DI RUANG 7A
Oleh
201910461011037
2020
1. Konsep Medis
1.1.Definisi
Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi
herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi ( Wong,2003 ). Hemofilia
adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius,
berhubungan dengan defisiensi faktor VII, IX atau XI. Biasanya hanya terdapat
pada pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif. (Perkapita
Selekta Jilid 2).
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah congenital karena anak kekurangan
factor pembekuan VIII (hemofilia A) atau factor IX (Hemofilia B atau penyakit
chritmas).(Cacily L. Betz & Linda A. Sowden).
Hemofilia merupakan penyakit pembekuan darah kongenital yang disebabkan
karena kekurangan faktor pembekuan darah,yaitu faktor VIII dan faktor IX.
Faktor VIII dan faktor IX adalah merupakan protein plasma yang merupakan
komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah,faktor – faktor tersebut
diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada daerah
trauma.(Hidayat,2006).
1.2. Klasifikasi Hemofilia
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
a. Hemofilia klasik : karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b. Hemofilia kekurangan faktor VIII : terjadi karena kekurangan faktor 8 (
Faktor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses
pembekuan darah.
2. Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama :
a. Christmas disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada
seorang yang bernama Steven Christmas asal Kanada.
b. Hemofilia kekurangan faktor IX : Terjadi karena kekurangan faktor 9 (
Faktor IX ) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada prosese
pembekuan darah.
.
1.5. Pathway Hemofilia
1.6.Manifestasi Klinis
1. Masa bayi ( untuk diagnosis ).
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b. Ekimosis sudkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat berumur 3 – 4
bulan ).
c. Hematoma besara setelah infeksi.
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan jaringan lunak.
2. Episode perdarahan ( selama rentang hidup ).
a. Gejala awal, yaitu nyeri.
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas.
3. Sekuela jangka panjang.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf
dan fibrosis otot.
1.7. Komplikasi
1. Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai
benda asing yang masuk. Hal ini berarti segera setelah konsetrat faktor
diberikan tubuh akan melawan dan akan menghilangnya. Suatu inhibitor
terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsetrat faktor VIII atau faktor
IX sebagai benda asing dan menghancurkanya. Pada penderita hemofilia
dengan inhibitor terhadap konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi
segera setelah darah diinfuskan. Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan
sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
2. Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan
berulang didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat
di sebabkan oleh satu kali pendarahan yang berat ( Hemarthrosis ).
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang ditularkan oleh
darah.
1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji skining untuk koagulasi darah.
a. Jumlah trombosi ( normal 150.000 – 450.000 per mm3 darah ).
b. Masa protombin ( normal memerlukan waktu 11 – 13 detik ).
c. Masa tromboplastin parsial ( meningkat, mengukut keadekuatan faktor
koagulasi intrinsik ).
d. Fungsional terhadap faktor VII dan IX ( memastikan diagnosis )
e. Masa pembekuan trombin ( normalnya 10 – 13 detik ).
2. Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
3. Uji fungsi feal hati : digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati (
misalnya, serum glutamic – piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic –
oxaloacetic transaminase [ SGOT ], fosfatase alkali, bilirubin ).
1.9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a. Pada hemofilia A pengobatab dilakukan dengan meningkatkan kadar
factor anti hemofili sehingga perdarahan berhanti. Factor anti hemofili
terdapat di dalam plasma orang sehat tetapi mudah rusak bila disimpan di
dalam bangk darah sehingga untuk menghentikan perdarahan pada
hemofili A perlu ditranfusikan plasma segar. Penatalaksanaan secara
umum perlu dihindari trauma, pada masa bayi lapisi tempat tidur dan
bermain dengan busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat
anak semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak beresiko
trauma. Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat
mencetuskan perdarahan (seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan
dengan memberikan kriopresipitat atau konsentrat factor VIII melalui
infus.
b. Pada hemofili B perlu ditingkatkan kadar factor IX atau thromboplastin.
Thromboplastin tahan disimpan dalam bank darah sehingga untuk
menolong hemofilia B tidak perlu tranfusi plasma segar. Bila ada
perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan dikompres
dengan es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5
hari perdarahan dapat dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila
otot sendi sudah kuat dilatih berjalan.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memperhatikan perawatan gigi agar tidak mengalami pencabutan gigi.
2. Istirahatkan anggota tubuh dimana ada luka.
3. Gunakan alat bantu seperti tongkat bila kaki mengalami perdarahan.
4. Kompreslah bagian tubuh yang terluka dan daerah sekitar dengan es.
5. Tekan dan ikat, sehingga bagian tubuh yang mengalami perdarahan tidak
bergerak ( immobilisasi ).
6. Letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada
dan letakkan diatas benda yang lembut.
7. Kadar Ht membaik 5
8. Berat badan membaik 5
9. Intake cairan membaik 5
10. Suhu tubuh membaik 5
3. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan perdarahan (1.02067)
berhubungan dengan selama 1x24 jam diharapkan “tingkat Observasi
gangguan koagulasi perdarahan menurun” (L.02017) 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
(trombositopenia) (D. dengan kriteria hasil sebagai berikut : 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
0012) No Indikator Kriteria sebelum dan setelah kehilangan darah
hasil 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
1. Kelembapan 5 Terapeutik
membrane mukosa 4. Pertahankan bedrest selama perdarahan
meningkat Edukasi
2. Kelembapan kulit 5 5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
meningkat untuk menghindari konstipasi
3. Hemoglobin membaik 5 6. Ajarkan meningkatkan asupan makanan
4. Hematocrit membaik 5 dan vitamin K
5. Suhu tubuh membaik 5 7. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan
9. Kolaborasi pemberian produk darah
DAFTAR PUSTAKA
Arif , M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2. Media Aesculapius,
FKUI. Jakarta.
Brunner dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,.EGC Kedokteran. Jakarta.
Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit Salemba.
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia ;
definisi dan indicator diagnostic. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia ;
definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia ;
definisi dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan ; DPP PPNI