Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

DI RSUD dr. H.MOCH.ANSARI SALEH BANJARMASIN

DOSEN PEMBIMBING :

Nurhayati, S.ST., M.Tr.Kep

OLEH :

Adila Alfina Rahmah

P07120220001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN

BANJARBARU

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Adila Alfina Rahmah

NIM : P07120220001

Judul :Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan STEMI

di Rsud Dr. H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Mei 2023

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nurhayati S.ST., M.Tr.Kep Supinah, S.Kep., Ns


LEMBAR KONSUL

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Adila Alfina Rahmah

Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan

Ruangan : ICU

Hari/Tanggal Revisi Paraf CI


LAPORAN PENDAHULUAN
STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)
A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI
adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi
tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.
B. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi
rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai
vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga
hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah
20 menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada
subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi
infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard
sudah komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan
daerah non infark mengalami dilatasi.
C. ETIOLOGI
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi
dan akumulasi lipid.
1. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
2. Penyempitan aterorosklerotik
3. Trombus
4. Plak aterosklerotik
5. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
6. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
8. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
9. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala
yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
lemas.
2. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
3. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
4. Bisa atipik:
a. Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
b. Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai n yeri dada.
E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark
dan non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya
mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan
bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri
mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ;
slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan
dalam zona nekrotik.
Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark, mengakibatkan
penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang
jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark,
dengan dilatasi tersebar pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang
mengakibatkan penurunan hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi
gagal jantung dan prognosis lebih buruk. Progresivitas dilatasi dan
konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor ACE dan
vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada
tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus diberikan.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas,
baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering
dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Gagal jantung
4. Syok kardiogenik
5. Perluasan IM
6. Emboli sitemik/pilmonal
7. Perikardiatis
8. Ruptur
9. Ventrikrel
10. Otot papilar
11. Kelainan septal ventrikel
12. Disfungsi katup
13. Aneurisma ventrikel
F. PENATALAKSANAAN
1. Syok kardiogenetik
Penatalaksana syok kardiogenetik:
a. Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda
syok diberikan norepinefrin.
b. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan
dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit.
c. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda syok
diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
d. Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG,
direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau LBBB
yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk
revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali jika
terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
e. Terapi trimbolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan syok
kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai
kontraindikasi trombolisis.
f. Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien
STEMI dengan syok kardiogenik yang tidak membaik dengan segera
dangan terapi farmakologis, bila sarana tersedia.
2. Infark Ventrikel Kanan
Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala ventrikel
kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s, hepatomegali)
atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel kanan:
a. Pertahankan preload ventrikel kanan.
b. Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cai bran jam I selanjutnya
200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg (13,6cmH20).
c. Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
d. Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu
jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik
yang tidak repon dengan atropin.
e. Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah loading
volume.
f. Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel
kiri.
g. Pompa balon intra-aortik.
h. Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
i. Penghambat ACE
j. Reporfusi
k. Obat trombolitik
l. Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
m. Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan
penyakit multivesel).
3. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular dapat
terjadi tampa tanda bahaya aridmia sebelumnya.
Penatalaksana Takikardia vebtrikel:
a. Takikardia vebtrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30 detik
atau menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi dengan DC
shock unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j; jika gagal harus
diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu shock ketiga 360J.
b. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti dengan
angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg ) harus
diretapi dengan shock synchoronized energi awal 100 J. Energi dapat
ditingkatkan jika dosis awal gagal.
c. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina,
edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah satu
regimen berikut:
d. Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-0,75mg/kg tiap 5-10
menit sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading
selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50 ug/lg/menit).
e. Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
f. Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-60
menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian
infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.
g. Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi
sebelumnya).
4. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel
a. Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless diberikan terapi DC
shock unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak berhasil harus
diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika perlu shock ketiga 360
J ( klas I)
b. Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless yang refraksi
terhadap shock elektrik diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg. IV
bolus dilanjutkan pengulangan shock unsynchoronized. (klas Iia)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
1. Identitas pasien
a. Nama:
b. Umur:
c. Alamat:
d. Perkerjaan:
e. Tanggal masuk:
f. Status:
g. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
b. Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:
c. Sesak
d. Udema
e. Nyeri dada
f. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah
anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien
saat ini. Serta riwayat penyakit lainnya seperti:
g. Darah tinggi
h. Diabetes
i. Penyakit jantung
j. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah
mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit
lain seperti:
k. Riwayat asma
l. Diabetes
m. Stroke
n. Gastritis
o. Alergi
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
b. Kesadaran:
4. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit
2) Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim
b. Elektrokardiografi:
c. Detak jantung
d. Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung dan struktur jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume, pre
load dan afterload, kontraktiltas jantung.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi

C. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: v Pain Level, § Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,
v pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan
v comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
jaringan miokard Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan § Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama ….Pasien tidak ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan § Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
DO: kriteria hasil: dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri · Mampu mengontrol nyeri § Kontrol lingkungan yang dapat
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau tehnik nonfarmakologi § Kurangi faktor presipitasi nyeri
gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri, § Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menyeringai) mencari bantuan) menentukan intervensi
- Terfokus pada diri sendiri · Melaporkan bahwa nyeri § Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Fokus menyempit berkurang dengan napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
(penurunan persepsi waktu, menggunakan manajemen hangat/ dingin
kerusakan proses berpikir, nyeri § Berikan analgetik untuk mengurangi
penurunan interaksi dengan · Mampu mengenali nyeri nyeri: ……...
orang dan lingkungan) (skala, intensitas, § Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku distraksi, frekuensi dan tanda nyeri) § Berikan informasi tentang nyeri seperti
contoh : jalan-jalan, · Menyatakan rasa nyaman penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
menemui orang lain setelah nyeri berkurang berkurang dan antisipasi
dan/atau aktivitas, aktivitas · Tanda vital dalam rentang ketidaknyamanan dari prosedur
berulang-ulang) normal § Monitor vital sign sebelum dan sesudah
- Respon autonom (seperti · Tidak mengalami pemberian analgesik pertama kali
diaphoresis, perubahan gangguan tidur
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantungb/d gangguan irama· Cardiac Pumpv Evaluasi adanya nyeri dada
jantung, stroke volume, pre effectiveness v Catat adanya disritmia jantung
load dan afterload,· Circulation Status v Catat adanya tanda dan gejala penurunan
kontraktilitas jantung. · Vital Sign Status cardiac putput
· Tissue perfusion: perifer v Monitor status pernafasan yang
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan menandakan gagal jantung
- Aritmia, takikardia, selama………penurunan v Monitor balance cairan
bradikardia kardiak output klienv Monitor respon pasien terhadap efek
- Palpitasi, oedem teratasi dengan kriteria pengobatan antiaritmia
- Kelelahan hasil: v Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Peningkatan/penurunan JVPv Tanda Vital dalam rentang menghindari kelelahan
- Distensi vena jugularis normal (Tekanan darah,v Monitor toleransi aktivitas pasien
- Kulit dingin dan lembab Nadi, respirasi) v Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Penurunan denyut nadiv Dapat mentoleransi tekipneu dan ortopneu
perifer aktivitas, tidak adav Anjurkan untuk menurunkan stress
- Oliguria, kaplari refill kelelahan § Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
lambat v Tidak ada edema paru, Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
- Nafas pendek/ sesak nafas perifer, dan tidak ada atau berdiri
- Perubahan warna kulit asites  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Batuk, bunyi jantung S3/S4v Tidak ada penurunan bandingkan
- Kecemasan kesadaran  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
v AGD dalam batas normal dan setelah aktivitas
v Tidak ada distensi vena Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
leher  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
v Warna kulit normal  Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan denganv Self Care : ADLs v Observasi adanya pembatasan klien
:ketidakseimbangan antara v Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
suplai dan kebutuhanv Konservasi eneergi v Kaji adanya faktor yang menyebabkan
oksigen. Setelah dilakukan tindakan kelelahan
DS: keperawatan selamav Monitor nutrisi dan sumber energi yang
· Melaporkan secara verbal ….Pasien bertoleransi adekuat
adanya kelelahan atau terhadap aktivitas
v Monitor pasien akan adanya kelelahan
kelemahan. dengan Kriteria Hasil : fisik dan emosi secara berlebihan
· Adanya dyspneu atau
v Berpartisipasi dalam aktivitas v Monitor respon kardivaskuler terhadap
ketidaknyamanan saat fisik tanpa disertai aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
beraktivitas. peningkatan tekanan darah, nafas, diaporesis, pucat, perubahan
DO : nadi dan RR hemodinamik)
v Mampu melakukan aktivitas v Monitor pola tidur dan lamanya
· Respon abnormal dari sehari hari (ADLs) secara tidur/istirahat pasien
tekanan darah atau nadi mandiri v Kolaborasikan dengan Tenaga
terhadap aktifitas v Keseimbangan aktivitas dan Rehabilitasi Medik dalam
· Perubahan ECG : aritmia, istirahat merencanakan progran terapi yang
iskemia tepat.
v Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
v Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
v Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Ketidakseimbangan exchange ventilasi
perfusi ventilasi  Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
 perubahan membran Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler-alveolar  Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
DS: ventilation suction
 sakit kepala 
ketika Vital Sign Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun Setelah dilakukan suara tambahan
 Dyspnoe tindakan keperawatan  Berikan bronkodilator ;
 Gangguan penglihatan selama ….Gangguan  Barikan pelembab udara
pertukaran pasien teratasi  Atur intake untuk cairan
DO: dengan kriteria hasi: mengoptimalkan keseimbangan.
 Penurunan CO2  Mendemonstrasikan  Monitor respirasi dan status O2
 Takikardi peningkatan ventilasi dan  Catat pergerakan dada,amati
 Hiperkapnia oksigenasi yang adekuat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
 Keletihan  Memelihara kebersihan retraksi otot supraclavicular dan
 Iritabilitas paru paru dan bebas dari intercostal
 Hypoxia tanda tanda distress  Monitor suara nafas, seperti dengkur
 kebingungan pernafasan  Monitor pola nafas : bradipena,
sianosis  Mendemonstrasikan batuk takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 warna kulit abnormal efektif dan suara nafas cheyne stokes, biot
yang bersih, tidak ada
(pucat, kehitaman)  Auskultasi suara nafas, catat area
sianosis dan dyspneu
 Hipoksemia (mampu mengeluarkan penurunan / tidak adanya ventilasi dan
 hiperkarbia sputum, mampu bernafas suara tambahan
 AGD abnormal dengan mudah, tidak ada  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
 pH arteri abnormal pursed lips) mental
 èfrekuensi dan  Tanda tanda vital dalam  Observasi sianosis khususnya membran
kedalaman nafas abnormal rentang normal mukosa
 AGD dalam batas normal  Jelaskan pada pasien dan keluarga
 Status neurologis dalam tentang persiapan tindakan dan tujuan
batas normal penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2017. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun
Memiliki
Brunner & Suddarth. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges, E. Marilynn. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Kowalak, Welsh.2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Price, A. Sylvia. 2015. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC.
Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan
Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002
Irmalita, 2018. Infark Miokard. Dalam: Rilantono, L.I., Baraas, F., Karo Karo, S.,
Roebiono, P.S., ed., Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FK UI, 173-174.
Antman, E.M., Braunwald, E., 2005. ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. In:
Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,
J. L., eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw-
Hill 1449-1450
Alwi Idrus, 2006. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST.Dalam: Sudoyo AW,
Setiohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata MK, Setiati Siti, 2006. Ilmu
penyakit dalam: Edisi ke 4. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 1615-1625.
Kabo, P. 2017. Penyakit jantung koroner. Jakarta :Gramedia
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Herdman, T. H. (2015). NANDA internasional. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar,
editor bahasa Indonesia Monica Ester. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai