Anda di halaman 1dari 34

PEMERIKSAAN

LABORATORIUM
HEMOFILIA
Dr. Verdiansah, SpPK, MMRS
Pendahuluan
Hemofilia
• Kelainan herediter berupa gangguan
pembekuan darah, ditandai dengan
manifestasi perdarahan, disebabkan oleh
kelainan atau defisiensi faktor koagulasi.
• Macam-macam hemofilia :
- hemofilia A: def. FVIII
- hemofilia B : def. FIX
- hemofilia C : def. FXI
-acquired hemophilia : karena adanya
antibodi terhadap FVIII (tanpa ada 2
defisiensi FVIII)
Pola pewarisan hemofilia (A dan B)
Faktor koagulasi VIII(FVIII)
• Merupakan glikoprotein
• Dikode oleh gen 186.000 bp
• Protein faktor VIII dibagi menjadi:
• Rantai berat (A1-A2-B)
• Rantai ringan (A3-C1-C2)
• Bentuk aktif FVIII mengandung glycosylated
sites-free domain B  as. Amino Arg740 untuk
Glu1649.
• FVIII: C  membentuk kompleks dengan
von Willebrand (vWF).
• Waktu paruh F VIII:
• Dengan vWF: 12 jam
• Tanpa vWF: 2 jam
Perbandingan Faktor VIII
dengan vWF
Vo n Willebrand F a k t o r VIII
Factor
Fungsi A d e s i platelet, Pembentukan
stabilitas factor fibrin clot
VIII
Tempat Sel endotel, Hepatosit
sintesis Megakariosit
Kontrol Autosomal X-linked
genetik dominant recessive
Hemofilia Normal Rendah
Von Rendah rendah
Willebrand
Disease
Gambar skematik dua bentuk yang berbeda dari
faktor VIII
186
kb

26 ekson

Terletak di
regio
Gen FVIII Xq2.8

8
Rentang normal F VIII yaitu berkisar 50%-150% dari nilai
normal (bervariasi sesuai umur)

FVIII meningkat pada keadaan (Williamson et al.,


2011):
• Status inflamasi sebagai reaktan fase akut
• Penggunaan kontrasepsi oral
• Kehamilan trimester terakhir
FVIII menurun pada keadaan (Williamson et al.,
2011):
• Hemofilia A
• Disseminated intravascular coagulation (DIC)
• Acquired factor VIII inhibitor
• Von willebrand disease
• Beberpa wanita karier gen hemofilia (ringan)
Faktor Koagulasi IX(FIX)
• Protein yg tergantung Vit. K, dlm bentuk
zymogen yg tdk aktif
• Aktivitasnya berlangsung pada membran
fosfolipid, diawali dengan membentuk
komplek dg faktor jaringan (TF/VIIa)
• Rentang normal: 70%-120% dari nilai normal
Peningkatan FIX terjadi pada:
• Kehamilan
• Penggunaan kontrasepsi oral
Penurunan FIX terjadi pada keadaan:
• Hemofilia B
• Penyakit hati
• Penggunaan antagonis vitamin K (warfarin) atau
defisiensi vitamin K
• Amyloidosis
• Syndrome nefrotik
• Alloantibodi pada hemofilia B yang diterapi dengan
infus
faktor IX
• Autoantibodi terhadap faktor IX pada individu yang
sebelumnya sehat (sangat jarang)
Kaskade koagulasi
Hemofilia A
• Defisiensi faktor VIII  80% dari kasus
hemofilia
• Gangguang X-linked

Inversi (± 50%)

Mutasi titik FVIII

insersi

delesi
Hemofilia B
• Defisiensi FIX
• Abnormalitas dari gen FIX pada
kromosom X:
• Delesi (besar atau kecil)
• Mutasi titik
• Mutasi missense
Gambaran klinis penderitahemofilia

Hemarthrosis,
hematoma

Terbentuk
inhibitor Perdarahan
Klinis
antibody CNS,
thd FVIII hematuria
atau FIX

Perdarahan post Op.


Perdarahan pd cabut gigi
Haemarthrosis pada hemofilia berat
Perdarahan pada otot paha
Differential diagnosis
• Hemofilia:
• Hemofilia B
• Kelainan koagulasi kongeninal lainnya: defisiensi FXI
dan FXII
• Von Willebrand disease
• Aquired inhibitor FVIII
• Kombinasi defisiensi kongenital FVIII dan FV
• Hemofilia B:
• Hemofilia A
• Defisiensi faktor koagulasi tergantung vit. K (didapat/
diturunkan)
• Penyakit hati
• Overdosis warfarin
Tabel.Klasifikasi klinis hemofilia A dan hemofilia B berdasarkan kadar
faktor koagulasi.
Klasifikasi Hemofilia A Hermofilia B Gambaran klinis
Kadar faktor Kadar faktor
VIII IX
Severe ≤ 1% dari ≤ 1% dari 1. Spontaneous hemorrhage
(berat) normal normal from early infancy
(≤0.01 U/ml) (≤0.01 U/ml) 2. Frequent spontaneous
hemarthroses and other
hemorrhages requiring
clotting factor
replacement.
Moderat 1-5% dari 1-5% dari 1. Hemorrhage secondary to
(sedang) normal normal trauma or surgery
(0.01-0.05 (0.01-0.05 2. Occasional spontaneous
U/ml) U/ml) hemarthroses
Mild 6-30% dari 6-30% dari 1. Hemorrhage secondary to
(ringan) normal normal trauma or surgery
(0.06-0.30 (0.06-0.40 2. Rare spontaneous
U/ml) U/ml) hemorrhage
Dikutip dari: Williams Manual of Hematology, sixth edition. 2003 (Lichtman et al.,
2003).
Diagnosis dan pemeriksaan
laboratorium pada hemofilia
Pemeriksaan laboratorium terhadap kecurigaan
hemofilia dilakukan pada (Kitchen and McCraw,
2000):
• Bayi laki-laki, riwayat keluarga (+), dengan atau tanpa
gejala
• Remaja atau dewasa asimtomatik  perdarahan yang
berlebihan pada saat trauma atau tindakan.
• Individu asimtomatik  pemanjangan APTT.

Diagnosis pasti hemofilia:


• Assay kadar FVIII atau IX
• Assay cytogenetic
Algoritme diagnosis laboratorikhemofilia

Pemeriksaan penyaring
hemostasis

APTT memanjang PPT


normal

APTT dari campuran plasma pasien dan plasma normal

Terkoreksi Tidak
terkoreksi

Tes substitusi Inhibitor

Asai faktor
Pemeriksaan yang mendukung
diagnosis hemofilia:
Pemeriksaan penyaring: CT, PT, APTT

Mixing test

Differential APTT

Pemeriksaan faktor VIII atau faktor

IX Pemeriksaan inhibitor FVIII

atau FIX
1. Pemeriksaan penyaring
hemostasis:
1. Masa pembekuan (clotting time):
melihat defisiensi FVIII dan FIX
2. Masa prothrombin plasma (prothrombin time/
PT): Jalur ekstrinsik dan jalur bersama
(Faktor II, V, VII, X)  memanjang jika 10%
dibawah normal
3. Masa tromboplastin partial teraktivasi
(activated partial thromboplastin time/
APTT): defisiensi jalur intrinsik, terutama
FVIII memanjang jika FVIII < 25%
2. Mixing
test
• Membedakan defisiensi faktor
Tujua
koagulasi dengan adanya inhibitor.
n

• Dilakukan dengan mencampur


Metod plasma pasien dengan plasma
e normal dengan perbandingan 1:1,
kemudian diinkubasi.

• APTT memanjang inhibitor faktor VIII


Interpretas • Koreksi APTT  defisiensi atau tidak
i menyingkirkan inhibitor apabila klinis
sesuai
3. Differential
APTT
Tujuan: untuk menentukan jenis defisiensi
faktor sebelum assay faktor
200 µL
200 µL aged
adsorbe
plasma
d
plasma 200 µL
plasma
pasien

Masing-masing
dilakukan
pemeriksaan
APTT
Skema pemeriksaan differential
APTT
Tabel Interpretasi pemeriksaan differential APTT
Plasma normal Adsorbed plasma Aged plasma Kelainan
(F I,V,VIII,XI,XII) (F II,VII,IX,X,XI,XII)

Terkoreksi Terkoreksi Tidak terkoreksi < FVIII

Terkoreksi Tidak terkoreksi Terkoreksi < FIX

Terkoreksi Terkoreksi Terkoreksi < FXI,XII

Tidak Tidak terkoreksi Tidak terkoreksi Inhibitor


terkoreksi
4. Pemeriksaan FVIII
atau FIX
• Tujuan pemeriksaan faktor VIII atau
faktor IX:
1. Menegakkan diagnosis defisiensi faktor
2. Menilai beratnya gangguan/defisiensi
3. Monitor terapi pengganti
4. Mendeteksi karier
Metode pemeriksaan:
1. one-stage assay
2. two-stage assay
3. chromogenic substrate assay
Metode Pemeriksaan FVIII

One-stage Chromogenic
Two-stage
substrate

-Fase I
-Berdasarkan reagen (FV, CaCl₂, -Prinsip mirip fase I
kemampuan plasma fosfolipid, serum) + two-stage method.
pasien dalam plasma Setelah terbentuk
mengoreksi standar/plasma Fxa, Fxa diukur
perpanjangan APTT penderita (FVIII)  menggunakan
dari plasma Fxa substrat
def.FVIII - Fase II kromogenik
ditambahkan plasma spesifik.
substrat (FII &
fibrinogen) 
terbentuk bekuan
Kecepatan
terbentuknya bekuan
tergantung jumlah
Fxa, Fxa tergantung
FVIII. 2
1
Metode One-Stage
Assay

Memerlukan plasma defisien FVIII, reagen


APTT, plasma standar, plasma normal.
 Alat yang dipakai koagulometer
Interpretasi hasil menggunakan kurva
standar dengan kertas grafik
semilogaritmic atau double logaritmic.

2
2
Pemeriksaan FVIII
1. Plasma kontrol dan plasma pasien dibuat
pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dengan
lar.dapar
2. Ambil 100 µL plasma yg telah diencerkan
+ 100 µL plasma defisien FVIII + 100 µL
reagen APTT
 inkubasi pada 37⁰C selama 5’
3. Tambahkan 100 µL CaCl₂ yang telah
diinkubasi pada 37⁰C
4. Catat lama waktu terbentuk bekuan
5. Hasil dari plasma pasien maupun kontrol
diplot pada kurva standar. 2
3
2
Interpretasi pengukuran kadar FVIII²⁰ 4
5. Pengukuran kadar inhibitor
FVIII atau FIX
 Inhibitor FVIII diperiksa dengan mencampur
plasma pasien dengan plasma normal dengan
perbandingan yang sama + FVIII  inkubasi.
Bila plasma sampel mengandung inhibitor, FVIII
akan cepat dinetralkan.
 Satuan: BU inhibitor FVIII yang
menginaktifkan setengah dari jumlah awal
kadar FVIII dalam normal pooled plasma
 Metode yang sering dipakai:
 metode Bethesda
 modifikasi Nijmegen.
• Metode pemeriksan inhibitor FIX sama dengan
inhibitor FVIII
Ringkasan
• Hemofilia: kelainan perdarahan kongenital yang terjadi
oleh karena adanya penurunan atau tidak adanya
faktor VIII atau faktor IX secara fungsional.
• Pemeriksaan laboratorium terhadap kecurigaan
hemofilia pada:
• Bayi laki-laki riwayat hemofilia (+) gejala (-) atau gejala (+)
• Remaja atau dewasa asimtomatik yang mengalami
perdarahan
yang berlebihan pada saat trauma
• Individu asimtomatik yang mengalami pemanjangan APTT.
• Diagnosis lab penderita hemofilia:
• pemeriksaan penyaring: (clotting time (CT), PT, APTT)
• Mixing test
• Differential APTT
• Pemeriksaan FVIII, FIX,
• Pemeriksaan inhibitor FVIII dan inhibitor FIX.

Anda mungkin juga menyukai