Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat
insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor
dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada
pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat
total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat
nutrisi-oksigen dan mati.
Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG
No Lokasi Gambaran EKG
1 Anterior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-
V4/V5
2 Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
3 Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6
dan I dan aVL
4 Lateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6
dan inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di
I dan aVL
5 Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6 Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
dan aVF
7 Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, V1-V3

8 True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST


depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9 RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam
pertama infark.

B. Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana
injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
· Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
· Penyempitan aterorosklerotik
· Trombus
· Plak aterosklerotik
· Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
· Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
· Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
· Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
· Spasme otot segmental pada arteri kejang otot

C. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat
tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu
trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi
arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture
jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core)
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium sampai
epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark
sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah
terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan
karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
D. Menifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih benda
berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak
berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit
bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
· Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
· Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa tanpa
disertai nyeri dada.

E. Penatalaksanaan
a. Syok kardiogenetik
Penatalaksana syok kardiogenetik:
· Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan
norepinefrin.
· Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan dopamin dosis 5-
15 ug/kgBB/menit.
· Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda syok diberikan
dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
· Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG, direkomendasikan pada
pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan
ideal untuk revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali jika terdapat
kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.
· Terapi trimbolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan syok kardiogenik yang tak
ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai kontraindikasi trombolisis.
· Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien STEMI dengan syok
kardiogenik yang tidak membaik dengan segera dangan terapi farmakologis, bila sarana tersedia.
b. Infark Ventrikel Kanan
Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala ventrikel kanan yang berat
(distensi vena jugularis, tanda kussmaul s, hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana
infark ventrikel kanan:
· Pertahankan preload ventrikel kanan.
· Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I selanjutnya 200ml/jam (terget
atrium kanan >10 mmHg (13,6cmH20).
· Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
· Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu jantung sekuensial A-V
pada blok jantung derajat tinggi simtomatik yang tidak repon dengan atropin.
· Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah loading volume.
· Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel kiri.
· Pompa balon intra-aortik.
· Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
· Penghambat ACE
· Reporfusi
· Obat trombolitik
· Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
· Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan penyakit multivesel).
c. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel
Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular dapat terjadi tampa tanda
bahaya aridmia sebelumnya.
Penatalaksana Takikardia vebtrikel:
· Takikardia vebtrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30 detik atau
menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi dengan DC shock unsynchoronizer
menggunakan energi awal 200 j; jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika
perlu shock ketiga 360J.
· Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti dengan angina , edema paru
dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg ) harus diretapi dengan shock synchoronized energi
awal 100 J. Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.
· Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina, edema paru dan
hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah satu regimen berikut:
1) Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-0,75mg/kg tiap 5-10 menit sampai dosis
loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50
ug/lg/menit).
2) Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis pemeliharaan 1
mg/kg/jam.
3) Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-60 menit, dilanjutkan infus
tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.
4) Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi sebelumnya).
d. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel
· Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless diberikan terapi DC shock
unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak berhasil harus diberikan shock kedua 200
sampai 300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J ( klas I)
· Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless yang refraksi terhadap shock elektrik
diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg. IV bolus dilanjutkan pengulangan shock
unsynchoronized.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG pasien
yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST. Kemudian
gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian
kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Pada STEMI inferior, ST elevasi dapat dilihat
pada lead II, III, dan aVF.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pada nekrosis miokard, protein intraseluler akan masuk dalam ruang interstitial dan masuk ke
sirkulasi sistemik melalui mikrovaskuler lokal dan aliran limfatik. Oleh sebab itu, nekrosis
miokard dapat dideteksi dari pemeriksaan protein dalam darah yang disebabkan kerusakan sel.
Protein-protein tersebut antara lain aspartate aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase,
creatine kinase isoenzyme MB (CK-MB), mioglobin, carbonic anhydrase III (CA III),
myosin light chain (MLC) dan cardiac troponin I dan T (cTnI dan cTnT). Peningkatan kadar
serum protein-protein ini mengkonfirmasi adanya infark miokard.

G. Pengkajian Keperawatan ST elevasi Miokard Infark


Muttaqin, A (2012) mengemukakan bahwa pengkajian pada klien dengan infark miokardium
akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk
merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar tentang informasi status
terkini dari klien melalui pengkajian sistem kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian.
Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini
khususnya yang berhubungan dengan gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas
(dispnea, palpitasi, pingsan/sinkop), atau keringat dingin (diaforesis).
1. Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas, dan pingsan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi:
a. Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan
setelah diberikan nitrogliserin.
b. Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri
dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c. Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
d. Severity (Scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (visual
analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada
saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e. Time : sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh Infark
Miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan
berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea,
berkeringat, ansietas, dan pingsan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi daaat ini.
Data ini ddiperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada,
hipertensi, DM, hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan
mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan
dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan
antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul.
Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
4. Pemeriksaan FISIK
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau Compos mentis (cm)
dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat
b. B1 (breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak nafas seperti tercekik.
Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat tenaga dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikal kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal
ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal kiri pada saat melakukan
kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat
istirahat.
c. B2 (blood)
1) Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah
substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa komplikasi biasanya tidak
ditemukan
3) Auskultasi
Teanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan Infark
Miokard Akut. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark
Miokard Akut tanpa komplikasi
4) Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
d. B3 (brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan sianosis perifer. Pengkajian
objek klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium.
e. B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan Infark Miokard Akut karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
f. B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada
keempat kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut
g. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak
dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur. Tanda klinis yang lain ditemukan
adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.
Kaji hygienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan
tugas perawatan diri.
H. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Domain : 12 Domain : 12 Domain : 12
Class :1 Class :1 Class :1
Diagnose : Nyeri akut (00132) Outcome : Tingkat nyeri Intervensi :
(2102).
§ Batasan Karakteristik : 2210 : Pemberian analgetik
§ Tujuan : Klien
- Diaphoresis - Tentukan lokasi,
mampu mengendalikan
karakteristik, kualitas dan
- Mengekspresikan rasa nyeri
keparahan nyeri sebelum
perilaku
§ Kriteria hasil : mengobati pasien
( gelisah)
210201 : Nyeri yang - Cek adanya riwayat
- Perubahan selera dilaporkan berada pada alergi
makan tingkat 4-3 atau
- Tentukan pilahn obat
kurang dalam skala 0-
§ Data Subjektif analgetik (narkotik, non
10 dalam 24 jam.
narkotik / NSAID)
- Klien mengeluh nyeri/ 210206 : Ekspresi nyeri berdasarkan tipe dan
tidak nyaman yang sangat wajah tidak tampak keparahan nyeri
mengganggu di daerah dada meringis
- Monitor TTV sebelum
- Klien mengatakan 210225 : Mengeluarkan dan sesudah memberikan
keringat dingin, headache dan keringat yang berkurang analgetik narkotik pada
mual / tidak mengeluarkan pemberian dosis pertam
- Klien juga mengatakan keringat kali/jika ditemukan tanda-
anoreksia dan lethargi tanda tyang tidak biasanya.
210215 : Kehilangan
§ Data Objektif nafsu makan berkurang - Berikan kebutuhan
atau bahkan teratasi kenyamanan dan aktivitas
- Pasien tiba-tiba dengan adanya lain yang dapat membantu
dilarikan ke rumah sakit X peningkatan nafsu relaksasi untuk
karena mengeluh nyeri makan. memfasilitasi penurunan
- Terjadinya takikardi nyeriberi.kan analgetik
210227 : Mual tidak
dan disritmia sesuai waktu paruhnya,
lagi terjadi / teratasi.
terutama npada nyeri yang
- Adanya peningkatan sangat berat.
beberapa kadar enzim pada
jantung - Dokumentasikan
respon terhadap
analgetikdan adanya efek
samping
- Kolaborasi dengan
dokter apakah obat, dosis,
rute pemberian atau
perubahan
intervaldibutuhklan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgetik.

1400 : Manajemen nyeri


- Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,intensitas
atau beratnya nyeridan
factor pencetus
- Pertimbangkan
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Gali bersama pasien
factor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
- Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berpa lama
nyeri akan dirasakn, dan
antisipasi dari
ketidaknyaman akibat
prosedur
- Ajrkan prinsip-prinsip
manajem,en nyeri
- Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu menurunkan
nyeri

6680 : Monitor TTV


- Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan
- Monitor irama dan
tekanan jantung
- Monitor nada jantung
- Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan TTV

2 Domain : 12 Domain : 12 Domain : 12


Class :2 Class :2 Class :1
Diagnose : Gangguan rasa Outcome : Status Intervensi
nyaman (00214) kenyamanan (2008)
6482 : Manajemen
§ Batasan karakteristik : § Tujuan : Klien lingkungan : kenyamanan
mampu memberikan
- Gangguan pola tidur - Hindari gangguan yang
respon fisiologis yang
tidak perlu dan berikan
- Gelisah baik.
waktu untuk istirahat
- Iritabilitas § Kriteria hasil :
- Ciptakan lingkungan
- Merasa tidak nyaman 200801 : Kesejahteraan yang tenang dan
fisik mendukung
§ Data Subjektif :
200802 : Kontrol gejala - Sediakan lingkungan
- Klien mengeluh rasa yang aman dan bersih
nyeri
- Posisikan pasien untuk
- Klien mengatakan memfasilitasi kenyamanan
tidak nyaman yang sangat (misalnya, gunakan prinsip-
mengganggu di daerah dada prinsip keselarasan tubuh,
Klien mengatakan insomnia sokong dengan bantal,
sokong sendi selama
pergerakan, belat sayatan,
dan imobilisasi bagian
tubuh yang nyeri)
2300 : Pemberian obat
- Monitor kemungkinan
alergi terhadap obat,
interaksi dan kontraindikasi,
termasuk obat-obatan dari
luar konter dan obat-obat
herbal
- Catat alergi yang dialami
klien sebelumpemebrian
obat dan tahanan obat-
obatan jika diperlukan
- Beritahukan kepada
klien jenis obat, alas an
pemebrian obat, hasil yang
diharapkan dan efek
lanjutanyang akan terjadi
sebelum pemberian obat
- Monitor TTV dan nilai
laboratorium sebelum
pemberian obat-obatan
secara tepat.
- Dokumentasikan
pemberian obat dan respon
klien (misalnya , nama
generikobat, dosis, waktu,
cara, alsan pemberian obat
dan efek yang dicapai)
sesuai dengan protocol
1400 : Manajemen nyeri
- Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,intensitas
atau beratnya nyeridan
factor pencetus
- Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Gali bersama pasien
factor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
- Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berpa lama
nyeri akan dirasakn, dan
antisipasi dari
ketidaknyaman akibat
prosedur
- Ajrkan prinsip-prinsip
manajem,en nyeri
- Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu menurunkan
nyeri
0840 : Pengaturan posisi
- Berikan matras yang
lembut
- Dorong pasien utnuk
terlibat dalam perubahan
posisi
- Tinggikan kepala tempat
tidur
6040 : Terapi relaksasi
- Gambarkan rasionalsasi
dan manfaat serta jenis
relakssi yang tersedia (
bernafas dengan ritme,
music, relaksasi rahang dan
relaksasi otot progresif
- Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
distraksi dengan lampu yang
redup dan suhu lingkungan
yang nyaman, jika
memungkinkan
- Tunjukkan dan
praktekkan teknik relaksasi
pada klien.
- Dorong klien untuk
mengulang praktek teknik
relaksasi, jika
memungkinkan.berikan
waktu yang tidak terganggu
karena mungkin saja klien
tertidur
Evaluasi dan
dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi.
3 Domain : 4 Domain : 4 Domain :4
Class :4 Class :4 Class :4
Diagnose : Ketidakefektifan Outcome : Status Intervensi
pola nafas (00032) pernafasan
3350 : Monitor pernafasan
§ Batasan Karakteristik : § Tujuan : klien mampu
- Monitor kecepataan
bernafas normal
- Pernafasan bibir irama, kedalaman dan
§ Kriteria hasil : kesulitan bernafas
- Pola nafas abnormal
(misalnya, irama, frekuensi, - Frekuensi - Catat pergerakan dada,
kedalaman) pernafasan dalam batas catat ketidaksimetrisan,
normal pengginaan otot-otot bantu,
- Takipnea
dan retraksi pada otot
- Irama pernafasan
§ Data subjektif : supraclafikulas dan
dalam batas normal
intercostal
- Klien mengeluh
Pernafasan bibir dengan
takipnea - Monitor pola nafasa (
mulut mengerucut
misalnya, bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
pernafasan khusmaul,
pernafasan 1:1, apneustik,
respirasi biot, dan pola
ataxic)
- Monitor keluhan sesak
nafasa pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkasan atau
memperburuk sesak nafas
- Posisikan pasien
miring kesamping, sesuai
dengan indikasi utnuk
mencegah aspirasi, lakukan
teknik log roll, jika pasien
diduga mengalami cedera
leher
6680 : Monitor TTV
- Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernafasan dengan tepat
- Monitor nada jantung
- Monitor irama dan laju
opernafasan (misalnya
kedalaman dan
kesemimetrisan)
0840 : Pengaturan posisi
- Tempatkan opasien
diatas mattras atau tempat
tidur terapeutik
- Berikan matras yang
lembut
- Dorong pasien untuk
terlibat dalam perubahan
posisi
- Posisikan pasien untuk
mengurangi dyspnea
(misalnya posisi semi
fowler)

4 Domain : 4 Domain : 4 Domain : 4


Class : 4 Class :4 Class :4
Diagnose : Intoleransi Outcome : Toleransi
aktivitas (00092) terhadap aktivitas
Intervensi
§ Batasan karakteristik : § Tujuan : Klien
4310 terapi aktivitas
mampu melakukan
- Dispnea setelah
aktivitas seperti - Pertimbangkan
beraktivitas
biasanya tanpa adanya kemampuan klien dalam
- Keletihan suatu gangguan berpartisipasi melalui
aktivitas fit spesifik
§ Kriteria hasil :
- Bantu klien untuk
memilih aktivitas dan
pencapaian tujuan melalui
aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik
fisiologi dan sosial
- Bantu klien dan
keluarga untuk
mengindentifikasi
kelemahan dalam level
aktivitas tertentu
- Bantu klien dan
keluarga untuk beradaptasi
dengan lingkungan pada
saat mengakomodasi
aktivitas yang diinginkan
- Bantu klien untuk
meningkatrkan motivasi di
dan penguatan

5 Domain : 4 Domain : 4 Domain : 4


Class : 1 Class : 1 Class : 1
Diagnose : Insomnia (00095) Outcome : Tidur Intervensi :
§ Batasan karakteristik : (0004) 6482 : Manajemen
lingkungan : Kenyamanan
- Gangguan status § Tujuan : Klien
kesehatan mampu
- Perubahan konsentrasi mempertahankan - Hindari gangguan yang
kubutuhan tidur tidak perlu dan berikan
- Perubahan mood
waktu untuk istirahat
§ Kriteria hasil :
§ Data subjektif :
- Ciptakan lingkungan yang
000403 : Pola tidur
- Klien mengeluh rasa tenang dan nyaman
yang tercukupi
nyeri
- Sediakan lingkungan yang
000425 : Nyeri tidak
- Klien mengatakan aman dan bersih
lagi dirasakan /
tidak nyaman yang sangat
berkurang - Posisikan pasien utnuk
mengganggu di daerah sekitar
memfasilitasi kenyamanan
dada
(sokong dengan bantal,
- Klien mengeluh imobilisasi bagian tubuh
insomnia yang nyeri)

§ Data objektif : - - Berikan sumber-sumber


edukasi yang relevan dan
berguna mengenai
manjemen penyakit dan
cedera pasien keluarga yang
sesuai
0840 : Pengaturan posisi
- Berikan matras yang
lembut
- Dorong pasien untuk
terlibat dalam perubahan
posisi
- Monitor status oksigenasi
(pasien sebelum dan setelah
perubahan posisi)
- Jangan menempatkan
pasien pada posisi yang bias
meningkatkan nyeri
- Tinggikan kepala tempat
tidur
1850 : Peningkatan tidur
- Tentukan pola
tidur/aktivitas pasien
- Jelaskan pentingnya tidur
yang cukup selama penyakit
- Monitor pola tidur pasien
dan catat kondisi fisik
(misalnya
nyeri/ketidaknyamanan)
keadaan yang mengganggu
tidur
- Sesuaikan lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, kasur dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
- Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
teknik untuk meningkatkan
tidur
- Berikan pamphlet
dengan informasi
mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur.
Daftar Pustaka
Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda. Jilid 1. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/9036954/LAPORAN_PENDAHULUAN_ST_ELEVATION_MYOCARDIAL_INFARC
TION
diakses pada 10 september 2019 pukul 23.15

Anda mungkin juga menyukai