Anda di halaman 1dari 29

SHOCK & RESUSITASI CAIRAN

Disampaikan pada :
Pelatihan
BASIC TRAUMA CARDIAC LIFE SUPPORT (BTCLS)
Muhammad Irvan Firdaus

0896 8875 9850 / 0813 8620 4502 irvanchester88@gmail.com


▪ Definisi Shock
▪ Tahap dan proses Shock
▪ Klasifikasi Shock
▪ Jenis Shock
▪ Patofisiologis Shock
▪ Syok adalah kerusakan sistemik yang parah pada perfusi jaringan,

ditandai dengan menurunnya Supply dan penggunaan oksigen pada


sel, serta adanya penurunan pembuangan hasil dari metabolism.
Syok adalah tahapan akhir pada banyak penyakit (Gamper et. al,
2016)1

▪ Syok adalah kelainan sistem sirkulasi yang menyebabkan perfusi

organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat (ATLS, 2018)2

1. Gamper G, Havel C, Arrich J, Losert H, Pace NL, Müllner M, Herkner H (February 2016). "Vasopressors for hypotensive shock". The Cochrane Database of Systematic Reviews. 2:
CD003709. doi:10.1002/14651858.CD003709.pub4. PMC 6516856. PMID 26878401.
2. American collage of surgeons (2018). ATLS, Advance Trauma Life Support students course manual. Ed 10 th . P 44. ISBN 78-0-9968262-3-5
3. Definition, classification, etiology, and pathophysiology of shock in adults". UpToDate. Retrieved 2019-08-15.
▪ Ada 3 variable dari terjadi syok (adanya kondisi
system sirkulasi yang parah menyebabkan
perfusi organ tidak adekuat) yakni :
1. Volume Darah → berperan pada
optimalnya preload jantung
2. Pompa Jantung → Kontraktilitas myocard
jantung
3. Sirkulasi & pembuluh darah → afterload
jantung adekuat sehingga perfusi optimal

▪ 3 variable diatas merupakan fisiologi dasar


dari stroke volume dan berdampak pada
adekuatnya curah jantung (Cardiac Output)

American collage of surgeons (2018). ATLS, Advance Trauma Life Support students course manual. Ed 10 th . P 44. ISBN 78-0-9968262-3-5
KLASIFIKASI SHOCK

Hipovolemik

Kardiogenik

Shock
Obstruktif
Sepsis

Distributif Anafilakti
k
Neurogeni
k
Hooper N, Armstrong TJ. Hemorrhagic Shock. [Updated 2019 May 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470382/
Vincent, J.-L., & De Backer, D. (2013). Circulatory Shock. New England Journal of Medicine, 369(18), 1726 –1734. doi:10.1056/nejmra1208943
1. HYPOVOLEMIA SHOCK
▪ Kondisi inadekuat perfusi organ akibat kehilangan
darah di vaskuler secara akut1
▪ Akibatnya terjadi penurunan preload
▪ Etiologi :
▪ Hemoragik : Trauma, Perdaraham
Gastrointestinal, Ruptur aneurima
▪ Non-hemoragik → Kehilangan Cairan : Diare,
muntah, luka bakar dan lainnya

Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018). The nomenclature, definition and distinction of types of shock. Deutsches
Aerzteblatt Online.doi:10.3238/arztebl.2018.0757
2. CARDIOGENIC SHOCK
▪ Adanya gangguan fungsi jantung dimana penurunan kapasitas
pompa jantung, menyebabkan curah jantung menurun atau
gangguan pada pengisian ventrikel 1
▪ Akibat dari Penurunan pompa Jantung

▪ Etiologi :
▪ Disfungsi sistolik : Infark miokard, kardiomiopati, hipertensi
pulmonal
▪ Disfungsi Diastolik : Hipertropi ventrikel, kardiomiopati
▪ Disritmia : Bradiaritmia, Takiaritmia
▪ Gangguan Struktur : Stenosis atau Regurgitasi, rupture septal

Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018). The nomenclature, definition and distinction of types of shock. Deutsches
Aerzteblatt Online.doi:10.3238/arztebl.2018.0757
3. DISTRIBUTIVE SHOCK
▪ Akibat dari dilatasi pembuluh darah besar →
penurunan systemic vascular resistance (SVR) →
penurunan Preload.
▪ Etiologi :
▪ Sepsis : Infeksi sistemik (pneumonia, peritonitis,
prosedur invasive)
▪ Neurogenik : Cidera medulla spinalis, anastesi spinal,
depresi pusat vasomotor
▪ Reaksi anafilaktik : reaksi hipersensivititas (alergi)
4. OBSTRUCTIVE SHOCK
▪ Kondisi yang diakibatkan adanya hambatan pada
pembuluh darah besar atau pembuluh darah
jantung (Standl, et al, 2018)
▪ Akibat dari restriksi pengisian diastolic ventrikel
kanan akibat kompresi / penekanan pada jantung
▪ Etiologi :
▪ Tamponade jantung
▪ Tension pnemothoraks
▪ Emboli Paru

Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018). The nomenclature, definition and distinction of types of shock. Deutsches
Aerzteblatt Online.doi:10.3238/arztebl.2018.0757
PENGKAJIAN
▪ Fokus pengkajian
❖Airway – Breathing – Circulation (ABC)
❖Tanda & Gejala Shock
✓ Perifer
↓ nadi perifer, kulit dingin dan
lembap/basah, CRT > 2 detik, pucat, sianosis
✓ Renal
✓ Serebral output urine <0,5 mg/kg/jam, ↑ ureum, ↑ creatinine, ↑ BJ urine
✓ Kardiopulmonal ansietas, pusing, agitasi, ↓ kesadaran
✓ Gastrointestinal ↓ TD, takikardia, disritmia, ↓ JVP, ↓ CVP,
✓ Hepatik takipnea, ↓ SpO2, gagal napas.
↓ bunyi usus, ileus paralitik, hiper/hipoglikemia
↑ enzim liver (ALT, AST) dan laktat
Tanda
Penanganan Gawat Darurat di IGD
▪ Airway : menjamin jalan nafas paten
▪ Breathing : memberikan oksigen → pertahankan Sa)2 > 95 %
▪ Circulation :
▪ Hentikan perdarahan eksternal dengan teknik penekanan
langsung
▪ Pasang akses Intravena →, pertimbangan ukuran Gauze
besar untuk transfusi
▪ Pemberian cairan → resusitasi cairan (kolaborasi)
Teknik Penekanan Langsung (direct pressure) untuk
menghentikan perdarahan
▪ Pertahankan patensi jalan nafas

▪ Pertahankan oksigen sesuai kebutuhan dan indikasi


▪ Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanik (jika perlu)
▪ Pertahankan IV akses. Akses IV Sentral jika dimungkinkan
▪ Berikan cairan sesuai indikasi (kristaloid – kolloid – produk darah)
▪ Berikan posisi Shock (modified tredelenberg)

• Angkat kaki sekitar 30 cm


• Sekitar 300 – 500 mL darah akan
kembali dari kaki ke sirkulasi
sentral
• Kontra indikasi pada trauma
servikal
Penanganan spesifik

▪Shock Hipovolemik
▪ Hentikan perdarahan / kehilangan
cairan
▪ Kembalikan volume sirkulasi
▪ Resusitasi Cairan
▪ Shock Kardiogenik
▪ Perlu dinilai masalah utamanya : volume, pompa atau irama jantung ?
▪ Masalah Volume : Berikan cairan dan nilai kebutuhan cairan
▪ Masalah pompa :
✓ Bila TDS > 100 mmHg → Vasodilator
✓ Bila TDS 70 – 100 mmHg tanpa disertai gejala shock → inotropic
(Dobutamine)
✓ Bila TDS 70 – 100 mmHg bila disertai gejala shock → Vasopressor
(Dopamine)
✓ Bila TDS < 70 mmHg disertai gejala Shock → Vasopressor kuat
)norepinephrine)
▪ Masalah Irama : disesuaikan dengan algoritm takiaritmia / bradiaritmia
▪ Tatalaksana lanjutan setelah diatasi (pompa balon intra aorta,
angiografi, intervensi kardiovaskuler perkutan, bedah)
▪Shock Anafilaktik
▪ Epinephrine → vasokonstriksi perifer,
Bronkhodilatasi dan menekan efek
histamine
▪ Diphenhydramine (Benadryl) →
memblok pelepasan histamin akibat reaksi
alergi
✓ Bronkodilator dgn nebulizer lebih efektif
✓ Intubasi endotrakeal atau krikotiroidotomi (jika
perlu)
▪Shock Neurogenik
▪ Stabilisasi spinal (misal cervical collar) →
mencegah bertambahnya kerusakan Spinal
cord
▪ Vasopressor (phenilephrine) →
mempertahankan TD dan perfusi organ
▪ Atropine → mengatasi bradikardia
▪ Hati-hati pemberian cairan karena hipotensi
bukan akibat kehilangan cairan
▪ Pantau hipotermia akibat disfungsi hipotalamus
▪ Methylprednisolone → cegah kerusakan
sekunder spinal cord akibat pelepasan
mediator kimia
Shock Obstruktif
▪ Kenali sedini mungkin agar obstruksi dapat diatasi segera
▪ Atasi penyebab obstruksi :
✓ Cardiac tamponade → pericardiocentesis
✓ Tension pneumothorax → needle decompression / finger
decompression atau chest tube Insertion
✓ Emboli paru → terapi trombolitik untuk mengembalikan
sirkulasi paru dan sisi kiri Jantung

needle decompression
Spahn, et al (2019).The European guideline on management of major bleeding and coagulopathy following trauma: fifth
edition. p.9. BMC. https://doi.org/10.1186/s13054-019-2347-3
23
CARA PENGGANTIAN CAIRAN / DARAH
• Rekomendasi umum adalah pemberian 3 mL kristaloid untuk setiap
kehilangan 1 mL cairan / darah. Ingat untuk selalu mencatat setiap 100
– 150 mL cairan yang sudah masuk.1
• Untuk pemberian cairan kolloid maka dilakukan dengan rumusan 1 : 1

1. https://www.openanesthesia.org/fluid-management/
CASE STUDY
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tampak deformitas
pada femur dextra. Pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi nadi 124 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit,
tekanan darah 90/65 mmHg, CRT >2 detik, produksi
urine 10 mL/jam ekstremitas pucat, gelisah dan
kesadaran menurun, BB 50 kg.

1. Berapa estimasi volume darah pasien?


2. Berapa perkiraan kehilangan darah yang dialami pasien?
3. Apa jenis cairan yang diberikan untuk resusitasi?
4. Berapa banyak cairan yang diberikan untuk resusitasi?
JAWAB :
1. Tentukan Estimated Blood Volume (EBV)
EBV = 70 ml x BB (kg)
2. Tentukan KELAS SYOK berdasarkan
tanda/gejala (Lihat Tabel) untuk
mengetahui persentase kehilangan
darah
3. Tentukan Estimated Blood Loss (EBL)
EBL = Persentase x EBV
1. Monitor status hemodinamik
Penurunan takikardia, takipneu, tekanan darah
2. Peningkatan perfusi perifer
▪ Suhu dan kelembaban kulit membaik
▪ Perbaikan sianosis: warna kulit kemerahan

3. Perbaikan kesadaran
Tidak sadar (kehilangan darah lebih dari 50% volume darah)
berangsur mengalami perbaikan
4. Perbaikan urine output: 1 cc/kg BB/jam
5. Lab: perbaikan ke arah normal
“TIME SAVING IS
LIVE SAVING ”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai