STEMI
Disusun oleh
Nim: 113119013
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama:
b. Umur:
c. Alamat:
d. Perkerjaan:
e. Tanggal masuk:
f. Status:
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
b. Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:
1) Sesak
2) Udema
3) Nyeri dada
3. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini. Serta
riwayat penyakit lainnya seperti:
1) Darah tinggi
2) Diabetes
3) Penyakit jantung
4. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami
penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain seperti:
1) Riwayat asma
2) Diabetes
3) Stroke
4) Gastritis
5) Alergi
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum:
2) Kesadaran:
6. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit
2) Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim
b. Elektrokardiografi:
1) Detak jantung
2) Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung dan struktur jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola napas berhubungan dengan infark ditandai dengan sesak.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai dengan
keluhan nyeri dada.
3. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ
ditandai dengan edema.
4. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi yang mempengaruhi masukan
nutrisi/peningkatan kebutuhan metabolik ditandai dengan kelebihan berat badan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan/kematian ditandai dengan
ketakutan, gelisah dan perilaku takut.
C. INTERVENSI
1. Intervensi untuk diagnose gangguan nyeri.
a. Tujuan: Menyatakan nyeri berkurang atau hilang.
b. Kriteria hasil:
Menyatakan nyeri dada terkontrol dalam waktu 3 hari.
Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi dalam waktu 1 hari.
Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak dalam waktu
3 hari.
2. Intervensi:
a. Kaji lokasi, karakter, dura durasi, dan intensitas, nyeri, dengan menggunakan
skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti
mual dan diaporesis.
b. Kaji dan catat TD dan FJ dengan episode nyeri. TD dan Fj dapat meningkat
karena randsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung
menurun.
c. Berikan obat nyeri yang diprogramkan (biasanya morfin sulfat): catat kualitas
pengurangan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, dan tentukan interval waktu
danri pemberian sampai penghilangan nyeri.
d. Tenangkan pasien selama episode nyeri; temani pasien bila mungkin.
e. Observasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit
miksi.
f. Berikan O2 sesuai program, biasanya 2-4 L/menit per kanula nasal.
g. Siapkan pasien untuk pindah UPK. (Unit Perawatan Kritis)
3. Intervensi untuk diagnosa gangguan keseimbangan elektrolit.
Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan dalam 1 hari dibuktikan dengan
TD dalam batas normal.
Kriteria hasil:
a. Tidak ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen
b. Paru bersih dan berat badan stabil.
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krekels.
b. Catat DVJ, adanya edema dependen.
c. Ukur masukan/haluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi.
Hitung keseimbangan cairan.
d. Timbang berat badan tiap hari.
e. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
f. Berikan diet natrium rendah/minuman.
g. Berikan diuretic, contoh furosemid (Lazix); hidralazin (Apresoline):
spironolakton dengan hidronolakton (Aldactone).
h. Pantau kalium sesuai indikasi.
4. Intervensi dari perubahan pola nutrisi:
Tujuan: Meningkatkan nutrisi yang seimbang bagi pasien.
Kriteria hasil: setelah perawatan menyatakan berat badan berkurang dalam waktu
1 minggu.
Intervensi:
a. Kaji nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat
energy; kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk
makan/anoreksia.
b. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan.
c. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah
kalori dengan tepat.
d. Jamin penampungan akurat dari specimen (urine, feses, drainase) untuk
pemeriksaan keseimbangan nitrogen.
e. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat control
infuse sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran.
Jangan meningkatkan kecepatan untuk “mencapai”.
f. Ketahui kandungan elektrolit dari larutan nutrisional.
g. Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi.
5. Intervensi dari intoleransi aktivitas:
Tujuan: mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Kriteria hasil: melaporkan tidak adanya angina/terkontrol dalam rentang waktu
selama pemberian obat.
Intervensi:
a. Pantau pasien terhadap tanda intolenransi aktivitas, dan minta pasien untuk
merentang aktivitas dan yang diprogramkan.
b. Mati dan laporkan gejala-gejala curah jantung menurun atau gagal jantung:
TD menurun, ekstremitas dingin, oliguria, nadi perifer menurun, FJ
meningkat.
c. Pantau M & H dan waspadai haluaran urine <30 ml/jam. Auskultasi lapang
paru setiap dua jam terhadap krekels, yang dapat terjadi pada retensi cairan
dengan gagal jantung.
d. Palpasi nadi perifer pada interval sering. Waspadai ketidakteraturan dan
penurunan amplitude, yang merupakan sinyal gagal jantung.
e. Berikan O2 dan obat-obatan sesuai program.
f. Selama periode akut dari curah jantung menurun dan sesuai program, dukung
pasien dalam mempertahankan tirah baring dengan mempertahankan barang-
barang milik pribadi dalam jangkauan, member situasi yang tenang, dan batasi
pengunjung untuk memastikan periode istirahat tanpa gangguan.
g. Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila ke kamar mandi diizinkan.
h. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak pasif atau dibantu seperti
ditentukan oleh toleransi aktivitas dan keterbatasan aktivitas. Konsul dengan
dokter tentang tipe dan jumlah latihan di tempat tidur yang dapat dilakukan
bila kondisi pasien membaik
i. Bila tepat, ajarkan pasien mengukur FJ sendiri untuk mengukur toleransi
latihan.
j. Pastikan pasien menjalani istirahat tanpa gangguan ≥90 menit. Rencanakan
aktivitas yang sesuai.
6. Intervensi untuk diagnosa ansietas:
Tujuan: mengidentifikasi dan mengenal perasaan pasien.
Kriteria hasil: menyatakan penurunan ansietas/takut.
Intervensi:
a. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut dll.
b. Catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangkal mengikuti program
medis.
c. Mempertahankan kepercayaan.
d. Kaji tanda verbal/nonverbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan
tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak.
e. Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan.
Hindari konfrontasi.
f. Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas
yang di harapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin. Jawab semua
pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten; ulangi sesuai indikasi.
g. Anjurkan pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan
seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.
h. Berikan periode istirahat atau waktu tidur tidak terputus, lingkungan tenang,
dengan tipe kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal.
i. Dukung kenormalan proses kehilangan, melibatkan waktu yang perlu untuk
penyelesaian.
j. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
k. dukung kemandirian, perawatan sendiri dan pembuatan keputusan dalam
rencana pengobatan.
l. dukung keputusan tentang harapan setelah pulang.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien
E. EVALUASI
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Pola nafas pasien teratur
c. Cairan dalam tubuh pasien dalam keadaan normal
d. Nutrisi pasien terpenuhi
e. Aktifitas pasien meningkat (normal)
f. Ansietas berkurang atau hilang
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2011. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun Memiliki
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Kowalak, Welsh.2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
(http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=ST+Elevasi+Miokard+Infark+%28STEMI
%29+pada+Laki-Laki+54+Tahun+Memiliki+Kebiasaan++Minum+Alkohol, (diakses 24
Oktober 2012)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22069/4/Chapter%20II.pdf), (diakses 24
Oktober 2012) I Putu Juniartha Semara Putra