Efek samping biasanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah memulai obat baru atau
setelah menaikkan dosis. Kejadian efek samping mungkin memerlukan penurunan dosis atau
substitusi dengan obat antihipertensi yang lain.
Kelas Obat
ACE inhibitors
Efek samping
Batuk, angioedema, hiperkalemia, hilang
rasa, rash, disfungsi renal
Angioedema
ARB
(jarang),
hiperkalemia,
disfungsi renal
Sakit
Penyekat alfa
kepala,
pusing,
letih,
hipotensi
Penyekat beta
meningkat,
impoten,
Antagonis
kalsium (CCB)
Agonis
sentral
(metildopa,
klonidine)
gingival
hyperplasia,
natrium
dan
cairan,
hepatitis
hiperurisemia,
glucose
(jarang)
Hipokalemia,
Diuretik
constipasi
intolerance
(kecuali
indapamide),
hiperkalsemia
(tiazid),
hiperlipidemia,
samping ini dapat dikurangi dengan mengkombinasikan CCB bersama ACEI atau ARB.
Hal ini juga dapat dminimalisir dengan mengurangi asupan natrium.
5. Disfungsi Seksual
Kebanyakan laki-laki menghindari pengobatan hipertensi karena takut mengalami
impotensi. Sebab memang beberapa jenis obat golongan beta blockers (Inderal) yang
menurunkan tekanan darah berpotensi menyebabkan impotensi. Namun beberapa ahli ada
yang berpendapat bahwa penyebab sebenarnya kemungkinan adalah penyakit pembuluh
darah akibat hipertensi yang diderita selama beberapa tahun dan pasien justru tidak
menggunakan obat-obatan secara teratur.
6. Aritmia jantung
Obat golongan diuretic, yang umumnya diresepkan untuk menurunkan tekanan darah,
dapat mengurangi kadar kalium (hypokalemia) dalam tubuh dan menyebabkan aritmia
jantung, atau irama jantung yang abnormal. Obat lain seperti calcium channel blockers dan
beta blockers dapat memperlambat denyut jantung. Peresepan dosis rendah diuretic dan
menggunakan obat dalam kombinasi bisa mendapatkan hasil yang diinginkan dan efek
samping yang sedikit. ACE inhibitor dan angiotensin receptor blocker jika dikombinasikan
dengan diuretic melindungi terhadap penurunan kalium.
7. Reaksi alergi
Reaksi alergi serius terhadap obat-obat tekanan darah jarang terjadi, tetapi layak
diperhatikan karena bisa berbahaya. Alergi terhadap inhibitor ACE atau angiotensin
reseptor blocker yang biasa terjadi. Obat ini dapat menyebabkan pembengkakan berbahaya
pada wajah dan tenggorokan sehingga dapat menghalangi saluran udara, atau disebut
sebagai angioedema. Bengkak tersebut biasanya terjadi secara tiba-tiba, biasanya dimulai
sekitar bibir dan wajah, kadang-kadang dengan sesak nafas dan mengi. Hal ini dapat
mengancam kehidupan. Oleh karena itu, jika hal ini terjadi, segera larikan ke rumah sakit.
Efek samping diketahui dengan cara memonitoring penggunaan secara berkala terhadap
pasien sehingga dapat ditangani secara dini. Pasien yang menggunakan obat hipertensi akan
mengalami hipotensi apabila penggunaan obatnya tidak dimonitoring. Penggunaan obat pada
pasien hemodialisis sangat perlu di lakukan monitoring karena proses dialisis sangat berpengaruh
terhadap kadar obat dalam darah. Monitoring dilakukan untuk mengetahui efek terapi dan efek
samping yang mungkin muncul akibat penggunaan obat. Treatment akibat efek samping
tergantung akibat dari efek samping obat, berdasarkan akibatnya efek samping dibagi menjadi
efek samping minor, moderate dan mayor, efek samping obat tersebut terjadi pada dosis
pemberian.
Daftar Pustaka
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf diakses pada tanggal 7 Oktober
2015 pukul 15.00
http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/article/viewFile/517/340 diakses pada
tanggal 7 Oktober 2015 pukul 16.05
Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw Hill
Company. USA
Diltiazemm (CCB) menyebabkan edema tungkai. Relaksasi jantung dan otot polos
vascular menyebabkan vasodilatasi
Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi
edema perifer.