A. Definisi
Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan istilah yang mencakup
spektrum kondisi klinis yang ditandai dengan iskemia miokard secara akut,
diakibatkan karena ketidakseimbangan antara ketersediaan oksigen dengan
kebutuhannya (Dipiro et al., 2009 dalam Rahmawati, 2016).
B. Klasifikasi
1. UAP (Unstable Angina Pectoris)
2. STEMI (ST Elevasi Miocard Infark)
3. NSTEMI (Non- ST Elevasi Miocard Infark)
Tabel. 1.1
(Sumber : PPT EKG Pada Acute Coronary Syndrom by Ii Ismail)
C. Etiologi
1. Suplay oksigen ke miokardium berkurang
a. Faktor pembuluh darah : ateroklerosis, spasme, arteritis
b. Faktor sikulasi : hipotensi, stenosis aorta, insufisiensi aorta
c. Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitermia
2. Curah jantung meningkat : hipertiroidisme, anemia, aktivitas dan emosi
3. Kebutuhan oksigen miokardium meningkat : kerusakan miokardium,
hipertropi miokardium dan hipertensi
(sumber : PPT Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner Akut
(SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)
D. Manifestasi Klinis
Kriteria Angina Infark Miokard
Durasi Nyeri Dada <20 menit >20 menit
Pencetus Stres, aktivitas Tiba – tiba, biasanya
pagi hari
Respon terhadap Membaik Tidak membaik
nitrogliserin/istirahat
Gejala penyerta Tidak ada Disertai gejala :
• Mual/muntah
• Dispnea
• Disritmia
• Kelelahan
• Palpitasi
• Ansietas
• Pusing
• Merasa “napas
pendek”
(sumber : Jenskins P(2010), Ignatavitus & Workman (2010) dalam PPT Asuhan Keperawatan
Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner Akut (SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)
E. Patofisiologi
Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak dan
penipisan tudung fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga
terbentuk trombus yang kayak trombosit. Trombus ini akan menyumbat
lubang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau
menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh darah koroner yang lebih
distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner.
Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium.
Suplai oksigen yang berhenti kurang-lebih 20 menit menyebabkan
miokardium mengalami nekrosis (Infark Miokard).
1. Kaji ABCD
2. Tirah baring dan beri Oksigen
Memaksimalkan suplai Oksigen, dimulai 2-4 L/menit selama 6 jam,
dilanjutkan jika saturasi Oksigen <94%.
Gunakan selang yang sesuai pada saat pemberian Oksigen, monitor
saturasi Oksigen secara teratur dan hindari pemberian berlebih pada
pasien dengan COPD/PPOK.
3. Kaji TTV, saturasi Oksigen, dan melakukan EKG
4. Pasang jalur IV
5. Kaji Nyeri (PQRST)
6. Aspirin 160-325 mg (Dikunyah)
Berikan Aspirin sesegera mungkin setelah dicurigai ACS
Pada saat diberikan Aspirin kaji adanya tanda dan gejala perdarahan.
7. Nitrogliserin 0,4 mg (Sublingual)
Pemberian Nitrogliserin/Nitrat dapat diulang sampai 3 kali setiap 5
menit.
Pada saat pemberian Nitrogliserin beritahu kepada pasien bahwa
penggunaan nya dibawah lidah, bukan ditelan. Serta akan ada rasa
berdenyut dibawah lidah.
Pantau TD, HR, RR. Kntraindikasi jika TD <90 mmHg, atau pasien
mengalami bradikardi <50x/menit, atapun takikardi >120x/menit.
8. Morfin 2-4 mg/IV, dapat ditingkatkan 2-8 mg dengan interval 5-10
menit.
Morfin diberikan apabila nyeri tidak reda dengan Nitrogliserin. Setelah
diberikan morfin kaji TTV (khawatir terjadi Hipotensi) dan skala nyeri,
apakah terjadi perbaikan atau tidak.
9. Clopidogrel (Intervensi awal tambahan)
Loading dose 300 mg, dilanjutkan 75 mg/hr. Setelah pemberian
Clopidogrel pantau adanya tanda gejala perdarahan.
10. Ambil darah (enzim, elektrolit, koagulasi)
11. Rontgen/x-ray dada (<30 menit)
12. Monitoring : ABC, TTV, Tingkat kesadaran, Efek obat (adanya
penurunan nyeri atau tidak)
13. Atasi kecemasan :
• Jelaskan prosedur tindakan
• Lakukan teknik relaksasi/distraksi
• Support pasien/keluarga sebagai dukungan emosional
14. Antisipasi kegawatan
• Intubasi jika terjadi distress pernapasan
• RJP + AED (jika henti jantung, henti napas)
(sumber : PPT Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner Akut (SKA)
by Uun Nurjanah, M.Kep)
G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksanan Sindrom Koronaria Akut pada
tahun 2018, ada beberapa Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosis ACS, antara lain :
1. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus
iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan
diagnosis banding. Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga
(S3), ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk
mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-tanda
regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah halus
atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap SKA. Pericardial
friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak seimbang dan
regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta, pneumotoraks, nyeri
pleuritik disertai suara napas yang tidak seimbang perlu
dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis banding SKA.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12
sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai
tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta V7-V9 sebaiknya direkam pada
semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah kepada iskemia
dinding inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam pada
semua pasien angina yang mempunyai EKG awal nondiagnostik.
Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak
kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya
diulang setiap keluhan angina timbul kembali.
A. Pengkajian Primer
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
D : Dissability
E : EKG
B. Pengkajian Sekunder
• KOMPAK
K : Keluhan
P : Penyakit penyerta
A : Alergi
K : Kejadian
• Lakukan pemeriksaan fisik dengan BTLS (Bentuk, Tumor, Luka, Sakit)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Ansietas
D. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Intervensi :
a. Manajemen nyeri : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konsisten.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Idenifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplenter yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
PPT Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Koroner dan Syndrom Koroner Akut
(SKA) by Uun Nurjanah, M.Kep)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI