1
SYNDROME
KORONER
ACUTE
PELATIHAN BTCLS
HIPGABI DPW PROPINSI LAMPUNG
http://www.hipgabilampung@gmail.com
Ns. Ahmad Nanda Riawan, S.Kep
DIII KEPERAWATAN
AKPER POLTEKES TANJUNG KARANG
S1. KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
PROFESI NERS
STIKES AISYAH PRNGSEWU LAMPUNG
IMA-EST
Obstruksi parsial Spasme
Trombus atau total Arteri Pembuluh darah
koroner koroner
a. Penampilan normal
b. Beberapa jam setelah onset klinis infark ada peningkatan segmen S-T
c. Beberapa hari gelombang R telah turun dan gelombang Q abnormal telah muncul
d. Satu minggu atau lebih perubahan segmen S-T kembali sepenuhnya ke normal,
gelombang R tetap berkurang dan gelombang Q abnormal tetap ada. Inversi gelombang
T yang simetris dalam dapat berkembang pada tahap ini
e. Beberapa bulan setelah infark klinis, gelombang T secara bertahap dapat kembali normal.
Gelombang Q abnormal dan gelombang R yang berkurang tetap ada
Pemeriksaan Laboratorium
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin
l/T merupakan biomarka nekrosis miosit jantung
dan menjadi biomarka untuk diagnosis infark
miokard
Troponin l/T sebagai biomarka nekrosis
jantung mempunyai sensitivitas dan
spesivisitas lebih tinggi dari CK-MB
Peningkatan biomarka jantung hanya menunjukan
nekrosis miosit jantung, tetapi tidak dpt dipakai
untuk melihat penyebab nekrosis miosit (koroner /
non koroner)
Pada nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin l/T
masih normal dalam 4-6 jam setelah awitan,
hendaknya diulang 8-12 jam setelah awitan.
Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
pemeriksaan hendaknya diulang6-12 jam setelah pemeriksaan
pertama.
Nilai normal untuk troponin T/I adalah 0,1 – 0,2 ng/dl, dan dianggap
bermakna bila > 0,2 ng/dl (Wasid, H.A, 2007).
Apabila pemeriksaan troponin tidak tersedia, dapat dilakukan
pemeriksaan CKMB. CKMB akan meningkat dalam waktu 4-6
jam, mencapai puncaknya pada 12 jam, dan
menetap sampai 2 hari.
Faktor lain yang memperkuat diagnosis
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis
non-koroner (penyakit arteri perifer I karotis)
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah
mengalami infark miokard, bedah pintas
koroner
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi,
merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat
PJK dini dalam keluarga
Penatalaksanaan
Target kualitas pelayanan emergency pada IMA EST :
1. Waktu kontak medis pertama dgn perekaman
EKG 10 menit
2. Waktu kontak medis pertama hingga referfusi
pertama
a. Fibrinolisi ≤ 30 menit
b. IKP Primer ≤ 90 menit, 120 menit bila harus
transfer ke fasilitas IKP
Tindakan umum dan Langkah Awal (ONAM)
1. Tirah baring (IC)
2. Ukur saturasi Oksigen (IC)
a. SaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg (IC) indikasi pemberian
Oksigen
b. SaO2 > 90% tidak diindikasikan untuk pemberian oksigen
3. Aspirin 160 - 320 mg yang tidak bersalut lebih diutamakan
4. Penghambat reseptor Adenosin diposfat (ADP)
a. Dosis awal tricagrelor dianjurkan 180 mg dilanjutkan dengan dosis
perawatan 2 x 90 mg/hari (IB) atau
b. Dosis awal Clopidogrel 300 mg, dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari (IC)
5. Nitrogliserin (NTG) untuk nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di IGD. Nyeri dada yang tdk
hilang dengan 1 kali pemberian dapat diulang setiap 5
menit maksimal 3 kali pemberian. NTG intravena
diberikan jika 3 kali dosis sublingual tidak responsif
(IC)
6. Morfing sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang
setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak responsif
dengan terapi 3 dossi NTG sublingual
Section Break
Insert the Sub Title of Your Presentation