Guna mengobati hipertensi dan menjaga tekanan darah tetap stabil, dokter akan menyarankan pasien
untuk melakukan perbaikan gaya hidup, seperti:
Menjalani pola makan sehat dengan mengurangi asupan garam dan memperbanyak konsumsi
buah dan sayur.
Memperbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
Menurunkan berat badan bila mengalami obesitas dan menjaga berat badan tetap ideal.
Mengurangi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, atau minuman bersoda.
Berhenti merokok.
Mengurangi konsumsi alkohol.
Mengurangi stres dengan melakukan relaksasi.
Tidur yang cukup.
Namun bila perbaikan gaya hidup tidak berhasil menurunkan tekanan darah, dokter akan meresepkan
obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Selama mengonsumsi obat, pasien tentunya harus
tetap menerapkan pola hidup yang sehat.
Obat-obatan tekanan darah tinggi ini cukup beragam dan terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
5. Diuretik
Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan air dan natrium dalam tubuh, sehingga jumlah cairan
dan garam yang mengalir dalam pembuluh darah menurun. Efek ini dapat menimbulkan penurunan
tekanan darah.
Contoh obat diuretik adalah furosemide, torsemide, spironolactone, dan hydrochlorothiazide. Obat
diuretik dapat menimbulkan efek samping berupa pusing, sering merasa haus, lebih sering buang air kecil,
kram otot, dehidrasi, ruam kulit, dan munculnya gejala asam urat.
6. Nitrat
Nitrat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung meningkat dan
jantung tidak memompa darah lebih kuat. Biasanya, dokter baru akan meresepkan obat ini ketika
obat beta blockers dan CCB tidak bekerja dengan efektif atau pada pasien hipertensi yang
mengalami serangan jantung.
Jenis obat-obatan nitrat adalah isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate, dan glyceryl trinitrate. Obat
tekanan darah tinggi golongan nitrat ini dapat menimbulkan efek samping berupa pusing, wajah
kemerahan, mual, hipotensi, dan rasa tidak nyaman di mulut.
7. Alpha blockers
Obat tekanan darah tinggi ini bekerja dengan cara menghambat kerja hormon norepinefrin yang dapat
menyempitkan aliran darah dan membuat otot mengalami kontraksi. Obat golongan alpha blockers dapat
membuat otot pembuluh darah menjadi rileks, sehingga tekanan darah menurun.
Obat-obatan golongan alpha blockers umumnya bukan merupakan pilihan obat tekanan darah tinggi yang
utama. Obat ini biasanya diberikan pada pasien hipertensi yang juga memiliki kondisi medis lain, seperti
pembesaran prostat jinak (BPH) dan penyakit arteri perifer.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan alpha blockers adalah terazosin, prazosin, dan tamsulosin.
Efek samping obat golongan alpha blockers adalah pusing dan hipotensi ortostatik, yaitu penurunan
tekanan darah saat posisi tubuh berubah.
Pemilihan jenis dan dosis obat tekanan darah tinggi perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing
penderita. Itulah sebabnya, penderita hipertensi perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna
menentukan jenis obat darah tinggi mana yang cocok dan aman digunakan sesuai dengan kondisinya.
Selain itu, penderita hipertensi juga disarankan untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin di rumah
dengan tensimeter dan rutin kontrol ke dokter untuk memantau efektivitas pengobatan dalam
mengendalikan tekanan darah.
Cedera kepala adalah hal yang sering dialami banyak orang. Cedera kepala sendiri dibagi mulai dari
tingkat ringan sampai berat yang biasa disebut Gegar otak. Gegar otak adalah cedera kepala berat yang
bisa mempengaruhi fungsi otak. Pada keadaan tertentu guncangan pada otak misal terkena pukulan,
hantaman benda tumpul atau terbentur bisa meningkatkan tekanan di dalam kepala dalam medis
disebut TIK (Tekanan Intra Cranial). Dimana hal ini bisa menyebabkan kepala berat, pusing, mual dan
muntah.
Beberapa tips untuk mengurangi efek buruk dari cedera kepala diantaranya :
1. Kurangi aktifitas fisik berlebihan semisal olahraga dan perbanyak waktu untuk istirahat.
2. Hindari konsumsi obat selain yang diresepkan dokter.
3. Hindari kegiatan yang mebutuhkan konsentrasi tinggi semisal membaca, main laptop ataupun
game.
Pasang aliran oksigen sebanyak 1–2 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi muda) untuk
memberikan kadar-oksigen-inspirasi 30–35%. Tidak perlu pelembapan.
Kateter Nasal. Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke dalam lubang hidung hingga melewati
bagian belakang rongga hidung. Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung hingga ke bagian
tepi dalam dari alis anak.
Kateter Nasofaring. Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG dimasukkan ke dalam faring tepat di bawah
uvula. Letakkan kateter pada jarak dari sisi cuping hidung hingga ke arah telinga (lihat gambar B). Jika
alat ini diletakkan terlalu ke bawah, anak dapat tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul
distensi lambung.
Beri aliran sebanyak 1–2 liter/menit, yang memberikan kadar-oksigen inspirasi 45-60%. Perlu
diperhatikan kecepatan aliran tidak berlebih karena dapat menimbulkan risiko distensi lambung.
Perlu dilakukan pelembapan.