Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FLEBOTOMI

PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SPESIMEN


SPUTUM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Adinda Fahtrisia (PO7134222006)
2. YK Andinar Madira (PO7134222011)
3. Fheren Cendia Ariza Putri (PO7134222017)
4. M Zakki Saputra (PO7134222025)
5. Dhea Anisa Putri (PO7134222031)
6. Zahwa Aliyah (PO7134222033)
7. Qonitatin Ulinuha (PO7134222035)
8. Kinanty Twisty Chairunnisa (PO7134222036)
9. Hanifah Suryani (PO7134222038)
10. M Naufal Athallah Wibowo (PO7134222044)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kamu panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
juga shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan teladan dan inspirasi bagi umat manusia
Makalah ini berjudul “penanganan dan Pengolahan Spesimen Sputum”. Dalam
makalah ini, penulis mengangkat permasalahan tentang bagaimana menangani dan
mengolah specimen sputum dengan baik dan benar, sehingga dapat memperoleh
hasil yang akurat dan dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit
saluran pernapasan.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
konstribusi positif bagi pembaca, khususnya para tenaga medis yang terlibat
dalam pengambilan dan pengolahan specimen sputum. Mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penulisan ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PENULIS

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Sputum .......................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Sputum...................................................................................3
2.1.2 Proses Terbentuknya Sputum...................................................................3
2. 1.3 Klasifikasi Sputum..................................................................................4
2.1.4 Kualitas Pengeluaran Sputum..................................................................5
2.1.5 Pemeriksaan Sputum...............................................................................5
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengeluaran Sputum.......................7
2.1.7 Cara mengeluarkan Sputum.....................................................................8
2.1.8 Cara pengumpulan Sputum......................................................................8
2.1.9 Teknik Sampling Sputum.........................................................................10
2.1.10 Penampungan Sputum...........................................................................12
2.1.11 Wadah dan Penyimpanan Sputum..........................................................13
2.1.12 Cara Pengiriman Spesimen....................................................................14
2.1.13 Kesalahan dalam Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Bakteri BTA. .14
BAB III PENUTUP..........................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan laboratorium adalah suatu prosedur pelaksanaan pemeriksaan
yang dapat membantu dokter menentukan diagnosis penyakit. Dalam sebuah
pemeriksaan laboratorium, bahan atau sampel dari pasien diambil dan
dianalisis. bahan atau sampel dapat berupa darah,urine, sputum (dahak)
bahkan feses (kotoran manusia).Pemeriksaan laboratorium medis bertujuan
untuk deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan penyakit pada pasien.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan secara rutin diperlukan agar dokter
dapat memberikan respons cepat dan melakukan tindakan pencegahan
kemungkinan terjadinya penyakit di masa depan. Bisa disimpulkan bahwa
hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan
kemungkinan penyebab penyakit. Dengan begitu hasil pemeriksaan
laboratorium merupakan pesan penting dari perjalanan suatu penyakit. Akan
tetapi perlu diingat bahwa penentuan diagnosis suatu penyakit harus dilihat
pada  penemuan klinis yang didapat, bukan hanya dari pemeriksaan
laboratorium saja. Pemeriksaan laboratorium hanya sebagai pemeriksaan
penunjang untuk diagnosis suatu penyakit. Tes sputum adalah pemeriksaan
yang berguna untuk mendeteksi bakteri melalui dahak. Metode ini biasa
disebut dapat mendeteksi bakteri yang menyebabkan gangguan pada saluran
pernapasan.
Dahak (sputum) adalah lendir yang diproduksi oleh paru-paru dan
tenggorokan. Lendir ini berfungsi untuk melindungi saluran pernapasan dari
benda asing atau infeksi. Jika terjadi gangguan di saluran napas, salah satu
tanda yang dapat terlihat adalah perubahan pada warna dahak. Tes yang
disebut juga dengan pemeriksaan kultur dahak ini  bisa dilakukan dengan
pemeriksaan BTA. Sebab, pemeriksaan yang disebutkan belakangan mampu
mendeteksi bakteri yang hidup dalam lingkungan asam. Beberapa bakteri
penyebab penyakit tbc kusta, hingga pneumonia bisa dideteksi melalui
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi infeksi jamur. Sebagai
contoh, batuk dengan dahak yang berwarna kuning atau hijau biasanya

1
merupakan gejala penyakit TBC, bronkitis, dan pneumonia. Untuk
memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan, dokter dapat melakukan
pemeriksaan kultur dahak pada orang yang memiliki gejala penyakit tersebut.
Teknik pemeriksaan bakteri tahan asam atau BTA adalah mengumpulkan
sputum atau dahak pasien yang diduga terinfeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Pemeriksaan ini sangat mudah dilakukan dan tidak memakan
waktu yang lama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa korelasi sputum bagi pemeriksaan laboratorium?
2. Bagaimana kualitas sputum yang baik untuk pemeriksaan laboratirum?
3. Bagaimana metode pengambilan sampel , pengumpulan , dan
pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan laboratorium
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi sputum bagi pemeriksaan laboratorium.
2. Menilai kualitas sputum yang baik bagi pemeriksaan laboratorium.
3. Memahami metode pengambilan sampel , pengumpulan , dan
pemeriksaan sputum untuk pemeriksaan laboratorium.
1.4 Manfaat
1. Praktikan dapat menerapkan ilmu pengetahuam yang telat didapatkan
selama menjalani pendidikan program studi Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Palembang
2. Menambah informasi dan literatur di bidang Kesehatan
3. Sebagai refrensi bagi praktisi dalam melakukan pemeriksaan
laboratorium
4. Agar ATLM dan Pasien mengerti mengenai metode untuk menghasilkan
sputum yang berkualitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SPUTUM

2.1.1 Pengertian Sputum

Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus, dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.
Kata “sputum” yang dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah.” Disebut
juga dahak (Kamus Kesehatan, 2017). Orang dewasa normal membentuk
sputum ± 100 ml/hari. Jika produksi berlebihan, proses pembersihan mungkin
tidak efektif lagi sehingga sputum akan tertimbun. Perlu dipelajari sumber
sputum, warna, volume, dan kosistensi sputum (Muttaqin, 2008).

Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut.Sputum yang dikeluarkan oleh seseorang hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum penting dilakukan
untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernafasan.Pemeriksaan
mikroskopis dapat menjelaskan organisme penyebab pada berbagai
pneumonia bacterial, tuberculosis, serta berbagai jenis infeksi jamur. Waktu
terbaik untuk pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur, karena
sekresi abnormal bronkus cenderung untuk berkumpul pada waktu tidur

2.1.2 Proses Terbentuknya Sputum

Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml


dalam saluran napas setiap hari.Mucus ini digiring ke faring dengan
mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran pernapasan.

3
Keadaan abnormal produksi mucus yang berlebihan (karena gangguan fisik,
kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan
proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mucus ini banyak
tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus
akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang
tinggi, dibatukkan udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa
sekret mucus yang tertimbun tadi. Mucus tersebut akan keluar sebagai
sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologic pada
pembentukan sputum itu sendiri.

2.1.3 Klasifikasi Sputum

Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Sylvia,


2011:

a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan


kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal
dari saluran napas bagian bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan
tanda bronchitis /bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau
ini dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan
sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru
akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda
bronchitiskronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses
paru/bronkhiektasis.

4
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis.
j. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam
pneumonia).
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk
untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronkitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan
bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotic
tidak akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat
berhubungan dengan adanya infeksi bakteri atau virus meskipun
penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.

2.1.4 Kualitas Pengeluaran Sputum

Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik perawat harus memberikan


penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik, pemeriksaan pertama
maupun pemeriksaan sputum ulang.Memberi penjelasan tentang batuk yang benar
untuk mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian dalam paru-paru setelah
beberapa kali bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari dalam mulut.Teliti pula
volume sputumnya yaitu 3-5 ml, kondisi sputum untuk pemeriksaan laboratorium
adalah penting, sputum yang baik mengandung beberapa partikel atau sedikit
kental dan berlendir kadangkadang malah bernanah dan berwarna hijau
kekuningan Ketika menerima spesimen sputum didapatkan 5 kriteria
kondisisputum yaitu :

a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket


b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental,kuning
kehijauan
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah
e. Saliva yaitu Air liur. Cara mengukur kualitas sputum yang baik
yaitu karakteristik sputum dilihat dari warna, kekentalan dan

5
jumlah sputum, dikategorikan baik dan tidak baik, dimana sputum
berwarna kuning kehijauan/mukopurulen, kental atau mukoid serta
berjumlah 3-5ml.

2.1.5 Pemeriksaan Sputum

A. Indikasi pemeriksaan

Indikasi pemeriksaan sputum adalah untuk mengetahui adanya infeksi penyakit


tertentu seperti pneumonia dan Tuberculosis Paru.

B. Manfaat Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi


berbagai penyakit pernapasan.Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan
organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa
serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi pada sputum dapat
membantu diagnosis karsinoma paru.Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan
dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat
sel-sel maligna atau tidak.Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji sensitivitas
(di mana terdapat peningkatan eosinofil).

C. Macam-macam Pemeriksaan Sputum

1.Pewarnaan gram

yaitu pemeriksaaan dengan pewarnaan gram yang dapat memberikan informasi


tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.

2.Kultur Sputum

yaitu pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme


spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.

3.Sensitivitas

berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik


yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.

6
4.Basil Tahan Asam (BTA), untuk menentukan adanya Mycobacterium
tuberculosa yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami
perubahan warna oleh alkohol asam.

5.Sitologi,

untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru. Sputum


mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial sehingga mungkin
saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma
tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang
terdapat tidak meruntuhkan sel.

6.GeneXpert

Pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF adalah suatu alat uji yang mengunakan


catridge berdasarkan Nuclei Acid AmplificationTest (NAAT) secara automatis
untuk mendeteksi kasus TB dan resistensi rifampisin dan memberikan hasil dalam
waktu kurang lebih 2 jam. Uji GeneXpert MTB/RIF berdasarkan prinsip
multipleks, semi-nested quantitative real-time PCR (Polymerase Chain Reaction)
dengan amplifikasi gen target rpoB dan untuk meningkatkan sensitivitas,
GeneXpert MTB/RIF menggunakan molecular beacon.

2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengeluaran Sputum

Tenggorokan selalu berdahak bukannya terjadi tanpa sebab.Pada dasarnya,


dahak atau lendir memang tetap dibutuhkan di bagian tenggorkan kita untuk
menjaga kondisi tenggorokan agar selalu dalam keadaan lembab dan membantu
sistem pernapasan.Lendir di tenggorokan kita memiliki beberapa fungsi, di
antaranya untuk menjaga kondisi tenggorokan agar selalu lembab dan menyaring
benda asing ataupun bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui tenggorokan.
Jadi, keberadaan dahak/lendir di tenggorokan kita tetap dibutuhkan.Akan tetapi,
terkadang produksi dahak/lendir di tenggorokan kita meningkat. Kondisi tersebut
justru menimbulkan banyak gangguan dan rasa tidak nyaman di bagian
tenggorokan. Dahak/lendir diproduksi oleh selaput mukosa. Jika produksi dahak
terlalu banyak, dahak tersebut akan menempel di bagian tenggorokan sehingga

7
tenggorokan selalu berdahak padahal kondisi tubuh tidak dalam keadaan flu.
Adapun beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan produksi sputum adalah:

a. Peradangan di saluran pernapasan atau daerah sekitarnya. Secara umum,


kondisi sering ada dahak di tenggorokan timbul karena adanya peradangan di
saluran pernapasan kita atau di daerah sekitar saluran pernapasan. Dahak bisa jadi
merupakan kumpulan zat dari cairan mukosa, sel-sel yang telah mati, dan juga
cairan yang berasal dari peradangan atau yang disebut eksudat dan transudat. Jadi
dengan kata lain, produksi dahak meningkat karena saluran pernapasan
mengalami peradangan.

b. Tenggorokan terkena infeksi atau alergi terhadap zat asing. Jika


tenggorokan terasa selalu berdahak di pagi hari atau terasa tidak nyaman saat
menghirup hal-hal tertentu seperti debu, asap, parfum, atau lain sebagainya, maka
bisa jadi pemicu meningkatnya dahak di tenggorokan ialah karena tubuh kita
mengalami alergi atau karena tenggorokan terkena infeksi bakteri atau organisme
asing lainnya. Bisa jadi dahak tersebut juga disebabkan karena kita alergi terhadap
kondisi tertentu, misalnya cuaca yang terlalu dingin sehingga setiap pagi atau saat
cuaca dingin tenggorokan akan berdahak.

c. Adanya gangguan pada lambung. Nyeri lambung yang disebabkan oleh


masalah pada lambung (biasanya terkait dengan gejala asam lambung juga dapat
memicu peningkatan dahak di tenggorokan. Produksi asam lambung yang
berlebih hingga menyebabkan ciri asam lambung dan obatnya naik ke
tenggorokan (refluks esofageal) bisa jadi memicu peningkatan produksi dahak.

d. Radang sinusitis. Radang gejala sinusitis terjadi karena adanya gangguan


(radang) di area rongga tengkorak. Peradangan tersebut bisa disebabkan oleh
infeksi bakteri tertentu atu virus tertentu. Kondisi tersebut ternyata juga dapat
memicu produksi dahak di tenggorokan. Gejala semacam itu biasanya juga akan
diikuti dengan kondisi hidung yang meler.

e. Tubuh kekurangan cairan. Tenggorokan yang selalu berdahak bisa jadi


adalah respon tubuh karena kekurangan cairan. Tenggorokan harus berada dalam

8
kondisi lembab setiap saat. Jika tubuh kekurangan cairan, produksi dahak akan
ditingkatkan agar tenggorokan tetap lembab.

2.1.7 Cara Mengeluarkan Sputum

a. Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan
abdominal (diafragma) dan purs lips breathing. Tujuan pernafasan yaitu
abdominal memungkinkan nafas dalam secara penuh dengan sedikit usaha, Pursed
lips breathing membantu klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.
Prosedurnya yaitu: atur posisi yang nyaman, fleksikan lutut pasien untuk
merileksasikan otot abdominal, letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen tepat
dibawah tulang iga, tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup
hitung sampai 3 selama inspirasi, hembuskan udara lewat bibir seperti meniup
(purs lips breathing) secara perlahan.

b. Batuk adalah reaksi refleks yang terjadi akibat stimulasi saraf-saraf di


lapisan dalam saluran pernapasan. Batuk efektif merupakan latihan mengeluarka
secret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara
dibatukkan.

c. Postural Drainage adalah suatu intervensi untuk melepaskan sekresi dari


berbagai segmen paru–paru dengan menggunakan pengaruh gaya grafitasi.
Prosedurnya yaitu: cuci tangan, pilih area yang tersumbat yang akan di drainage,
berdasarkan semua area paru baringkan pasien dalam posisi untuk mendrainage
area yang tesumbat, minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10–15
menit, lakukan posisi dan vibrasi dada diatas area yang di drainage setelah
drainage pada posisi pertama minta pasien duduk dan batuk bila tidak batuk minta
pasien istirahat sebentar bila perlu, anjurkan pasien minum sedikit air, ulangi
langkah–langkah diatas sampai semua area telah di drainage, ulangi pengkajian
dada pada semua bidang paru, cuci tangan dan dokumentasi.

d. Fisiotherapi Dada bertujuan secara mekanik dapat melepaskan secret yang


melekat pada dinding bronkus sehingga menigkatkan efisiensi pola pernafasan.
Prosedurnya yaitu: tutup area yang akan diperkusi dengan handuk atau pakaian
untuk mengurangi sakit, anjurkan tarik nafas dalam dan lembut untuk

9
menigkatkan relaksasi perkusi pada setiap segmen paru selama 1- 2 menit, perkusi
tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cidera
seperti mammae, sterum dan ginjal.

e. Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan
perawat yang diletakkan datar pada dinding dada pasien. Vibrasi digunakan
setelah perkusi untuk meningkatkan turbelensi udara ekspirasi dan melepaskan
mucus yang kental. Prosedurnya yaitu: letakkan telapak tangan menghadap ke
bawah di area dada yang akan di drainage, satu tangan diatas tangan yang
laindengan jari–jari menempel bersama dan ekstensi cara lain tangan bisa
diletakkan bersebelahan, anjurkan pasien menarik nafas dalam melalui hidung dan
menghembuskan nafas secara lamban lewat mulut atau purs lips, selama masa
ekspresi tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan, getarkan tangan, gerakan tangan kearah kebawah hentikan gerakan
jika pasien melakukan inspirasi tiap kali vibrasi, anjurkan pasien batuk dan
keluarkan secret ke tempat sputum, bila sputum juga tidak bisa didahakkan.

2.1.8 Cara Pengumpulan Sputum

Persiapan alat pot dahak bersih dan kering, diameter mulut pot ≥ 3,5 Cm,
transparan, dapat menutup dengan erat, bertutup ulir minimal 3 ulir, pot kuat dan
tidak mudah bocor, pot dahak harus sudah diberi identitas sesuai pasien. Waktu
pengambilan dahak yang baik yaitu dahak Sewaktu (S) Pertama, dahak
dikumpulkan saat datang pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan, dahak Pagi (P)
dikumpulkan pagi hari segera setelah bangun tidur pada hari ke-2, dahak Sewaktu
(S) kedua dikumpulkan pada hari ke-2 setelah menyerahkan dahak pagi
(Kemenkes RI, 2012). Kebijakan terbaru WHO merekomendasikan Pemeriksaan
GenXpert untuk penemuan Mycobacterium Tuberculosis (MTB) dan penemuan
kasus Multi Drug Resisten TB (MDR TB) (Monica, 2015).pemeriksaanya yaitu
dengan menampung sputum pasien pada pot sputum dan menyerahkannya pada
petugas untuk diperiksa di laboratoriumdan hanya satu kali pemeriksaan. Untuk
menghindari resiko penularan, pengambilan sputum dilakukan ditempat terbuka
dengan sinar matahari langsung dan jauh dari orang lain, jika keadaan tidak

10
memungkinkan gunakan kamar terpisah yang mempunyai ventilasi yang baik
namun jangan dikamar mandi.

Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi

Meliputi: Teknik sampling sputum, penampungan, penyimpanan, pemberian label,


cara pengiriman spesimen. Tujuannya adalah supaya spesimen tidak dicemari oleh
bakteri lain dan supaya bakteri di dalam spesimen tidak mati.

2.1.9 Teknik Sampling Sputum

Pengambilan spesimen sputum atau dahak dapat dilakukan dengan


menggunakan 4 cara, yaitu:

1.Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum dilakukan untuk mengumpulkan
spesimen dahak. Namun, pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi
oleh tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari paru-paru, bukan hanya air
liur (saliva) atau lendir dari belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah,
maka hasil pemeriksaan tidak akan signifikan.
a. Persiapan pasien

Minta pasien untuk membatukan sputum di ruang terbuka dan mendapat


sinar matahari langsung atau ruang dengan ventilasi yang baik, dan berada jauh
dari orang sekitar untuk mencegah penularan TB. Beri petunjuk pada pasien
untuk:

- Berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum sputum


dikumpulkan untuk meminimalisir kontaminasi spesimen oleh
sisamakanan atau kotoran lain di dalam mulut.
- Bila pasien memakai gigi palsu minta pasien untuk
membukanya
- Menarik nafas panjang dan dan sebanyak 2-3 kali dan setiap
kali menghembuskan nafas dengan kuat.
- Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan pada mulut
- Batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum (buka air liur)
dari dalam dada ke dalam pot sputum.

11
- Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang berkualitas
baik dan volume yang cukup (3-5 ml/1 sendok teh)
- Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar tutupnya,
kemudian masukan ke dalam pembungkus atau kantong
plastik.
- Jika sputum sulit dikeluarkan pasien diberikan petunjuk untuk
melakukan olahraga ringan kemudian menarik nafas dalam
beberapa kali. Apabila pasien merasa akan batuk, nafas ditahan
selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk.

2.  Induksi Sputum (Induced Sputum)

Pada pasien yang sulit untuk mengeluarkan sputum karena


sputum terlalu kental, maka dapat dilakukan pengambilan sputum
dengan cara menginduksi batuk yaitu dengan menggunakan uap
hangat steril dari cairan salin hipertonik 3%-5%. Namun, hasil
sputum yang diambil dengan menggunakan metode induksi lebih
cair dibandingkan dengan metode batuk spontan, oleh karena itu
petugas medis harus memberi label keterangan pada pot sputum
bahwa sputum yang diambil dengan metode induksi, agar petugas
laboratorium tidak bias dengan spesimen saliva.

3. Bronkoskopi

Prosedur pengumpulan spesimen sputum dengan


metode bronkoskopi dilakukan dengan menggunakan alat visualisasi yang
dimasukkan ke dalam saluran pernapasan pasien yang dicurigai
terinfeksi tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak dengan menggunakan
bronkoskopi sangat jarang dilakukan, metode ini baru dilakukan apabila pasien
tidak dapat mengeluarkan dahak secara spontan. Prosedur pengambilan sputum
dengan metode bronkoskopi memerlukan persiapan pasien khusus karena pasien
akan diberikan anestesi premedikasi agar pasien lebih tenang saat menjalani
prosedur tindakan ini.

12
4. Bilasan cairan lambung (Gastric aspiration)

Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum secara spontan, selain
dengan menggunakan metode bronkoskopi, dapat dilakukan juga dengan
menggunakan bilasan cairan lambung (Gastric aspiration). Prosedur ini sangat
jarang dilakukan karena dianggap tidak nyaman, terutama apabila pada pasien
anak-anak dan harus dilakukan di Rumah sakit pada pagi hari sebelum makan.
Pengambilan sputum dengan bilasan cairan lambung dilakukan dengan
memasukan selang melalui mulut atau hidung pasien kemudian dilakukan
penyedotan cairan lambung.

2.1.10 Penampungan Sputum

Syarat peralatan yang digunakan:

 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen
 Steril.
 Sekali pakai buang
 Wadah spesimen bertutup rapat dan tidak bocor
 Penilaian Kualitas Contoh Uji Dahak
 Petugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap
dahak pasien. Tanpa membuka tutup pot, petugas laboratorium
melihat dahak melalui dinding pot yang transparan.

Hal-hal yang perlu diamati adalah :

 Volume 3,5-5ml
 Kekentalan: mukoid
 Warna: Hijau kekuningan (purulen)
 Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan:

13
 Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning
kehijauan
 Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air
liur
 Mengulang pengumpulan sputum apabila spesimen jelas air
liur
 Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning
kehijauan
 Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air
liur

2.1.11 Wadah dan Penyimpanan Sputum

Persyaratan wadah :

 Bermulut lebar
 Bertutup ulir
 Terbuat dari plastic
 Steril
 Tidak mudah pecah

Semua spesimen harus dikirim ke laboratorium secepat mungkin segera


setelah pengambilan.Bila hal ini tidak dapat dilakukan simpan dalam lemari es
pada suhu 2-8 0C, jangan lebih dari satu malam. Jika tidak ada lemari es dan
penundaan pengiriman sekitar lebih dari 3 hari maka harus diberi pengawet yaitu
campuran dari 1 % cetyl pyridinium chloride (CPC) dan 2 % sodium choride.

Pemberian Label

Formulir permintaan pemeriksaan berisi :

 Nomor urut
 Nomor identitas sediaan dahak
 Nama tersangka penderita
 Umur dan jenis kelamin
 Alamat lengkap

14
 Nomor registrasi laboratorium

Label wadah berisi : Tanggal pengambilan spesimen Identitas pasien (terutama


nama dan nomor urut)

2.1.12 Cara Pengiriman Spesimen

Sebelum pengiriman dilakukan, petugas harus meneliti kembali setiap isi


kotak sediaan. Pastikan setiap spesimen sputum yang akan dikirim disertai
formulir yang sudah diisi lengkap dan nomor identitas setiap spesimen harus
cocok dengan nomor yang ada di dalam formulir. Sistem pengepakan yang
digunakan adalah tiga lapis (Three Layer Packaging) sesuai dengan pedoman
WHO dan International Air Transport Association (IA)

2.1.13 Kesalahan yang Sering Ditemukan dalam Pemeriksaan Laboratorium


terhadap Bakteri Tahan Asam (BTA)

Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan sputum/dahak secara bakteriologi


adalah pemeriksaan yang sangat sederhana mudah dan murah, dimana setiap
laboratorium di Puskesms PRM (Pusat Rujukan Mikroskopis) dapat melakukan
dan hasil pemeriksaan sangat sensitif dan spesifik. Pada pemeriksaan mikroskopis
terhadap BTA (Bakteri Tahan Asam) jumlah kuman yang ditemukan paling sedikit
ada 500 batang dalam 1 ml dahak. Dahak yang baik untuk pemeriksaan adalah
yang kental (muko purulen) dan berwarna hijau kekuning-kuningan dan sebaiknya
diambil dari penderita sebanyak 3,5 ml untuk setiap kali pengambilan. Pada
pengambilan sputum untuk pemerikaan BTAsering mengalami kesulitan dalam
mengeluarkan sputum, terutama sputum yang akan diambil di lapangan untuk
penelitian

a. Proses Pengumpulan Sputum dan yang Mungkin Kesalahan-


kesalahan Terjadi

Pengumupulan dahak untuk pemeriksaan bakteriologis tujuannya untuk


diagnosis TB Paru pada penderita tersangka dan pemanatauan kemajuan
pengobatan. Untuk keberhasilan dalam pengambilan sputum pada tersangka TB
Paru memerlukan keterampilan dalam pengambilan dan pengumpulan sputum,

15
oleh karena itu perlu adanya penerangan dan pengarahan yang diberikan kepada
tersangka sebelum dilakukan pengeluaran sputum.

b. Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Pengambilan Sputum


Tersangka TB Paru

Kurangnya pengarahan dari petugas kesehatan atau petugas puskesmas


kepada tersangka sebelum pengambilan dan guna diambilnya sputum untuk
pemeriksaan laboratorium Sputum/dahak yang dihasilkan tidak cukup (terlalu
sedikit) Cara mengeluarkan sputum /dahak yang tidak benar (hanya batuk batuk
kecil saja) sehingga sputum yang diharapkan tidak benar benar keluar dari
bronchus yang dalam Penulisan identitas penderita pada pot sputum yang tidak
jelas atau lupa menulis nomer identitas dan sebagainya Dari beberapa kesalahan
kesalahan di atas dapatlah diketahui bahwa pengambilan sputum dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap hasil pembacaan BTA
( Bakteri Tahan Asam ). Dan untuk mengatasi kesalahan tersebut, dianjurkan
kepada setiap petugas kesehatan yang akan melakukan pengambilan sampel untuk
pemeriksaan bta sebaiknya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan cara
pengambilan sputum yang baik dan benar, agar pemeriksaan yang dihasilkan
dapat dipercaya kebenarannya.

c. Beberapa Kesalahan yang dapat Dipakai dalam Mengurangi


Terjadinya Kesalahan pada Pengambilan Sampel Sputum

1. Sebelum pengambilan sampel sputum, kepada tersangka diberikan


pengarahan dan perlunya pengambilan sputum yang baik dan benar untuk
mendapatkan hasil lab yang benar dan untuk mengetahui tersangka benar
sudah terinfeksi kuman bta atau tidak.
2. alam pengambilan sputum/dahak, usahakan agar sputum yang akan
diambil volumenya antara 35 ml dan apabila tidak memenuhi tersangka
dapat diminta berkali- kali mengeluarkan sputum dalam waktu yang sama
agar tercapai volume yang dikehendaki.
3. Bila sputum sulit keluar, kepada tersangka dianjurkan olah raga ringan
sebelum pengambilan, seperti lari-lari kecil kemudian menarik nafas
dalam beberapa kali dan bila terasa akan batuk nafas ditahan selama

16
mungkin, lalu batukkan dan masukkan ke dalam pot sputum yang
transparant bermulut lebar. Dan bila cara ini masih belum berhasil,
tersangka sebelum tidur minum teh manis satu gelas atau diberi tablet
glyseril guayakalot 200 mg. Dapat juga dianjurkan kepada tersangka
berjemur di bawah sinar matahari dengan posisi tidur telungkup di atas
dipan dengan kedua tangan jatuh bebas dan batuklah dengan kuat bila dada
terasa panas.
4. Petugas kesehatan yang membantu dalam pengambilan sputum dianjurkan
mengamati setiap sampel yang dihasilkan. Apakah itu sputum atau
saliva/ludah. Bila ludah yang dikeluarkan, tersangka diminta
mengeluarkan lagi sputumnya yang benar, dan periksa kualitas dan
kuantitas sputumnya.
5. Usahakan dapat menulis identitas tersangka, jelas dan setiap orang dapat
membacanya, sebaiknya ditulis: nama, tanggal diambil sputumnya, jenis
kelamin dan jam pengambilan.
6. Untuk menghindari hasil positif palsu, kepada tersangka disarankan
mencuci mulut atau kumur-kumur dengan air agar jangan pakai odol
sebelum diambil sampel sputumnya

d. Kesalahan-Kesalahan yang Mungkin Terjadi dalam Penyimpanan


Sampel Sputum dan Transportasi di Lapangan

Pada penyimpanan dan pengumpulan sputum di lapangan atau di


laboratorium perlu diketahui oleh setiap petugas yang melakukan pengumpuilan
sputum, karena setiap sputum yang dihasilkan akan mencerminkan hasil yang
memadai. Untuk itu sputum yang dihasilkan sebaiknya adalah sputum yang benar-
benar segar, tidak terkontaminasi oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan false
negatif atau false positif yang menyebabkan interpretasi yang salah.

Ada beberapa kesalahan-kesalahan sering ditemukan di


lapangan antara lain:

 Sputum yang dikumpulkan telah tercemar dengan


bakteri/fungi yang dapat menyebabkan kontaminasi
pada pemeriksaan bta dan pemeriksaan kultur lainnya.

17
 Pot sputum tidak steril / berdebu atau memakai pot
yang retak tanpa diperiksa sebelum digunakan.
 Sampel sputum terkena sinar matahari langsung dalam
tempo yang cukup lama. sampel sputum tidak disimpan
pada tempat yang dingin (4°C -8°C)
 Pada pengambilan sampel sputum di lapangan,
kemungkinan saat membawa pot sputum tersebut
menggunakan sepeda motor di jalan yang tidak rata dan
hal ini dapat mengakibatkan tumpahnya sampel sputum
atau pecah, yang dapat terjadi bila petugas tidak tahu
cara mengamankannya
 Sampel sputum tidak segera diamankan pada suhu 4
derajat C - 8 derajat 

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan
sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa
saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan
keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.

3.2 Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa
dan untuk mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis
pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang
telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia
klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, ataupun
parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik

18
pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk
mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%20BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%20BAB%20II.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai