Anda di halaman 1dari 15

19/12/2020

KEDARURATAN PADA SINDROMA KORONER AKUT

Oleh :
Purbianto
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Sample Registration Survey (SRS)


oleh Balitbangkes 2014 merilis 10
Epidemiologi penyakit penyebab kematain di
Indonesia
AS > 350.000/tahun 1. Stroke 21%
layanan medis darurat
2. Jantung iskemik 12,9%
karena serangan
3. DM dengan komplikasi 7%
jantung Menurut Hanafi (2006), Penanganan
4. TB 4% pasien infark jantung ibarat berlomba
Di UK > 30.000 serangan 5. Hipertensi dengan komplikasi dengan waktu. Keterlambatan
cardiac arrest di luar memperoleh penanganan medis,
rumah sakit, dan hanya nyawa pasien taruhannya
1 orang selamat dari 10 Serangan jantung umumnya datang
tiba-tiba, tanpa bisa diprediksi, dan
orang yang terserang tidak jarang menyebabkan kematian
AHA, ± 360.000/ tahun mendadak (sudden death), sehingga
banyak pasien meninggal di tempat
serangan jantung di kejadian sebelum sampai tiba di rumah
luar rumah sakit dan < sakit. Hal ini mengharuskan orang
10% yang bisa terdekat dengan klien, memahami
bertahan hidup Pendahuluan tanda dan gejala munculnya serangan
jantung dan sekaligus mampu
menangani secara dini

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

WHO, 1997  ± 7,2 Juta penduduk dunia meninggal karena jantung koroner (SKA), 50%
kematian terjadi sebelum korban sampai dirumah sakit

Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh aritmia yaitu Ventrikel fibrilasi (VF)
atau Ventrikel Takhikardia (VT) tanpa nadi. VF atau VT tanpa nadi umumya terjadi
pada jam-jam pertama setelah serangan timbul (onset)

Pengobatan terkini dalam dekade terakhir pada SKA, mengalami kemajuan


dibanding era sebelumnya, hal ini berkat terapi reperfusi cepat (Fibrinolitik dan
intervensi koroner akut - PCI) untuk membuka sumbatan/oklusi arteri coroner

Kunci penting ketepatan dan kecepatan diagnosis dan terapi dini pada SKA

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Definsi

Sindrom klinik yang


mempunyai dasar
patofisiologi adanya erosi,
fisur, ataupun robeknya
plak atheroma sehingga
menyebabkan trombosis
intravaskular  ketidak
seimbangan pasokan dan
kebutuhan oksigen
miokard
IMA-EST IMA-NEST/UA

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Sindrom ini menggambar-


kan suatu penyakit yang
berat, dengan mortalitas
tinggi.
Mortalitas tidak tergantung
pada besarnya prosentase
stenosis (plak) koroner,
namun lebih sering ditemu-
kan pada penderita
dengan plak kurang dari
50-70% yang tidak stabil,
yakni fibrous cap ‘dinding
(punggung) plak’ yang tipis
dan mudah erosi atau
ruptur

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Klasifikasi SKA
Didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan EKG dan
Pemeriksaan Biomarka, SKA Terbagi menjadi tiga, antara lain
1. Infark miokard akut dengan elevasi segment ST (IMA-EST)
Indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner
2. Infark miokard akut non elevasi segment ST (IMA-NEST)
Adanya keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segment ST
Gambaran EKG dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T atau gelombang
T yang datar.
Hasil pemeriksaan biomarka jantung meningkat
3. Angina pektoris tidak stabil (APTS)
Adanya keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segment ST
Gambaran EKG dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T atau gelombang T yang
datar.

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Plaque

IMA-EST IMA-NEST/UA
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Obstruksi parsial Spasme


Trombus atau total Arteri Pembuluh
koroner darah koroner

Bila meluas
Nekoris Obstruksi darah
menyebkan
miokardium > 20 menit
Henti jantung

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Prinsip Penting…!!!
Prinsip "Menjaga keseimbangan Obat-obat bekerja
antara kebutuhan dan supali mencapai sasaran dg cara
oksigen".
Tujuan "Memperbaiki 1.  Kebutuhan O2 miokard
ketidakseimbangan antara 2.  aliran darah ke
kebutuhan dan suplai O2 miokard  dilatasi
miokardium koroner
3. Kombinasi :  Kebutuhan
Pemulihan keseimbangan dapat O2 miokard  aliran
dicapai dengan... darah ke miokard 
1.  kebutuhan O2 dilatasi koroner
2.  supali O2

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Pengkajian

Diagnosis IMA menurut kriteria WHO ditegakan


Bila ada 2 dari 3 keadaan

1. Nyeri dada (Angina Pektoris)


2. Perubahan EKG
3. Peningkatan serum kardiak ( Cardiac Marker )

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri 11

1. Nyeri Dada
Keluhan angina berupa rasa tertekan/berat daerah
retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu, atau epigastrium.
Keluhan dapat berlangsung intermiten (beberapa
menit) atau persisten (>20 menit).
Keluhan angina sering disertai keluhan seperti
diaforesis (keringat dingin), mual/muntah, nyeri
abdominal, sesak napas, dan sinkop.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin
atau sesudah makan

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri 12
19/12/2020

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

2. Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG harus segera dalam 10 menit sejak kedatangan pasien. Jika
pemeriksaan awal EKG, belum menggambarkan adanya STEMI, tetapi pasien tetap
simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, maka EKG serial dengan interval 5-
10 menit harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen
ST
Selama fase awal IMA gambara EKG berupa hiperakut T, dimana gelombang T
tinggi dan sempit. Selanjutnya setelah beberapa jam atau hari akan diikuti elevasi
segmen ST. Tahap akhir dari evolusi IMA adalah munculnya gelombagn Q patologis
(Morton, 2005 dalam Morton, P.G, et al, 2005).
Akut miokard injuri dapat dilihat dari gambaran segmen ST elevasi, ST elevasi
bermakna bila pada standar lead > 1 mm dan prekordial > 2 mm dari garis
isoelektrik. Jika injuri menetap, akan menjadi miokard infark.
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST, mengalami
evolusi menjadi gelombang Q, yang akhirnya didiagnosis infark mikard gelombang
Q, dan sebagian kecil menetap menjadi infark miokard non Q.
Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan
banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan (Idrus. A dalam Sudoyo A.W, 2006).

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Gambaran EKG

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

ST elevasi bermakna bila


Standar lead > 1 mm
Prekordial > 2 mm dari garis isoelektrik.
Jika injuri menetap, akan menjadi miokard infark

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Lead ekstremitas memotret jantung dengan arah vertikal


Lead dada memotret jantung dengan arah horizontal

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Evolusi Gelombang EKG pada ST Elevasi

a. Penampilan normal
b. Beberapa jam setelah onset klinis infark ada peningkatan segmen S-T
c. Beberapa hari gelombang R telah turun dan gelombang Q abnormal telah
muncul
d. Satu minggu atau lebih perubahan segmen S-T kembali sepenuhnya ke
normal, gelombang R tetap berkurang dan gelombang Q abnormal tetap
ada. Inversi gelombang T yang simetris dalam dapat berkembang pada
tahap ini
e. Beberapa bulan setelah infark klinis, gelombang T secara bertahap dapat
kembali normal. Gelombang Q abnormal dan gelombang R yang
berkurang tetap ada

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Pemeriksaan Laboratorium
 Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin
l/T merupakan biomarka nekrosis miosit
jantung dan menjadi biomarka untuk
diagnosis infark miokard
 Troponin l/T sebagai biomarka nekrosis
jantung mempunyai sensitivitas dan
spesivisitas lebih tinggi dari CK-MB
 Peningkatan biomarka jantung hanya
menunjukan nekrosis miosit jantung, tetapi
tidak dpt dipakai untuk melihat penyebab
nekrosis miosit (koroner / non koroner)

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

 Pada nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin l/T


masih normal dalam 4-6 jam setelah awitan, hendaknya diulang
8-12 jam setelah awitan.
Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan
pertama.
Nilai normal untuk troponin T/I adalah 0,1 – 0,2 ng/dl, dan dianggap
bermakna bila > 0,2 ng/dl (Wasid, H.A, 2007).
Apabila pemeriksaan troponin tidak tersedia, dapat dilakukan
pemeriksaan CKMB. CKMB akan meningkat dalam waktu 4-6 jam,
mencapai puncaknya pada 12 jam, dan menetap sampai 2 hari.

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Faktor lain yang memperkuat diagnosis


1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis
non-koroner (penyakit arteri perifer I karotis)
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah
mengalami infark miokard, bedah pintas
koroner
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi,
merokok, dislipidemia, diabetes mellitus,
riwayat PJK dini dalam keluarga

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Penatalaksanaan

Target kualitas pelayanan emergency pada IMA EST :


1. Waktu kontak medis pertama dgn
perekaman EKG  10 menit
2. Waktu kontak medis pertama hingga
referfusi pertama
a. Fibrinolisi  ≤ 30 menit
b. IKP Primer  ≤ 90 menit, 120 menit bila harus
transfer ke fasilitas IKP

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Tindakan umum dan Langkah Awal


1. Tirah baring (IC)
2. Ukur saturasi Oksigen (IC)
a. SaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg (IC) indikasi pemberian
Oksigen
b. SaO2 > 90%  tidak diindikasikan untuk pemberian oksigen
3. Aspirin 160 - 320 mg  yang tidak bersalut lebih diutamakan
4. Penghambat reseptor Adenosin diposfat (ADP)
a. Dosis awal tricagrelor dianjurkan 180 mg dilanjutkan dengan
dosis perawatan 2 x 90 mg/hari (IB) atau
b. Dosis awal Clopidogrel 300 mg, dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari (IC)

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

5. Nitrogliserin (NTG) untuk nyeri dada yang


masih berlangsung saat tiba di IGD. Nyeri
dada yang tdk hilang dengan 1 kali
pemberian dapat diulang setiap 5 menit
maksimal 3 kali pemberian. NTG intravena
diberikan jika 3 kali dosis sublingual tidak
responsif (IC)
6. Morfing sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang
setiap 10-30 menit, bagi pasei yang tidak
responsif dengan terapi 3 dossi NTG sublingual

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19/12/2020

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Anda mungkin juga menyukai