A. Pengertian
Hipertensi adalah tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas
140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. ( Brunner and suddart, 2001, hal: 216 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda, namun secara umum seorang dianggap hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih dari 140 mmHg ( sistolik ) atau 90 mmHg ( diastolik ). ( Corwin, 2000,
hal: 356 ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik, yang tingginya tergantung umur individu
yang terkena darah fluktasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur dan
tingkat stress yang dialaminya.
5. Mata
Menyababkan Retinopati hipertensi dan dapat mengakibatkan kebutaan
Fase Hipertensi
Dari segi perubahan hemokdinamik sistemik pada hipertensi, dikenal 2 fase hipertensi dini
dan hipertensi menetap.
1. Hipertensi dini
Hipertensi dini suatu peningkatan tekanan darah tahap awal, terdapat peningkatan curah
jantung yang besar, sedangkan resistensi perifer masih dalam batas normal. Secara klinis
ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan denyut jantung, sehinga dikatakan
sebagai hiipertensi hiperkinetik atau hiperdinamik. Peningkatan curah jantung berkisar 10-
15 %
2. Hipertensi menetap
Hipertensi dini dengan sebab curah jantung yang tinggi bila terus berkelanjutan terjadinya
hipertensi keseluruh jaringan tubuh hal ini mestimulus vasokontriksi pembuluh darah
atrerial yang bertujuan melindungi organ tubuh hipertensi dan tekanan darah sistemik yang
tinggi.
Vasokontriksi pembuluh darah arterior meningkatkan retensi perifer, sehinga tekanan
darah diastolik meningkat pada kondisi dimana ditemukan tekanan darah diastolik sudah
meningkat secara klinis hal ini dipakai sebagai tanda bahwa hipertensi menetap
( esabilihed ) organis hypertension berkurang sehingga pada fase hipertensi menetap curah
jantung kembali normal / sedikit berkurang.
Resistensi perifer yang tinggi memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat darah tetap
dapat sampai kejaringan jika faktor inotropik miokard masih baik, maka tekanan darah
sistolik akan bertambah tinggi lagi sebagai respon terhadap beban akhir ( After load ) yang
meningkat.
Multifaktorial yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteriol, tetapi dapat
dikelompokan menjadi 2:
1. Perubahan bersifat fungsional, seperti vasokontriksi sehingga meningkatkan tonus
vaskuler Vasokontriksi otot polos arterial sebab respon autoregulasi lokal, refleks
neurogenik dari sistem saraf simpatis, kontraksi otot polos via influs ion kalsium,
meningkatnya aktivitas neurohormonal norepineprin dan hormon parakrin, sistem
parakin angiotensi II, enzim konversi angiotensi..
2. Perubahan Struktur
Berubah hipertropi otot polos dan pembentukan plak aterosklerosis. Penipisan dan patahan
jaringan elastin, meningkatnya deposit kolagen, sehinga menambah kekakuan dinding
pembuluh darah.
Hipertensi urgensi
Terjadi peningkatan tekanan darah yang tinggi ( melampaui 200/100 mmHg ) tanpa
adanya komplikasi yang mengencam, tekanan darah perlu diturunkan dengan cepat tetapi
tidak perlu segera, cukup dalam waktu 24 jam. Contoh adalah hypertensi akselerasi tanpa
komplikasi. Biasanya obat yang digunakan adalah sediaan oral.
Hipertensi Emergensi
Tekanan darah yang sangat tinggi disertai dengan ancaman langsung bahkan kematian.
Tekanan darah harus diturunkan segera dalam waktu satu jam.
Hipertensi Ensefalopi, gagal jantung, angina akut pulmonari edema.
C. Penatalaksanaan Medis
Laboratorum tujuan
untuk mencari kemungkinan penyebab hipertensi sekunder
untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target
untuk memperkirakan proknosis
untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi resiko penyakit
jantung koroner dan stroke
Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi 2 macam yaitu:
Panel Evaluasi Awal Hipertensi: Pemeriksaan ini dilakukan segera setelah didiagnosis
Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan
Panel hidup sehat dengan hipertensi: untuk memantau keberhasilan terapi
Hematologi
Urinalisa
ECG: LVH, Iskhemik, Infark
Radiologi: Pembesaran Jantung Vaskularisasi
Echocardiografi: Fungsi dan ruang-ruang Jantung
1. Nonfarmakologi
Diet seimbang
Berhenti merokok
Mengurangi asupan garam
Mengurangi berat badan
Olah raga
Istirahat yang cukup
Berdo'a
2. Farmakologi
Tujuannya
Pengobatan adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas. Bila mungkin
TD dapat di pertahankan dalam batas normal.
Metoda
Pengobatan secara bertahap ( stepped care ).
Tahap I:
Dengan mengunakan obat ( diuretik atau beta bloker ). mulai dosis kecil, lalu ditingkatkan
sampai TD diinginkan tercapai.
Tahap II:
Dengan mengunakan dua jenis obat, dengan menambah diuretik, B Blokrer, Alpha Bloker
ACE Inbitor atau kalsium antagonis.
Tahap III:
Dengan menggunakan tiga jenis obat, dengan menambah Vasodilator ( biasanya
hidralizil ).
Tahap IV:
Dengan menggunakan empat obat biasanya dengan menambah ACE Inhibitor atau
Guanetinin.
3. ANTI HYPERTENSI
Diuretik
ACE Inhibitor
Antagonis kalsium
Penghambat Adrenergik
a. Diuretik
Menurunkan volume cairan ekstra seluler
Menurunkan preload
Contoh : Lasix
Efek samping
Gangguan elektrolit
Impotensi
b. ACE Inhibitor
c. Antagonis Kalsium
Menurunkan kontraktilitas dan menurunkan kerja jantung sehingga menurunkan
kebutuhan oksigen miokard.
Nefidipin
jenis Antagonis Kalsium yang paling kuat dalam menimbulkan vasodilatasi arteriol
perifer.
Contoh : Adalat, Cordalat, Farmalat.
Verapamil
Efek yang ditimbulkan lebih lemah bila dibandingkan dengan Nifidin.
Diltiazem
Paling lemah efeknya hipertensi krisis
d. Penghambat saraf adrenergic
mengurangi resistansi perifer
menurunkan denyut jantung
contoh : reserfin
1) Beta Bloker
Efek yang ditimbulkan adalah :
a. Mengurangi frekuensi nadi, kontroktilitas dan tekanan darah sehingga
mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
b. Menurunkan after load
Jenis beta bloker
a. Kardio selektif ( menghambat beta 1 ) mengurangi bahaya spasme bronkhus
b. Non kardio selekif ( menghambat beta 1 dan beta 2 )
2) Alfa Bloker
Mendilatasi arteriol dan vena.
Untuk menurunkan resistensi perifafer
contoh : prazosin
D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian.
a. Riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang
b. Riwayat kesehatan keluarga
c. Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan pola
diit, termasuk pemasukannya
d. Kaji apakah klien minum-minuman mengandung kafein yang berlebihan kopi atau teh
2. Data dasar
a. Aktifitas / istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebro vaskuler.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, nadi, denyutan jelas nari karotis, nadi
c. Makanan / cairan
Gejala: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng ), mual, muntah.
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya oedema
d. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam
Tanda: Status mental, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala berat seperti yang
pernah terjadi sebelumnya
e. Pernapasan
Gejala: Dispnea yang berkait dengan aktivitas / nyeri
Tanda: Distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, sianosis
f. Keamanan
Keluhan /gejala: Hipotensi posturce, gangguan koordinasi /cara berjalan.
2. Diagnosa Keperawatan (Dx)
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi,
peningkatan after load.
b. Nyeri ( akut ), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebal.
c. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
dengan kebutuhan metabolisme.
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
3. Intervensi
Dx : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi, peningkatan after load.
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi selama 3 x 24 jam perawatan.
K.H : a. Tanda-tanda vital dalam batas normal, TD: 110/80 120/90 mmHg, Sh: 36
37 derajat C, HR: 60 80 x/mnt, RR: 16 20 x/mnt.
b. Frekuensi dan irama jantung dalam rentang stabil.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
b. Amati warna kulit, kelembaban suhu dan masa pengisian kapiler.
c. Catat keberadaan kualitas denyut nadi sentral dan perifer.
d. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangin aktivitas/keributan lingkungan.
e. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
f. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi.
4. Evaluasi
Dx a : Penurunan curah jantung tidak terjadi.
Dx b : Nyeri berkurang/hilang.
Dx c : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Dx d : Toleransi terhadap aktivitas dapat dilakukan.
Dx e : Pengetahuan bertambah tentang proses penyakit program pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Resistensi insulin
Penumpukan insulin
Oedema peningkatan TD
Penimbunan Na
Hipertensi
By:Nhee-a