Anda di halaman 1dari 50

Penatalaksanaan Penyakit

Kardiovakuler pada Jamaah Haji


Sebelum dan Sesudah Armina

Bimbingan Calon Petugas TKHI


Hotel Lor In Syariah, 24 Mei 2022
Curiculum Vitae
dr. Arifin, SpPD, KIC, FINASIM
Alamat kantor : SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi
Jl. Kolonel Sutarto 132 Surakarta
Alamat rumah : Jl. Tarumanegara III No. 39 Banyuanyar Banjarsari
: Surakarta
Handphone : +62813 2751 2014, +6281 7946 9272
Email : arifinkic@staff.uns.ac.id
Spesialis : Penyakit Dalam FK UNS 2008
Konsultan : Konsultan Intensive Care FK UI/RSCM Jakarta 2015
Jabatan : Kepala Medical ICU RSUD Dr Moewardi
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 6, No. 4 | Desember 2019
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 6, No. 4 | Desember 2019
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 6, No. 4 | Desember 2019
432
56
Definisi Hipertensi
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90
mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.
Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan
menjadi sesuai dengan tabel 1 berikut.
tekanan darah sistolik dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90
≥140 mmHg mmHg

Diagnosis
Hipertensi
Pengukuran tekanan darah dilakukan
dengan cara seperti yang telah
dan bila salah satu baik sistolik dijelaskan
maupun diastolik meningkat diatas, minimal 2x kunjungan dengan
jarak antara kunjungan 1 minggu.
HIPERTENSI (“bahaya diam-diam”)

Banyak orang yang merasa sehat dan energik walaupun memiliki


tekanan darah tinggi  tidak menunjukan gejala khas

Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah


dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah.

Jika hipertensi dapat dideteksi lebih dini  tatalaksana dilakukan


lebih awal  mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.
Beberapa gejala yang sering dirasakan, tetapi tidak semua
bergejala :
Krisis Hipertensi
(TDS >180 mmHG / TDD >110 mmHg)

 HIPERTENSI EMERGENCY

• Kerusakan Organ Target Akut / Progresif

• Penurunan TD segera dengan OAH Parenteral

 HIPERTENSI URGENCY

• Peningkatan TD yang bermakna

• Tanpa gejala berat / kerusakan target organ

• HARUS YAKIN Tidak ada Target Organ Damage

• Penurunan TD dalam beberapa Jam/Hari


Sindroma Koroner Akut

Suatu fase akut dari Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau
Unstable Angina Pectoris (UAP) dimana terjadi peningkatan
baik frekuensi, lama nyeri dada, dan tidak dapat diatasi dengan
istirahat atau nitrat
Acute Coronary Syndrome
PEMBULUH DARAH KORONER
RCA
LM
LCX
LAD
Faktor Risiko Aterosklerosis
• Genetik

• Merokok

• Obesitas

• Hypertensi

• Usia

• Diabetes

• Asupan Lemak Jenuh


3 Komponen dalam mendiagnosa SKA

1. Keluhan sakit dada yg khas

2. Perubahan EKG, STEMI atau Non EN


ON
STEMI dengan atau tanpa Q M P N
K O K A
L 2 T U
patologik
M A EN
I N I E N KA
3. Peningkatan Enzim jantung M M S S
A M S I
A L N O
D A G
D I
Segmen ST,
diukur dari akhir QRS s/d awal gel T
• Normal : Isoelektris
• Kepentingan : Elevasi Pada injuri/infark akut
Depresi Pada iskemia

NSTEMI STEMI
Menentukan Lokasi Infark

1. Lead I, aVL, V5, V6  Lateral = LCX

2. Lead II, III, aVF  Inferior = RCA

3. Lead V1, V2, V3, V4  Anterior = LAD


Menentukan Lokasi Infark
Terapi SKA

Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat,


Aspirin (disingkat MONA), yang tidak harus diberikan semua atau
bersamaan
Managemen SKA
1. Posisi Tirah baring

2. Suplemen oksigen dengan saturasi O2 arteri <95% atau yang mengalami distres respirasi

3. Aspirin 160-320 mg sublingual ( di bawah lidah ).

4. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate) yaitu Ticagrelor, dosis awal 180 mg

dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 2 x 90 mg atau clopidogrel dosis awal 300 mg

dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari.

5. Nitrogleserin /ISDN

6. Morfin 2-4 mg bisa diulang tiap 10-30 menit


Gagal Jantung Akut

• adalah sindrom klinis disfungsi jantung yang berlangsung cepat


dan singkat
• Sesak nafas: mendadak, pada posisi tidur terlentang, terutama
malam hari
• Rasa lelah dapat terjadi saat aktivitas maupun istirahat

• Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi baring

• Progresivitas perburukan dalam hitungan hari.


Managemen Gagal Jantung Akut
• Terapi Oksigen
Berikan O2 nasal 2-4L/menit, disesuaikan dengan hasil pulseoxymetry.
Obat-obatan

• Furosemid intravena:
• Nitrogliserin infus mulai dari 5 microgram/menit
• Morphin Sulfat injeksi, 2 sd 4 mg bila masih takipnoe
• Dobutamin mulai 5 mcg/kgBB/menit bila tekanan darah <90
mmHg
• Dopamine mulai dari 5 mcg/kgbb/menit bila TDs <80
mmHg
• Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kgbb/mnt bila TDs <70
mmHg
• Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi atrium respon cepat,
bias diulang tiap 4 jam hingga maksimal 1 mg
• Captopril mulai dari 6.25mg bila fase akut telah teratasi.
Gagal Jantung Kronis

Adalah sindrom klinis ditandai gejala dan tanda


abnormalitas struktur dan fungsi jantung, yang
menyebabkan kegagalan jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen metabolism tubuh.
Gejala

• Sesak nafas, frekuensi nafas >24x/menit saat istirahat

• Frekuensi nadi > 100 x/mnt, nadi kecil dan cepat

• Iktus cordis bergeser ke lateral pada palpasi


• Peningkatan tekanan vena jugularis

• Hepato megali / hepato jugular reflux (+)


• Edema tungkai biasanya dekat mata kaki

• Ascites.
Managemen gagal jantung kronis

• Diuretik: Furosemidoral / IV bila tanda dan gejala kongesti


masih ada, dengan dosis 1 mg/kg BB atau lebih
• ACE inhibitor (atau ARB bila batuk) bila tidak ada kontra
indikasi; dosis dinaikan bertahap sampai dosis optimal
tercapai
• Beta blocker dosis kecil bila tidak ada kontra indikasi,
dosis naik bertahap Bila dosis sudah optimal tetapi laju
nadi masih cepat (>70x/menit)
• Digoxin diberikan bila ada Atrial fibrilasi

• Mineralocorticoid Receptor Blocker (Aldosterone


Antagonist) dosis kecil bila tidak ada kontra indikasi.
Henti Jantung Mendadak
(Sudden Cardiac Arrest)
Eropa (ESC)
700.000 kematian/tahun
40% Fibrilasi ventrikel

Amerika (CDC)
kematian CAD/thn
• 330.000 di luar RS / UGD
• 250.000 di luar RS
Insidens
0,55 kematian/1000 pop/thn

Indonesia (Depkes)
Penyebab kematian utama 
sistem sirkulasi (26,4%)
Henti jantung
Terhentinya fungsi pompa jantung secara tiba-tiba,
yang dapat saja reversibel tetapi akan mengakibatkan
kematian jika tidak dilakukan penanganan segera.

Penyebab Henti jantung


1. Ventrikel Febrilasi
2. Ventrikel takikardia tanpa nadi
3. Pulseless electric activity (PEA)
4. Asistole
Henti Jantung

Saat di EKG:
100% asistol
80%
?%

40%

Penyakit
Henti Henti jantung Saat di EKG:
jantung
jantung/paru VT/VF VT/VF

Potensial untuk defibrilasi (AED)


Fase Henti Jantung
(Weisfeldt & Becker)

0-4 menit 4-10 menit > 10 menit

• Electrical • Circulatory • Th/


phase hipotermia
phase (32-340C)
• Th/ Defib • Th/ kompresi- • Menurunka
ventilasi n
• Tujuan: kebutuhan
memberi oksigen
perfusi pada otak
otak dan
jantung
Electrical phase
AED first

VF  early defibrillation (class I)


Each passing minute decreased survival by 8-10%
Circulation 1997

Survival rate approaching 50%


Chicago airport study
AED  10/18 VF case survival

NEJM 2002
Chicago Airport
AED within 1 minute anywhere in the airport
Survival approaching 50% (10/18) for VF
Outcome of Rapid Defibrillation by Security Officer
After Cardiac Arrest in Casinos
Prospective study for sudden cardiac arrest in casinos
n=105
Survival to discharge 53%
90 patients (86%) witnessed
Collapse to AED 3.5+2.9
Collapse to defibrillation 4.4 + 2.9 min
Collapse to defibrillation ≤ 3 min
Survival to discharge 74%
Collapse to defibrillation ≥ 3 min NEJM 2000

Dibahas topik khusus
TERIMAKASIH
KOMBINASI TERAPI ANTIHIPERTENSI

ESC-ESH

Anda mungkin juga menyukai