Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“PENJELASAN VISI MISI PRODI KONSEP FLEBOTOMI”

DISUSUN OLEH :
Jodi Setiawan
NIM : 51122022

Dosen Pengampu:
Bastian, S.Si.T.,M.Biomed
NBM : 1319320

PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
IKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas

segala rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

seminar ini. Makalah ini akan membahas tentang “Penjelasan Visi Misi Prodi,

Konsep Flebotomi”.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat oleh

karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk

perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang

membaca khususnya mahasiswa/i IkesT Muhammadiyah Palembang.

ii

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................... ii


Daftar isi .............................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................... 3
2.1 Definisi flenotomi ......................................................... 3
2.2 Perlengkapan Flebotomi ............................................... 4
2.3 Prosedur Kerja Flebotomi ............................................. 5
2.4 Kesalahan Dalam Flebotom .......................................... 7
BAB III : PENUTUP....................................................................... 9
3.1 Kesimpulan................................................................... 9
3.2 Saran ............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 10
LAMPIRAN ........................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Phlebotomy adalah pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium

dengan tujuan untuk menegakkan diagnosis, memantau pengobatan dan untuk terapi

penyakit tertentu. Proses phlebotomy dapat dilakukan dengan melakukan penusukan

pada pembuluh darah sehingga terjadi perlukaan. Hal tersebut dapat menimbulkan

perdarahan. infeksi, dan efek yang tidak diharapkan seperti hematom dan efek bahaya

yang lain. Oleh karena itu pelaksanaan flebotomi hendaknya dilakukan dengan hati-hati

dan aseptik untuk mencegah terjadi komplikasi [1].

Venipuncture atau flebotomi menjadi salah satu prosedur invasif yang paling

umum dilakukan dalam dunia medis di Indonesia, Pengambilan darah vena dilakukan

oleh seorang ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik atau Phlebotomyst). Sampel

darah vena biasanya diambil pada pasien sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan.

Pengambilan darah vena digunakan untuk berbagai pemeriksaan laboratorium seperti

hematologi, kimia klinik, immunoserologi bakteriologi, parasitologi, dan pemeriksaan

laboratorium lainnya. Pengambilan darah merupakan hal terpenting yang menjadi

bagian terdepan dalam pelayanan laboratorium yang dikatakan sebagai tulang

punggung dari sektor pelayanan kesehatan pada unit kesehatan masyarakat. Hasil akhir

yang dapat dicapai yaitu mengetahui kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan

termasuk untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit pada pasien [2].

Tahap pra-analitik, terutama saat pengambilan darah (spesimen collection), sangat

penting karena berhubungan dengan patient safety dan patient centered care.

Kesalahan pada tahap pra-analitik akan berdampak pada kesalahan analisis hasil

pemeriksaan sehingga dapat menimbulkan kesalahan interpretasi hasil dan tata laksana

4
pasien yang tidak tepat [3]. Beberapa penelitian melaporkan tingkat kesalahan

laboratorium yang terjadi cukup bervariasi, namun rata-rata tingkat kesalahan

laboratorium yaitu tahap pra- analitik sebesar 46-77,1%, tahap analitik sebesar 7-13%,

dan tahap pasca analitik sebesar 18.5-47% (1,3-6). Kesalahan tahap pra-analitik memiliki

kontribusi paling besar pada kesalahan laboratorium (46-77,1%). Yang termasuk

kesalahan pra-analitik antara lain hemolisis (53,2%), volume spesimen yang kurang

(7.5%), tulisan tangan yang tidak bisa dibaca (7.2%), salah spesimen, terdapat bekaan

pada spesimen, kesalahan vacum container atau jenis antikoagulan, rasio volume

spesimen dan antikoagulan yang tidak sesuai, spesimen darah diambil dari jalur infus

(Universitas Muhammdyah Purwokerto)


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi flebotomi ?

2. Apa Saja Perlengkapan Dalam Flebotomi ?

3. Bagaiman Prosedur Kerja Flebotomi?

3.3 TUJUAN

1. Untuk menegetahui definisi flebotomi

2. Untuk Mengetahui Perlengkapan Dalam Flebotomi

3. Untuk mengetahui Prosedur Kerja Flebotomi


BAB II

PEMABAHASAN

2.1 DEFINISI FLEBOTOMI

Flebotomi merupakan proses pengambilan darah dengan membuat

sayatan/mengiris dengan teknik yang benar supaya darah dapat mengalir sehingga

dapat dikumpulkan ke dalam tabung pemeriksaan. Flebotomi berasal dari bahasa

yunani yaitu Phleb (pembuluh darah) dan tomia (mengiris/memotong). Tujuan

flebotomi ada- lah untuk pemeriksaan laboratoryum, pengobatan/terapi, dan

kegiatan donor darah.

Flebotomis merupakan seorang tenaga kesehatan medis yang telah mendapat

kompetensi pendidikan dan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan untuk melakukan pengambilan darah (sampling) serta menampung

spesimen darah dari pembuluh darah (vena, kapiler, maupun arteri). Seorang

flebotomis harus mampu memahami anatomi dan fisiologi tubuh, situasi pasien,

teknik komunikasi untuk memperoleh persetujuan pengambilan darah,

melaksanakan prose-dur dengan benar dan mengetahui proses pengendalian mutu

(faktor safety).

Proses flebotomi berpotensi menyebabkan petugas kesehatan dan pasien terpapar

darah dari orang lain dan berisiko tertular infeksi melalui darah seperti: Human

immunodeficiency virus (HIV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C

(HCV). Penularan penyakit Hepatitis B telah dilaporkan terjadi akibat penggunaan

glukometer (alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi glukosa darah).

Malaria dan sifilis juga dapat ditularkan melalui darah yang terkontaminasi, dan
praktik pengen- dalian infeksi yang buruk dapat menyebabkan infeksi bakteri

yang berasal dari jarum yang terkontaminasi saat dimasukkan.

Apabila pengambilan dan pengumpulan sampel darah tidak baik dapat

menyebabkan hasil yang tidak akurat sehingga menimbulkan kesalahan terapi

oleh dokter, dan pasien mungkin harus menjalani pengam- bilan dan pengujian

ulang yang tidak nyaman.

Masalah utama akibat kesalahan dalam pengum- pulan adalah hemolisis,

kontaminasi dan pelabelan tidak akurat. Faktor yang meningkatkan risiko

hemolisis meliputi penggunaan jarum yang terlalu kecil (23 atau di bawah),

menekan jarum suntik untuk memaksa darah masuk ke dalam tabung,

pengambilan spesimen darah dari jalur intravena atau sentral, mengisi volume

tabung terlalu rendah sehingga rasio antikoagulan terhadap darah lebih besar dari

1: 9, menggunakan kembali tabung yang telah diisi ulang dengan tangan dengan

jumlah antikoagulan yang tidak tepat, mencampur tabung terlalu keras, alkohol

atau disinfektan belum mengering, meng- gunakan vacum yang terlalu besar

(misalnya, meng- gunakan selang yang terlalu besar untuk pasien anak, atau

menggunakan jarum suntik yang terlalu besar (10-20 ml)).

Efek samping flebotomi dapat terjadi antara lain: nyeri di lokasi pungsi vena,

kecemasan, pingsan. memar, dan hematoma di sekitar tempat masuknya jarum.

Cedera akibat benda tajam (jarum) biasanya terjadi saat penggunaan dan

pembuangan jarum. Salah satu cara untuk mengurangi cedera yang tidak disengaja

dan paparan darah pada petugas kesehatan adalah mengganti perangkat dengan

perangkat pengaman (direkayasa/ modifikasi). Perangkat keamanan dapat

menghindari hingga 75% dari cedera tertusuk jarum namun, apabila dibongkar
atau ditutup kembali secara manual maka fitur keamanan jarum tidak diaktifkan.

Tidak menutup kembali jarum (recapping) dan segera membuang benda tajam ke

tempat/ wadah yang aman dan tahan tusukan (safety box).

Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah sebagai tes diagnostik

(menggambarkan apa yang terjadi pada pasien), penilaian terapi (untuk

menentukan pengobatan pasien) dan monitoring terapi (untuk menentukan keber-

hasilan terapi). Pemeriksaan spesimen meliputi 3 tahap, yaitu: pra analitik, analitik

dan pasca analitik. Faktor pra analitik merupakan faktor sebelum dilakukan

pemerik- saan (persiapan alat, identifikasi, administrasi, persiapan kondisi pasien).

Fase analitik merupakan fase pemerik- saan laboratorium dan fase pasca analitik

merupakan fase setelah hasil pemeriksaan jadi (validasi, penyerahan hasil). Hasil

pemeriksaan laboratorium sangat dipenga-ruhi oleh ketiga tahapan tersebut dan

seorang flebotomis harus menguasai pengetahuan tentang pemeriksaan

laboratorium.

Tugas seorang phlebotomist harus memahami pro- ses laboratorium dimulai

dari tahap pengujian pra- analitik dan pra-pemeriksaan. Pra-analitik dan pra-ujian

memiliki kesamaan arti, dan mengacu pada koleksi spe- simen. Proses ini terjadi

sebelum pengujian/pemeriksaan dimulai dan merupakan salah satu fase terpen-

ting dalam pengujian klinis. Kebanyakan kesalahan terjadi dalam tahap pengujian

pra-analitik

Fase pra analitis ini meliputi:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar dan memberi label pada spesimen

2. Melakukan pengumpulan secara akurat 3. Mengangkut spesimen ke

laboratorium tepat waktu


Seorang flebotomis harus melakukan pengumpulan dan pengangkutan

spesimen untuk pengujian secara akurat, aman, dan andal. Saat sampling dan

mengum- pulkan spesimen untuk pengujian pastikan identifikasi pasien dengan

benar (nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik). Hindari kesalahan saat

memberi label. Berilah label yang jelas pada tabung spesimen dan/atau wadah.

Bawa spesimen kembali ke laboratorium secepatnya.

3.2 PERLENGAKAPAN FLEBOTOM

Berikut ini adalah perlengkapan pengambilan darah secara umum yang harus

diketahui oleh seorang flebo-tomis.

1. Ruang pengambilan darah/sampling/flebotomi

Ruang pengambilan darah menjadi hal yang mutlak di laboratorium. Ruangan ini

harus dapat memberikan kenyamanan dan privasi pasien. Ruang pengambilan

sampel sebaiknya tidak menjadi akses jalan bagi petugas sehingga akan

mengganggu kenyamanan pasien. Di dalam ruang sampling harus dilengkapi

nama ruang yang tertulis dengan jelas, kursi flebotomi, tempat tidur/bed,

rak/lemari peralatan sampling, tempat sampah infeksius dan non infeksius,

fasilitas cuci tangan (handrub/wastafel yang dilengkapi air mengalir, sabun dan

tissue towel), meja dan Air Conditioner.

Tidak disarankan menggunakan handuk untuk mengeringkan tangan setelah

mencuci tangan. Suhu dan aliran udara dibuat senyaman mungkin untuk

menghindari rasa takut.

2. Kursi flebotomi
Kursi flebotomi dapat berasal dari fabrikan maupun buatan. Kursi dibuat

senyaman mungkin dan ergonomis sehingga flebotomis tidak merasa kesulitan

dalam memposisikan tubuh. Apabila kursi flebotomi tidak ada dapat digunakan

kursi dan meja sehingga pada saat pasien duduk, lengan dapat di letakkan di atas

meja. Hindari pengambilan sampling darah pada posisi yang tidak

nyaman/ergonomis bagi petugas karena akan menyebabkan tingginya kega-galan

dalam pengambilan dan cidera tulang bela-kang.

3. Rak dan tas sampling Rak sampling diletakkan dekat dengan posisi

pengambilan sampling sehingga petugas dapat dengan cepat dan mudah dalam

mengambil perleng- kapan flebotomi. Perlengkapan flebotomi di tata dengan rapi

dengan posisi yang tetap.

Pengecekan dilakukan setiap hari untuk meng- hindari kekosongan alat dan

bahan. Tas sampling yang berisi perlengkapan pengambilan darah harus tersedia

untuk mengambil sampel/ spesimen darah pada pasien di luar laboratorium,

sehingga pada saat ada permintaan sewaktu waktu dapat diambil dengan cepat.

4. Alat pelindung diri

Secara umum alat pelindung diri yang diguna-kan untuk flebotomi berupa:

- Jas laboratorium Masker

-Sarung tangan

Jas laboratorium sebaiknya lengan panjang dan panjang baju sampai lutut atau

dibawah lutut. Tuju- an penggunaan jas laboratorium ini agar sampel infeksius

dari laboratorium dan bahan berbahaya dan beracun tidak mengenai kulit dan
baju dalam. Penggunaan jas laboratorium sebaiknya diganti setiap hari sehingga

meminimalisir risiko infeksi maupun kontaminasi zat kimia berbahaya. Masker

yang digunakan adalah masker bedah dengan penggantian sebaiknya setiap 4

jam. Hal ini untuk meminimalisir risiko infeksi akibat kelembaban masker. Sarung

tangan yang digunakan adalah sarung tangan non steri

l. Kecuali sarung tangan untuk pengambilan sampel kultur harus steril. Sepa-sang

sarung tangan digunakan hanya untuk 1 pasien saja. Apabila hendak mengambil

pasien berikutnya maka diwajibkan untuk ganti sarung tangan. Sebelum

menggunakan sarung tangan harus cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun

dan air meng-alir atau handrub (cairan berbasis alcohol).

5. Antiseptic

Antiseptic digunakan untuk mencegah terja- dinya sepsis yaitu penyakit yang

diakibatkan adanya bakteri dan produk toksiknya pada aliran darah. Antiseptic

bersifat bakteriostatik dimana dapat menghambat pertumbuhan bakteri tetapi

tidak membunuhnya. Digunakan pada saat sebelum peng- ambilan darah.

Antiseptic yang digunakan untuk pengambilan darah/ flebotomi adalah:

- Isoprophyl Alcohol 70% (paling sering diguna- kan). Biasanya sudah dalam

bentuk kassa alcohol

- Povidone-Iodine

- Chlorhexidine gluconate, biasanya digunakan pada pasien yang alergi terhadap

iodine.
6. Disinfektan

Desinfektan adalah zat kimia yang bersifat bakteriosidal (membunuh bakteri).

Digunakan untuk membunuh bakteri di permukaan peralatan tetapi tidak

membunuh spora. Disinfektan tidak aman digunakan pada permukaan kulit.

Cairan yang digunakan adalah pemutih pakaian (Sodium hypo- chlorite 5,25%

dicampur air dengan perban-dingan 1:10). Larutan disinfektan sebaiknya dibuat

setiap hari.

7. Bola Kapas steril

Bola kapas digunakan untuk menekan tempat penusukan setelah dilakukan

pengambilan darah vena maupun kapiler supaya darah segera membeku dan

tidak terjadi hematom. Penekanan dilakukan beberapa saat (2-3 menit) sampai

darah tidak keluar lagi.

8. plester

Penggunaan plester setelah pegambilan darah


2.3 PROSEDUR KERJA FLEBOTOMI

1. Pilih vena manekindengancaramelihat, meraba, merasakan.

2. Lakuan desinfeksi pada lokasi untuk penusukan dengan cara melingkar dari

dalam ke arah luar menggunakan alcohol swab.

3. Pasang tourniquet dan kencang kan secukupnya

4. Lakukan penusukan kearah vena terpilih dengan sudut 15 derajat, secara

perlahan, sampai tampak darah pada jendela control, 5. Tarik piston

perlahan-lahan seirama masuknya darah kedalam badan spuit disposable

hingga volume yang ditetapkan

6. Kendorkan toeniquet, tarik jarum perlahan, tekan bekas tusukan dengnan

kapas/Kasa kering

7. Pindahkan darah dari spuit disposable kedalam tabung sampel

primer, homogenisasi.

8. Cek bekas tusukan, bila tidak ada kelainan segera pasang plesterin.

Hasil: Sampel darah sesuai permintaan tes laboratorium

2.4 KESALAH DALAM FLEBOTOMI

Kesalahan yang sering terjadi dalam proses flebotomi adalah penggunaan

tourniquet. Pelaksanaan flebotomi di lapangan terkadang tidak memperhatikan

lamanya pemasangan turniquet. Tujuan penggunaan bendungan ini adalah untuk

fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil darahnya, juga untuk menambah

tekanan vena sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah ke dalam

spuit Pembendungan pembuluh darah vena (tourniquet) tidak boleh dibiarkan


lebih dari satu menit untuk menghindari hemokonsentrasi Proses pengambilan

darah dilakukan menggunakan alat steril dan non pyrogenik. Sebelum melakukan

flebotomi perlu diperiksa sterilitas serta waktu kadarluarsa pada jarum. Ada dua

jenis kesalahan pada tahap flebotomi, yaitu: kesalahan pada sampel dan kesalahan

identifikasi. 321 Menurut jenis sampel, sampel hemolitik dan koagulasi dengan

derajat berapa pun dianggap tidak dapat diterima, dan karena itu ditolak.

Kesalahan identifikasi termasuk hilang atau salah data identifikasi

pasien,identifikasi sampel). WHO dan CLSI merekomendasikan urutan tabung

pengambilan darah, antara lain tabung kultur/steril (kuning-hitam), tabung

koagulasi (biru), tabung tanpa antikoagulan (merah), tabung gel/SST/serum

separator tube (kuning), tabung heparin (hijau), Tabung EDTA (ungu) lalu tabung

NaF (abu-abu). Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka,

hematoma, infeksi, edema (Answer & Phicbotomy, 2017). (ikestmp)

Masyarakat mengharapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermutu.

Beberapa studi melaporkan bahwa mayoritas kesalahan di laboratorium terjadi

pada tahap pra analitik (46-77,1%). Pengambilan spesimen yang tidak tepat

merupakan sumber kesalahan terbanyak di laboratorium yang mempengaruhi

kualitas spesimen.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Flebotomi merupakan proses pengambilan darah dengan membuat

sayatan/mengiris dengan teknik yang benar supaya darah dapat mengalir sehingga

dapat dikumpulkan ke dalam tabung pemeriksaan

Seorang flebotomis harus melakukan pengumpulan dan pengangkutan spesimen

untuk pengujian secara akurat, aman, dan andal. Saat sampling dan mengum-

pulkan spesimen untuk pengujian pastikan identifikasi pasien dengan benar

(nama, tanggal lahir dan nomor rekam medic

Kesalahan yang sering terjadi dalam proses flebotomi adalah penggunaan

tourniquet. Pelaksanaan flebotomi di lapangan terkadang tidak memperhatikan

lamanya pemasangan tourniquet tidak boleh lebih dari 1menit

3.2 SARAN

Penulis sadar bahwah masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah

ini oleh Karen itu penulis meminta saran bagi pembaca agar penulis dapat

membuat makalh yang lebih baik lagi kedepannya


DAFTAR PUSTAKA

Nur an-nuhaMuniro, arif Mulyanto, kusmanto mukti wibowo, Royan, Royan Dkk

(22022) Rancang Bangun Kursi Phlebotomy Berbasis Iot Universitas

Muhammadyah Purwokerto Vol.7 No.3

dr. Andriani Tri Susilowati, M.Sc, SpPK Dkk (2021) Buku Ajar Flebotomi untuk

mahasiswa DIV analis kesehatan diterbitkan oleh Academi Publication

dr. Hartono,kahar, dr,SpPK (K), MQIH Dkk (2019) Modul Praktikum Flebotomi

fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadyah Surabya

Indah Sari, Bastian,Hani Ammariah Dkk (2021) Edukasi Flebotomi Siswa Smk

Indo Healt School Palembang Jurusan Teknologi laboratorium Medis

Khidmah Ikestmp.ac.id. Vol.3 No.2

H.M. Mudzakir ,siti cholifah, tarsumo,fatisha azira sabila D kk (2020) Hubungan

karakteristik petugas Flebotomi dengan kualtas specimen studi untuk

peningkatan mutu pelayanan di uptd labkesda pengendaran diploma

thesis poltekkes kemenkes bandung Vol.4 No.2


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai