Anda di halaman 1dari 6

ANATOMI

Hematopoeisis : 1. Prenatal Stadium mesoblastik : yolksac janin 2 - 10 minggu Stadium hepatik : hati minggu ke 6 4 bulan (menurun saat lahir) Limpa minggu ke 10 4 bulan Getah bening 4/5 bulan seumur hidup Stadium mieloid /meduler : 5 bulan seumur hidup 2. Postnatal Sumsum tulang : anak-anak ( sumsum merah ), dewasa (tulang pipih) Ginjal : eritopoetin

Friska Pratiwi 09.201

Page 1

FISIOLOGI

Hemostasis (penghentian perdarahan), terdiri dari 4 tahap :


1. Spasme vaskular vasokonstriksi (karena aktivasi trombosit yang menghasilkan serotonin dan tromboxan). 2. Pembentukan agregat platelet adanya pelepasan chemical mediators (ADP, Thromboxane A2). ADP menarik lebih banyak platelet ; Tromboxane A2 untuk vasokonstriksi dan agregasi. Adanya pembentukan platelet plug. 3. Koagulasi darah (clotting cascade) mempertahankan hemostasis dan mencegah kehilangan darah. Terbentuk jala-jala fibrin yang terikat dengan agregat platelet. 4. Disolusi (pengenceran) / fibrinolisis oleh plasmin

Friska Pratiwi 09.201

Page 2

HEMOFILIA
Definisi
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan secara resesif pada kromosom X ( X-linked recessive).

Hemofilia yang diturunkan secara sex linked recessive, yaitu: a) Hemofilia A ( hemofilia klasik) defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII ( F VIII c / faktor anti-hemofili) b) Hemofilia B ( christmas disease ) defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan IX ( Faktor Christmas ) Hemofilia C adalah penyakit perdarahan akibat defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan XI yang diturunkan secara autosomal recessive pada kromosom 4q32q3

Epidemiologi
Semua suku, sosek Hemofilia A (80-85%), Hemofilia B (10-15%) Pria lebih banyak krn X-linked Pada wanita carrier single mutated gene asimptomatik 20-30% kasus hemofilia tidak ada riwayat keluarga

Manifestasi Klinis
Gejala khas dan utama adalah perdarahan (yang diturunkan dengan kencenderungan perdarahan otot serta sendi yang berlangsung seumur hidup). Berat ringannya perdarahan yang terjadi tergantung berat ringannya hemofilia yang ditentukan oleh aktivitas faktor pembekuan.Kadar normal faktor pembekuan dalam darah adalah 0,5-1,5 /dL ( 50-150%).

Berdasarkan kadar faktor pembekuan dalam darah, tingkat keparahan hemofilia dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a. Hemofilia berat : < 1%, dapat terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma ringan b. Hemofilia sedang : < 1-5%, perdarahan akibat trauma yang cukup kuat c. Hemofilia ringan : < 5-30%, perdarahan akibat trauma yang cukup berat

Friska Pratiwi 09.201

Page 3

Tanda-tanda perdarahan : 1. Hemarthrosis. Paling sering ditemukan dilokasi sendi lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan. Sendi engsel lebih sering terkena karena ketidakmampuannya menahan gerakan berputar dan menyudut dibandingkan dengan sendi peluru. Hemarthosis biasanya ditandai dengan pembengkakan dan akumulasi cairan di rongga sendi. 2. Hematoma intramuskular. Biasanya terjadi pada otot-otot fleksor besar, khususnya pada otot betis, regio iliopsoas, dan lengan bawah. Hematoma di regio iliopsoas biasanya ditandai dengan pasien tidak dapat meluruskan panggulnya. Hematoma ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nyata, sindrom kompartmen, dan kompresi saraf. 3. Perdarahan intrakranial. Bisa terjadi secara spontan atau pasca trauma. Perdarahan intrakranial merupakan penyebab kematian pada pasien hemofilia. 4. Perdarahan retroperitoneal dan retrofarinegal. Dapat membahayakan jalan nafas dan berakibat fatal. 5. Hematuria massif. Dapat menyebabkan kolik ginjal tapi tidak fatal. 6. Perdarahan pasca operasi. Berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari akibat penyembuhan luka yang buruk dan lama.

Diagnosa
1. Anamnesa Riwayat keluarga Riwayat perdarahan berulang Riwayat perdarahan yang memanjang pasca trauma atau tinadakan tertentu

2. Pemeriksaan fisik Bengkak dan nyeri pada sendi Pasien tidak bisa menekuk kaki Deformitas sendi ( cacat )

3. Pemeriksaan penunjang Uji hemostasis : APTT ( Activated Partial Tromboplastin Time ) memanjang 2-3kali, PT ( Protrombin Time ) dan BT ( Bleeding Time ) dalam keadaan normal

Friska Pratiwi 09.201

Page 4

Hemofilia A Pewarisan Lokasi perdarahan utama Jumlah trombosit Waktu perdarahan PT aPTT F VIII c F VIII AG F IX Tes ristosetin X-linked recessive Sendi, otot, pasca trauma Normal Normal Normal Memanjang Rendah Normal Normal Normal

Hemofilia B X-linked recessive Sendi, otot, pascatrauma Normal Normal Normal Memanjang Normal Normal Rendah Normla

Hemofilia C Autosmal recessive Post operasi, pasca trauma Normal Normal Normal Memanjang Normal Normal Normal Normal

Von-Willebrand disease Autosomal dominan Mukosa,kulit post trauma operasi Normal Memanjang Normal Memanjang/normal Rendah Rendah Normal Terganggu

DD
Hemofilia dengan defisiensi F.XI atau F.XII Hemofilia A dengan vWB Hemofilia B dengan penyakit hati Pemakaian warfarin Defisiensi vitamin K jarang ada inhibitor F.IX

Patofisiologi
Gen F. VIII terletak di dekat ujung lengan panjang kromosom X ( regio Xq2.8 ) sedangkan Gen F. IX pada ( regio Xq2.7 ). Apabila seseorang mengalami mutasi atau delesi dalam Gen F. VIII dan Gen F.IX akan menyebabkan defisiensi atau disfungsi F VIII atau F IX. Faktor VIII dan IX berperan sebagai tenase complex ( bersama fosfolipid dan kalsium ) untuk mengaktivasi faktor X, dimana faktor X yang telah aktif akan mengaktivasi protrombin menjadi trombin. Pada keadaan normal, apabila terjadi luka, proses hemostasis dimulai dengan pembentukan sumbatan trombosit bersama dengan pembentukan fibrin untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Pada hemofilia A dan hemofilia B, kurangnya pembentukan thrombin akan menyebabkan tidak terbentuknya ikatan silang ( cross-linked ) pada bekuan fibrin yang diperlukan untuk memperkuat sumbatan trombosit sehingga pasien dengan hemofilia membentuk bekuan dengan lambat dan menghasilkan bekuan yang rapuh dan memudahkan terjadinya perdarahan.

Friska Pratiwi 09.201

Page 5

Klasifikasi
a. Hemofilia A Sering disebut juga dengan hemofilia klasik, defisiensi faktor antihemofilia ( AHF atau defisiensi faktor VIII ). Sekitar 80% kasus hemofilia adalah hemofilia A yang disebabkan oleh kerusakan gen yang terdapat pada kromosom X. Kira-kira 75% penderita hemofilia A mengalami penurunan pada aktivitas F.VIII dan antigen F.VIII. Sisanya 25% penderita mengalami penurunan aktivitas F VIII tetapi tidak terjadi penurunan pada antigen F.VIII.

Defisiensi ini menyebabkan depresi berat pada aktivitas koagulasi F.VIII dalam plasma. Faktor VIII membentuk kompleks dengan protein von-Willebrand ( disebut kompleks faktor VIII-von Willebrand ) dalam plasma, bersama protein von-Willebrand berperan sebagai protein pembawa. Penderita dengan hemofilia A dan wanita Carrier hemofilia mempunyai aktivitas F.VIII yang menurun tetapi kadar protein von-Willebrand normal dalam plasma (berlawanan dengan penyakit von-Willebrand, dimana kadar keduanya menurun ) .

b. Hemofilia B Sering disebut juga dengan penyakit Christmas ( defisiensi F IX ). Faktor IX diproduksi oleh hati dan merupakan salah satu faktor koagulasi. Kira-kira 12-15% hemofilia ini disebabkan oleh defisiensi F IX yang diatur secara genetik. Hemofilia B ini sulit dibedakan dengan hemofilia A karena manifestasi yang ditimbulkan pada hemofilia B umumnya sama dengan manifestasi yang ditimbulkan oleh hemofilia A.

c. Hemofilia C Hemofilia C disebabkan oleh defisiensi daktor XI. Hemofilia C merupakan tipe hemofilia yang paling jarang terjadi dan dijumpai pada 2-3% dari semua penderita hemofilia. Defisiensi faktor XI diwarsikan sebagai penyakit resesif autosomal yang mengenai pria dan wanita. Hanya penderita Homozigot yang mempunyai diatesis perdarahan. Biasanya perdarahan yang terjadi adalah pasca operasi dan pasca trauma dan mungkin juga mengalami epistaksis, hematuria, dan menorhagia. Pendarahan spontan jarang terjadi

Friska Pratiwi 09.201

Page 6

Anda mungkin juga menyukai