Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN

Oleh
Santi Tri Cahyani

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2022/2023
1.2 Pengertian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi juga masih menjadi
tatangan besar di Indonesia, hal tersebut ditandai dengan banyaknya data
yang sering ditemui pada pelayanan kesehatan ( Riskesdas,2013 ).
WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab
kematian nomor satu di dunia. Data Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood
Pressure VII mengatakan hampir 1 milyar penduduk dunia mengidap
hipertensi. Sementara itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk berusia 18
tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8%.

1.3 Etiologi

Terdapat beberapa faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis


kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam yang berlebih,
konsumsi lemak jenuh, penggunaan minyak goreng yang berulang,
kebiasaan konsumsi minum- minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.
1.4 Klasifikasi
Hipertensi diklasifikasikan terbagi menjadi 2 menurut WHO:
a. Hipertensi primer / hipertensi esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi.
b. Hipertensi sekunde / hipertensi non-esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolk (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stadium 1 140 – 159 90 – 90
Hipertensi Stadium 2 ≥160 ≥100

1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatif, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh
darah.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivits vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirnnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor
tersebut mencetuskan keadaan hipertensi. (Bruner & Suddhart, 2001,
hal.898)
1.6 Pathway
1.7 Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita hipertensi pada umumnya tidak sadar
bahwa sedang mengalami hipertensi. Akan tetapi penderita
hipertensi hanya merasa gejala-gejala yang umum seperti:

a. Sakit kepala
b. Nyeri atau berat di tengkuk
c. Sulit untuk tidur
d. Mudah lelah dan marah
e. Tinnitus (telinga terasa berdenging)
f. Mata berkunang-kunang
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa hipertensi menurut Doenges (2000) antara lain
:
a. EKG : Hipertropi ventrikel kiri pada keadaan kronis lanjut.
b. Kalium dalan serum : meningkat dari ambang normal.
c. Pemeriksaan gula darah post prandial jika ada indikasi DM.
d. Urine :
- Ureum, kreatinin : meningkat pada keadaan kronis dan
lanjut dari ambang normal.

- Protein urine : positif

1.9 Diagnosa Pembanding


Hipertensi dapat didiagnosis secara lebih terperinci
berdasarkan klasifikasinya hipertensi primer atau
sekunder, maupun berdasar hasil pengukuran tekanan
darah.
a. Hipertensi primer
b. Hipertensi sekunder
c. Hipertensi refrakter : Hipertensi dikategorikan
refrakter jika TDS tetap > 140 mmHg atau TDD
>90 mmHg walaupun sudah mendapatkan terapi
3 (tiga) obat anti hipertensi.
d. Krisis hipertensi : Krisis hipertensi terbagi menjadi
hipertensi urgensi dan emergensi. Klasifikasi ini didasari
hipertensi arterial dengan TDS ≥180 mmHg atau TDD
≥110 mmHg disertai dengan/atau tanpa kerusakan organ.
Jika ditemukan kerusakan organ maka tergolong
hipertensi emergensi.

1.10Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Beberapa penderita hipertensi terkadang harus
mengkonsumsi obat untuk seumur hidup akan
tetapi dosis dapat dikurangi ataupun dihentikan
apabila hipertensi yang diderita sudah terkendali
dan penderita mulai mengubah pola hdup kearah
yang sehat. Adapun beberapa jenis obat untuk
penderita hipertensi:

a) Diuretik
Obat ini bekerja membuang kelebihan garam
dalam cairan di tubuh melalui urine. Di antara
jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b) Antagonis Kalsium

Obat ini memiliki fungsi menurunkan


tekanan darah dengan melebarkan pembuluh
darah. Beberapa contoh obat ini adalah
amlodipine dan nifedipine.

c) Beta Blocker

Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan


melebarkan pembuluh darah dan memperlambat
detak jantung. Contoh obat golongan beta-
blocker adalah atenolol dan bisoprolol.
d) ACE inhibitor

Model obat ini berfungsi menurunkan


tekanan darah dengan cara membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat
golongan ini adalah captopril dan ramipril.

b. Non Farmakologi

1. Diet (DASH)
Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi
lebih banyak buah, sayur-sayuran, susu rendah
lemak, gandum, dan kacang-kacangan,
dibandingkan dengan daging merah dan makanan
yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol
tinggi.
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang
sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical,
Interval, Progresive, Endurance (CRIPE).
Training sesuai dengan kemampuan pasien.
Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki
biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup
yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
3. Terapi
Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau
meditasi untuk mengendalikan stres.
1.11 Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
Pemekaran pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
 Malam banyak kencing
 Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
c. Jantung
Membesar
Sesak nafas (dyspnoe)
Cepat lelah

1.12. Proses Keperawatan


1.1.1.Pengkajian

1. Identitas klien
a. Identitas klien meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta
status hubungan dengan pasien
2. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhanlain yang menyerta
biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung
tak teratur, nyeri dada.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadapjenis obat.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma,dan lain-lain.
6. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
b. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea

7. Sirkulasi
a. Gejala:
 Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
 Episode palpitasi
b. Tanda:
 Peningkatan tekanan darah
 Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis,takikardia
 Murmur stenosis vulvular
 Distensi vena jugularis
 Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksiperifer)
 Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
8. Integritas ego
b. Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
c. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,
tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatanpola
bicara.
9. Eliminasi
a. Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat
penyakitginjal pada masa yang lalu.
10. Makanan atau cairan
a. Gejala:
 Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol
 Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
 Riwayat penggunaan diuretic
 Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam)
 Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur,epistakis)

b. Tanda:
 Berat badan normal atau obesitas
 Adanya edema
 Glikosuria
 Neurosensory
 Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi
bicara, efek, proses piker
 Penurunan kekuatan genggaman tangan
11. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala
a. Pernapasan
a) Gejala:
 Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,
ortopnea. Dispnea
 Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
 Riwayat merokok
b) Tanda:
 Distress pernapasan / penggunaan otot aksesoripernapasan
 Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
 Sianosis
12. Keamanan
a. Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
13. Pembelajaran atau penyluhan
a. Gejala:
 Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus.
 Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
(Nurarif, 2015) dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung
b. Nyeri akut
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas
e. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
f. Resiko cedera
g. Defisiensi pengetahuan
h. Ansietas
1.1.3 Perencanan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
No
Keperawatan
Nyeri akut b.d Tujuan: Manajemen Nyeri:
Manajemen Nyeri (I.08238):
1. agen pencedera 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis bagiamana lokasi,
keperawatan selama 2 x 24 jam karakteristik nyeri, durasi,
(mis:iskemia) karakteristik nyeri, durasi,
diharapkan tingkat nyeri frekuensi, intensitas nyeri
frekuensi, intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Untuk mengetahui skala nyeri
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi faktor yang
3. Untuk mngetahui faktor-faktor
memperberat dan
Tingkat nyeri ( L.08066):
apa saja yang memperberat
memperingan nyeri
1. Pasien mengatakan nyeri
nyeri
4. Berikan terapi non
berkurang dari skala 7
4. Agar klien atau keluarga
farmakologis untuk
menjadi 2
dapat menurangi rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri
2. Pasien menunjukan ekspresi
secara mandiri
5. Kontrol lingkungan yang
wajah tenang
5. Agar tidak memperberat rasa
memperberat rasa nyeri
3. Pasien dapat beristirahat
nyeri klien
6. Anjurkan memonitor nyeri
dengan nyaman
6. Agar klien mengetahui kapan
secara mandiri
saja nyeri timbul
7. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu 7. Agar dapat mengurangi rasa nyeri
klien
2. Risiko Tujuan: Pemantauan Tanda Vital:
Pemantauan Tanda Vital
perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk mengetahui tekanan
(I.02060):
serebral keperawatan 1 x 24 jam darah klien
1. Memonitor tekanan darah
tidak efektif diharapkan perfusiperifer 2. Untuk mengetahui bagaimana
2. Memonitor nadi
b.d hipertensi meningkat frekuensi, kekuatan, irama nadi
(frekuensi, kekuatan,
klien
irama)
Kriteria hasil : 3. Untuk mengetahui
3. Memonitor pernapasan
Perfusi serebral (L.02014): bagaimana frekuensi dan
(frekuensi, kedalaman)
1. Sakit kepala kedalaman pernapasan klien
4. Memonitor suhu tubuh
2. Tekanan darah sisitol 4. Untuk mengetahui suhu klien
5. Memonitor oksimetri nadi
3. Tekanan darah diastol 5. Untuk mengetahui oskimetri
6. Identifikasi
nadi klien
penyebab perubahan
tanda vital 6. Untuk mengetahui penyebab

7. Atur interval perubahan tanda vital

pemantauan sesuai 7. Agar klien nyaman saat

kondisi pasien dilakukan tindakan

8. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
8. Agar klien mengetahui tindakan
9. Anjurkan melapor haluaran
apa saja yang dilakukan Dalam
urin <0,5 mL/kg/jam dalam
tubuh melalui urin
6 jam

10. Ajarkan cara membatasi


cairan

11. Kolaborasi pemberian


diuretic
3. Intoleransi Tujuan: Manajemen energi:
Manajemen energi (I.050178):
aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Untuk mengetahui penyebab
1. Monitor kelelahan fisik
kelemahan keperawatan 2 x 2 4 j a m kelelahan fisik dan emosional
dan emosional
diharapkantoleransi aktivitas klien
2. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 2. Untuk mengetahui bagaimanan
3. Sediakan lingkungan yang
pola dan jam tidur klien
nyaman dan rendah
Kriteria hasil : 3. Agar klien dapat
stimulus (mis: cahaya,
Toleransi aktivitas (L.05047): beristirahat dengan tenang
suara, kunjungan)
1. Pasien mampu dan nyaman
4. Berikan aktifitas distraksi
melakukan aktivitas 4. Agar dapat meningkatkan mood
yang menenangkan
sehari-hari klien
2. Pasien mampu berpindah tanpa 5. Agar klien dapat mengisi energi
DAFTAR PUSTAKA

RISKESDAS. (2013). (diakses tanggal 01 November 2018 pukul 17.38)


http://www.riskesdas.go.id/

Abjad B Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8,
Vol 2, Jakarta: EGC (diakses tanggal 03 November 2018 pukul 20.48)

infoDATIN. (2014). HIPERTENSI. depkes.go.id. Diambil dari


http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/inf odatin-
hipertensi.pdf

Tambayong Jon. 2000. “Patofisiologi Untuk Keperawatan”, Jakarta, EGC ( diakses pada
tanggal 03 November pukul 21.00)

Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi Bukan untuk Ditakuti (1 ed.). Jakarta Selatan:


FMedia. Diambil dari https://books.google.co.id/books?
id=8uluBgAAQBAJ&printsec=frontcover
&dq=hipertensi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiHx7i25JjmAhWKbX0KHV
XDCW0QuwUIYzAI#v=onepage&q=hipertensi&f=fal

Anda mungkin juga menyukai