HEMOFILIA
Oleh :
Preseptor :
2019
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
bersifat herediter akibat kekurangan faktor pembekuan VIII atau IX. Pada saat ini
Christmas factor). 1
Hemofilia diturunkan secara sex (X)-linked recessive dan gen untuk faktor
VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang (q) kromosom X. Oleh karena itu,
Semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah karier
penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan yang
1.2 Epidemiologi
Indonesia dengan jumlah penduduk kurang lebih 220 juta jiwa, diperkirakan
terdapat sekitar 20.000 penderita hemofilia, tetapi hingga Desember 2007 baru
2
1.3 Klasifikasi
Hemofilia klasik karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak
VIII terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah
Factor IX, terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada
a. Berat, dengan kadar aktivitas faktor VIII atau IX kurang dari 1%. Biasanya
c. Ringan, dengan kadar aktivitas faktor VIII atau IX lebih atau sama dengan
pembedahan.
1.4 Patofisiologi
a. Jalur intrinsik, jalur ini dimulai aktivasi F XII sampai terbentuk F X aktif.
b. Jalur ekstrinsik, jalur ini mulai aktivasi F VII sampai terbentuk F X aktif.
3
c. Jalur bersama (common pathway), jalur ini dimulai dari aktivasi F X
dalam darah dalam bentuk inaktif, sedangkan sistem ekstrinsik bergantung kepada
suatu lipoprotein, tromboplastin, atau faktor III, yang dilepaskan dari dalam sel
yang rusak dan hanya memerlukan sebagian faktor pembekuan dari sistem
yang mengakibatkan faktor VII dan suatu fosfolipid. Sistem pembekuan ekstrinsik
aktifasi faktor XII (Hageman) antara lain oleh sejumlah kecil tromboplastin
jaringan, faktor trombosit (PF3) atau serabut kolagen, sedangkan dalam tabung
reaksi sentuhan pada permukaan asing (gelas). Faktor XIIa (aktif) kemudian
faktor IX (PTC) menjadi faktor Ixa. Faktor IXa ini bergabung dengan faktor VIIIa
(AHG yang diaktifkan oleh trombin) dan bersama-sama akan mengaktifkan faktor
protrombin menjadi trombin dan ini akan mengubah fibrinogen menjadi fibri
monomer yang labil dan akhirnya oleh faktor XIII dan trombin diubah menjadi
4
Gambar 1. Kaskade Koagulasi
Faktor VIII adalah glikoprotein yang dibentuk di sel sinusoidal hati. Produksi
FVIII dikode oleh gen yang terletak pada kromosom X. di dalam sirkulasi FVIII
akan membentuk kompleks dengan faktor von Willebrand. Faktor von Willibrand
adalah protein berat molekul besar yang dibentuk di sel endotel dan megakariosit.
proteolisis. Di samping itu faktor von Willebrand juga berperan pada proses
adhesi trombosit. Faktor VIII berfungsi pada jalur intrinsik sistem koagulasi yaitu
sebagai kofaktor untuk F IXa dalam proses aktivasi F X (lihat skema koagulasi).
Pada orang normal aktifitas faktor VIII berkisar antara 50-150%. Pada hemofilia
A, aktifitas F VIII rendah. faktor VIII termasuk protein fase akut yaitu protein
adalah faktor pembekuan yang dibentuk di hati dan memerlukan vitamin K untuk
proses pembuatannya. Jika tidak tersedia cukup vitamin K atau ada antagonis
vitamin K, maka yang terbentuk adalah protein yang mirip F IX tetapi tidak dapat
mungkin tampak nyata pada periode neonatus. Hematoma setelah suntikan dan
perdarahan dari sirkumsisi adalah lazim, tetapi bayi yang terkena tidak
Trauma luka robek yang relatif kecil, seperti pada lidah atau bibir, yang
Salah satu gejala khas dari hemofilia adalah hemarthrosis yaitu perdarahan
ke dalam ruang sinovia sendi, misalnya pada sendi lutut. Persendian besar lainnya
seperti lengan dan bahu juga dapat terkena. Perdarahan ini bisa dimulai dengan
luka kecil atau spontan dalam sendi. Darah berasal dari pembuluh darah sinovia,
permulaan timbulnya perdarahan pada sendi ini karena ada rasa panas. Akibat
perdarahan, timbul rasa sakit yang hebat, menetap disertai engan spasme otot, dan
6
gerakan sendi yang terbatas. Karena perdarahan berlanjut, tekanan di dalam
ruangan sendi terus meningkat dan menyebabkan iskemia sinovia dan pembuluh-
pembuluh darah kondral. Keadaan ini merupakan permulaan kerusakan sendi yang
permanen.6
Akibat perdarahan yang berulang pada sendi yang sama, sering terjadi
peradangan dan penebalan jaringan sinovia, kemudian terjadi atropi otot. Keadaan
Akhirnya kartilago dan substansi tulang hilang. Kista tulang dan kontraktus yang
dan B diantaranya :
1. Pemeriksaan laboratorium :
7
Konfirmasi laboratorium untuk penghambat FVIII atau FIX secara klinis
merupakan hal yang penting kalau perdarahan tidak dapat dikontrol setelah
1.7 Diagnosis
parsial teraktivasi) dan TT (thrombin time – masa trombin). Pada hemofilia A atau
gangguan pada jalur intrinsik sistem pembekuan darah. Faktor VIII dan IX
berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi salah satu faktor pembekuan ini
akan mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang menguji jalur intrinsik
atau dengan diferensial APTT. Namun dengan tes ini tidak dapat ditentukan
8
dilakukan assay F VIII dan IX. Pada hemofilia A aktifitas F VIII rendah sedang
dari penyakit von Willebrand, karena pada penyakit ini juga dapat ditemukan
aktifitas F VIII yang rendah. Penyakit von Willebrand disebabkan oleh defisiensi
atau gangguan fungsi faktor von Willebrand. Jika faktor von Willebrand kurang
maka F VIII juga akan berkurang, karena tidak ada yang melindunginya dari
degradasi proteolitik. Disamping itu defisiensi faktor von Willebrand juga akan
memanjang dan aktifitas F VIII bisa normal atau rendah. Disamping itu akan
ditemukan kadar serta fungsi faktor von Willebrand yang rendah. Sebaliknya pada
hemofilia A akan dijumpai masa perdarahan normal, kadar dan fungsi von
9
1.9 Tatalaksana
ringannya perdarahan. Pada perdarahan ringan bila kadar F VIII mencapai 30%
2%. Sedangkan untuk F IX, 1 u/kgBB akan menaikkan kadar F IX 1%. Rata-rata
standard orang normal ialah 1 u/ml adalah sama dengan 100%. Tabel berikut akan
berkurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. Faktor VIII atau AHG
ini tidak bersifat “genetic marker antigen” seperti granulosit, trombosit atau
antibodi yang bersifat “inhibitor” terhadap faktor VIII karena itu pemberiannya
tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, tetapi diberikan sesuai dosis optimal
Tabel 3. Hubungan faktor VIII dan simtom pada perdarahan pada hemofili
1
10
Lesi Kadar faktor VIII Dosis faktor VIII
(% normal) (unit/kg BB)
1. Hemarthrosis ringan, 15 – 20% 10-15
hematoma
2. Hemarthrosis berat dan 20-40% 15-20
hematoma otot di daerah-
daerah penting
3. Operasi besar 80-100% 40-50
VIII/kantong. Hal ini disebabkan karena darah yang diambil dari donor lebih
langsung tidak melalui tetesan infus. Komponen tidak tahan pada suhu kamar, jadi
11
a. DDAVP
ringan sampai sedang obat ini menaikkan kadar F VIII C 3-6 kali lipat.
Diberikan pada hemofilia dan penyakit vol Willebrand dengan dosis 0,2-0,5
ug/kgBB. Obat ini dilarutkan dalam 30 cc garam fisiologis dan diinfus selama
15-20 menit. Dapat diulang dalam beberapa jam. Infus yang diberikan dengan
dapat diterangkan karena sifat anti fibrinolisis EACA dan asam traneksamik
baik. Juga dapat diberikan dosis 4-5 g tiap 4 jam pada orang dewasa dengan
1.10 Komplikasi
berat A dan B, memiliki kesempatan hidup yang pendek dan kualitas hidup yang
12
a. Komplikasi virus yang timbul antara lain infeksi HIV karena transmisi
dengan hemofilia dan HIV. Rata-rata serokonversi lebih dari 75% untuk
penyakit yang berat, 46% untuk yang moderat, dan 25% untuk penyakit
sendi yang ada akan semakin kecil dan akan menyebabkan nyeri karena
pada jaringan lunak akibat obstruksi saluran napas atau kerusakan organ
dalam. 6
d. Inhibitor, adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai
benda asing yang masuk . Hal ini berarti segera setelah konsentrat faktor
13
Penderita hemofilia dengan inhibitor mempunyai risiko untuk menjadi
cacat akibat perdarahan dalam sendi dan mereka dapat meninggal akibat
1.11 Prognosis
Pemberian profilaktik anti hemofili faktor lebih awal secara draStis dapat
bertahan hidup penderita dapat mencapai 11 tahun atau kurang tergantung dari
beratnya penyakit dan pengobatan yang diberikan. Prognosis ini akan diperburuk
oleh komplikasi virus yang terjadi selama pemberian terapi pengganti. Demikian
juga halnya jika terjadi perdarahan intrakranial maupun organ vital lainnya.5,6
14
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
No MR : 01.03.1.44
Telah dirawat seorang anak laki-laki umur 4 tahun di Ruang Rawat Inap
Keluhan Utama:
- Perdarahan di bibir sukar berhenti sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien
membeku sendiri dan bibir membengkak. Namun, sejak 7 jam yang lalu
- Lebam lebam kebiruan pada tangan dan kaki setelah terbentur sejak 2 hari
yang lalu.
15
- Batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada.
- Pucat tidak ada, anak terlihat mudah lelah, lesu, dan letih tidak ada.
- Riwayat darah sukar berhenti saat kepala pasien luka pada usia 2 tahun.
hilang sendiri.
tahun 2006.
- Dua orang paman dan saudara laki-laki nenek pasien dari pihak Ibu juga
16
Pedigree :
Pasien
Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat. Lama hamil cukup
bulan.
Riwayat Kelahiran:
dengan BB 3200 gram dan PB 49 cm. Saat lahir anak langsung menangis kuat.
Bayi
17
Anak
Riwayat Imunisasi:
Hepatitis B : 0 bulan
Riwayat Keluarga:
Ayah Ibu
Umur Meninggal 46 tahun
Pendidikan SMA SD
Pekerjaan - Ibu Rumah Tangga
Penghasilan - -
Perkawinan Pertama Pertama
Penyakit yang pernah di derita Tidak Ada Tidak Ada
Perkembangan fisik:
Tertawa : 4 bulan
Miring : 4 bulan
Tengkurap : 6 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 3 tahun
Perkembangan mental:
Isap jempol (-), gigit kuku (-), sering mimpi (-), mengompol (-), aktif sekali
Tinggal di rumah permanen, sumber air minum dari PDAM, buang air besar
19
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital
Kesadaran : Sadar
Suhu : 37,2oC
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 90 cm
TB/U : 87%
BB/TB : 92%
Pemeriksaan Umum
20
Telinga: Tidak ditemukan kelainan.
Gigi & mulut : Bibir dan mukosa mulut basah, perdarahan gusi (-).
Dada :
o Paru
tidak ada
o Jantung :
Abdomen
21
Palpasi : supel, hepar teraba 1/3-1/3, dan lien tidak
Perkusi : timpani
belum disirkumsisi.
pembengkakan sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12,1 gr/dl
Trombosit : 280.000/mm3
Hematokrit : 35%
PT/APTT : 14,1/104,5
Daftar Masalah
22
- Lebam kebiruan pada kulit.
Diagnosis Kerja:
Diagnosis Banding
- Hemofilia tipe B
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Kegawatdaruratan
2. Tatalaksana nutrisi/diatetik
3. Tatalaksana Medikamentosa
4. Edukasi
Promotif
23
Memberikan informasi serta edukasi kepada pihak-pihak tertentu
Preventif
Mengurangi resiko trauma dan hindari olah raga dengan kontak fisik
Rencana Pemeriksaan:
24
Follow up 20 Januari 2019
S/ - Bekuan darah di bibir kanan masih ada, tidak ada perdarahan baru.
- Lebam kebiruan di tangan dan kaki masih ada, luas tidak bertambah.
- BAK ada, warna dan jumlah biasa. BAB ada, warna dan konsistensi biasa.
O/ - KU : sedang
- Kes : CMC
- TD : 100/80 mmHg
- T : 36,7° C
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+).
Thoraks : Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.
- Koate 2x250 IU IV
25
Follow up 21 Januari 2019
Hari rawatan ke 3
S/ - Bekuan darah di bibir kanan masih ada, tidak ada perdarahan baru.
- BAK ada, warna dan jumlah biasa. BAB ada, warna dan konsistensi biasa.
O/ - KU : sedang
- Kes : CMC
- TD : 100/70 mmHg
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+).
- Thoraks : Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.
P/ - ML 1200 kkal
- Koate 2x250 IU
26
BAB 3
DISKUSI
sukar berhenti dan lebam kebiruan pada tubuh akibat riwayat trauma sebelumnya.
Terdapat riwayat bengkak kebiruan di lutut setelah terbentur, dan riwayat keluarga
yang sukar berhenti dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain gangguan
trombosit seperti pada penyakit von Willebrand, dan gangguan pada faktor
Pada pemerikaan fisik didapatkan hematom pada bibir kanan dan lebam-
lebam kebiruan pada tangan dan kaki. Kekurangan faktor VIII akan menganggu
merupakan faktor yang akan mengubah fibriongen menjadi fibrin yang berperan
dalam pembentukan bekuan fibrin pada jaringan tubuh setelah terjadinya luka.
Akibatnya darah membutuhkan waktu yang lama untuk membeku dan menutup
sumber perdarahan. Salah satu gejala khas lainnya dan tersering dari hemofilia
memberikan gambaran bengkak kebiruan pada sendi. Perdarahan ini bisa dimulai
27
dengan luka kecil atau spontan dalam sendi. Darah berasal dari pembuluh darah
sinovia, mengalir dengan cepat mengisi ruangan sendi. Penderita dapat merasakan
permulaan timbulnya perdarahan pada sendi ini karena ada rasa panas. Akibat
perdarahan, timbul rasa sakit atau nyeri yang hebat, menetap disertai dengan
spasme otot, dan gerakan sendi yang terbatas, namun gejala hemarthrosis saat ini
jalur instrinsik. Faktor yang berada di jalur instrisik antara lain faktor XII, XI, IX,
dan VIII. Nilai APTT pada hemofilia akan memanjang sedangkan protrombin
pada jalur ekstrinsik, yaitu faktor III dan VII. Untuk menegakkan diagnosis pasti
kadar faktor VIII, namun pada pasien belum dilakukan karena keterbatasan
fasilitas.
pulvis ditaburkan di sumber perdarahan. Terapi utama pada kasus perdarahan yang
sukar berhenti akibat hemofilia A adalah pemberian faktor VIII. Pasien diberikan
faktor VIII dengan jumlah dosis 15-25 IU/KgBB diberikan sekali 12 jam. Selain
28
itu, prinsip utama yang dilakukan pada pasien saat perdarahan akut terjadi adalah
Pada pasien ini diberikan asam traneksamat sebagai antifibrinolitik yang bekerja
makanan lunak agar perdarahan tidak berulang akibat gesekan karena letak
ataupun keluarga bila terjadi perdarahan akut, mengurangi resiko trauma dan
hindari olahraga dengan kontak fisik contohnya bola, jika tetap ingin berolah raga
perdarahan. Pasien dipulangkan dengan klinis perdarahan telah berhenti, tidak ada
perdarahan baru, mulai berkurangnya lebam kebiruan pada tubuh pasien dan
29
DAFTAR PUSTAKA
30