A. DEFINISI
stemi.html
B. PATOFISIOLOGI
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
1
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan
mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya
laktat dan ion hydrogen sehingga menyebabkan asidosis. Proses yang terjadi
terbagi dalam tiga fase yaitu, fase iskemia, dimana masih terdapat
anaerob pun semakin berkurang, fase ini dinamakan fase injury (Kristen
maka, akan masuk kefase berikutnya yaitu fase nekrosis sel miokardium
pada daerah nekrosis akan mengurangi cardiac output, perfusi ke organ dan
2
epinephrine dan norepinephrin dalam upaya meningkatkan denyut nadi,
semakin luas. Efek lain adalah ketika penurunan perfusi berlanjut maka
dapat reversible karena daerah nekrose masih kecil, namun jika melebihi 6
jam maka daerah nekrose telah mencapai dinding ventrikel dan dalam 12
minggu pertama resiko berulangnya insiden dapat terjadi kapan saja dan
biasanya fatal (10% mortalitas). Setelah 2-3 bulan maka terjadi remodeling
3
C. ETIOLOGI
1. Faktor pencetus
2. Faktor presdiposisi
psiklogi.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa
4
tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian
nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas,
4. Bisa atipik:
E. KOMPLIKASI
a. Disfungsi ventrikuler
infark dan non infark. Proses ini disebut remodeling ventikuler dan
hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel
kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark
5
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada
yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi
ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE
harus diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
paru.
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Perluasan IM
f. Emboli sitemik/pulmonal
g. Perikarditis
6
i. Disfungsi katup
j. Aneurisma ventrikel
F. Data penunjang
1. Laboratorium
a. CKMB
b. LDH
Enzim ini akan Meningkat setelah 2 jam bila ada infak miokard
dan akan memuncak dalam 10-24 jam dan untuk CTn T masih
2. Ecg
dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10
keputusan terapi reperfusi. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal
7
adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terjadi fase segmen
ST. perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
kanan.
3. Elektrolit.
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
5. Kecepatan sedimen
6. Kimia
atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
9. Foto thorak
8
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
10.Ekokardiogram
missal lokasi
13.Angiografi koroner
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi) Prosedur tidak selalu dilakukan pad
9
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
bekuan darah.
G. PENATALAKSANAAN
Pedoman dalam pemberian terapi mengacu pada ACC/AHA tahun 2009 dan
ESC tahun 2008, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisisarana dan fasilitas
10
Berikut ini tahap penatalaksanaan:
gejala dan lebih separuhnya terjadi pada jam pertama sehingga elemen
antara lain:
resusitasi.
lamanya waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan paien untuk
meminta pertolongan.
Hal ini dapat diatasi dengan cara edukasi kepada masyarakan oleh
dini.
11
menginterpretasikan EKG dan managemen STEMI serta ada kendali
dengan saturasi oksigen kurang dari 90%. Pada semua pasien STEMI
b) Pemberian obat-obatan
dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang 5-15 menit samapi dosis total
20mg.
STEMI dan efektif pda spectrum syndrome coroner akut dengan dosis
12
a) Aktivitas : pasien harus istiraat dalam 12 jam pertama
b) Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam
4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infak
miokard.
4. Penatalaksanaa komplikasi
a. Syok kardiogenetik
Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda
LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk
13
revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali
kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai
kontraindikasi trombolisis.
kanan:
cmH20).
14
Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah
loading volume.
kiri.
Penghambat ACE
Reporfusi
Obat trombolitik
penyakit multivesel).
jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu
15
Takikardia ventrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti
pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
sebelumnya).
16
berhasil harus diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama:
b. Umur:
c. Alamat:
d. Pendidikan
e. Perkerjaan:
f. Tanggal masuk:
g. Status:
17
h. Diagnose medis :
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
1. Sesak
2. odema
3. Nyeri dada
1. Darah tinggi
2. Diabetes
3. Penyakit jantung
mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau
1. Riwayat asma
2. Diabetes
3. Stroke
4. Gastritis
5. Alergi
3. Pengkajian fisik
18
a. Keadaan umum:
b. Kesadaran:
4. Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Elektrokardiografi:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
19
Tujuan: Menyatakan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Menyatakan nyeri dada terkontrol dalam waktu 3 hari.
waktu 3 hari.
Intervensi:
menurun.
20
Tujuan: mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur.
Kriteria hasil: melaporkan tidak adanya angina/terkontrol dalam rentang
menurun, FJ meningkat.
Auskultasi lapang paru setiap dua jam terhadap krekels, yang dapat
Selama periode akut dari curah jantung menurun dan sesuai program,
21
Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak pasif atau dibantu seperti
dengan dokter tentang tipe dan jumlah latihan di tempat tidur yang dapat
program medis.
Mempertahankan kepercayaan.
Hindari konfrontasi.
22
semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten; ulangi
sesuai indikasi.
untuk penyelesaian.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh
E. EVALUASI
23
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn M.H
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Swasta (pedagang buah)
Pendidikan : SLTA
Bahasa : Indonesia
Alamat : Ds. Sidogiri RT 4 RW 1 Kraton, Pasuruan
Tanggal MRS : 22-07-2014
Cara Masuk : IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Diagnosis Medis : STEMI Anterior
Tanggal Pengkajian : 22-07-2014
1. Keluhan Utama
24
Pasien mengatakan nyeri dada sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dada tembus
punggung. saat istirahat masih teraswa nyeri dada. Skala nyeri 5. Lama
selama 5 hari dan nyeri msih tidak berkurang. Akhirnya pasien dirujuk ke
RSSA
5. Genogram
Keterangan :
Laki – laki
hidup
Laki meninggal
wanita hidup
Wanita
meninggal
Klien.
--- serumah
25
C. POLA AKTIFITAS SEHARI –HARI (ACTIVITY DAILY LIVING)
N AKTIFITAS TEMPAT
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
O
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu Pasien baru makan 1 kali
makanan tertentu,
Minum 5-6 gelas /hari air putih
26
lebih jam 04.30 WIB
Siang hari tidur 1 – 2 jam
bersama kelaurga
Pasien jarang rekreasi
6. Ketergantungan Pasien tidak punya riwayat Rokok (+), obat bebas (-),
(beralkohol),
D. DATA PSIKOLOGI
1. Status emosi
27
Stabil, terbukti pasien sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
2. Konsep Diri
1) Body Image
2) Self Ideal
kesembuhannya.
3) Self esteem
menghadapi sakitnya.
4) Role
5) Identitas
28
Pasien berusia 42 tahun, laki-laki, memiliki 1 istri dan 3 orang anak,
3. Data Sosial
4. Pola Interaksi
Pasien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya. Pasien
5. Data Spiritual
ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah
yang lain
3) Di Rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas
yang dideritanya
29
E. PEMERIKSAAN FISIK
X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris,
retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-), vocal fremittus normal,
perkusi sonor.
B2= Terpasang IV line, TD 113/80 mmHg, nadi 95x/menit, suhu 36,5 0C.
patologis (-).
B4 = BAK lancar warna jenih, urin 80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi
B5 = perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak
pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 165 cm, BB: 60 Kg.
kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit
teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam,
30
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah
BGA :
pH 7,41 7,35-7,45
pCO2 26,4 mmHg 35-45
pO2 95,8 mmHg 80-100
HCO3 16,9 mmol/L 21-28
BE -8,0 mmol/L (-3) – (+3)
Saturasi O2 98,6 % > 95
Hb 13,8 gr/dL
Suhu 37,0 0C
COR= Membesar
Pulmo = tidak tampak infiltrat
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam.
Kesimpulan: Cardiomegali, CTR 55%
Irama : Teratur
31
HR : 97x/menit
G. PENATALAKSANAAN
Tanggal 22-07-2014
Inf. NS 0,9% 500cc/24 jam
O2 nasal kanul 3 Lpm
Inj. Lovenox 2 x 0,6 cc
Oral :
ASA 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Bisoprolol 1 x 1,25
Simvastatin 1 x 20 mg
Diazepam 1 x 5 mg
Laxadin syr 3 x 1 CI
32
ANALISA KEPERAWATAN
100%.
ECG : STEMI anterior, normal
jantung
2.
Intoleransi aktivitas
Nyeri akut
DS :
Pasien mengatakan nyeri saat
33
makan atau aktivitas.
DO : Aterosklerosis
Pasien hanya istirahat di tempat
aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
34
35
INTERVENSI KEPERAWATAN
O
1 Nyeri dada berhubungan Nyeri dada Kriteria Hasil 1. Kaji lokasi, karakter, durasi, dan
Nyeri dada berkurang
dengan iskemia dan berkurang/tidak nyeri intensitas, nyeri, dengan
(skala nyeri 1-3)
infark miokard selama dilakukan tindakan Gambaran ST elevasii menggunakan skala nyeri 0 (tidak
menurun.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Observasi dan laporkan efek
36
FP lambat, sulit miksi.
5. Berikan O2 sesuai program, biasanya
37
beraktivitas
38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
22/07/2014 Nyeri dada 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, dan
seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan
jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek
Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat
39
antara suplai dan dan keluarga agar membatasi
nosokomial
3. Menganjurkan pasien untuk
seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan
jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek
40
Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat
nosokomial
3. Menganjurkan pasien untuk
seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan
jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek
41
L/menit per kanula nasal.
Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat
nosokomial
42
EVALUASI KEPERAWATAN
3 menit
O:
- Tampak gelisah
- T= TD= 110/63 mmHg, HR=
axis
1-6
43
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
1-3
23/07/2014 Nyeri dada berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri
takipnea(-), hipotensi(-)
- ECG: STemi anterior, Normal
axis
1-6
44
dengan posisi semifowler
- Mobilisasi px diatas tempat
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
1-3
takipnea(-), hipotensi(-)
- ECG: Stemi anterior, Normal
axis
A: Masalah teratasi
1-4
45
suplai dan kebutuhan oksigen - Pasien istirahat di tempat tidur
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
1-3
46