.
Perbaikan ini memiliki sifat dapat diturunkan namun baik secara moral maupun etik
terapi sel ini dilarang.
2. Somatic cell gene theraphy
Terapi sel somatik hanya dapat memperbaiki sel, jaringan, atau organ yang bersifat
spesifik atau hanya pada sel somatik saja.
2.2 Metode Terapi Gen
Terdapat dua metode terapi gen yaitu:
1. Viral Agents
Vektor yang digunakan dalam viral agents adalah virus. Virus ini akan membawa gen
yang telah diperbaiki untuk diinsersikan ke dalam gen yang rusak. Terdapat tiga virus
yang sering digunakan dalam terapi gen yaitu lentivirus, adenovirus, dan adeno-
associated virus.
 Lentivirus
Salah satu virus yang termasuk golongan lentivirus adalah HIV. Lentivirus
adalah virus yang kompleks yang menginfeksi makrofage dan limfosit. Namun
keuntungan dari lentivirus ialah dapat diubah menjadi sel yang utuh.
 Retrovirus
Retrovirus merupakan virus golongan RNA yang dapat membuat copy DNA
menggunakan enzim reverse transcriptase. Setelah membuat copy DNA, virus
tersebut mengintegrasi kromosom sel target menggunakan enzim integrase.
Setelah itu, akan terbentuk sel target yang akan membelah dengan membawa
gen baru.
 Adenovirus
Adenovirus merupakan virus yang stabil dan berukuran antara 90–100 nm.
Virus ini memiliki kurang lebih 22 hingga 40 gen yang berbeda (Viswanathan
et al., 2015). Struktur protein fibrosa yang dimiliki adenovirus mendukung
kemampuan adenovirus untuk berikatan dengan sel target. Adenovirus terdiri
dari DNA yang linear, double stranded, dan tidak bersegmen. Adenovirus juga
memiliki kemampuan yang baik untuk mentransfer gen target ke sel. Namun,
adenovirus tidak dapat menginfeksi jaringan atau organ selain targetnya.
 Adeno-associated virus
Adeno-associated virus (AAV) adalah virus yang tidak memiliki envelop.
Virus ini berukuran 25nm. AAV hanya akan efektif jika terdapat helper virus
seperti adenovirus atau herpesvirus (Schnödt et al., 2016). AAV biasanya
digunakan dalam terapi in situ karena gen yang terdapat pada AAV dapat
langsung diinfeksikan pada sel target. Gen rekombinan tersebut akan
diekspresikan menjadi protein fungsional tertentu yang dapat memperbaiki gen
yang rusak pada suatu sel.

2. Non Viral Agents


 Transfeksi dengan Reagen Kimia
Reagen kimia yang pertama kali digunakan untuk mentransfer asam nukleat ke
dalam kultur sel mamalia adalah DEAE- dextran. DEAE-dextran merupakan
polimer kation yang dapat bergabung erat dengan muatan negatif asam nukleat.
Metode ini merupakan teknik yang sederhana dan murah namun hanya dapat
digunakan untuk ekspresi jangka pendek dalam durasi beberapa hari.
 Transfeksi dengan Liposom
Liposom merupakan lipid bilayer yang membentuk partikel koloid dalam
air. Teknik liposom memberikan banyak keuntungan seperti efisiensi transfer
gen cukup tinggi, dapat mentransfeksi beberapa tipe sel yang resisten terhadap
kalsium fosfat dan DEAE dekstran, dan dapat diaplikasikan baik in vitro
maupun in vivo. Sel yang ditransfeksi dengan teknik liposom dapat digunakan
untuk mempelajari ekspresi sementara maupun jangka panjang, bergantung
pada integrasi DNA ke dalam kromosom.
 Metode Fisik
Metode mikroinjeksi digunakan untuk mengirim DNA ke dalam sel punca
embrionik untuk menghasilkan organisme transgenik dan memasukkan RNA
antisense ke dalam C. elegans. Metode fisik lainnya untuk transfer gen adalah
particle bombardment yang menggunakan pengiriman asam nukleat dengan
kecepatan tinggi pada mikroproyektil terhadap sel resepien melalui penetrasi
membran.

2.3 Tipe Penyakit yang dapat Diterapi dengan Terapi Gen


Terapi gen untuk pengobatan kanker dilakukan dengan cara mengganti gen yang tidak
berfungsi, menambahkan gen fungsional, atau menyisipkan gen ke dalam sel untuk
membuat sel berfungsi normal. Sel-sel kanker mempunyai tiga karakteristik yang
dikontrol secara genetis untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan:
- sel-sel kanker mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tidak normal
- sel-sel kanker tidak mati ketika tubuh mengisyaratkan hal itu
- sel-sel kanker melawan kerja sistem imun tubuh

1. Terapi kanker payudara


Terapi ini mengganti gen supresor tumor yang rusak, dengan menghentikan ekspresi
onkogen melalui penggunaan antisense urutan DNA atau gen yang berkaitan dengan
ekspresi onkogen. Terapi gen p53 dengan adenovirus saat ini sedang diuji dalam
kombinasi dengan docetaxel untuk kanker payudara lanjut. Lalu terapi antionkogen
mengunakan urutan antisense terhadap c-fos dan c-myc sedang dipelajari pada kanker
payudara. Uji terapi gen nononkogen atau supresor tumor melibatkan transfeksi dari
modulator imun seperti antigen-antigen dan sitokin seperti proteksi dari sel-sel tunas
dengan gen multidrug resistance (MDR-1) atau membersihkan sel-sel tunas dengan
gen proapoptotik bcl-xs atau dengan gen herpes virus thymi dine kinase (HSV-TK)
dan gancyclovir. (Osborne, C., et.al.,2004)

2. Terapi kanker paru paru, kepala, dan leher


Perbaikan jalur gen supresor tumor dengan penggantian gen-gen supresor tumor pada
sel-sel kanker telah dipelajari pada kanker paru-paru serta kanker kepala dan leher.
Gen yang paling banyak dipelajari adalah gen supresor tumor p53 yang dikirimkan
oleh vektor adenovirus. Uji klinis terkini pada kanker paru-paru serta kanker kepala
dan leher secara konsisten memperlihatkan terjadinya transduksi dan ekspresi gen,
mediasi apoptosis dan respon klinis. Uji klinis terapi gen dengan p53 pada kanker
paruparu dan kanker kepala dan leher dapat dilihat pada tabel 1. Uji klinis dengan
penggantian gen p53 menunjukkan bahwa injeksi intratumor secara langsung
memberikan toksisitas langsung memberikan toksisitas yang rendah. Ekspresi gen p53
setelah injeksi terjadi sebagai respon imun terhadap adenovirus. Vektor berupa virus
menyebar di antara sel-sel tumor dan mendorong kematian sel melalui apoptosis.
(Moon, C., et al, 2003)
3. Terapi kanker tumor otak
Terapi Gen untuk Tumor Otak Tumor otak (glioma maligna) bersifat invasif supaya
dapat diobati dengan operasi reseksi. Pasien glioma maligna biasanya menjalani
terapi ajuvan, terapi radiasi, kemoterapi dan terapi imun setelah operasi reseksi tetapi
prognosisnya tetap buruk. Terapi gen merupakan strategi baru untuk menangani
penyakit ini. Namun jumlah terapi gen pada penyakit-penyakit sistem saraf pusat
hanya sedikit karena sistem saraf pusat adalah organ yang kompleks dan dibatasi oleh
blood-brain barrier.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Ilmu mikrobiologi saat ini yang sedang berkembang secara pesat adalah tentang biologi
molekuler, sepanjang ilmu pengetahuan para ilmuan selalu berusaha mengatasi kesulitan-
kesulitan masalah yang telah dihadapi oleh ilmuan sebelumnya, namun dengan teknik-tenik yang
telah ada di ketahui bahwa beberapa organisme sangat sulit untuk dibiakan sehingga harus di cari
metode lain untuk mengidentifikasi penyakit infeksi tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, Lasinrang. 2013. Bioteknologi.Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Ayu, Dyah, 2017. Terapi Gen: Dari Bioteknologi Untuk Kesehatan. Universitas PGRI Semarang

Silvia, Novi. 2016. Metode Transfer Asam Nukleat sebagai Dasar Terapi Gen. Departemen
Biokimia & Biologi Molekuler FK Universitas Indonesia

Turpenny, Petter, Ellard, Sian. 2017. Emery’s Elements of Medical Genetics, vol. 15, London,
United Kingdom, Elsevier Health Sciences.
Prinsip ELISA. 2017. http://riset.fk.unsoed.ac.id/2017/04/16/prinsip-elisa/ diakses pada 6
November 2018
Blotting. 2013. https://blogs.uajy.ac.id/reditatonapa/2013/05/28/blotting-apa-itu/ diakses pada 6
November 2018

Anda mungkin juga menyukai