DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Adinda Fahtrisia (PO7134222006)
2. YK Andinar Madira (PO7134222011)
3. Fheren Cendia Ariza Putri (PO7134222017)
4. M Zakki Saputra (PO7134222025)
5. Dhea Anisa Putri (PO7134222031)
6. Zahwa Aliyah (PO7134222033)
7. Qonitatin Ulinuha (PO7134222035)
8. Kinanty Twisty Chairunnisa (PO7134222036)
9. Hanifah Suryani (PO7134222038)
10. M Naufal Athallah Wibowo (PO7134222044)
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Sputum .......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Sputum...................................................................................3
2.1.2 Proses Terbentuknya Sputum...................................................................3
2. 1.3 Klasifikasi Sputum..................................................................................4
2.1.4 Kualitas Pengeluaran Sputum..................................................................5
2.1.5 Pemeriksaan Sputum...............................................................................5
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengeluaran Sputum.......................7
2.1.7 Cara mengeluarkan Sputum.....................................................................8
2.1.8 Cara pengumpulan Sputum......................................................................8
2.1.9 Teknik Sampling Sputum.........................................................................10
2.1.10 Penampungan Sputum...........................................................................12
2.1.11 Wadah dan Penyimpanan Sputum..........................................................13
2.1.12 Cara Pengiriman Spesimen....................................................................14
2.1.13 Kesalahan dalam Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Bakteri BTA. .14
BAB III PENUTUP..........................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
merupakan gejala penyakit TBC, bronkitis, dan pneumonia. Untuk
memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan, dokter dapat melakukan
pemeriksaan kultur dahak pada orang yang memiliki gejala penyakit tersebut.
Teknik pemeriksaan bakteri tahan asam atau BTA adalah mengumpulkan
sputum atau dahak pasien yang diduga terinfeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Pemeriksaan ini sangat mudah dilakukan dan tidak memakan
waktu yang lama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa korelasi sputum bagi pemeriksaan laboratorium?
2. Bagaimana kualitas sputum yang baik untuk pemeriksaan laboratirum?
3. Bagaimana metode pengambilan sampel , pengumpulan , dan
pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan laboratorium
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi sputum bagi pemeriksaan laboratorium.
2. Menilai kualitas sputum yang baik bagi pemeriksaan laboratorium.
3. Memahami metode pengambilan sampel , pengumpulan , dan
pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan laboratorium.
1.4 Manfaat
1. Praktikan dapat menerapkan ilmu pengetahuam yang telat didapatkan
selama menjalani pendidikan program studi Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Menambah informasi dan literatur di bidang Kesehatan
3. Sebagai refrensi bagi praktisi dalam melakukan pemeriksaan
laboratorium
4. Agar ATLM dan Pasien mengerti mengenai metode untuk menghasilkan
sputum yang berkualitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SPUTUM
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus, dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.
Kata “sputum” yang dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah.” Disebut
juga dahak (Kamus Kesehatan, 2017). Orang dewasa normal membentuk
sputum ± 100 ml/hari. Jika produksi berlebihan, proses pembersihan mungkin
tidak efektif lagi sehingga sputum akan tertimbun. Perlu dipelajari sumber
sputum, warna, volume, dan kosistensi sputum (Muttaqin, 2008).
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut.Sputum yang dikeluarkan oleh seseorang hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum penting dilakukan
untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan.Pemeriksaan
mikroskopis dapat menjelaskan organisme penyebab pada berbagai
pneumonia bacterial, tuberculosis, serta berbagai jenis infeksi jamur. Waktu
terbaik untuk pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur, karena
sekresi abnormal bronkus cenderung untuk berkumpul pada waktu tidur
3
Keadaan abnormal produksi mucus yang berlebihan (karena gangguan fisik,
kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan
proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mucus ini banyak
tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus
akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang
tinggi, dibatukkan udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa
sekret mucus yang tertimbun tadi. Mucus tersebut akan keluar sebagai
sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologic pada
pembentukan sputum itu sendiri.
4
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.
j. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam
pneumonia).
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk
untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan
bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotic
tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat
berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus meskipun
penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
5
jumlah sputum, dikategorikan baik dan tidak baik, dimana sputum
berwarna kuning kehijauan/mukopurulen, kental atau mukoid serta
berjumlah 3-5ml.
A. Indikasi pemeriksaan
1.Pewarnaan gram
2.Kultur Sputum
3.Sensitivitas
6
4.Basil Tahan Asam (BTA), untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami
perubahan warna oleh alkohol asam.
5.Sitologi,
6.GeneXpert
7
tenggorokan selalu berdahak padahal kondisi tubuh tidak dalam keadaan flu.
Adapun beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan produksi sputum adalah:
8
kondisi lembab setiap saat. Jika tubuh kekurangan cairan, produksi dahak akan
ditingkatkan agar tenggorokan tetap lembab.
a. Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan
abdominal (diafragma) dan purs lips breathing. Tujuan pernafasan yaitu
abdominal memungkinkan nafas dalam secara penuh dengan sedikit usaha, Pursed
lips breathing membantu klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.
Prosedurnya yaitu: atur posisi yang nyaman, fleksikan lutut pasien untuk
merileksasikan otot abdominal, letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen tepat
dibawah tulang iga, tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup
hitung sampai 3 selama inspirasi, hembuskan udara lewat bibir seperti meniup
(purs lips breathing) secara perlahan.
9
menigkatkan relaksasi perkusi pada setiap segmen paru selama 1- 2 menit, perkusi
tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cidera
seperti mammae, sterum dan ginjal.
e. Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan
perawat yang diletakkan datar pada dinding dada pasien. Vibrasi digunakan
setelah perkusi untuk meningkatkan turbelensi udara ekspirasi dan melepaskan
mucus yang kental. Prosedurnya yaitu: letakkan telapak tangan menghadap ke
bawah di area dada yang akan di drainage, satu tangan diatas tangan yang
laindengan jari–jari menempel bersama dan ekstensi cara lain tangan bisa
diletakkan bersebelahan, anjurkan pasien menarik nafas dalam melalui hidung dan
menghembuskan nafas secara lamban lewat mulut atau purs lips, selama masa
ekspresi tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan, getarkan tangan, gerakan tangan kearah kebawah hentikan gerakan
jika pasien melakukan inspirasi tiap kali vibrasi, anjurkan pasien batuk dan
keluarkan secret ke tempat sputum, bila sputum juga tidak bisa didahakkan.
Persiapan alat pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot ≥ 3,5 Cm,
transparan, dapat menutup dengan erat, bertutup ulir minimal 3 ulir, pot kuat dan
tidak mudah bocor, pot dahak harus sudah diberi identitas sesuai pasien. Waktu
pengambilan dahak yang baik yaitu dahak Sewaktu (S) Pertama, dahak
dikumpulkan saat datang pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, dahak Pagi (P)
dikumpulkan pagi hari segera setelah bangun tidur pada hari ke-2, dahak Sewaktu
(S) kedua dikumpulkan pada hari ke-2 setelah menyerahkan dahak pagi
(Kemenkes RI, 2012). Kebijakan terbaru WHO merekomendasikan Pemeriksaan
GenXpert untuk penemuan Mycobacterium Tuberculosis (MTB) dan penemuan
kasus Multi Drug Resisten TB (MDR TB) (Monica, 2015).pemeriksaanya yaitu
dengan menampung sputum pasien pada pot sputum dan menyerahkannya pada
petugas untuk diperiksa di laboratoriumdan hanya satu kali pemeriksaan. Untuk
menghindari resiko penularan, pengambilan sputum dilakukan ditempat terbuka
dengan sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain, jika keadaan tidak
10
memungkinkan gunakan kamar terpisah yang mempunyai ventilasi yang baik
namun jangan dikamar mandi.
1.Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum dilakukan untuk mengumpulkan
spesimen dahak. Namun, pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi
oleh tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari paru-paru, bukan hanya air
liur (saliva) atau lendir dari belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah,
maka hasil pemeriksaan tidak akan signifikan.
a. Persiapan pasien
11
- Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang berkualitas
baik dan volume yang cukup (3-5 ml/1 sendok teh)
- Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar tutupnya,
kemudian masukan ke dalam pembungkus atau kantong
plastik.
- Jika sputum sulit dikeluarkan pasien diberikan petunjuk untuk
melakukan olahraga ringan kemudian menarik nafas dalam
beberapa kali. Apabila pasien merasa akan batuk, nafas ditahan
selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk.
3. Bronkoskopi
12
4. Bilasan cairan lambung (Gastric aspiration)
Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum secara spontan, selain
dengan menggunakan metode bronkoskopi, dapat dilakukan juga dengan
menggunakan bilasan cairan lambung (Gastric aspiration). Prosedur ini sangat
jarang dilakukan karena dianggap tidak nyaman, terutama apabila pada pasien
anak-anak dan harus dilakukan di Rumah sakit pada pagi hari sebelum makan.
Pengambilan sputum dengan bilasan cairan lambung dilakukan dengan
memasukan selang melalui mulut atau hidung pasien kemudian dilakukan
penyedotan cairan lambung.
Bersih
Kering
Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen
Steril.
Sekali pakai buang
Wadah spesimen bertutup rapat dan tidak bocor
Penilaian Kualitas Contoh Uji Dahak
Petugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap
dahak pasien. Tanpa membuka tutup pot, petugas laboratorium
melihat dahak melalui dinding pot yang transparan.
Volume 3,5-5ml
Kekentalan: mukoid
Warna: Hijau kekuningan (purulen)
Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan:
13
Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning
kehijauan
Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air
liur
Mengulang pengumpulan sputum apabila spesimen jelas air
liur
Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning
kehijauan
Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air
liur
Persyaratan wadah :
Bermulut lebar
Bertutup ulir
Terbuat dari plastic
Steril
Tidak mudah pecah
Pemberian Label
Nomor urut
Nomor identitas sediaan dahak
Nama tersangka penderita
Umur dan jenis kelamin
Alamat lengkap
14
Nomor registrasi laboratorium
15
oleh karena itu perlu adanya penerangan dan pengarahan yang diberikan kepada
tersangka sebelum dilakukan pengeluaran sputum.
16
mungkin, lalu batukkan dan masukkan ke dalam pot sputum yang
transparant bermulut lebar. Dan bila cara ini masih belum berhasil,
tersangka sebelum tidur minum teh manis satu gelas atau diberi tablet
glyseril guayakalot 200 mg. Dapat juga dianjurkan kepada tersangka
berjemur di bawah sinar matahari dengan posisi tidur telungkup di atas
dipan dengan kedua tangan jatuh bebas dan batuklah dengan kuat bila dada
terasa panas.
4. Petugas kesehatan yang membantu dalam pengambilan sputum dianjurkan
mengamati setiap sampel yang dihasilkan. Apakah itu sputum atau
saliva/ludah. Bila ludah yang dikeluarkan, tersangka diminta
mengeluarkan lagi sputumnya yang benar, dan periksa kualitas dan
kuantitas sputumnya.
5. Usahakan dapat menulis identitas tersangka, jelas dan setiap orang dapat
membacanya, sebaiknya ditulis: nama, tanggal diambil sputumnya, jenis
kelamin dan jam pengambilan.
6. Untuk menghindari hasil positif palsu, kepada tersangka disarankan
mencuci mulut atau kumur-kumur dengan air agar jangan pakai odol
sebelum diambil sampel sputumnya
17
Pot sputum tidak steril / berdebu atau memakai pot
yang retak tanpa diperiksa sebelum digunakan.
Sampel sputum terkena sinar matahari langsung dalam
tempo yang cukup lama. sampel sputum tidak disimpan
pada tempat yang dingin (4°C -8°C)
Pada pengambilan sampel sputum di lapangan,
kemungkinan saat membawa pot sputum tersebut
menggunakan sepeda motor di jalan yang tidak rata dan
hal ini dapat mengakibatkan tumpahnya sampel sputum
atau pecah, yang dapat terjadi bila petugas tidak tahu
cara mengamankannya
Sampel sputum tidak segera diamankan pada suhu 4
derajat C - 8 derajat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan
sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa
saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
3.2 Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa
dan untuk mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis
pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang
telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia
klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, ataupun
parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik
18
pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk
mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%20BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%20BAB%20II.pdf
19