Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FLEBOTOMI & PENGELOLAHAN SPESIMEN

“KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN PENANGANAN KOMPLIKASI


FLEBOTOMI”

DISUSUN OLEH:
ELISA TRIANI
NIM: 51122016

DOSEN PEMBIMBING:
BASTIAN, S.Si.T., M.Biomed
NBM: 1319320

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬


Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas limpahan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan. makalah ini akan membahas tentang
“KOMPLIKASI DAN PENCEGAHAN PENANGANAN KOMPLIKASI
FLEBOTOMI”. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak
Bastian.S.Si.T.,M.Biomed sebagai dosen pengampu mata kuliah “Flebotomi”
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demiian makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca
khususnya mahasiswa/I ikesT MUHAMMADITAH Palembang.

Palembang, Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Flebotomi ...............................................................................................4
2.2 Pengumpulan Spesimen ..........................................................................4
2.3 Komplikasi Flebotomi ............................................................................6
2.4 Cara Penanganan Komplikasi Flebotomi................................................9
2.5 Kegagalan Flebotomi .............................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................12
3.2 Saran .............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................14


LAMPIRAN ............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium Klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan dibidang Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi
Klinik, Parasitologi Klinik, imunologi Klinik, Patologi Anatomi, dan atau
bidang lainnya yang berkaitan denga kepentingan kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan
penyakit,dan pemulihan kesehatan (Nugraha, 2022).
Laboratorium Klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan
menempati posisi terpenting dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran
dan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data ilmiah yang tajam untuk
digunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui
pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.
Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam
kedokteran laboratorium. Informasi laboratorium apat digunakan untuk
diagnosis awal yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik. Analisis laboratorium juga merupakan bagian integral dari penepisan
kesehatan dan tindakan preventif kedokteran. (Manik & Haposan, 2021)
Pelayanan laboratorim merupakan bagian internal dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, pegobatan penyakit,serta pemulihan kesehatan. Pelayanan
laboratorium sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan berfungsi
untuk mendiagnosa atau menetapkan penyebab penyakit, pemberian
pengobatan, dan pemantauan hasil pengobatan. (Lia, 2022)
Tahap yang dilalui dalam berbagai pemeriksaan laboratorium meliputi
tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Kesalahan yang
sering terjadi pada pemeriksaan laboratorium klinik pada tahap pra analitik
yaitu 32-75%, analitik 13-32%, sedangkan pasca analitik 9-31% (Bastian et
al., 2018).

1
Insiden kegagalan pada posisi jarum dapat berupa posisi bevel sejajar
dengan dinding sehingga aliran darah terhalang dan tekanan vakum dapat
merusak dinding vena yang dapat menyebabkan rasa sakit dan hematoma.
Tindakan perbaikan pada kasus tersebut adalah menarik jarum atau memutar
sedikit bevel. Pada flebotomi sistem tertutup, lepaskan tabung vakum dari
kedudukan holder terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan perbaikan.
Hentikan prosedur jika terjadi hematoma (Nugraha, 2022).
Jarum yang menembus terlalu dalam disebabkan posisi memegang
jarum kurang erat sehingga mudah goyang atau akibat dorongan saat
memasukkan tabung vakum ke dalam dudukan holder. Tindakan perbaikan
yang harus dilakukan adalah melakukan sedikit tarikan terhadap jarum untuk
melancarkan aliran darah. Hentikan prosedur jika terjadi hematoma. Jarum
yang menusuk tidak cukup dalam dapat disebabkan oleh flebotomis yang
melakukan penusukan terlalu pelan. Tindakan perbaikan yang harus
dilakukan adalah mendorong kembali jarum secara perlahan hingga darah
mengalir dengan lancar. Hentikan prosedur jika terjadi hematoma (Lia, 2022).
Vena lumpuh atau collapsed disebabkan oleh tekanan vakum terlalu
tinggi atau tarikan plunger terlalu kuat, pembebatan terlalu kuat, dan turniket
dekat dengan lokasi pungsi. Kondisi tersebut mengakibatkan aliran darah
dalam tabung vakum berkurang bahkan terhenti. Vena dapat rusak terutama
pada responden lansia. Tindakan perbaikan adalah dengan menghentikan
prosedur flebotomi dan melakukan pungsi vena di tempat lain dengan
memperhatikan pembebatan dan memperlambat pengisapan darah.
Teknik pengambilan sampel juga harus dilakukan dengan benar sesuai
dengan standar. Sumber kesalahan yang terjadi pada pengambilan darah yatu:
tekanan pada tourniquet yang terlalu lama menyebabkan analit keluar dan
masuk ke dalam darah (menyebabkan hemokonsentrasi) dan homogenisasi
darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna menyebabkan terbentuknya
bekuan (Manik & Haposan, 2021).

2
Pada umumnya komplikasi flebotomi terjadi pada akibat
adanya Sinkop atau pingsan, hematoma, perdarahan yang berlebih, reaksi
alergi, petekie (petechiae), hemolysis, tremor dan kejang, tersedak dan
muntah. Ekimosis atau memar adalah komplikasi yang paling sering ditemui
pada pungsi vena. Kondisi tersebut terjadi akibat kebocoran sejumlah kecil
darah ke dalam jaringan di sekitar lokasi tusukan. Flebotomis dapat
melakukan tindakan pencegahan dengan menekan langsung lokasi pungsi
vena dengan kain kasa. Jangan lakukan tindakan meminta responden untuk
menekukkan tangan setelah flebotomi karena dapat menyebabkan memar dan
tidak efektif dalam menghentikan perdarahan (Nugraha, 2022).
Hematoma terjadi ketika terjadi kebocoran sejumlah besar darah di
sekitar lokasi tusukan dan menyebabkan area mengalami pembengkakan
akibat akumulasi darah dalam jaringan. Jika hematoma terjadi dengan cepat
pada saat pungsi vena, flebotomis harus segera melepaskan jarum dan
menekan lokasi tusukan dengan kasa selama dua menit. Hematoma dapat
menyebabkan memar, rasa nyeri, dan kerusakan permanen pada lengan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kompliksasi flebotomi ?


2. Bagaimana cara pencegahan penanganan komplikasi flebotomi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kompliksasi flebotomi ?


2. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penanganan komplikasi
flebotomi ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Flebotomi
Flebotomi adalah pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium dengan tujuan untuk menegakkan diagnosis, memantau
pengobatan dan untuk terapi penyakit tertentu. Prosesnya dengan melakukan
penusukan pembuluh darah sehingga terjadi perlukaan yang dapat
menimbulkan perdarahan, infeksi, dan efek yang tidak diharapkan seperti
hematom dan efek bahaya yang lain. Oleh karena itu pelaksanaan flebotomi
hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan aseptic untuk mencegah terjadi
komplikasi.
Salah satu usaha untuk mencegah terjadi Hospital Associated Infection
(HAIs) dengan melakukan cuci tangan, serta mematuhi prosedur tetap
flebotomi yang berlakuditempatkerja. Agar seorang ATLM bekerja dengan
selamat maka seoreng petugas laboratorium dalam hal ini ATLM
hendaknya menggunakan Alat pelindung diri yang sesuai dengan tugas yang
ditanganinya. APD standar untuk flebotomi antara lain Jas laboratorium,
sarung tangan, dan masker.
Flebotomis adalah orang yang melakukan flebotomi. Persyaratan seorang
flebotomi adalah memiliki kompetensi flebotomi. Kompetensi yang perlu
dimiliki adalah kompetensi teknis dan interprenersif. Flebotomi hendaknya
berpenampilan professional yang ditunjukkan dengan berpakaian yang bersih
dan rapi, komunikasi yang efektif, bahasa tubuh positif sertat idak
menggunakan parfum dan aksesoris secara berlebihan.
2.2 Pengumpulan Spesimen
Pengumpulan spesimen merupakan salah satu komponen pada tahap pra
analitik, yaitu suatu tahap atau proses yang terjadi sebelum spesimen diproses
dalam peralatan (instrumen pengujian).
Cara yang digunakan untuk memperoleh spesimen darah adalah
pengambilan darah yang disebut flebotomi (phlebotomy). Metode
pengambilan darah meliputi:

4
a. Tusukan vena (venipuncture) untuk memperoleh whole blood
b. Tusukan kulit (skin/dermal/capilary puncture) untuk memperoleh darah
kapiler
c. Tusukan arteri (pembuluh nadi) untuk tujuan pemeriksaan tertentu
Pengumpulan spesimen merupakan tahapan penting dalam
menentukan baik buruknya atau valid tidaknya hasil pemeriksaan
laboratorium. Pengambilan spesimen yang tidak tepat menyebabkan
pekerjaan laboratorium tidak berguna, seperti spesimen tidak layak diperiksa
maupun jika dilakuan pemeriksaan akan memberikan hasil yang meragukan,
sehingga dilakukan pemeriksaan ulang terhadap spesimen tersebut atau
pengguna jasa laboratorium melakukan crosscheck pada laboratorium
lainnya. Dalam pengambilan spesimen, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Identifikasi dan pelabelan spesimen pasien
b. Keadaan fisiologis pasien (misalnya, pasien puasa atau tidak puasa,
umur, jenis kelamin, makanan, kehamilan, konsumsi tembakau, waktu
pengambilan spesimen dikaitkan variasi diurnal)
c. Persiapan pasien dengan benar sebelum pengambilan spesimen
d. Peralatan yang sesuai untuk pengumpulan spesimen (misalnya untuk
perhitungan jumlah sel darah harus ditampung dalam tabung berisi garam
kalium EDTA untuk mencegah koagulasi plasma dan agregasi trombosit)
e. Pemilihan lokasi yang tepat untuk pengambilan spesimen
Untuk menjamin bahwa spesimen yang diperoleh benar-benar dapat
digunakan, spesimen tersebut harus diambil pada waktu yang tepat. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan spesimen, yaitu:
a. Identifikasi dan pelabelan spesimen pasien
b. Jenis spesimen sesuai dengan tujuan pemeriksaan
c. Volume spesimen mencukupi sesuai persyaratan untuk setiap jenis
pemeriksaan
d. Peralatan sampling dan wadah sampel yang digunakan memenuhi syarat,
seperti bersih, kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau

5
material seluler yang ada dalam spesimen, sekali pakai-buang
(disposable)
e. Spesimen diambil ditempat yang tidak terpasang intravena line, terdapat
luka bakar, hematoma dan sebagainya
f. Penggunaan antikoagulan atau zat pengawet benar, sesuai dengan jenis
pemeriksaan
g. Kondisi spesimen baik, seperti tidak lisis, tidak beku atau mengandung
bekuan, tidak berubah warna, dan segar atau tidak kadaluarsa
Penanganan spesimen yang benar, misalnya cara menampung darah
dalam tabung, pemberian identitas spesimen dan sebagainya. Pemberian
label dan penulisan data spesimen atau pasien tepat disertai formulir
permintaan yang diisi secara lengkap (nama, umur, nomor CM, diagnosis
atau keterangan klinis). Kelengkapan ini penting agar laboratorium dapat
memberikan hasil yang terjaga mutunya
2.3 Komplikasi Flebotomi
Komplikasi berkenaan dengan tindakan Flebotomi
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya
beberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan
darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi
cepat,pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini
biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa
terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
percaya diri Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang
akan dialaminya.
Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis juga bisa
mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was
ketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu
penampilan dan prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa
sehingga tampak berkompetensi dan Fropesional

6
2. Hematoma
Hematoma ialah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam
Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya
pembuluh darah. Hematoma terjadi ketika terjadi kebocoran sejumlah
besar darah di sekitar lokasi tusukan dan menyebabkan area mengalami
pembengkakan akibat akumulasi darah dalam jaringan. Jika hematoma
terjadi dengan cepat pada saat pungsi vena, flebotomis harus segera
melepaskan jarum dan menekan lokasi tusukan dengan kasa selama dua
menit. Hematoma dapat menyebabkan memar, rasa nyeri, dan kerusakan
permanen pada lengan
3. Rasa Nyeri
Nyeri merupakan kondisi yang pasti dirasakan selama pungsi vena.
Sensasi sakit dapat dicegah dengan membiarkan alkohol benar-benar
kering setelah membersihkan lokasi penusukan. Nyeri hebat, sensasi
terbakar atau sengatan listrik, mati rasa, dan nyeri yang menjalar ke atas
atau ke bawah lengan selama pungsi vena menunjukkan keterlibatan
saraf dan jarum harus segera dicabut. Jika nyeri terus berlanjut, gunakan
kompres es dan hubungi perawat atau dokter untuk diberikan
pertolongan lanjutan. Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkosol yang
belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan
darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang
resikonya.Pendarahan yang berlebihan (atau sukar berhenti) terjadi
karena terganggunya system kouglasi darah pasien. Pendarahan berlebih
akibat gangguan proses pembekuan darah atau sedang melakukan terapi
antikoagulan ditangani dengan menghentikan perdarahan lebih lama,
yaitu menekan lokasi penusukan selama lima menit. Jika perdarahan
berlanjut, hubungi perawat atau dokter.

7
5. Alergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam
flebotomi, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang
adapada sarung tangan, turniket atau plester.Gejala alergi bisa ringan
atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,radang selaput mata; kadang-
kadang bahkan bisa (shock).
Beberapa alergi yang disebabkan oleh perlengkapan flebotomi,
seperti antiseptik kulit, lateks, atau perekat pada plester juga dapat
terjadi. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan menanyakan
terlebih dahulu kepada responden terkait adanya riwayat alergi terhadap
alat-alat flebotomi yang akan digunakan. Jika ada responden yang
teridentifikasi memiliki alergi, flebotomis harus mengganti
perlengkapan flebotomi dengan perlengkapan nonalergik.
6. Petekie
Petekie merupakan bintik merah kecil akibat sejumlah kecil darah
keluar dari kapiler dan muncul ke permukaan kulit. Petekie bisa menjadi
tanda kelainan pembekuan darah dan akibat dari kelainan trombosit atau
cacat pada dinding kapiler. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari pembendungan yang lama, berulang, dan kencang.
7. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya
syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau
kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang (seizures) dapat pula
terjadi. Kejang akibat respons terhadap tusukan jarum atau sudah ada
sebelumnya menyebabkan flebotomis harus segera menghentikan
prosedur flebotomi dan melepas jarum. Flebotomis juga harus
memastikan keselamatan responden dari benda-benda terdekat yang
dapat menciderai. Hubungi perawat atau dokter untuk mendapat
pertolongan lanjutan.

8
2.4 Cara Penanganan Komplikasi Flebotomi
1. Syncope
Cara Penanganan:
a. Hentikan pengambilan darah
b. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisi
c. Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
d. Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang
e. Minta pasien menarik nafas panjang
f. Hubungi dokter
g. Pasien yang tidak sempat dibaringkan , diminta menundukan kepala
diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang
Cara Pencegahan:
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan. Pasien
yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu
pengambilan darah. Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/
sandaran tangan
2. Hematoma
Cara Penanganan:
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit
disekitar tempat penusukan jarum segera
a. Lepaskan turniket dan jarum
b. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa
c. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit)
d. Kalau perlu kompres untuk mengurangi rasa nyeri
3. Rasa Nyeri
Cara penanganan:
a. Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mengering
sebelum pengambilan darah dilakukan.
b. Penarikan jarum tidak terlalu kuat
c. Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi
contoh)

9
4. Pendarahan
Cara Penanganan :
a. Tekan tempat pendarahan
b. Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
a. Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien
b. Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarum
perlu ditekan lebih lama.
5. Alergi
Cara penanganan:
a. Tenangkan pasien, beri penjelasan
b. Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
a. Wawancara apa ada riwayat allergi
b. Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Petekie
Penanganan dapat dilakukan dengan menghindari pembendungan
yang lama, berulang, dan kencang.
7. Komplikasi neuologis
Cara penanganan :
a. Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus
dilindungi dari perlukaan.
b. Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala
miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak
tergigit.
c. Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter
d. Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil
membatasi pergerakan pasien.

10
2.5 Kegagalan Flebotomi
Tindakan flebotomi tidak selamanya dilakukan dengan lancar. Walau
sudah dilakukan tindakan perbaikan saat gagal melakukan penusukan pada
vena, kemungkinan tidak didapatkan spesimen dapat terjadi. Jika flebotomis
tidak berhasil mengumpulkan spesimen pada upaya pertama, lakukan
tindakan flebotomi kembali pada vena yang lainnya atau bila perlu pindah
pada lengan lainnya. Flebotomis juga dapat menggunakan vena metakarpal
dorsal atau pleksus vena dorsal kaki. Jika upaya kedua tidak berhasil, minta
orang lain untuk mengambil alih. Upaya pungsi vena yang tidak berhasil
membuat pasien dan flebotomis frustrasi. Jika orang kedua tidak berhasil
dalam dua kali percobaan, berikan waktu kepada pasien untuk istirahat dan
coba kembali kecuali tes tersebut dipengaruhi waktu. Saat terjadi kegagalan
flebotomi, perlu dibangun kembali dan ditingkatkan terhadap keyakinan dan
kemantapan flebotomis untuk kesuksesan flebotomi

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Insiden kegagalan pada posisi jarum dapat berupa posisi bevel sejajar
dengan dinding sehingga aliran darah terhalang dan tekanan vakum dapat
merusak dinding vena yang dapat menyebabkan rasa sakit dan hematoma.
Tindakan perbaikan pada kasus tersebut adalah menarik jarum atau memutar
sedikit bevel. Pada flebotomi sistem tertutup, lepaskan tabung vakum dari
kedudukan holder terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan perbaikan.
Hentikan prosedur jika terjadi hematoma.
Tindakan flebotomi tidak selamanya dilakukan dengan lancar. Walau
sudah dilakukan tindakan perbaikan saat gagal melakukan penusukan pada
vena, kemungkinan tidak didapatkan spesimen dapat terjadi. Jika flebotomis
tidak berhasil mengumpulkan spesimen pada upaya pertama, lakukan
tindakan flebotomi kembali pada vena yang lainnya atau bila perlu pindah
pada lengan lainnya. Flebotomis juga dapat menggunakan vena metakarpal
dorsal atau pleksus vena dorsal kaki. Jika upaya kedua tidak berhasil, minta
orang lain untuk mengambil alih.
Pada umumnya komplikasi flebotomi terjadi pada akibat
adanya Sinkop atau pingsan, hematoma, perdarahan yang berlebih, reaksi
alergi, petekie (petechiae), hemolysis, tremor dan kejang, tersedak dan
muntah. Ekimosis atau memar adalah komplikasi yang paling sering ditemui
pada pungsi vena. Kondisi tersebut terjadi akibat kebocoran sejumlah kecil
darah ke dalam jaringan di sekitar lokasi tusukan. Flebotomis dapat
melakukan tindakan pencegahan dengan menekan langsung lokasi pungsi
vena dengan kain kasa. Jangan lakukan tindakan meminta responden untuk
menekukkan tangan setelah flebotomi karena dapat menyebabkan memar dan
tidak efektif dalam menghentikan perdarahan.
Jarum yang menembus terlalu dalam disebabkan posisi memegang
jarum kurang erat sehingga mudah goyang atau akibat dorongan saat

12
memasukkan tabung vakum ke dalam dudukan holder. Tindakan perbaikan
yang harus dilakukan adalah melakukan sedikit tarikan terhadap jarum untuk
melancarkan aliran darah. Hentikan prosedur jika terjadi hematoma.
Hematoma terjadi ketika terjadi kebocoran sejumlah besar darah di
sekitar lokasi tusukan dan menyebabkan area mengalami pembengkakan
akibat akumulasi darah dalam jaringan. Jika hematoma terjadi dengan cepat
pada saat pungsi vena, flebotomis harus segera melepaskan jarum dan
menekan lokasi tusukan dengan kasa selama dua menit. Hematoma dapat
menyebabkan memar, rasa nyeri, dan kerusakan permanen pada lengan.
3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
ini dengan berpedoman banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Artasari, Y., Lestari, R., & Yolanda, R. (2016). Pengembangan Media


Pembelajaran Spesimen Moluska pada Materi Animalia Kelas X di SMA
Negeri 1 Rambah Samo. Riau: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian, 1, 1–7.
Bastian, Marson FD Anindita, Asmarani, dan Pariyana. (2018). Perbedaan Teknik
Pemasangan Tourniquet Terhadap Kadar Kalium Serum. Jurnal Kesehatan.
Vol. 11, No. 2
Lia, S. (2022). Kelayakan Sampel Darah Vena Dan Kapiler Terhadap
Pemeriksaan Hematology Analyzer Sysmex XP-100 Di RS Khususbedah
Raamangun 8.5.2017, 2003–2005. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/autism-spectrum-disorders
Mahode, A. A. (2021). Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 1).
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42295/4/9241545305_ind.pdf%0Aht
tp://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/80/73%0Ahttps://e-
journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/3814%0Ahttp://isainsmedis.id/%0Ahtt
ps://isainsmedis.id/index.php
Manik, S. E., & Haposan, Y. (2021). Analisis faktor - faktor flebotomi pada
pemeriksaan trombosit. Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Sscience Kesehatan,
13(1), 86–94. https://jurnal.stikes-aisyiyah-
palembang.ac.id/index.php/Kep/article/view/126
Nugraha, G. (2022). Teknik Pengambilan dan Penanganan Spesimen Darah Vena
Manusia untuk Penelitian. In Teknik Pengambilan dan Penanganan
Spesimen Darah Vena Manusia untuk Penelitian.
https://doi.org/10.14203/press.345

14
LAMPIRAN

15
16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai