Golongan
Obat
Antihipertensi
Riska Zain
70100113043
FARMASI A
2. Loop diuretic: Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan
hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat. Bumetanide
(Bumex), Furosemide (Lasix), dan Torsemide (Demadex).
3. Pottasium-sparing diuretic: Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan
diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium
Amiloride (Midamor) dan Triamterene (Dyrenium).
2. -Bloker (beta-bloker).
Mekanisme kerja beta-bloker sebagai antihipertensi masih belum jelas,
diperkirakan ada beberapa cara, cara pertama adalah pengurangan denyut
jantung dan kontraktilitas miokard menyebabkan denyut berkurang. Refleks
baroreseptor serta hambatan reseptor B2 Vaskuler menyebabkan resistensi
perifer menurun, mungkin sebagai penyesuaian terhadap pengurangan curah
jantung yang kronik. Cara yang kedua adalah hambatan sekresi rennin melalui
reseptor B1 di ginjal.Penurunan tekanan darah oleh beta bloker yang diberikan
per oral berlangsung lambat. Efek ini mulai terlihat dalam 24 jam sampai 1
minggu setelah terapi dimulai, dan tidak diperoleh penurunan tekanan darah
lebih lanjut setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Efek samping obat golongan
beta bloker dapat diperkirakan selain itu juga terdapat banyak pilihan sehingga
beta bloker sering digunakan sebagai obat pilihan pertama. Khususnya pada
kasus hipertensi dengan aritmia atau ischaemia heart disease. Kontra indikasi
pemakaian beta bloker adalah obstruksi saluran nafas (asma bronkhial),
penyakit pembuluh darah perifer, dan gagal jantung.
Golongan Beta-blocker bekerja dengan cara memperlambat kerja
jantung melalui pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan menurunkan
tekanan darah. Secara kimiawi komponen obat golongan Beta-blocker
menghambat kerja noradrenalin dan adrenalin. Kerja sama kedua senyawa
kimia ini berguna mempersiapkan tubuh saat menghadapi bahaya sehingga
tubuh siap "lari atau lawan". Penghambatan terhadap kerja noradrenalin dan
Atenolol (Tenormin)
Betaxolol (Kerlone)
Bisoporol
Acebutolol
Pindolol
Propanolol
3. - Bloker (Alfa-bloker).
Antagonis adrenoreseptorm memblok reseptor adrenergic
dipembuluh darah sehingga vasodilatasi. obat ini tidak menimbulkan toleransi
pada penggunaan janka panjang sebagai antihipertensi. Alfa bloker merupakan
satu-satunya golongan antihipertensi yang memberikan efek positif terhadap
lipid darah (menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida dan meningkatkan
kolesterol HDL). Alfa bloker juga dapat menurunkan resistensi insulin
(disamping penghambat ACE), memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan
mengurangi serangan asma akibat latihan fisik, dan tidak berinteraksi dengan
AINS. Karena itu, alfa bloker dianjurkan penggunaanya pada penderita
hipertensi yang disertai diabetes, dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi
perifer, asma, dan perokok. Merokok meningkatkan trigliserida dan
menurunkan kolesterol HDL dalam darah. Alfa bloker juga dapat dianjurkan
untuk penderita muda yang aktif secara fisik, dan mereka yang menggunakan
AINS.
Golongan Alpha-blocker bekerja dengan cara menghambat kerja
adrenalin pada otot-otot dinding pembuluh darah. Adrenalin menyebabkan
pembuluh darah menyempit sehingga tekanan darah meningkat. Dengan
penghambatan adrenalin menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga
menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah menurun.
Biasanya pemberian Alpha-blocker menimbulkan mulut kering dan rasa
pusing. Obat golongan ini antara lain: Dexazosin, Prazosin, dan Terazosin.
4. Antagonis kalsium
Pada otot jantung ada otot vaskuler, ion kalsium terutama berperan
dalam peristiwa kontraksi. Meningkatnya kadar ion kalsium dalam sitosol akan
meningkatkan kontraksi. Masuknya ion kalsium dalam ruang ekstrasel kedalam
ruang intrasel dipacu oleh perbedaan kadar (kadar kalsium ekstrasel 10. 000
kali lebih tinggi disbanding kadar ion kalsium intrasel sewaktu diastole). Obat
antihipertensi golongan antagonis kalsium bekerja dengan jalan memblok kanal
kalsium yang terletak pada otot polos sehingga mencegah terjadinya
vasokonstriksi.Antagonis kalsium makin banyak digunakan karena efek
sampingnya pada kardiovaskuler, bronkus, dan metabolism tubuh lebih kecil
dibandingkan dengan beta bloker. Berdasarkan efek tersebut, antagonis kalsium
ini terutama digunakan pada hipertensi, apabila diuretik dan atau beta bloker
kurang efektif. Golongan obat antihipertensi ini menurunkan darah secara
efektif, dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik serta menekan kejadian
stroke. Indikasi terutama hipertensi sistolik pada lansia.
Obat-obat ini memiliki mekanisme dengan jalan menghambat influks
kalsium ke dalam otot polos arteri dan dengan memperlebar arteriol perifer
sehingga dapat mengurangi tekanan darah. Efek samping samping penggunaan
obat ini adalah sakit kepala,muka merah terjadi karena vasodilatasi arteri
meningeal dan di daerah muka.
Edem perifer terutama terjadi oleh dihidropiridin,dan yang paling
sering adalah nifedipin. Edem terjadi akibat dilatasi arteriol yang melebihi
dilatasi vena, sehingga meningkatkan tekanan hidrostatik yang mendorong
cairan keluar keruang interstisial tanpa adanya retensi cairan dan garam.
Contoh obat dari golongan ini adalah: nifedipin, verapamil, dan diltiazem.
Mekanisme
kerja
penghambat
ACE
adalah
mengurangi
vaskular
sistemik.
Contoh
obat
dari
golongan
ini
adalah:hidralazin,minoksidil,dan diazoksid.