DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
MUHAMMADYAH
PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT. Dan berkat karunia-nya
sehingga Makalah yang berjudul “Penggunaan dan Perawatan Pcr” ini dapat
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada bidang
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang
“Penggunaan dan perawatan Pcr” penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
bapak : BASTIAN S.Si,T,M. Biomed selaku dosen mata pelajaran instrumentasi lab.
Medis
Berkat tugas yang diberikan ini membuat wawasan penulis menjadi bertambah
dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut
yang pada hakekatnya tidak luput dari kesalahan. Penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan. Oleh karena itu,
diharapakan saran dan kritik untuk penulis dalam memeperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN .......................................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi
DNA secara in vitro. Teknik PCR dapat digunakan untuk mengamplifikasi segmen
DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa jam. Setiap gen mempunyai
primer dengan konsentrasi dan suhu annealing yang berbeda, sehingga perlu
dilakukan optimasi konsentrasi primer dan suhu annealing agar didapatkan komposisi
dan kondisi PCR yang sesuai sehingga mendapatkan hasil PCR yang optimal.
Pada proses PCR diperlukan beberapa komponen utama, yaitu DNA cetakan,
Polimerase, dan Komponen pendukung lain adalah senyawa buffer. Pada proses PCR
Polymerase chain reaction (PCR) merupakan salah satu metode yang dapat
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
amplifikasiDNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Karry
segmenDNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa jam. Dengan
molekular.(universitas surabaya)
DNA; sepasang primer, yaitu suatu oligonukleotida pendek yang mempunyai urutan
(postextension). Tahap (2) sampai dengan (4) merupakan tahapan berulang (siklus),di
mana pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah DNA. Tahapan proses PCRdapat
dilihat pada gambar 1.PCR adalah suatu teknik yang melibatkan beberapa tahap yang
berulang(siklus) dan pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah target DNA
dandTTP) dan buffer yang sesuai. Umumnya keadaan ini dilakukan antara 20 –40
siklus. Target DNA yang diinginkan (short ”target” product) akan meningkatsecara
eksponensial setelah siklus keempat dan DNA non-target (long product) akan
meningkat secara linier seperti tampak pada bagan di atas (Newtonand Graham,
1994).
PELAKSANAAN PCR
telah disebutkan di atas. Pada bagian ini akan dijelaskan secara rincikegunaan dari
1, Template Dna
untukpembentukan molekul DNA baru yang sama. Templat DNA ini dapat berupa2
DNA plasmid ataupun fragmen DNA apapun asal di dalamDNA templat tersebut
mengandung fragmen DNA target yang dituju.Penyiapan DNA templat untuk proses
PCR dapat dilakukan denganmenggunakan metode lisis sel ataupun dengan cara
melakukan isolasi DNAkromosom atau DNA plasmid dengan menggunakan metode
standar yang ada.Pemilihan metode yang digunakan di dalam penyiapan DNA templat
metode lisis dapat digunakansecara umum, dan metode ini merupakan cara yang cepat
metode lisisadalah perusakan dinding sel tanpa harus merusak DNA yang
digunakan tergantung dari jenis sampel. Beberapa contoh buffer lisisyang biasa
keadaan segar). Buffer lisis ini umumnya digunakan untukjenis sampel yang berasal
dari biakan, sel-sel epitel dan sel akar rambut.Contoh lain dari buffer lisis adalah
buffer lisis K yang mempunyai komposisisebagai berikut: buffer PCR (50mM KCl,
10-20mM Tris-Cl dan 2,5mM MgCl2);0,5 % Tween-20 dan 100 ug/mL Proteinase-K
melisis sampel yangberasal dari sel darah dan virus.Selain dengan cara lisis,
ataupun DNA plasmid menurut metodestandar yang tergantung dari jenis sampel asal
dengan menggunakanmetode lisis. Prinsip isolasi DNA kromosom atau DNA plasmid
DNA plasmid
2. primer
dalam proses PCR, primer berfungsi sebagai pembatas fragmenDNA target yang akan
berdasarkan urutan DNA yang telahdiketahui ataupun dari urutan protein yang dituju.
Data urutan DNA atauprotein bisa didapatkan dari database GenBank. Apabila urutan
DNA maupunurutan protein yang dituju belum diketahui maka perancangan primer
dapatdidasarkan pada hasil analisis homologi dari urutan DNA atau protein yangtelah
a. Panjang primer
dari 18 basa akan menjadikan spesifisitas primer rendah.Untuk ukuran primer yang
tersebut yang nantinya akan berpengaruhpada efektifitas dan efisiensi proses PCR.
b. Komposisi primer.
yang sama perlu dihindari, hal ini dapat menurunkan spesifisitasprimer yang dapat
memungkinkan terjadinya mispriming di tempat lain. Kandungan(G+C)) (% jumlah
G dan C) sebaiknya sama atau lebih besar dari kandungan(G+C) DNA target. Sebab
menempel secara efektif pada tempat yangdituju dengan demikian akan menurunkan
efisiensi proses PCR. Selain itu,urutan nukleotitda pada ujung 3’ sebaiknya G atau C.
Nukleotida A atau Tlebih toleran terhadap mismatch dari pada G atau C, dengan
c. Melting temperature
dengan komposisi primer dan panjang primer. Secara teoritis Tmprimer dapat
d. Interaksi primer-prime
PCR.
3. dNTPs (deoxynucleotide triphosphates)
DNA yang diperlukan dalam proses ekstensi DNA. dNTP akanmenempel pada gugus
–OH pada ujung 3’ dari primer membentuk untai baruyang komplementer dengan
untai DNA templat. Konsentrasi optimal dNTPsuntuk proses PCR harus ditentukan.
Reaksi PCR hanya akan berlangsung pada kondisi pH tertentu. Olehkarena itu untuk
melakukan proses PCR diperlukan buffer PCR. Fungsi bufferdi sini adalah untuk
menjamin pH medium. Selain buffer PCR diperlukan jugaadanya ion Mg2+, ion
tersebut berasal dari berasal MgCl2. MgCl2 bertindaksebagai kofaktor yang berfungsi
MgCl2 yang diperlukan.Tetapi disarankan sebaiknya antara MgCl2 dan buffer PCR
yang diperlukan.
Pada proses PCR enzim ini diperlukan untuk tahap ekstensi DNA. Enzimpolimerase
DNA yang digunakan untuk proses PCR diisolasi dari bakteritermofilik atau
hipertermofilik oleh karena itu enzim ini bersifat termostabil2 4Prinsip Umum dan
polimerase DNA bergantung dari jenisnyadan dari mana bakteri tersebut diisolasi .
35 kilo basa. Amplifikasi fragmen DNA pendek (kurangdari tiga kilo basa) relatif
diperlukan polimerase DNA denganaktivitas yang kuat dan juga buffer PCR dengan
6. pada STEP atur tahapan proses amplifikasi DNA sesuai dengan yang diinginkan
save
8. Close
11. Tutup
12. Kemudian jalankan program yang sudah disetting tadi dengan cara : file edit
13. Setelah selesai, untuk mengakhiri program dilakukan dengan cara sentuh Stop
now close
OPTIMASI PCR
Untuk mendapatkan hasil PCR yang optimal perlu dilakukan optimasi proses
PCR. Secara umum optimasi proses PCR dapat dilakukan dengan cara memvariasikan
kondisi yang digunakan pada proses PCR tersebut. Optimasikondisi berkaitan erat
dengan faktor-faktor seperti jenis polimerase DNA;suhu; konsentrasi, dalam hal ini
berkaitan dengan dNTPs, MgCl2 dan DNApolimerase; buffer PCR dan waktu.
Kemampuan mengkatalisis reaksi polimerasi DNA pada proses PCR yangterjadi pada
tahap ekstensi untuk DNA rantai panjang akan berbeda denganuntuk DNA rantai
pendek. Penggunaan jenis DNA polimerase tergantungpada panjang DNA target yang
akan diamplifikasi. Untuk panjang fragmenDNA lebih besar dari tiga kilobasa akan
Untuk panjang target DNA kurang dari satu kilobasa biasanyadigunakan konsentrasi
dNTPs sebanyak 100 uM, sedangkan untuk panjangtarget DNA lebih besar dari satu
optimal MgCl2 berkisar antara 1,0 – 1,5 mM.Konsentrasi MgCl2 yang terlalu rendah
fragmenDNA yang akan diamplifikasi. Untuk panjang fragmen DNA kurang dari
untukpanjang fragmen DNA lebih besar dari dua kilobasa diperlukan 3 – unit per50
uL campuran reaksi.
TAHAPAN PENTING DALAM PCR
Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30-40
1. Denaturasi
Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq polimerase
DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya berlangsung sekitar 3
menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA terdenaturasi menjadi DNA untai
(membentuk DNA untai ganda lagi) secara cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya
proses PCR. Adapun waktu denaturasi yang terlalu lama dapat mengurangi aktifitas
enzim Taq polymerase. Aktifitas enzim tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2
2. Annealing
G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-
masing primer itu sendiri juga sebaiknya tidak saling berkomplemen, karena hal ini
mengurangi efisiensi PCR.Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah
Kisaran temperatur penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai dengan
72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60oC.
3. Pemanjangan Primer (Extention)
Selama tahap ini Taq polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer
dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC
garam dan molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang
2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan
primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini
perbedaan DNA.
2. Inverse-PCR, metode ini digunakan ketika hanya satu sekuen internal yang
primer yang memiliki titik ujung yang memiliki jarak yang jauh satu sama lain
dengan segmen eksternal yang telah tergabung. Metode ini khusus digunakan
produk selama amplifikasi dari penyatuan primer yang tidak diperlukan. Dua
DNA target dari satu set primer yang disebut primer inner disimpan di antara
sekuens target set kedua dari primer yang disebut sebagai outer primer. Pada
prakteknya, reaksi pertama dari PCR menggunakan outer primer, lalu reaksi
PCR kedua dilakukan dengan inner primer atau nested primer menggunakan
hasil dari produk reaksi yang pertama sebagai target amplifikasi. Nested
primer akan menyatu dengan produk PCR yang pertama dan menghasilkan
isolasi atau identifikasi sekuen dari sel atau jaringan RNA. Metode ini dibantu
polimorfisme pada tingkat DNA. Metode ini dikembangkan oleh Welsh and
6.
1. Selalu melepaskan kabel us dari thermal CYLER / pcr jika tidak digunakan .
8. Jangan membukat tutup alat thermal cycler / pcr pada saat alat sedang
beroperasi.
9. Buka tutup alat thermal ycler / pcr pada saat alat sedang beroperasi.
10. Buka tutup alat thermal ler / pcr setelah digunakan dan didiamkan selama 3
menit
11. Bersihkan alat thermal cycler / pcr jika selesai digunakan dan tutup kembali
KELEBIHAN PCR :
2. Sangat cepat dapat memeberikan hasil yang sama pada hari yang sama
5. Mudah di setup
KELEMAHAN PCR;
3. Interpretasi hasil pcr yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit
utuk melakukannya
3.1 KESIMPULAN
Polymerase chain reaction adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA
secara Vitro. Untuk melakukan proses PCr diperlukan kompenen komponen Template
mendapatkan hasil PCR yang optimal perlu dilakukan optimasi proses PCR. Secara
umum optimasi proses PCR dapat dilakukan dengan cara memvariasikan kondisi yang
digunakan pada proses PCR tersebut. Optimasikondisi berkaitan erat dengan faktor-
faktor seperti jenis polimerase DNA;suhu; konsentrasi, dalam hal ini berkaitan dengan
3.2 TUJUAN
kami sadar bahawah masih banyak kekurangan yang kami miliki baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar
kami bias membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bias beranafaat
bagi kita semua dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragraph.
DAFTAR PUSTAKA
Retno Setyawati, Siti Zubaidah Dkk (2021) opitimasi konsentrasi primer dan suhu
annealing dalam mendeteksi gen leptin pada sapi peranakana ongole (PO)
Vol.4 No 1
Ni putu Dian, pertiwi, ig.n.k mahardika, nil uh watniasih Dkk (2022) optimasi
Eustachius hagnu wardoyo, yunita Sabrina dewi suryani Dkk (2020) pengenalan
teknik molekuler polymerase chain reaction (PCR) pada guru biologi sma di
Darmo Handoyo dan ari rudiretna prinsip umum dan pelaksanaan polymerase chain
LAMPIRAN