Anda di halaman 1dari 57

Farmakologi

Hipertensi
Abdan Syaifur Rachman / 212210001 / 3B

1
Definisi Hipertensi
Tensi atau disebut juga Tekanan Darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada
dinding arteri, yang adalah pembuluh darah utama dalam tubuh. Hipertensi ialah ketika tekanan
darah dalam tubuh terlalu tinggi.

Hipertensi didefinisikan dengan dua angka penulisan. Yang pertama sebagai Tekanan Darah
Sistolik atau Systolic Blood Pressure (SBP) dan kedua yaitu Tekanan Darah Diastolik atau
Diastolic Blood Pressure (DBP).
2
Hipertensi Sistolik & Diastolik
Systolic Blood Pressure (SBP) yaitu tekanan dalam pembuluh
darah saat jantung berkontraksi atau berdetak. Sistolik dapat
diketahui lebih dari atau sama dengan 140 mmHg.

Diastolic Blood Pressure (DBP) yaitu tekanan di pembuluh


darah saat jantung beristirahat diantara detakan jantung.
Diastolik dapat diketahui lebih dari atau sama dengan 90
mmHg.

3
Klasifikasi Hipertensi

1 Normal 3 Hipertensi tahap I


Sistole : <120 mmHg Sistole : 140-159 mmHg
Diastole : <80 mmHg Diastole : 90-99 mmHg

2 Prehipertensi 4 Hipertensi tahap II


Sistole : 120-139 mmHg Sistole : ≥160 mmHg
Diastole : 80-89 mmHg Diastole : ≥100 mmHg

4
Etiologi Hipertensi

Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder


Disebut juga hipertensi esensial adalah Adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari
hipertensi yang belum diketahui penyebabnya adanya penyakit lain, sekitar 5-10% penyebabya
(95%), berbagai faktor berpengaruh yang diduga adalah penyakit ginjal dan 1-2% adalah kelainan
sebagai penyebabnya ialah seperti faktor genetik hormon, kontrasepsi oral dan penyalahgunaan
dan faktor lingkungan. alkohol.

5
Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi hipertensi melibatkan peningkatan
tekanan darah, yang jika terjadi secara kronis akan
menyebabkan kerusakan target organ.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi akibat
abnormalitas pada resistensi perifer ataupun
cardiac output. Patofisiologi hipertensi juga
melibatkan sistem renin-angiotensin-aldosteron

6
Patofisiologi Hipertensi
Peran Ginjal

Ginjal memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi dan meregulasi
renin yang merangsang angiotensin I-converting enzyme (ACE) untuk membentuk angiotensin II dari
angiotensin I yang disebut juga sebagai renin-angiotensin system (RAS). Angiotensin II merupakan
peptida vasoaktif yang berperan dalam konstriksi pembuluh darah, sehingga peningkatannya akan
meningkatkan tekanan darah. Selain itu, ginjal juga berperan dalam mengatur diuresis dan natriuresis, di
mana kegagalan fungsi ini menyebabkan peningkatan volume cairan dan kadar natrium darah, sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah.
7
Patofisiologi Hipertensi
Peran Vaskular

Mekanisme vaskular, termasuk ukuran, reaktivitas, dan elastisitas pembuluh darah juga
memainkan peran penting dalam terjadinya hipertensi. Hipertensi sering dikaitkan dengan
vasokonstriksi yang dapat disebabkan oleh peningkatan hormon vasokonstriktor, seperti
angiotensin II, katekolamin, dan vasopresin. Selain itu, gangguan vasodilatasi juga dapat
berperan dalam terjadinya hipertensi.

8
Patofisiologi Hipertensi
Peran Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat berperan dalam patofisiologi hipertensi melalui aktivitas simpatetik
akibat sinyal saraf aferen. Aktivitas simpatetik yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah, antara lain peningkatan vasokonstriksi dan remodelling vaskular, produksi renin oleh
ginjal, dan peningkatan resorpsi natrium oleh ginjal.

9
Patofisiologi Hipertensi
Peran Endokrin

Selain angiotensin II, aldosteron juga memiliki peran dalam terjadinya hipertensi.
Keberadaan angiotensin II menyebabkan pelepasan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
Aldosteron diketahui meningkatkan resorpsi natrium oleh ginjal dan menurunkan diuresis.

10
Terapi Non- Farmakologi
Tekanan darah tinggi bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, hal yang
dapat dilakukan diantaranya:
1. Rutin berolahraga dan memperbanyak aktivitas fisik
2. Menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal
3. Mengatur pola makan, mengurangi makan makanan berlemak dan mengurangi konsumsi
garam berlebih
4. Menghindari kebiasaan buruk, seperti menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi
konsumsi minuman beralkohol
5. Rutin memeriksakan kesehatan dan menjaga tubuh agar terhindar dari penyakit

11
Terapi Farmakologi
Pengobatan hipertensi secara farmakologis dilandasi oleh beberapa perinsip, misalnya seperti:
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan kausal
2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi
3. Penderita hipertensi harus mengkonsumsi obat penurun tekanan darah dalam jangka
panjang bahkan seumur hidup.
4. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dicapai dengan menggunakan

Obat Antihipertensi

12
Obat
Antihipertensi
Obat Antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah akibat hipertensi. Hipertensi yang tidak
ditangani dengan benar dapat menyebabkan komplikasi, mulai dari
stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga gagal ginjal.

13
Obat Antihipertensi
01 ACE Inhibitor
06 Antagonis Kalsium
Angiotensin Reseptor Blocker
02 (ARB)
07 Diuretik

03 Penghambat Renin
08 Alpha-2 Receptor Agonist

04 Alpha Blocker
09 Penghambat Adrenergik Parifer

05 Beta Blocker
14
01 ACE Inhibitor
Mekanisme Kerja
Angiotensin-converting enzyme atau ACE Inhibitor adalah golongan obat yang bekerja dengan cara
menghambat enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon ini dapat
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah sehingga membuat jantung bekerja
lebih keras. Berkurangnya hormon angiotensin II oleh ACE inhibitor akan menurunkan tekanan darah
dan meringankan kerja jantung.
Obat ini juga bisa membantu mencegah atau mengatasi kerusakan ginjal dengan mengurangi tekanan
di pembuluh darah ginjal.

15
01 ACE Inhibitor
Efek Samping
Ada beberapa efek samping yang berpotensi timbul akibat penggunaan obat ACE inhibitor, antara lain:

 Batuk kering  Kehilangan kemampuan indra pengecap


 Hipotensi  Lidah terasa asin atau muncul rasa seperti logam
 Pusing  Ruam
 Sakit kepala  Nyeri sendi
 Kantuk  Lebih sensitif terhadap cahaya matahari
 Lemas
16
01 ACE Inhibitor
Dosis & Obat (~pril)

Captopril
Benazepril – Captopril – Enalpril – Fosinopril - Lisinopril – Moexipril – Perindopril - Quinapril -
Ramipril - Trandolapril

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: Dosis awal 25–75 mg, 2–3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 100–150 mg, yang
terbagi dalam 2–3 dosis setelah 2 minggu penggunaan.
• Anak usia <1 tahun: 0,15 mg/kgBB per hari.
• Anak dan remaja: 0,3 mg/kgBB per hari.
• Lansia: Dosis awal 6,25 mg per hari. 17
01 ACE Inhibitor
Dosis & Obat (~pril)

Lisinopril
Benazepril – Captopril – Enalpril – Fosinopril - Lisinopril – Moexipril – Perindopril - Quinapril -
Ramipril - Trandolapril

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: Dosis awal 10 mg sekali sehari. Dosis perawatan 20 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 80
mg per hari. Untuk penderita hipertensi renovaskular dan hipertensi berat, dosis bisa diawali dengan 2,5–5 mg sekali
sehari.
• Anak usia 6–16 tahun: Dosis awal untuk anak dengan berat badan 20–50 kg adalah 2,5 mg, sekali sehari. Dosis
maksimal 20 mg perhari. Dosis awal untuk anak dengan berat badan ≥50 kg adalah 5 mg sekali sehari. Dosis maksimal
40 mg per hari.
18
01 ACE Inhibitor
Dosis & Obat (~pril)

Benazepril – Captopril – Enalpril – Fosinopril - Lisinopril – Moexipril – Perindopril - Quinapril -


Ramipril
Ramipril - Trandolapril

Tujuan: Menangani Hipertensi


• Dosis awal 2,5 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi saat menjelang tidur. Dosis pemeliharan 2,5–5 mg, 1 kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan hingga 10 mg per hari jika dibutuhkan.
Tujuan: Menangani gagal jantung
• Dosis awal 1,25 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 5 mg per hari jika dibutuhkan.

19
02 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)

Mekanisme Kerja
ARB atau angiotensin II receptor blockers bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II ke
reseptornya. Angiotensin II merupakan senyawa yang memiliki efek menyempitkan pembuluh darah. Dengan
dihambatnya ikatan angiotensin II ke reseptor, pembuluh darah dapat melebar, sehingga aliran darah dapat lebih
lebih lancar dan tekanan darah dapat menurun. Melebarnya pembuluh darah dan menurunnya tekanan darah juga
akan mengurangi beban atau kerja jantung dan mencegah kerusakan ginjal yang lebih lanjut.
Obat ini juga digunakan dalam pengobatan gagal jantung dan pencegahan gagal ginjal pada penderita diabetes
atau hipertensi.

20
02 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)

Efek Samping
Ada beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi ARB, di antaranya:

 Pusing  Nyeri punggung atau nyeri tungkai


 Hipotensi ortostatik  Mual atau muntah
 Diare  Batuk
 Insomnia atau sulit tidur  Gejala seperti flu
 Sakit kepala  Rasa logam atau asin pada lidah

21
02 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)

Dosis & Obat (~sartan)

Candesartan
Candesartan – Eprosartan – Irbesartan – Losartan – Olmesartan – Telmisartan - Valsartan

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 8 mg, sekali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan respons tubuh pasien. Dosis maksimal
32 mg per hari
• Anak usia 1–6 tahun: 0,2 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai
respons tubuh pasien, dengan dosis harian berkisar antara 0,05–0,4 mg/kgBB per hari. Dosis
maksimal 0,4 mg/kgBB. 22
02 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)

Dosis & Obat (~sartan)

Losartan
Candesartan – Eprosartan – Irbesartan – Losartan – Olmesartan – Telmisartan - Valsartan

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 50 mg tiap hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 100 mg, sekali sehari sesuai dengan
respons pasien. Untuk pasien yang menerima terapi diuretik, dosis awalnya 25 mg per hari.
• Lansia >75 tahun: 25 mg tiap hari.

23
02 Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)

Dosis & Obat (~sartan)

Candesartan – Eprosartan – Irbesartan – Losartan – Olmesartan – Telmisartan - Valsartan


Valsartan

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 80–160 mg, 1 kali sehari. Dosis maksimal 320 mg per hari.
• Anak usia 6–18 tahun BB <35 kg: 20 mg, 1 kali sehari. Dosis maksimal 40 mg per hari.
• Anak usia 6–18 tahun BB >35 kg: 40 mg, 1 kali sehari. Dosis maksimal 80 mg per hari.

24
03 Penghambat Renin
Mekanisme Kerja
Penghambat renin bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam tubuh yang
disebut renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Renin bertanggung jawab untuk mengubah angiotensin menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzim (ACE). Dengan terhambatnya
proses perubahan angiotensin ini, maka pembuluh darah bisa melebar sehingga aliran darah lebih lancar
dan tekanan darah akan turun.

25
03 Penghambat Renin
Efek Samping

Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah penggunaan aliskiren, yaitu:
 Rasa melayang atau pusing
 Batuk
 Diare
 Lelah yang tidak biasa

26
03 Penghambat Renin
Dosis & Obat

Aliskerin

Dosis aliskiren yang diberikan dokter dapat berbeda pada tiap pasien. Secara umum, untuk
mengatasi hipertensi pada orang dewasa, dosis awal adalah 150 mg, 1 kali sehari. Bila
diperlukan, dosis dapat ditingkatkan menjadi 300 mg, 1 kali sehari.

27
04 Alpha (α) Blocker
Mekanisme Kerja

Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat
dengan reseptor alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar, jantung berdenyut
secara normal, dan tekanan darah menurun.
Pada penderita hipertensi, penghambat alfa diresepkan bila obat lain tidak berhasil
menurunkan tekanan darah. Obat ini bukanlah pilihan pertama yang digunakan untuk mengatasi
hipertensi, dan biasanya akan dikombinasikan dengan obat lain, seperti diuretik.

28
04 Alpha (α) Blocker
Mekanisme Kerja (Lanjutan..)

Obat golongan penghambat alfa bekerja dengan menghambat hormon norepinephrine. Hal ini
menyebabkan otot pembuluh darah menjadi lebih lemas sehingga pembuluh darah akan melebar.
Akibatnya, aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah akan menurun.
Pada beberapa jenis obat penghambat alfa, efek melemaskan otot ini juga bisa digunakan
untuk mengatasi keluhan gangguan berkemih yang dialami oleh penderita pembesaran kelenjar
prostat atau benign prostate hyperplasia (BPH).

29
04 Alpha (α) Blocker
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan obat penghambat alfa antara lain:

 Pusing  Pusing dan rasa seperti melayang ketika berdiri setelah duduk atau
 Kantuk ringan berbaring (hipotensi ortostatik)
 Sakit kepala  Gangguan pencernaan, seperti diare, sembelit, atau sakit perut
 Badan terasa lemas
 Mimpi yang aneh

30
04 Alpha (α) Blocker
Dosis & Obat (~osin)

Doxazosin
Doxazosin – Terazosin – Tamsulosin – Silodosin

Kondisi: Pembesaran kelenjar prostat atau benign prostatic hyperplasia (BPH)


• Dosis awal: 1 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan setelah 1–2 minggu, tergantung
pada respons tubuh.
• Dosis pemeliharaan: 2–4 mg per hari. Dosis maksimal 8 mg per hari.
Kondisi: Hipertensi
• Dosis awal: 1 mg, 1 kali sehari dikonsumsi sebelum tidur. Dosis dapat digandakan setelah 1–2 minggu, tergantung pada
respons tubuh.
• Dosis pemeliharaan: 1–4 mg, 1 kali sehari. Dosis maksimal 16 mg per hari.
31
05 Beta (β) Blocker
Mekanisme Kerja
Penghambat beta bekerja dengan cara menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin, yaitu
hormon yang berfungsi untuk meningkatkan detak jantung dan memicu kerja otot jantung. Dengan
dihambatnya hormon tersebut, jantung akan berdenyut lebih lambat dan tekanan darah akan turun.
Penghambat beta juga memiliki efek melebarkan pembuluh darah, sehingga sirkulasi darah dapat
meningkat. Selain untuk jantung dan pembuluh darah, penghambat beta dapat digunakan untuk
mengatasi migrain, glaukoma, tremor, gangguan kecemasan, dan hipertiroidisme.

32
05 Beta (β) Blocker
Efek Samping
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan obat penghambat beta:

 Pusing  Sakit kepala


 Kelelahan  Sakit perut
 Mengantuk  Kenaikan berat badan
 Tangan dan kaki dingin atau kesemutan  Mual dan muntah
 Mulut, kulit, dan mata kering  Diare atau konstipasi

33
05 Beta (β) Blocker
Dosis & Obat (~olol)

1. Penghambat β selektif : Atenolol – Acebutolol – Betaxolol – Bisoprolol - Bisoprolol


Metoprolol
2. Penghambat β nonselektif : Nadolol – Propanolol – Sotalol - Timolol
3. Penghambat β generasi ke-3 : Carvedilol – Labetalol - Nebivolol

Kondisi: Angina pektoris, hipertensi, aritmia


• Dosis awal adalah 5 mg, sekali sehari, disesuaikan dengan respons pasien. Dosis umum adalah 10 mg, sekali sehari, maksimal 20
mg per hari.
Kondisi: Gagal jantung kronis
• Dosis awal adalah 1,25 mg, sekali sehari. Dosis dapat digandakan setelah 1 minggu jika obat ditoleransi baik oleh tubuh pasien.
Dosis ditingkatkan secara bertahap dengan interval 1–4 minggu, dengan dosis maksimal 10 mg per hari.
34
05 Beta (β) Blocker
Dosis & Obat (~olol)

1. Penghambat β selektif : Atenolol – Acebutolol – Betaxolol – Bisoprolol - Metoprolol


2. Propanolol
Penghambat β nonselektif : Nadolol – Propanolol – Sotalol - Timolol
3. Penghambat β generasi ke-3 : Carvedilol – Labetalol - Nebivolol

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 40–80, 2 kali sehari. Dosis perawatan 160–320 mg per hari. Dosis maksimal 640 mg per hari.
Kondisi: Serangan jantung
• Dewasa: 40 mg, 4 kali sehari selama 2–3 hari, dimulai dalam 5–21 hari setelah serangan jantung. Dosis perawatan adalah 80 mg,
2 kali sehari.
Kondisi: Tremor
• Dewasa: Dosis awal adalah 40 mg, 2–3 kali sehari. Dosis perawatan adalah 80–160 mg per hari. 35
05 Beta (β) Blocker
Dosis & Obat (~olol)

1. Penghambat β selektif : Atenolol – Acebutolol – Betaxolol – Bisoprolol - Metoprolol


2. Penghambat β nonselektif : Nadolol – Propanolol – Sotalol - Timolol
3. Penghambat β generasi ke-3 : Carvedilol – Labetalol -Labetalol
Nebivolol

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: Dosis awal 100 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 200–400 mg, 2 kali sehari, sesuai
dengan respons pasien. Dosis maksimal 2.400 mg per hari, dibagi menjadi 2–4 kali minum.
• Lansia: Dosis awal 40–100 mg, 2 kali sehari. Dosis perawatan 100–200 mg, 2 kali sehari.

36
06 Antagonis Kalsium
Mekanisme Kerja
Antagonis kalsium (Calcium Channel Blocker/CCBs) adalah kelompok obat yang bermanfaat untuk
menangani masalah jantung dan pembuluh darah, terutama tekanan darah tinggi. Obat golongan
antagonis kalsium dibagi menjadi jenis dihydropyridine dan non-dihydropyridine.
Antagonis kalsium bekerja dengan memperlambat masuknya kalsium ke dalam sel-sel jantung dan
dinding pembuluh darah. Hal ini akan membuat otot jantung lebih rileks dan melebarkan pembuluh
darah. Selain itu, antagonis kalsium jenis non-dihydropyridine juga dapat memperlambat detak jantung.

37
06 Antagonis Kalsium
Efek Samping
Ada beberapa efek samping yang berpotensi timbul akibat penggunaan obat antagonis kalsium, antara
lain:

 Sembelit atau sebaliknya diare  Mual atau sakit perut


 Kulit memerah dan hangat (flushing)  Ruam kulit
 Sakit kepala  Kelelahan
 Pusing atau rasa melayang, disertai jantung  Mulut kering

berdebar  Penyakit asam lambung (GERD)

38
06 Antagonis Kalsium
Dosis & Obat (~pine)

Amlodipine
Dihydropyridine (~dipine) : Amlodipine – Felodipine – Isradipine – Nicardipine – Nifedipine
Non-dihydropyridine : (a) Benzothiazepine : Diltiazem (b) Phenylalkamine : Verapamil

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 5–10 mg per hari.
• Anak-anak 6–17 tahun: 2,5–5 mg per hari.
Kondisi: Angina pektoris
• Dewasa: 5–10 mg per hari.

39
06 Antagonis Kalsium
Dosis & Obat (~pine)

Dihydropyridine (~dipine) : Amlodipine – Felodipine – Isradipine – Nicardipine – Nifedipine


Non-dihydropyridine : (a) Benzothiazepine : DiltiazemDiltiazem
(b) Phenylalkamine : Verapamil

Kondisi: Hipertensi (kapsul lepas lambat)


• Dewasa: Dosis awal adalah 90–120 mg, 2 kali per hari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 360 mg per
hari.
• Lansia: Dosis awal adalah 60 mg, 2 kali per hari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan sampai
240 mg per hari.

40
06 Antagonis Kalsium
Dosis & Obat (~pine)

Dihydropyridine (~dipine) : Amlodipine – Felodipine – Isradipine – Nicardipine – Nifedipine


Non-dihydropyridine : (a) Benzothiazepine : Diltiazem (b) Phenylalkamine : Verapamil Verapamil

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: Dosis awal 240 mg, 2–3 kali sehari. Dosis maksimal 480 mg tiap hari.
• Anak-anak usia 2 tahun: 20 mg, 2–3 kali sehari.
• Anak-anak usia 2 tahun ke atas: 40–120 mg, 2–3 kali sehari.
Kondisi: Angina pektoris
• Dewasa: 80–120 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga tidak lebih dari 480 mg tiap hari.
41
07 Diuretik
Mekanisme Kerja
Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk
menormalkan tekanan darah. Diuretik bekerja dengan membantu ginjal melepaskan lebih banyak garam
dan air dari pembuluh darah ke dalam urine. Dengan berkurangnya jumlah cairan yang mengalir di
dalam pembuluh darah, maka tekanan darah dapat berkurang.
Selain untuk mengatasi hipertensi, diuretik juga bisa digunakan untuk mengatasi kondisi lain yang
terkait dengan kelebihan cairan tubuh, seperti gagal jantung, edema, asites, altitude sickness, sirosis hati,
atau glaukoma.

42
07 Diuretik
Mekanisme Kerja (Lanjutan..)

1. Thiazide  bekerja dengan mengurangi penyerapan natrium atau klorida dalam ginjal pada proses
pembentukan urine. Efek thiazide tidak terlalu kuat sehingga Anda cenderung tidak merasakan
peningkatan jumlah urin yang dikeluarkan tubuh.
2. Diuretik loop  bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan natrium pada lengkung
Henle (loop) di dalam ginjal. Hal ini akan meningkatkan pengeluaran air dan garam melalui urine dalam
jumlah yang besar.
3. Diuretik hemat kalium  bekerja dengan meningkatkan volume cairan dan natrium di dalam urine
dengan tetap mempertahankan kadar kalium di dalam tubuh.
43
07 Diuretik
Efek Samping
Efek samping yang bisa terjadi pada penggunaan diuretik bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
jenis diuretik dan kondisi pasien. Beberapa efek samping yang sering muncul akibat penggunaan obat
diuretik adalah:
 Pusing  Peningkatan kadar asam urat
 Sakit kepala  Penyakit asam urat
 Mulut kering  Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
 Kram perut  Peningkatan kadar kolesterol dalam darah
 Kram otot  Ketidakseimbangan elektrolit, termasuk kalium, natrium, klorida, atau
 Sembelit / Diare magnesium 44
07 Diuretik
Dosis & Obat

1. Hydrochlorothiazide
Thiazide : Indapamide – Hydrochlorothiazide - Bendroflumethiazide
2. Diuretik Loop : Furosemide - Bumetanide
3. Diuretik Hemat Kalium (Potassium sparing) : Amiloride – Eplerenone - Spironolactone

Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 12,5 mg per hari, sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi
lainnya. Dosis dapat ditingkatkan hingga 50 mg per hari sesuai kebutuhan pasien. Dosis maksimal
100 mg per hari.
• Lansia: 12,5 mg per hari. Dosis dapat ditambahkan sebanyak 12,5 mg jika perlu.
45
07 Diuretik
Dosis & Obat

1. Thiazide : Indapamide – Hydrochlorothiazide - Bendroflumethiazide


2. Furosemide
Diuretik Loop : Furosemide - Bumetanide
3. Diuretik Hemat Kalium (Potassium sparing) : Amiloride – Eplerenone - Spironolactone

Kondisi: Oliguria (kurangnya produksi urine) pada gagal ginjal akut atau kronis
• Dewasa: Dosis awal 250 mg. Jika diperlukan, 250 mg bisa diberikan lagi setiap 4−6 jam. Dosis
maksimal 1.500 mg per hari.
Kondisi: Hipertensi
• Dewasa: 40–80 mg per hari. Bisa dikombinasikan dengan obat antihipertensi.
46
07 Diuretik
Dosis & Obat

1. Thiazide : Indapamide – Hydrochlorothiazide - Bendroflumethiazide


2. Diuretik Loop : Furosemide - Bumetanide
3. Diuretik Hemat Kalium (Potassium sparing) : Amiloride – Eplerenone - SpironolactoneSpironolactone

Tujuan: Mengobati hipertensi (darah tinggi)


• Dewasa: 25–100 mg per hari, dibagi menjadi 1–2 kali sehari. Dosis dpt disesuaikan stlh 2 minggu.
Tujuan: Mengatasi edema dan asites pada sirosis
• Dewasa: 100–400 mg per hari, tergantung pada kadar natrium dan kalium dalam urine.
• Anak-anak: 1–3 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam beberapa jadwal konsumsi. Dosis akan disesuaikan
dengan respons tubuh pasien.
47
08 Alpha-2 Receptor Agonist
Mekanisme Kerja
Alpha-2 receptor agonist (antihipertensi kerja sentral) bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang
memproduksi hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun.
1. Metildopa adalah obat antihipertensi yang bekerja sentral yang digunakan untuk mengatasi hipertensi pada
kehamilan. Obat ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun dan darah dapat
mengalir lebih lancar. Dalam penggunaannya, metildopa dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan
dengan obat lain.
2. Clonidine merupakan obat antihipertensi yang bekerja dengan cara melebarkan pembuluh darah sehingga darah
dapat mengalir lebih lancar. Selain hipertensi, clonidine juga bisa digunakan untuk mengobati nyeri kronis akibat
kanker, mengurangi gejala hot flashes pada wanita menopause, serta mencegah sakit kepala atau migrain.

48
08 Alpha-2 Receptor Agonist
Efek Samping
Ada beberapa efek samping yang berpotensi timbul akibat penggunaan obat Alpha-2 Receptor
Agonist:
 Kantuk
 Pusing atau pening
 Sakit kepala
 Tubuh terasa lemas
 Hidung tersumbat

49
08 Alpha-2 Receptor Agonist
Dosis & Obat

Clonidine
Clonidine – Guanfasin - Metildopa - Moksonidin

Tujuan: Menangani hipertensi (Bentuk Tablet)


• Dewasa: Dosis awal 50–100 mcg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setiap 2–3 hari, sesuai respons tubuh pasien. Dosis
pemeliharaan 300–1.200 mcg per hari yang diberikan dalam dosis terbagi. Dosis maksimal 2.400 mcg per hari.
• Anak-anak usia >12 tahun: 200 mcg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setiap minggu, sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan
200–600 mcg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 2.400 mcg per hari.
Tujuan: Menangani krisis hipertensi (Bentuk suntikan intravena (melalui pembuluh darah))
• Dewasa: 150–300 mcg, yang diberikan melalui suntikan IV lambat (selama 10–15 menit). Dosis dapat diulangi hingga maksimal
750 mcg selama 24 jam.

50
08 Alpha-2 Receptor Agonist
Dosis & Obat

Metildopa
Clonidine – Guanfasin - Metildopa - Moksonidin

Kondisi: Hipertensi
Dewasa:
• Sebagai pengobatan tunggal Dosis awal 250 mg, 2–3 kali sehari selama 2 hari. Dosis dapat ditingkatkan tiap 2 hari sesuai
kebutuhan. Dosis perawatan: 500–2.000 mg per hari, dibagi ke dalam 2–4 kali pemberian. Dosis maksimal 3.000 mg tiap hari.
• Sebagai terapi kombinasi dengan obat antihipertensi lain Dosis awal 500 mg per hari yang diberikan dalam dosis terbagi. Dosis
dapat ditingkatkan tiap 2 hari sesuai kebutuhan.
Lansia: Dosis awal 125 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai respons tubuh terhadap obat. Dosis
maksimal 2.000 mg tiap hari.

51
09 Penghambat Adrenergik Parifer
Mekanisme Kerja
Penghambat adrenergik perifer bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di otak, sehingga
tekanan darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien hipertensi jika obat
antihipertensi lain belum ada yang berhasil.
Obat golongan ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan noradrenalin dari saraf adrenergik pasca
ganglion. Obat-obat golongan ini tidak mengendalikan tekanan darah pada posisi berbaring dan dapat
menyebabkan hipotensi postural. Karena itu, obat-obat ini sudah jarang sekali digunakan, tetapi
mungkin masih diperlukan bersama terapi lain pada hipertensi yang resisten.

52
09 Penghambat Adrenergik Parifer
Mekanisme Kerja (Lanjutan..)

Reserpine adalah obat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Reserpine juga
dapat digunakan untuk menangani kegelisahan berat pada psikosis, yaitu kondisi ketika penderitanya
sulit membedakan kenyataan dan khayalan.
Reserpine bekerja dengan cara memperlambat aktivitas sistem saraf, terutama yang mengatur jantung
dan pembuluh darah. Obat ini dapat melambatkan denyut jantung dan melebarkan pembuluh darah
sehingga tekanan darah pun menurun. Reserpine biasanya digunakan untuk hipertensi yang sulit
ditangani.

53
09 Penghambat Adrenergik Parifer
Efek Samping

Reserpine berpotensi menyebabkan sejumlah efek samping, diantaranya:

 Mulut kering  Mual atau muntah


 Hilang selera makan  Sakit kepala
 Sakit maag  Mulut kering
 Diare  Penurunan gairah seksual
 Hidung tersumbat
54
09 Penghambat Adrenergik Parifer
Dosis & Obat

Reserpine

Tujuan: Mengobati hipertensi


• Dosis awal 0,5 mg per hari, selama 1–2 minggu. Dosis pemeliharaan: 0,1–0,25 mg per hari. Dosis
maksimal: 0,5 mg per hari.
Tujuan: Menangani psikosis kronis
• Dosis awal 0,5 mg per hari. Dosis dapat diturunkan atau ditingkatkan sesuai dengan respons pasien
terhadap pengobatan. Dosis pemeliharaan adalah 0,1–1 mg per hari.

55
Referensi.
● Armando Hasudugan. (2017). Pharmacology Antihypertensives. Armandoh.
● Badan POM RI. (2015). Antihipertensi. Pionas.
● dr. Merry Dame Cristy Pane., dkk. (2021). Obat Antihipertensi. Alodokter.
● dr. Michael Sintong Halomoan., dkk. (2021). Patofisiologi Hipertensi.
Alomedika.
● Medscape. (2019). Hypertension: Clinical Presentation. OSMOSIS.
● RE Jackson and MC Bellamy. (2015). Antihypertensive drugs. BJA Education
.
● Ratheesh RL. (2016). Hypertension. Murlidhar college of nursing, Rajkot.
● World Health Organization. (2021). Hypertension. WHO.

56
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo


, including icons by Flaticon and infographics & images by
Freepik

57

Anda mungkin juga menyukai