OLEH : KELOMPOK 7
LEA BATMOMOLIN
NUR HIKMAH
IERENE AGUSTIN LEFTEUW
MAGDALENA BATMOMOLIN
NEITHALIA LEREBULAN
YOHANA LOLOLUAN
Program S1 Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STIK FAMIKA
MAKASSAR 2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOFILIA
A. Defenisi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan
faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B). Hemofilia adalah
kecenderungaan untuk mengalami pembekuan darah yang abnormal yang bersifat
herediter akibat defisiensi faktor VIII koagulasi dan ditandai dari mulut, gusi, bibir, dan
lidah, hematuria dan hemartrosis ( Dorland 1994)
Jadi hemofilia adalah kelainan koagulasi darah yang disebabkan oleh tidak adanya
salah satu faktor pembekuan darah terutama pada faktor VII, IX atau faktor IX ( Price,
2003)
B. Etiologi
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan
faktor pembekuan darah. Hemofilia sering di katakan penyakit keturunan, yang artinya
ia dapat diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Darah
pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara
normal. Proses pembekuan darah pada penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak
orang lain yang normal. kelainan pada sistem pembekuan darah dan termasuk penyakit
genetik yang diturunkan melalui kromosom X. Karena itu, ketika penderita hemofilia
mengalami luka , pendarahannya akan lebih lama dibandingkan pendarahan dialami
anak normal. Sebagaimana sebelumnya penyakit hemophilia disebabkan oleh mutasi
genetik. Mutasi tersebut melibatkan gen yang membentuk kode untuk protein yang
penting dalam proses pembekuan darah.
Gejala-gejala perdarahan timbul karena penggumpalan darah terganggu. Proses
pembekuan darah melibatkan serangkaian mekanisme yang kompleks, biasanya
melibatkan 13 protein yang berbeda, secara klasik ditandai dengan kode I sampai XIII
dan ditulis dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi rusak,
trombosit akan direkrut ke daerah luka untuk membentuk kaitan awal untuk proses
pembekuan darah. trombosit teraktivasi ini melepaskan zat kimia yang memulai kaskade
proses pembekuan darah mengaktifkan serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai
faktor pembekuan. Pada akhirnya, terbentuk fibrin, protein yang mempunyai ikatan
silang dengan dirinya sendiri untuk membentuk jala yang membentuk bekuan darah
akhir. Protein yang terlibat dengan hemophilia A adalah faktor VIII (faktor 8) dan pada
hemophilia B adalah faktor IX (faktor 9) Hemofilia A disebabkan oleh mutasi pada gen
faktor VIII, sehingga ada kekurangan dalam faktor pembekuan ini. Hemofilia B (juga
disebut penyakit Christmas) merupakan hasil dari kekurangan faktor IX karena mutasi
gen. Ada juga sebuah kondisi yang disebut sebagai hemofilia C, yang melibatkan
kekurangan faktor pembekuan XI. Kondisi ini jauh lebih langka daripada hemofilia A
dan B dan biasanya menyebabkan gejala ringan. Hemofilia C ini juga tidak diwariskan
dan mempengaruhi orang-orang dari kedua jenis kelamin.b Hemofilia A adalah lebih
umum daripada hemofilia B. Sekitar 80% dari orang dengan hemofilia merupakan
pengidap hemofilia A. Hemofilia memiliki B terjadi pada sekitar 1 dari setiap 25.000
sampai 30.000 orang. Sebuah subkelompok orang dengan hemofilia B memiliki apa
yang disebut sebagai Leyden fenotip, yang dicirikan oleh hemofilia parah di masa kecil
yang meningkat saat pubertas.
G. Pemeriksaan penunjang
Uji Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
Jumlah trombosit (normal)
Masa protrombin (normal)
Masa trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor
koagulasi intrinsik)
Masa perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan trombosit dalam
kapiler)
Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnostik)
Masa pembekuan trompin
Biapsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi dan kultur.
Uji fungsi hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)
H. Penatalaksanaan
Tatalaksanaan penderita hemofilia harus dilakukan secara komprehensif meliputi
pemberian pengganti yaitu F VIII untuk hemofilia A dan F IX untuk hemofilia B,
perawatan dan rehabilitas terutama bila ada kerusakan send edukasi dan dukungan
psikososial bagi penderita keluarganya.
Bila terjadi perdarahan psikososial akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE
(rest, ice, compression, evation) segera dilakukan. Sendi yang mengalami perdarahan
diistrahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk basah yang dingin,
kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan.
Penderita sebaiknya faktor pengganti dalam 2 jam setelah perdarahan.
Pathway Hemofilia
Kerusakan darah atau
Berkontrak dengan kolagen
XI XI teraktivasi
Ca++
Fasfolipid Trombosit
Perdarahan
kecemasan
Jaringan & sendi Sintesa energi terganggu
Inefektif
Kekurangan volume koping keluarga
Cairan
Respon psikologis
I. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cedera b.d perdarahan dan faktor utama
2. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
3. Risiko hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan
jaringan lain.
4. Perubahan proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius
5. Resiko syok
6. Ansietas
7. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit serius
J. Discharge planning
1. tingkatkan imunitas tubuh dan makan makanan yang mengandung nutrisi
seimbang, berolaraga dan cukup istirahat serta mengurangi stress
2. beri nasehat pasien untuk tidak mengkomsumsi aspiin, bisa disarankan
menggunakan asetaminofen
3. rujuk pada konseling genetik untuk indentifikasi karier hemofilia, dan beberapa
kemungkinan yang lain
4. rujuk kepada atau organisasai bagi penderita hemofilia
5. dorong orang tua anak untuk memilih aktivitas yang dapat diterima dan aman
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif .A.H. Dan kusuma. H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
Indonesia
https://www.scribd.com
Amin huda nurarif & hardhi kusuma. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 1,2,3