Anda di halaman 1dari 9

RESIKO BUNUH DIRI

I. Definisi

Bunuh diri: Segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan
yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan dalam
waktu singkat. Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. ( W. F. Maramis, 1992 )

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena
jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebihdari 1000 tindakat bunuh diri
terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematianbunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury
dan Mowbray, 1993).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapatmengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatrikontemporer, karena
jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebihdari 1000 tindakat bunuh diri
terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000 kematianbunuh diri tiap tahun (Ingram, Timbury
dan Mowbray, 1993).

Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan (
Budi Anna Keliat, 1993 )

II. Etiologi

a. Faktor Predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:

i. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
ii. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
iii. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.

2.Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri
adalah :

a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal


melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

III. Motif bunuh diri

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab
tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori
sebab, misalkan :
(1) Dilanda keputusasaan dan depresi
(2) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
(3) Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
(4) Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
(5) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah
tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. . Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.

IV. Tahap – Tahap Resiko Bunuh Diri

1. SUICIDAL IDEATION
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan klien pada
tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
2. SUICIDAL INTENT
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang kongkrit
untuk melakukan bunuh diri.
3. SUICIDAL THREAT
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam bahkan
ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. SUICIDAL GESTURE
Pada tahap ini klien menunjukkan prilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri
yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan
untuk melakukan bunuh diri.
5. SUICIDAL ATTEMPT
Pada tahap ini prilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan
tidak mau diselamatkan, misalnya minum obat yang mematikan.
RENTANG RESPON

Respon adaptif respon maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptif


Peningkatan diri Pengambilan Perilaku destruktif Pencederaan diri Bunuh diri
Yang Diri tidak
meningkatkan langsung
pertumbuhan

MANIFESTASI KLINIS
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol
B. PENATALAKSANAAN
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri,
dengan cara :
a. Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
b. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social
yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping
mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk
klien yang memiliki resiko tinggi
a. Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang
perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
b. Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien
misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang
berbahaya lainnya.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
a. Tidak menghakimi dan empati
b. Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
c. Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
d. Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang
rendah
e. Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
f. Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan
social yang adekuat
g. Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring
sosial yang bisa di akses.
h. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
4. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
a. Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
b. Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
c. Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda
memiliki pikiran bunuh diri’
d. Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
e. Explorasi perilaku alternative
f. Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

5. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social


Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan

Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri

Isyarat Bunuh Diri

Verbal/non verbal

Pertimbangan ubtuk
melakukan Bunuh diri

Ancaman Bunuh Diri

Ambivalensi Kurangnya Respon


Kematian Positif

Upaya Bunuh diri

Bunuh Diri
Tanda dan Gejala
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
I. Pathway

Stressor pencetus

A praisal of stressor

sumber koping

mekanisme koping

Denial, Rasionalisasi, Regresi

Construktif Destruktif

Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan
beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya
Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh
diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat
rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta:
Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanDiagnosa


NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai