BIOTEKNOLOGI SELULER
3. Lisnawati 18.720163
5. Yuliantie 18.72.020166
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunian-Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah
Southern Blot dan Northern Blot. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bioselmol .
Penulis
DAFTAR ISI
Ada 2 jenis analisis molekuler yaitu analisis asam nukleat dan analisis protein. Analisis
asam nukleat terdiri dari southern blot, northern blot, sekuensing DNA, hibridisasi DNA, dll.
Analisis protein terdiri dari elektroforesis protein, western blot, dll.
Blotting asam nukleat adalah teknik sentral dalam studi hibridisasi dalam pemahaman
mengenai ekspresi gen, organisasi, identifikasi protein tertentu. Blotting adalah suatu teknik
dimana asam nukleat (DNA dan RNA) atau protein di immobilisasi / ditransfer pada
membran nitroselulosa. Northern Blot adalah suatu metode untuk megidentifikasi dan
menghitung jumlah RNA (mRNA) yang mengkode protein tertentu dalam campuran
kompleks RNA.
Perkembangan bioteknologi ini semakin pesat dan semakin canggih sehingga perlu
dipelajari khusunya bidang kesehatan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teori tentang teknik Southern Blot dan Noutern Blot dan prinsip teknik
tersebut
2. Untuk mengetahui penerapan teknik Southern Blot dan Noutern Blot dalam sebuah
penelitian
3. Untuk mengetahui cara kerja dari teknik Southern Blot dan Noutern Blot
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Analisis molekuler terdiri dari analisis asam nukleat dan analisis protein. Analisis asam
nukleat terdiri dari DNA dan RNA. Pada analisis basis DNA terdapat 3 macam analisis yaitu
analisis kualitatif dengan metode insituhibridisasi, analisis dengan mengukur kadar dengan
southern blot, dan sequencing nukleotida dengan PCR. Analisis protein diantarannya secara
kualitatif dengan imunohistokimia (antbodi) dan imunoflouroresense, secara kuantitatif
dengan menggunakan western blot, dan dengan sequencing asam amino dengan proteomis.
Blotting adalah suatu teknik memindahkan atau mentransfer DNA, RNA, atau protein ke
lembaran tipis atau matriks membran sehingga komponen tersebut dapat dipisahkan. Teknik
ini berupa lanjutan dari elektroforesis gel.
Kelebihan Blotting :
a. Akses yang lebih besar kepada moleul yang telah terikat ke permukaan lembaran
dibandingkan kepada molekul yang masih berada di dalam gel atau matriks
c. Waktu untuk melakukan staining dan distaining, inkubasi, mencuci, dll dapat lebih
singkat
d. Pola yang terbentuk dapat dikeringkan dan disimpan berbulan-bulan sebelum dianalisis
e. Dapat dibuat banyak replica pola tersebut untuk memungkinan banyak metode analisis
yang dipakai
Dalam teknik ini matriks yang digunakan berupa nitroselulosa (NC), tetapi NC juga
memiliki kekurangan yaitu memiliki afinitas lemah dan dapat hilang selama pemrosesan.
Southern blot adalah metode untuk menyelidiki keberadaan sekuense DNA tertentu
dalam sampel DNA. DNA sampel sebelum atau setelah pencernaan enzim restriksi dengan
elektroforesis gel dan kemudian ditransfer ke membran dengan blotting melalui aksi kapier.
Kebanyakan protocol asli yang digunakan label radioaktif, namun non-radioaktif alternatif
yang sekarang tersedia.
Prinsip teknik ini yaitu mentransfer DNA ke kertas NC dengan menggunakan prosedur
aliran pelarut. Carannya yaitu dengan menempatkan gel elektroforesis ke kertas matriks
yang direndam buffer dan berada di atas gel dan ditumpuk pula beberapa kertas peresap di
atasnya. Buffer kemudian akan mengalir pelan-pelan ke membran, demikian pula dengan gel
yang membawa molekul ke kertas membran, sementara gelnya diserap oleh ketas peresap.
Fragmen DNA yang spesifik dideteksi dengan menggunakan pelacak. Pelacak biasannya
merupakan DNA yang dimurnikan dan bisa ditandai dengan aktifitas spesifik radionukletida.
Lokasi sinyal terlihat setelah autradiografi sehingga dapat menentukan ukuran dari fragmen
DNA terebut.
Setelah mencuci, membran akan terbaca pada Prosedur deteksi yang tepat untuk label
yang telah digunakan, misalnya autoradiografi untuk radioaktif label. Reprobing berikutnya
mungkin jika membran 'dilucuti' dengan mencuci dalam buffer suhu tinggi yang mengandung
alkali dan deterjen untuk mengacaukan hybridizedDNA. Prosedur ini tidak pernah sepenuhnya
memuaskan karena sulit untuk menghindari penghapusan beberapa DNA yang akan dihapuskan
pada waktu yang sama, bahkan membran nilon yang membawa ikatan kovalen terikat DNA
hanya dapat reprobed sepuluh kali atau lebih.
Aplikasi dari sothern blot berbeda-beda dan tidak mudah di rangkum dalam sebuah artikel.
Terdapat dua contoh artikel penelitian yang cukup mengilustrasikan bagaimana teknik itu dapat
di aplikasikan.
Aplikasi sothern bolt yang paling sering terjadi selama penelitian di tujukan pada idemtifikasi
dan kloning sebuah gen yang spesifik. Genom DNA southern bolt di gunakan untuk
mengidentifikasi satu atau lebih fragmen restriksi yang mengandung gen yang sedang di cari
dan, setelah kloning yang bersifat sementara di lakukan identifikasi rekombinan yang di
inginkan dari koloni atau hibridisasi. Southern bolt dari klon DNA restriksi digunakan untuk
menjelaskan tentang identifikasi klon dan kemungkinan untuk menemapatkan fragmen restriksi
yang lebih pendek, mengandung urutan yang sesuai, dari DNA yang di kloning. Aplikasi terakhir
ini penting karena urutan gen bias mencapai beberapa kb panjangnya tetapi dari beberapa kb
tersebut di dalam sebuah klon mengandung identitas genomnya dari beberapa ratus kb yang d
siapkan dengan vector kapasitas tinggi seperti kromosom bakteri atau jamur. Southern blot ini
dapat di aplikasikan untuk identifikasi gen tentu saja penting untuk penyelidikan hibridisasi yang
sesuai, satu yang akan mendeteksisecara khusus satu atau lebih fragmen restriksi yang
mengandung gen yang akan di cari. Gen sudah tersdia untuk di cloning sebagai cDNA yang
digunakan sebagai penyelidikan untuk identifikasi versi genom dari gen. secara alternative jika
gen telah di cloning dari organisme yang berhubungan satu dari urutan gen itu sama di dalam
organisme yang sedang di teliti, kemudian penelitian heterologous dapat di gunakan, dimana
beberapa non komplementaritas Antara penyelidikan dan target di toleril selama tahap
hibridisasi. Pndekatan dapat ini digunakan sebagai contoh untuk mengidentifikasi homologues
dari gen manusia di dalam genom atau primata lainnya, bahkan dapat digunakan untuk spesies
lainnya, sebagai contoh penggunaan gen drosophila sebagai penyelidikan untuk sekuens yang
sama. Kemungkinan lainnya adlah menggunakan urutan asam amino dari kode protein dari gen
varietas dari sekuens sama dan kombinasinya terlibat secara keseluruhan yang akan menjadi
kode untuk sgmen pendek dari sekuenss asam amino. Sebagai contoh oligonukleotida campuran
yang berbeda, menutupi semua kemungkinan sekuens asam amino asparagine – glutamin-
metionin- penilalanin- tryptopan – tirosin – glisin dan dapat di gambarkan untuk mendeteksi
kode urutan DNA untuk segmen protein ketika di gunakan pada kekuatan yang cukup tinggi
5) Proses Pencucian
Membran ditempatkan dalam sebuah piring Tupper dan dicuci dalam 60 ml 2x SSC,
0.1% SDS (terbuat dari 6 ml 20 x SSC saham dan 600 l dari 10% saham SDS) selama 30 menit
dibagi menjadi 2 mencuci dari 15 menit masing-masing dengan 30 ml penyangga. Kemudian
dicuci dengan 60 ml buffer (0,1 x SSC, 0.1% SDS) pada 68 oC dalam oven hibridisasi. Konten ini
dibagi menjadi dua bagian seperti sebelumnya selama dua 15 mencuci menit pada 68oC. Pada
suhu kamar membran untuk sementara dipindahkan ke buffer (0,1 M Maleat asam, 0,15 M
NaCl), sebelum proses deteksi dimulai.
6) Proses Deteksi
Proses deteksi dimulai dengan penambahan 30 ml penyangga (6 ml dari 10% susu Skim
di 54 ml buffer 1, yaitu asam maleat dan NaCl) ke gel di piring Tupper) untuk mengurangi
kemungkinan untuk mengikat probe ke membran. Membran diinkubasi selama 45 menit sebelum
penambahan anti - DIG Fab Fragment (Roche Diagnostics, Mannheim, Jerman) pada tingkat 1:
5.000 (yaitu 6 l / 30 ml untuk menghalangi buffer) kemudian membran diinkubasi selama 45
menit. Pada akhir inkubasi, buffer blocking dilepas saat membran dicuci dengan 30 ml larutan
penyangga (0,1 M Maleat asam, 0,15 M NaCl, Tween 20 0,3%) selama 15 menit. Membran
dipindahkan pada 3 penyangga (100 mM Tris-HCl, pH 9,5 100 mM NaCl, 50 mM MgCl2)
sebelum proses visualisasi dengan larutan NBT / BCIP.
Northern blotting adalah cara untuk mengidentifikasi spesies RNA tertentu dalam
campuran kompleks RNA. Umumnya digunakan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif ekspresi gen. Northen blotting melibatkan isolasi RNA, ukuran fraksinasi dari
RNA terdenaturasi melalui elektroforesis gel, transfer RNA dipisahkan melalui membran,
hibridisasi dengan probe yang spesifik, dan deteksi. RNA dipisahkan berdasarkan ukuran
dan kemudian ditransfer ke membran yang kemudian diperiksa dengan pelengkap berlabel.
Hasilnya dapat digambarkan melalui berbagai cara tergantung pada label yang digunakan,
intensitas band-band ini berkaitan dengan jumlah RNA target dalam sampel yang dianalisis.
Prosedur Northern Blotting umumnya digunakan untuk mempelajari kapan dan berapa
banyak ekspresi gen yang terjadi dengan mengukur berapa banyak bahwa RNA hadir dalam
sampel yang berbeda. Beberapa hal yang membedakan dengan Southern blotting adalah: (1)
RNA jauh lebih rentan terhadap degradasi dibanding DNA, oleh karena itu elektroforesis
dilakukan dalam bufer yang mengandung zat kimia yang bersifat melindungi (biasanya
formaldehid), (2) RNA sudah berupa untai tunggal dan membutuhkan kondisi denaturasi
yang lebih ringan, (3) RNA biasanya berukuran tertentu sehingga tidak memelukan digesti
enzim untuk memperoleh pola pita. Kedua prosedur sangat mirip karena setelah
elektroforesis RNA juga ditransfer ke membran melalui difusi kapilaritas. Biasanya sinar
UVdigunakan untuk mengikat (crosslink) RNA pada membran sehingga tidak bergerak
(imobilisasi).
- Northern Blotting sebagai metoda yang dapat digunakan untuk penelitian sampai
kemajuan masa yang akan datang
- Merupakan suatu protokol serbaguna dapat lanjutan dari banyak jenis analisis (PCR)
termasuk: non-radiolabeled dan radiolabeled, pada kondisi in vitro menjelaskan RNA dan
oligonucleotides
- Urutan dengan homology parsial, tidak sama dengan PCR atau lain metoda sehingga
dapat digunakan sebagai hibridisasi pemeriksaan (yaitu urutan dari jenis berbeda untuk
homology analisa, atau bahkan fragmen genomic juga dapat digunakan).
Northern blot adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi mengenai identitas,
ukuran dan kelimpaham RNA. Prinsip Nothern blot adalah memisahkan RNA berdasarkan
ukuran dan terdeteksi pada membran menggunakan probe hibridisasi dengan urutan basa
komplementer untuk semua atau sebagian dari urutan basa mRNA target.
Teknik ini pada dasarnya hibridisasi asam nukleat, perbedaannya pada RNA sebagai
target. Probe sama dengan southern blot dengan target adalah mRNA. Didalam eukariot
pemilihan mRNA lebih efisien karena genomik DNA tidak mempunyai intron yang
mungkin interference yang mengikat probe untuk mengoreksi sekuen. Dasarnya, teknik ini
menggunakan mRNA sehingga pada agarose gel tidak menggunakan perlakuan denaturasi
dengan asam kuat. Tahapan yang digunakan dalam metode ini yaitu: pemisahan mRNA
dengan elektroforesis, dipindahkan kedalam membran nylon dan diinkubasi dengan probe
yang utas tunggal. Probe yang sebelumnya dilabel dengan biotin atau digoxigenin atau
radioaktif. Membran kemudian diperlihatkan difilem atau substrad kromegenic. Variasi dari
hibridisasi Northern blot adalah dengan teknik blot titik dimana sampel tidak diseparasi
berdasarkan ukuran. Melalui teknik ini mudah dilakukan hanya dengan membran ditetesi
dengn mRNA dan probe. Sepertihalnya sourthern blot DNA harus dibuat utas tunggal
sebelum dblot. Sebelum ditetesi dengan DNA sampel maka probe terlebih dahulu untuk
menghibridisasi probe. Kemudian membran difisualisasikan di filem. Jika probe dan DNA
atau RNA target mirip maka filem akan berwarna hitam.
1. Isolasi RNA
2. Elektroforesis
5. Pencucian
6. Deteksi
Gel dilihat di bawah sinar UV untuk mengamati kualitas dan kuantitas RNA sebelum
blotting.
Membran nilon yang paling efektif untuk digunakan dalam northern blotting adalah yang
bermuatan positif karena memiliki afinitas tinggi.
6. Hibridisasi
a. Prehibridisasi membran dalam prehibridisasi buffer
SSC 6x
Denhardts 5x
SDS 0,5%
Denatured DNA 100 µg/ml
Formamide 50%
Perlakuan :
a. Hibridisasi semalam
b. Buang larutannya
1. Deteksi Chemokine
Penelitian yang dilakukan oleh Irifune et al (2005) dengan judul Adoptive transfer of T-
helper cell type 1 clones attenuates an asthmatic phenotype in mice, mendeteksi chemokine
menggunakan Northern blotting. Deteksi chemokine yang dilakukan di jurnal ini bertujuan
untuk melihat perbandingan effek pemberian Th 1 terhadap chemokine yang dihasilkan
antara tikus yansg terkena asma dan tikus normal. Ada 2 chemokine yang dilihat eotaxin dan
RANTES.
Hasil dari penelitian ini transfer Th 1 pada cell memiliki effect dalam ekpresi chemokine
secara in vivo. Th1 cell akan menghambat ekpresi eotaxin, dimana eotaxin ini diekpresikan
sangat kuat pada model asthma. RANTES akan diinduksi secara kuat pada model yang
ditransfer Th1, dan tidak terinduksi pada model asthma. Eotaxin diketahui berpotensi
sebagai kemoatarkatan untuk eosinophils. Kesimpulan dalam penelitian ini pemberian TH 1
dapat digunakan dalam terapi asthma.
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Southern blotting adalah teknik yang memungkinkan fragmen restriksi tertentu untuk
dideteksi berdasarkan dari banyaknya fragmen restriksi lainnya. Ini melibatkan transfer
fragmen-fragmen DNA dari gel elektroforesis ke nitroselulosa atau membran nilon seperti
ikatan DNA yang menyediakan pola dalam gel yang diproduksi dalam
membran.pemeriksaan hibridisasi kemudian digunakan untuk mendeteksi fragmen destriksi
yang akan dicari. Metodologi dasar dari southern blotting tidak hanya mengubah dari teknik
awal pendeskripsian pada tahun 1975 tetapi memodifikasi ini telah diperkenalkan dengan
tujuan mempercepat proses dan mencapai lebih dari tranfer yang tepat. Southern blotting
mepunyai banyak aplikasi-aplikasi dalam biolog molekuler, meliputi identifikasi dari satu
atau lebih fragmen-fragmen retriksi yang berisi gen atau DNA squencing lainnya yang
sesuai, dan dalam deteksi dari RFLP digunakan dalam kontruksi dari lokasi genom.
Northern Blot merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui konstruksi
RNA yang mempunyai barat molekul lebih basar. Kelebihan dari northern blotting yaitu
:Merupakan sesuatu yang diterima dengan baik sebagai metoda, Northern Blotting
sebagai metoda yang dapat digunakan untuk penelitian sampai kemajuan masa yang akan
datang, Sering digunakan sebagai suatu analisis yang hasilnya valid, Merupakan suatu
protokol serbaguna dapat lanjutan dari banyak jenis analisis (PCR) termasuk: non-
radiolabeled dan radiolabeled, pada kondisi in vitro menjelaskan RNA dan oligonucleotides,
Urutan dengan homology parsial, tidak sama dengan PCR atau lain metoda sehingga dapat
digunakan sebagai hibridisasi pemeriksaan (yaitu urutan dari jenis berbeda untuk homology
analisa, atau bahkan fragmen genomic juga dapat digunakan).
Analisa dilakukan dengan cara isolasi RNA dari jaringan yang mempunyai ekspresi gen
yang paling tinggi.Dasarnya, teknik ini menggunakan mRNA sehingga pada agarose gel
tidak menggunakan perlakuan denaturasi dengan asam kuat. Tata laksana pada metode
Northern Blot dengan Menyiapkan sampel RNA,Mengisi sampel dalam sumur dan alat
dinyalakan pada 100 volt selama 2 jam, Visualisasi integritas dari RNA menggunakan UV
atau dengan pewarnaan EtBr, Transfer menuju membran nilon, Membongkar sistem
transfer, Hibridisasi, Penambahan probe.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Peter C., Thomas W. Mackay. 1997. Diagnosis dan Terapi (alih bahasa). Jakarta : EGC
Irifune, A., Yokohama,A., Sakai, K., Watanabe, H., Katayama, H., Ohnishi, H., Hamada, H.,
Nakajima, M., Kohno, Higaki, J. 2005. Adoptive transfer of T-helper cell type 1 clones
attenuates an asthmatic phenotype in mice. Eur Respir J (25): 653–659.
Nugroho, Endik Deni., Dwi Anggorowati Rahayu. 2017. Pengantar Bioteknologi (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta : Deepublish
Sambrook, J., Fritsch, E.F. and Maniatis, T.1989. Molecular Cloning. A Laboratory Manual.
Cold Spring Harbor: New York.
Trayhurn, P. 1996. Northern Blotting. Proceedings of the Nutrition Society (55): 583-589.
Ausubel FM,Brent R,Kingston RE et al. (eds) (1993) Current Protocols in Molecular Biology.
New York: John Wiley.
Brown TA (1995) Gene Cloning: An Introduction,3rd edn. London: Chapman & Hall.
Brown TA (1998) Molecular Biology Labfax. London: Academic Press.
Dyson NJ (1991) Immobilization of nucleic acids and hybridization analysis. In: Brown TA (ed.)
Essential Molecular Biology: A Practical Approach,vol. 2,pp. 111–156. Oxford: Oxford
University Press.
Sambrook J,Fritsch EF and Maniatis T (1989) Molecular Cloning. A Laboratory Manual. Cold
Spring Harbor,NY: Cold Spring Harbor Laboratory.
Watson JD,Gilman M,Witkowski J and ZollerM(1992) Recombinant DNA,2nd edn. New York:
WH Freeman