Anda di halaman 1dari 10

ANTIHIPERTENSI DAN ANTIARITMIA

I. ANTIHIPERTENSI

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. “Hiper” artinya berlebihan “Tensi” artinya tekanan/tegangan. Jadi, hipertensi adalah
gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai
normal (Hipertensi : Tekanan sistolik > 160 mmHg, Tekanan Diastolik > 95 mmHg).

Sedangkan antihipertensi adalah obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Contoh obat antihipertensi :

-Captopril -Propanolol

-Clonidine -Metildopa

-Reserpine -Prazosin

-Nifepidine -Atetolol

-Saralasin -Betaxolol

A. Prevalensi Hipertensi

• Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan 1 milyar orang di
dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang.

• Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.

• Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana
1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi
sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.

• Survey Indikator Kesehatan Nasional tahun 2016 sudah menunjukkan prevalensi


hipertensi meningkat menjadi 32,4 %.

B. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun


secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sebenarnya tidak ada).

a. Sebagian besar tidak ada gejala.


b. Sakit pada bagian belakang kepala.

c. Leher terasa kaku.

d. Kelelahan.

e. Mual.

f. Sesak napas.

g. Gelisah.

h. Muntah.

i. Mudah tersinggung.

j. Sukar tidur.

k. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal

C. Pengobatan Hipertensi

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antihipertensi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada saraf

Dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Senyawa dengan efek sentral

Bekerja sebagai antihipertensi dengan merangsang pusat adrenoreseptor pada


pusat vasomotor medula dan menyebabkan hambatan tonus simpatetik sehingga
terjadi penurunan tekanan darah.

Contoh : Klonidin HCl, guanfasin HCl

b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer

Bekerja dengan cara mengosongkan katekolamin, norefinefrindan serotonin dari


tempat penyimpanan pada saraf perifer dan pusat simpatetik.
Contoh : reserpin

c. Senyawa yang memblok transmisi saraf efektor

Bekerja dengan mengosongkan norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer,


terjadi pemblok aktivitas adrenergik pada adrenoreseptor buluh darah, yang
menghasilkan penurunan tekanan darah.

Contoh : bretilium tosilat, debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat .

d. Senyawa penghambat monoamin oksidase

Efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik tanpa


menimbulkan efek depresi. Penghambat enzim monoamin oksidase akan
menurunkan metabolisme katekolamin dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan
oktopamin, suatu transmiter dengan efek presor yang lebih rendah dibandingkan
norepinefrin.

Contoh : pargilin HCl .


2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada vaskular

Dibagi dalam lima kelompok, yaitu:

a. Senyawa pemblok β-adrenergik

Mekanisme kerja antihipertensinya disebabkan oleh antagonis kompetitif dengan


katekolamin pada β-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan β-
reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer dan menyebabkan
penurunan tekanan darah.

Contoh : asebutolol, atenolol, metoprolol, pindolol.

b. Senyawa pemblok α-adrenergik

Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan oleh antagonis kompetitif


dengan katekolamin pada α-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan
α-reseptor dan penurunan daya tahan (menimbulkan vasodilatasi) vaskular perifer,
sehingga tekanan darah menurun. Struktur kimia golongan ini sangat bervariasi,
salah satu yang banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah turunan
kuinazolin.

Contoh: doksazosin mesilat, prozasin HCl, terazosin.

c. Vasodilator arteri

Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos


arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan
penurunan tekanan darah.

Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat.

d. Vasodilator vena dan arteriola

Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos vena
dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah.
Contoh : natrium nitroprusida.

e. Antagonis kalsium selektif

Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu menurunkan tonus otot
polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan
penurunan tekanan darah.

Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin, nifedipin, verapamil.

3. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada humoral

Mekanisme antihipertensi pada humoral berhubungan dengan kerja obat sebagai


antagonis angiotensin. Senyawa antihipertensi yang bekerja pada humoral berdasarkan
mekanisme kerjanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu senyawa penghambat ACE
dan antagonis reseptor angiotensin II.

a. Senyawa penghambat ACE


Senyawa penghambat ACE seperti kaptopril, enalapril, lisinopril merupakan
antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan, seperti kelesuan, sakit
kepala, diare, batuk dan mual.
Hubungan struktur-aktivitas senyawa penghambat ACE
Model tempat aktif pada ACE ditunjukkan oleh adanya :
1. Ion Zn++ yang dapat membentuk kompleks dengan ligan dengan gugus
sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus karboksi dari enalapril, lisinopril,
perindopril, ramipril, delapril, imidapril serta gugus fosforus dari fosinopril.
2. Gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil.
3. Gugus yang bermuatan positif yang terikat melalui ikatan ion dengan gugus
karboksilat yang bermuatan negatif.
4. Gugus karboksi yang membentuk kompleks dengan Zn++ dapat berupa
karboksilat bebas (lisinopril), tetapi pada umumnya dalam bentuk ester etil
(enalapril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril) untuk memperpanjang
masa kerja obat.
5. Bentuk ester adalah pra-obat, dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi bentuk
asam yang aktif. Gugus-gugus lain pada umumnya untuk meningkatkan
lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat dalam tubuh menjadi lebih baik.
b. Senyawa antagonis reseptor AT1 angiotensin II
Kelompok obat ini merupakan obat antihipertensi baru yang bekerja secara selektif
sebagai antagonis reseptor AT1 angiotensin II, dengan memblok sumber atau jalur
sintesis angiotensin II, menurunkan kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron
dalam plasma, sehingga terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak bekerja
sebagai penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi kecepatan konstraksi jantung.
Contoh : losartan, irbestan, kandesartan, valdastran.
D. Pencegahan Hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi
dengan cara :

a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.

b. Menjaga berat badan ideal.

c. Mengurangi konsumsi garam.

d. Jangan merokok.

e. Berolahraga secara teratur.

f. Hidup secara teratur.

g. Mengurangi stress.

h. Jangan terburu-buru.

i. Menghindari makanan berlemak.

 Pencegahan Primer
1. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
3. Kurangi konsumsi alkohol.
4. Konsumsi minyak ikan.
5. Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium
juga cukup membantu.
 Pencegahan Sekunder
1. Pola makanam yamg sehat.
2. Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
3. Fisik aktif.
4. Mengurangi Akohol intake.
5. Berhenti merokok.
 Pencegahan Tersier
1. Pengontrolan darah secara rutin.
2. Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

II. ANTIARITMIA
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

A. Prevalensi Aritmia

• Di Indonesia

Pada tahun 2012 sebanyak 2,1 juta penduduk Indonesia menderita gangguan irama
jantung atau aritmia.

• Di Dunia

Pada tahun 2010 tercatat 33,5 juta laki-laki dan 12,6 juta perempuan di dunia
mengidap aritmia.

B. Gejala Aritmia

1. Perubahan Tekanan Darah (Hipertensi/Hipotensi) ; nadi tidak teratur; bunyi irama


jantung tidak teratur, bunyi ekstra, bunyi menurun ; kulit pucat, sianosis, berkeringat
; edema.

2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan


pupil

3. Nyeri dada ringan sampai berat

4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan atau kedalaman pernapasan; bunyi napas
tambahan (mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis

5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat) ; inflamasi, edema (trombosis sipersifial)


kehilangan tonus otot atau kekuatan

6. Palpitasi (jantung berdetak lebih cepat) (Smeltzer, 2002)

C. Pengobatan Aritmia

Berdasarkan pengaruh pada potensial kerja jantung, obat aritmia dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:

1. Obat yang menstabilkan membran

Obat yang menstabilkan membran adalah senyawa yang berstruktur tidak khas,
bekerja dengan cara berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial,
menyebabkan peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat
fungsi biologis komponen membran normal.

Contoh : glikosida digitalis, disopiramid fosfat, prokainamid HCl, kuinidin sulfat.

Lidokain

 Lazim dipakai secara intravena

 Toksisitas rendah dengan efektifitas tinggi pada aritmia dengan infark otot
jantung akut

 Bekerja pada saluran natrium

 Lidokain menekan aktivitas listrik jaringan aritmigenok yang terdepolarisasi


sehingga lidokain dapat untuk menekan aritmia yang berhubungan dengan
depolarisasi.

 Sebagai obat aritmia kelas IB (penyekat kanal natrium), lidokain dapat


menempati reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0) atau
inaktivasi (fase 2) karena pada kedua fase ini afinitas lidokain terhadap
reseptornya tinggi sedangkah pada fase istirahat afinitasnya rendah.

 Mekanisme kerja :

1. Apabila reseptornya ditempati lidokain, maka ion Na+ tidak dapat masuk ke
dalam sel.

2. Kanal sel normal yang dihambat lidokain selama siklus aktivasi-inaktivasi


akan cepat terlepas dari reseptornya pada fase istirahat.
3. Sebaliknya kanal yang terdepolarisasi bila diberi lidokain akan pulih lebih
lama.

4. Sehingga lidokain menghambat aktivitas listrik jantung berlebihan dan bisa


untuk antiaritmia.

2. Senyawa pemblok β-adrenergik


β-bloker menimbulkan efek antiaritmia dengan jalan memblok β-adrenoseptor
jantung sehingga menghambat respon katekolamin pada miokardial. Pada dosis
besar β-bloker menimbulkan efek stabilisasi membran. Efek pertama yang
dihasilkan adalah menekan automatisitas, mengurangi kecepatan jantung dan
kontraksi miokardial, dan memperpanjang waktu konduksi atrioventrikular.
Contoh : asebutolol, alprenolol, atenolol, karteolol, propanolol.
3. Obat yang memperpanjang potensial kerja
 Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara : Menekan sinus atrial
dan fungsi atrioventrikular nodal dengan meningkatkan waktu konduksi
sinoatrial dan waktu rekoveri sinus nodal;
 Menimbulkan periode refraktori atrial;
 Memperlambat konduksi atrioventrikular nodal.
Contoh : amiodaron dan bretilium tosilat

4. Antagonis kalsium selektif


Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara memblok pengangkutan
atau aliran ion kalsium melalui membran sel miokardial sehingga kadar kalsium
dalam sel otot polos vaskular koroner dan perifer berkurang serta terjadi relaksasi
otot polos vaskuler koroner.
Contoh : diltiazem HCl, Felodipin, nikardipin, nifedipin, amlodipin, verapamil.

D. Pencegahan Aritmia

1. Mengurangi stress
2. Menjaga berat badan

3. Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dokter terutama obat yang
mengandung zat stimulan pemicu jantung berdetak cepat

4. Menghindari konsumsi minuman keras dan berkafein

5. Tidak merokok

6. Olahraga teratur

7. Mengonsumsi makanan sehat

Anda mungkin juga menyukai