Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

A. DEFINISI

ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung

secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses

degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai

keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada

pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner

tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti,

otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.


STEMI adalah salah satu dari jenis ACS sehingga patofisiologinya

dimulai ketika terjadi plak aterosklerosis dalam pembuluh koroner yang

merangsang terjadinya agregasi platelet dan pembentukan thrombus.

Kemudian thrombus tersebut akan menyumbat pada pembuluh darah dan

menghalangi/mengurangi perfusi miokardial. (Kristin j.o,2009)


http://hikmahliabasuni.blogspot.com/2013/06/primary-angioplasti-pada-

stemi.html

B. PATOFISIOLOGI

STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara

mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada

sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara

lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak

1
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi

secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark

terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan

jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi

thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri

koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung

mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya

lipid (lipid rich core).


Saat miokardium kekurangan oksigen akibat terhalangnya perfusi, maka

terjadi metabolism anaerob dengan produksi ATP yang sedikit, kegagalan

pada system pompa Natrium-Potassium dan Kalsium dan akumulasi asam

laktat dan ion hydrogen sehingga menyebabkan asidosis. Proses yang terjadi

terbagi dalam tiga fase yaitu, fase iskemia, dimana masih terdapat

metabolism aerob disamping terjadinya metabolism anaerob Jika penurunan

perfusi terus terjadi maka metabolism aerob terhenti dan metabolism

anaerob pun semakin berkurang, fase ini dinamakan fase injury (Kristen

J.O, 2009). Selanjutnya, jika perfusi tidak dikembalikan dalam 20 menit

maka, akan masuk kefase berikutnya yaitu fase nekrosis sel miokardium

yang irreversible (Kristen J.O, 2009) .


Kegagalan kontraksi miokardium akibat jaringan parut yang terbentuk

pada daerah nekrosis akan mengurangi cardiac output, perfusi ke organ dan

jaringan perifer yang jika semakin berat akhirnya berkontribusi terhadap

terjadinya shock. Untuk mengkompensasinya, saraf simpatis mengeluarkan

2
epinephrine dan norepinephrin dalam upaya meningkatkan denyut nadi,

tekanan darah dan afterload yang akan lebih meningkatkan kebutuan

oksigen miokardium, sementara perfusi koroner terhalang, maka akan

mempercepat daerah iskemia menjadi daerah nekrosis sehingga menjadi

semakin luas. Efek lain adalah ketika penurunan perfusi berlanjut maka

penurunan tekanan darah akan merangsang suatu mekanisme kompensasi

pengaktifan sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosteron) yang

mengakibatkan vasokonstriksi retensi natrium dan air yang pada gilirannya

akan semakin meningkatkan beban kerja jantung (Kristen J.O, 2009) .


Jika oklusi < 6 jam, maka daerah nekrose masih pada subendokardium,

dan jika perfusi dapat dikembalikan maka biasanya fungsi miokardium

dapat reversible karena daerah nekrose masih kecil, namun jika melebihi 6

jam maka daerah nekrose telah mencapai dinding ventrikel dan dalam 12

jam setelah oklusi progresifitas kerusakan sel semakin meningkat dan

menjadi irreversible. Antara 4-7 hari setelah insiden STEMI, maka

miokardium menjadi mudah sekali mengalami injuri sehingga dalam 2

minggu pertama resiko berulangnya insiden dapat terjadi kapan saja dan

biasanya fatal (10% mortalitas). Setelah 2-3 bulan maka terjadi remodeling

dengan jaringan parut yang setelah beberapa bulan menyebabkan dilatasi

progresif dan akan mempengaruhi kontraktilitas seluruh miokadium dan

meningkatkan resiko CHF, aritmia ventrikel, dan ruptur dinding miokardium

dimana saja (Leslie Mukau, 2011).

3
C. ETIOLOGI

1. Faktor pencetus

 Suplai oksigen kemiokard berkurang disebabkan beberapa factor

Faktor pembuluh darah misalnya: aterosklerosis, spasme, arteritis

Faktor sirkulasi misalnya: hipotensi, stenosis aurta, insufisiensi.

Faktor darah misalnya anemia, hipoksemia.

 Curah jantung yang meningkat

Aktifitas yang berlebih, emosi.

 Kebutuhan oksigen yang meningkat

Kerusakan miokard, hipertropimiocard, hipertansi.

2. Faktor presdiposisi

 Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

Usia, jenis kelamin, hereditas, ras.

 Faktor resiko yang dapat diubah

Merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, obesitas, stress

psiklogi.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa

terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir,

4
tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian

nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas,

cemas, dan lemas.

2. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.

3. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung.

4. Bisa atipik:

 Pada manula: bisa kolaps atau bingung.


 Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal

jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.

E. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:

a. Disfungsi ventrikuler

Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial

dalam bentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami

infark dan non infark. Proses ini disebut remodeling ventikuler dan

umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam

hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel

kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark

al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya

jaringan dalam zona nekrotik.


Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark,

mengakibatkan penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark.

5
Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan

ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada

apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik

yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.

Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan

terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi

ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE

harus diberikan.

b. Gangguan hemodinamik

Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama

kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia

mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan

mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda

klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi

jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti

paru.

c. Gagal jantung

d. Syok kardiogenik

e. Perluasan IM

f. Emboli sitemik/pulmonal

g. Perikarditis

h. Kelainan septal ventrikel

6
i. Disfungsi katup

j. Aneurisma ventrikel

k. Sindroma infark pascamiokarditis

F. Data penunjang

1. Laboratorium

a. CKMB

Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6

jam kejadian, dan memuncak dalam 12-24 jam. Akan kembali

normal dalam 36-48 jam

b. LDH

Meningkat dalam rentang waktu 12-24 jam dan akan memakan

waktu lama untuk kembali normal

c. CTn (CTn I dan CTn T)

Enzim ini akan Meningkat setelah 2 jam bila ada infak miokard

dan akan memuncak dalam 10-24 jam dan untuk CTn T masih

dapat terdeteksi 5-14 hari sedangkan CTn I setelah 5-10 hari.

2. Ecg

Pemeriksaan ekg 12 lead harus dilakukan pada semua pasien

dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10

menit sejak kedatangan diIGD sebagai landasan dalam menentukan

keputusan terapi reperfusi. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal

7
adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terjadi fase segmen

ST. perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang

menandakan adanya nekrosis.EKG sisi kanan harus diambil pada pasien

dengan STEMI inferio, untuk mendeteksi kemungkinan infak di ventrikel

kanan.

3. Elektrolit.

Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,

missal hipokalemi, hiperkalemi

4. Sel darah putih

Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA

berhubungan dengan proses inflamasi

5. Kecepatan sedimen

Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.

6. Kimia

Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut

atau kronis

7. GDA

Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.

8. Kolesterol atau trigliser

Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.

9. Foto thorak

8
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau

aneurisma ventrikuler.

10.Ekokardiogram

Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau

dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.

11.Pemeriksaan pencitraan nuklir

Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia

missal lokasi

Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik

12.Pencitraan darah jantung

Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding

regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)

13.Angiografi koroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya

dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji

fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi) Prosedur tidak selalu dilakukan pad

fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.

14.Digital subtraksion angiografi

Teknik yang digunakan untuk menggambarkan

15.Nuklir magnetic resonance

9
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup

ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan

bekuan darah.

16.Tes stress olah raga

Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering

dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanan STEMI mengacu pada data-data evidence based

berdasarkan penelitianrandomized clinic trial yang terus berkembang

ataupun consensus dari para ahli sesuai pedoman (guidlen)

Tujuan utama tatalaksana pada pasien IMA adalah mendiagnosis secara

cepat, menghilangkan nyeri, menilai dan mengimplementasikan strategi

reperfusi yang mungkin dilakukan, memberi antitrombotik dan antiplatelet,

memberikan obat penunjang.

Pedoman dalam pemberian terapi mengacu pada ACC/AHA tahun 2009 dan

ESC tahun 2008, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisisarana dan fasilitas

dan kemampuan ahli yang ada.

10
Berikut ini tahap penatalaksanaan:

1. Penatalaksanaan pra rumah sakit

Kematian diluar RS pada STEMI sebagian besar diakibatkan adanya

fibrilasi ventrikel mendadak yang terjadi dalam 24 jam pertama onset

gejala dan lebih separuhnya terjadi pada jam pertama sehingga elemen

utama penatalaksanaan pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI

antara lain:

a) Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.

b) Pemanggilan tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan

resusitasi.

c) Transportasi pasien keRS yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta

staf medis yang terlatih.

d) Melakukan terapi reperfusi

Keterlambatan terbanyak pada penanganan pasien disebabkan oleh

lamanya waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan paien untuk

meminta pertolongan.

Hal ini dapat diatasi dengan cara edukasi kepada masyarakan oleh

tenaga professional kesehatan mengenai pentingnya penatalaksanaan

dini.

Pemberian fibrinolitik pre hospital hanya bisa dikerjakan jika

paramedic diambulance yang sudah terlatih untuk

11
menginterpretasikan EKG dan managemen STEMI serta ada kendali

medis online yang bertanggung jawab pada pemberian terapi.

2. Penatalaksanaan diruang emergensi

Tujuan penataaksanaan di IGD adalah mengurangi nyeri pada,

mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi

reperfusisegera, triase pada risiko rendah keruangan yang tepat kerumah

sakit dan menghindari pemulangan cepat.

a) Pemberian oksigen : suplai oksigen harus diberikan pada pasien

dengan saturasi oksigen kurang dari 90%. Pada semua pasien STEMI

tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selam 6jam pertama

b) Pemberian obat-obatan

Nitrogliserin : dapat diberikan dengan dosis 0,4mg dan dapat

diberikan sampai 3dosis interval 5 menit.

Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyerii dada dan merupakan

analgesi piihan pertama dalam tatalaksana pada kasusu STEMI

dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang 5-15 menit samapi dosis total

20mg.

Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai

STEMI dan efektif pda spectrum syndrome coroner akut dengan dosis

diruang emergensi 160-325mg setelah itu dengan dosis peroral

dengan dosiis 75-162mg.

3. Penatalaksanaan diruang ICCU

12
a) Aktivitas : pasien harus istiraat dalam 12 jam pertama

b) Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam

4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infak

miokard.

c) Sedasi : diberikan sedasi untuk mempertahankan periode inaktivitas

degan penenang. Diazepam 5mg, oksazepam 15-30mg, atau

lorazepam 0,5-2mg, diberikan 3-4kali.

d) Saluran pencernaan : dapat diberikan pencahar ringan agar tidak

terjadi konstipasi, diit tinggi serat.

4. Penatalaksanaa komplikasi

a. Syok kardiogenetik

Penatalaksana syok kardiogenetik:

 Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda

syok diberikan norepinefrin.

 Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok

diberikan dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit.

 Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda

syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.

 Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG,

direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau

LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk

13
revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali

jika terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif.

 Terapi trombolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan syok

kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai

kontraindikasi trombolisis.

 Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien STEMI

dengan syok kardiogenik yang tidak membaik dengan segera dangan

terapi farmakologis, bila sarana tersedia.

b. Infark Ventrikel Kanan

Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala

ventrikel kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s,

hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel

kanan:

 Pertahankan preload ventrikel kanan.

 Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I

selanjutnya 200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg (13,6

cmH20).

 Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.

 Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu

jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik

yang tidak respon dengan atropin.

14
 Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah

loading volume.

 Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel

kiri.

 Pompa balon intra-aortik.

 Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)

 Penghambat ACE

 Reporfusi

 Obat trombolitik

 Percutaneous coronari intervention (PCI) primer

 Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan

penyakit multivesel).

c. Takikardia dan Vibrilasi Ventrikel

Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular

dapat terjadi tanpa tanda bahaya aritmia sebelumnya.


Penatalaksana Takikardia vebtrikel:

 Takikardia ventrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30

detik atau menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi

dengan DC shock unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j;

jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu

shock ketiga 360J.

15
 Takikardia ventrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti

dengan angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg

) harus diretapi dengan shock synchoronized energi awal 100 J.

Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.

 Takikardia ventrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani angina,

edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah

satu regimen berikut:

 Lidokain: bolus 1-1-5mg/kg. Bolus tambahan 0,5-0,75mg/kg tiap 5-

10 menit sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian

loading selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50 mg/l/menit).

 Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis

pemeliharaan 1 mg/kg/jam.

 Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB 20-60

menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan

kemudian infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.

 Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi

sebelumnya).

d. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel

 Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless diberikan terapi

DC shock unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak

16
berhasil harus diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika

perlu shock ketiga 360 J ( klas I)

 Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless yang refraksi

terhadap shock elektrik diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg.

IV bolus dilanjutkan pengulangan shock unsynchoronized.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

a. Nama:

b. Umur:

c. Alamat:

d. Pendidikan

e. Perkerjaan:

f. Tanggal masuk:

g. Status:
17
h. Diagnose medis :

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam

b. Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:

1. Sesak

2. odema

3. Nyeri dada

c. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah

anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien

saat ini. Serta riwayat penyakit lainnya seperti:

1. Darah tinggi

2. Diabetes

3. Penyakit jantung

d. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah

mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau

penyakit lain seperti:

1. Riwayat asma

2. Diabetes

3. Stroke

4. Gastritis

5. Alergi

3. Pengkajian fisik

18
a. Keadaan umum:

b. Kesadaran:

c. Pemeriksaan fisik baik head to toe ataupun b1-b6.

4. Pemeriksaan penunjang:

a. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit

Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim

b. Elektrokardiografi:

c. Detak jantung ………..

d. Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung dan struktur jantung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan pola napas berhubungan dengan infark ditandai dengan sesak.

b. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai

dengan keluhan nyeri dada.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas .

d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan/kematian ditandai

dengan ketakutan, gelisah dan perilaku takut.

C. INTERVENSI

a. Intervensi untuk diagnose gangguan nyeri.

19
Tujuan: Menyatakan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Menyatakan nyeri dada terkontrol dalam waktu 3 hari.

Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi dalam waktu 1 hari.

Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak dalam

waktu 3 hari.

Intervensi:

o Kaji lokasi, karakter, durasi, dan intensitas, nyeri, dengan

menggunakan skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji

gejala berkaitan, seperti mual.

o Kaji dan catat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena

rangsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung

menurun.

o Berikan obat nyeri yang diprogramkan (biasanya morfin sulfat): catat

kualitas pengurangan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, dan

tentukan interval waktu dari pemberian sampai penghilangan nyeri.

o Tenangkan pasien selama episode nyeri; temani pasien bila mungkin.

o Observasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP

lambat, sulit miksi.

o Berikan O2 sesuai program, biasanya 2-4 L/menit per kanula nasal.

o Siapkan pasien untuk pindah UPK. (Unit Perawatan Kritis)

b. Intervensi dari intoleransi aktivitas:

20
Tujuan: mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat

diukur.
Kriteria hasil: melaporkan tidak adanya angina/terkontrol dalam rentang

waktu selama pemberian obat.


Intervensi:

 Pantau pasien terhadap tanda intolenransi aktivitas, dan minta pasien

untuk merentang aktivitas dan yang diprogramkan.

 Mati dan laporkan gejala-gejala curah jantung menurun atau gagal

jantung: TD menurun, ekstremitas dingin, oliguria, nadi perifer

menurun, FJ meningkat.

 Pantau output dan input, waspadai haluaran urine <30 ml/jam.

Auskultasi lapang paru setiap dua jam terhadap krekels, yang dapat

terjadi pada retensi cairan dengan gagal jantung.

 Palpasi nadi perifer pada interval sering. Waspadai ketidakteraturan dan

penurunan amplitude, yang merupakan sinyal gagal jantung.

 Berikan O2 dan obat-obatan sesuai program.

 Selama periode akut dari curah jantung menurun dan sesuai program,

dukung pasien dalam mempertahankan tirah baring dengan

mempertahankan barang-barang milik pribadi dalam jangkauan,

memberkan situasi yang tenang, dan batasi pengunjung untuk

memastikan periode istirahat tanpa gangguan.

 Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila ke kamar mandi diizinkan.

21
 Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak pasif atau dibantu seperti

ditentukan oleh toleransi aktivitas dan keterbatasan aktivitas. Konsul

dengan dokter tentang tipe dan jumlah latihan di tempat tidur yang dapat

dilakukan bila kondisi pasien membaik

 Pastikan pasien menjalani istirahat tanpa gangguan ≥90 menit.

Rencanakan aktivitas yang sesuai.

c. Intervensi untuk diagnosa ansietas:

Tujuan: mengidentifikasi dan mengenal perasaan pasien.


Kriteria hasil: menyatakan penurunan ansietas/takut.
Intervensi:

 Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/situasi.

Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah,

kehilangan, takut dll.

 Catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangkal mengikuti

program medis.

 Mempertahankan kepercayaan.

 Kaji tanda verbal/nonverbal kecemasan dan tinggal dengan pasien.

Lakukan tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak.

 Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan.

Hindari konfrontasi.

 Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan

aktivitas yang di harapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin. Jawab

22
semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten; ulangi

sesuai indikasi.

 Anjurkan pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan

dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.

 Berikan periode istirahat atau waktu tidur tidak terputus, lingkungan

tenang, dengan tipe kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal.

 Dukung kenormalan proses kehilangan, melibatkan waktu yang perlu

untuk penyelesaian.

 Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.

 dukung kemandirian, perawatan sendiri dan pembuatan keputusan

dalam rencana pengobatan.

 dukung keputusan tentang harapan setelah pulang.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh

perawat terhadap pasien

E. EVALUASI

a. Nyeri berkurang atau hilang.

b. Pola nafas pasien teratur

c. Aktifitas pasien meningkat (normal)

d. Ansietas berkurang atau hilang

23
ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn M.H
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Swasta (pedagang buah)
Pendidikan : SLTA
Bahasa : Indonesia
Alamat : Ds. Sidogiri RT 4 RW 1 Kraton, Pasuruan
Tanggal MRS : 22-07-2014
Cara Masuk : IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Diagnosis Medis : STEMI Anterior
Tanggal Pengkajian : 22-07-2014

B. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1. Keluhan Utama

Saat MRS : Nyeri dada

Sekarang : Nyeri dada

2. Riwayat Penyakit Sekarang

24
Pasien mengatakan nyeri dada sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dada tembus

punggung. saat istirahat masih teraswa nyeri dada. Skala nyeri 5. Lama

nyeri kurang lebih 5 menit. Kemudian pasien MRS di RS PAsuruan

selama 5 hari dan nyeri msih tidak berkurang. Akhirnya pasien dirujuk ke

RSSA

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi dan riwayat merokok 24

batang sehari. Pasien tidak ada riwayat alergi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan bahwa ayahnya dulu tiba-tiba meninggal mendadak.

5. Genogram

Keterangan :

Laki – laki

hidup

Laki meninggal

wanita hidup

Wanita

meninggal

Klien.

--- serumah

25
C. POLA AKTIFITAS SEHARI –HARI (ACTIVITY DAILY LIVING)

N AKTIFITAS TEMPAT
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
O
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu Pasien baru makan 1 kali

piring habis sekali makan sehari karena baru MRS,

habis, komposisi makan terdiri porsi setengah piring sekali

dari nasi, lauk seperti tahu, makan, menu sesuai yang

tempe, ikan, telur dan daging, disediakan rumah sakit.


Minum baru 2 gelas air
memakai sayur seperti bayam
putih.
dan sawi, kadang snack, pasien

tidak berpantang terhadap jenis

makanan tertentu,
Minum 5-6 gelas /hari air putih

kadang – kadang teh.


2 Pola Eliminasi BAB 1 – 2 kali/hari, BAB di Belum BAB

WC, warna kuning bau khas BAK 80cc/jam, warna

faeces, konsistensi lunak. kuning jernih, bau khas


BAK 3 – 4 kali sehari warna
urine.
kuning jernih, bau khas urine.

3 Pola Istirahat/tidur Tidur sehari semalam 7 – 8 Tidur semalam 6-7 jam.

jam Belum tidur siang karena


Malam hari mulai tidur jam
baru MRS
22.00 WIB dan bangun kurang

26
lebih jam 04.30 WIB
Siang hari tidur 1 – 2 jam

mulai jam 14.00 – 15.00 WIB

tidak ada gangguan tidur


4 Pola Personal Mandi 2 kali sehari dikamar Mandi baru 1 kali sehari

Hygiene mandi, memakai sabun mandi. diseka memakai air hangat.


Gosok gigi 2 kali sehari. Gosok gigi 1 kali sehari dan

Keramas 1 kali seminggu. belum keramas.


5. Pola Aktifitas Pasien di rumah bekerja Pasien hanya istirahat di

sebagai pedagang dari pagi tempat tidur dengan posisi

sampai dengan jam 07.00 semifowler, mobilisasi px

sampai dengan sore kurang diatas tempat tidur,

lebih jam 15.00 istirahat pada kebutuhan px dibantu oleh

siang hari satu jam, waktu keluarga dan perawat.

senggang diguanakan untuk

nonton TV atau ngobrol

bersama kelaurga
Pasien jarang rekreasi
6. Ketergantungan Pasien tidak punya riwayat Rokok (+), obat bebas (-),

ketergantungan pada obat- bahan kimia (-), konsumsi

obatan, rokok dan minuman jamu (-).

(beralkohol),

D. DATA PSIKOLOGI

1. Status emosi

27
Stabil, terbukti pasien sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

perawat dan dokter.

2. Konsep Diri

1) Body Image

Pasien mengatakan takut mengenai penyakitnya, saat ini

membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter

perawat dan keluarganya, pasienmengatakan sangat terganggu dan

menderita dengan keadaannya sekarang

2) Self Ideal

Pasien mengatakan tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan

oleh pihak RS karena menurut pasien hal ini adalah untuk

kesembuhannya.

3) Self esteem

Pasien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar

baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam

menghadapi sakitnya.

4) Role

Pasien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan, penjelasan dari

perawat/dokter. Pasien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah

bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu.

5) Identitas

28
Pasien berusia 42 tahun, laki-laki, memiliki 1 istri dan 3 orang anak,

bekerja sebagai pedagang buah.

3. Data Sosial

1) Pendidikan : tamat SLTA

2) Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai pedagang buah

3) Pola komunikasi : pasien berkomunikasi dengan bahasa

jawa dan Indonesia dengan nada suara sedang.

4. Pola Interaksi

Pasien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya. Pasien

mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga dan

tetangga berjalan dengan baik (harmonis).

5. Data Spiritual

1) Pasien mengatakan beragama islam

2) Pasien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibadah sesuai dengan

ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah

yang lain

3) Di Rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas

sembuh dan berkumpul dengan keluarganya.

4) Di rumah sakit pasien tidak bisa melaksanakan sholat karena sakit

yang dideritanya

5) Pasien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan

oleh Tuhan Yang Maha Esa.

29
E. PEMERIKSAAN FISIK

B1= Pasien bernapas spontan dengan nasal kanul 3 LPM. RR pasien 20

X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris,

retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-), vocal fremittus normal,

perkusi sonor.

B2= Terpasang IV line, TD 113/80 mmHg, nadi 95x/menit, suhu 36,5 0C.

ECG: Irama Sinus, Rate 97x/menit, axis normal.

B3= Kesadaran komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+,

konjungtiva tidak ikterik, pergerakan bola mata normal, penciuman,

pendengaran dan pengecapan dalam batas normal, refleks patella +, refleks

patologis (-).

B4 = BAK lancar warna jenih, urin 80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi

kandung kemih, terpasang DC.

B5 = perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak

pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 165 cm, BB: 60 Kg.

B6 = Tidak ada kelainan kongenital, pasien mobilisasi di tempat tidur,

kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit

tidak ada tanda-tanda kemerahan (decubitus), warna kulit kuning langsat,

tidak ada jaringan parut, keadaaan vascularisasi superfisial cukup, kulit

teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam,

tidak mudah rontok.

30
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah

Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal


22-07- Hb 14 g/dL 13,4-17,7
SGOT 80 U/L 0-40
2014 SGPT 70 U/L 0-41
Troponin I 11,80 ug/L < 1,0
CK-MB 59 U/L 7-25
Ureum 31,80 mg/dL 16,6-48,5
Kreatinin 1,07 mg/dL < 1,2
Na 131 mmol/L 136-145
K 4,10 mmol/L 3,5-5,0
Cl 102 mmol/L 98-106

BGA :
pH 7,41 7,35-7,45
pCO2 26,4 mmHg 35-45
pO2 95,8 mmHg 80-100
HCO3 16,9 mmol/L 21-28
BE -8,0 mmol/L (-3) – (+3)
Saturasi O2 98,6 % > 95
Hb 13,8 gr/dL
Suhu 37,0 0C

2. Radiologi tanggal 02-07-2014

COR= Membesar
Pulmo = tidak tampak infiltrat
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam.
Kesimpulan: Cardiomegali, CTR 55%

3. EKG tanggal 15-07-2014 jam 05.00

Irama : Teratur
31
HR : 97x/menit

Gel P : 0,10 mm/dtk

PR interval : 0,12 mm/dtk

Gel QRS : Gel QS 0,04 mm/dtk

Segmen ST : ST Elevasi di V1-V5

Gel T : ridak ada T inversi

Axis : normal axis

G. PENATALAKSANAAN

Tanggal 22-07-2014
Inf. NS 0,9% 500cc/24 jam
O2 nasal kanul 3 Lpm
Inj. Lovenox 2 x 0,6 cc
Oral :
ASA 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Bisoprolol 1 x 1,25
Simvastatin 1 x 20 mg
Diazepam 1 x 5 mg
Laxadin syr 3 x 1 CI

32
ANALISA KEPERAWATAN

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS :
Pasien mengatakan nyeri dada
Aterosklerosis
DO : Nyeri Akut
TD= 113/80 mmHg, HR

95x/menit, suhu 36,50C, RR Suplai darah tidak

20x/menit, O2 3 lpm, SpO2 adekuat

100%.
ECG : STEMI anterior, normal

axis. Rusaknya jaringan

jantung

2.

Intoleransi aktivitas
Nyeri akut

DS :
Pasien mengatakan nyeri saat
33
makan atau aktivitas.

DO : Aterosklerosis
Pasien hanya istirahat di tempat

tidur dengan posisi semifowler,


Suplai oksgen tidak
mobilisasi px diatas tempat tidur,
seimbang
kebutuhan px dibantu oleh

keluarga dan perawat.


Intoleransi

aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iskemik dan infak jaringan miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

34
35
INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC

O
1 Nyeri dada berhubungan Nyeri dada Kriteria Hasil 1. Kaji lokasi, karakter, durasi, dan
 Nyeri dada berkurang
dengan iskemia dan berkurang/tidak nyeri intensitas, nyeri, dengan
(skala nyeri 1-3)
infark miokard selama dilakukan tindakan  Gambaran ST elevasii menggunakan skala nyeri 0 (tidak

perawatan di RS berkurang atau tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji

ada gejala berkaitan, seperti mual.


 TD = 120/80 mmHg 2. Kaji dan catat TD dengan episode
 Nadi =60-100x/menit
 EKG : Irama sinus nyeri. TD dapat meningkat karena

reguler rangsang simpatis atau menurun

karena iskemia dan fungsi jantung

menurun.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Observasi dan laporkan efek

samping dari obat nyeri: hipotensi,

36
FP lambat, sulit miksi.
5. Berikan O2 sesuai program, biasanya

2-4 L/menit per kanula nasal.


6. Kolaborasi tim medis untuk terapi

obat dan tindakan.


2 Intoleransi aktivitas Pasien dapat melakukan Kriteria hasil 1. Catat frekuensi jantung, irama, dan
 Pasien dapat
berhubungan dengan aktivitas tanpa adanya perubahan TD sebelum, selamam,
mendemonstrasikan
ketidakseimbangan antara nyeri dada dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
peningkatan toleransi 2. Batasi istirahat saat nyeri dada
suplai dan kebutuhan 3. Batasi engunjung dan atau
aktivitas yang dapat
oksigen kunjungan oleh pasien
diukur/maju dengan 4. Anjurkan pasien menghindari

frekuensi pningkatan tekanan abdomen


5. Jelaskan pola peningkatan bertahap
jantung/Irma dab TD
dari tingkat aktivitas
dakam batas normal 6. Kaji ulang tanda/gjala yang

dan kulit hangat menunjukkan tidak toleran terhadap


 Tidak ada nyeri
aktivitas
dada /terkontrol saat

37
beraktivitas

38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI

KEPERAWATAN
22/07/2014 Nyeri dada 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, dan

berhubungan dengan intensitas, nyeri, dengan menggunakan

iskemia dan infark skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10

miokard (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan,

seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan

episode nyeri. TD dapat meningkat

karena rangsang simpatis atau

menurun karena iskemia dan fungsi

jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek

samping dari obat nyeri: hipotensi, FP

lambat, sulit miksi.


5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4

L/menit per kanula nasal.


6. Memberikan obat Captopril 12,5 mg,

CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg,

Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat

berhubungan dengan saat sesak nafas


2. Memberikan penjelasan kepada pasien
ketidakseimbangan

39
antara suplai dan dan keluarga agar membatasi

kebutuhan oksigen pengunjung dan atau kunjungan oleh

pasien disebabkan mengurangi infeksi

nosokomial
3. Menganjurkan pasien untuk

menghindari peningkatan tekanan

abdomen contoh mengejan, batuk.


23/07/2014 Nyeri dada 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, dan

berhubungan dengan intensitas, nyeri, dengan menggunakan

iskemia dan infark skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10

miokard (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan,

seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan

episode nyeri. TD dapat meningkat

karena rangsang simpatis atau

menurun karena iskemia dan fungsi

jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek

samping dari obat nyeri: hipotensi, FP

lambat, sulit miksi.


5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4

L/menit per kanula nasal.

6. Memberikan obat Captopril 12,5 mg,

CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg,

40
Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat

berhubungan dengan saat nyeri dada


2. Memberikan penjelasan kepada pasien
ketidakseimbangan
dan keluarga agar membatasi
antara suplai dan
pengunjung dan atau kunjungan oleh
kebutuhan oksigen
pasien disebabkan mengurangi infeksi

nosokomial
3. Menganjurkan pasien untuk

menghindari peningkatan tekanan

abdomen contoh mengejan, batuk.


24/07/2014 Nyeri dada 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, dan

berhubungan dengan intensitas, nyeri, dengan menggunakan

iskemia dan infark skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10

miokard (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan,

seperti mual.
2. Mengkaji dan mencatat TD dengan

episode nyeri. TD dapat meningkat

karena rangsang simpatis atau

menurun karena iskemia dan fungsi

jantung menurun.
3. Mengajarkan teknik relaksasi
4. Mengbservasi dan laporkan efek

samping dari obat nyeri: hipotensi, FP

lambat, sulit miksi.


5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4

41
L/menit per kanula nasal.

6. Memberikan obat Captopril 12,5 mg,

CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg,

Bisoprolol 1,25 mg
Intoleransi aktivitas 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat

berhubungan dengan saat sesak nafas

ketidakseimbangan 2. Memberikan penjelasan kepada pasien

antara suplai dan dan keluarga agar membatasi

kebutuhan oksigen pengunjung dan atau kunjungan oleh

pasien disebabkan mengurangi infeksi

nosokomial

3. Menganjurkan pasien untuk

menghindari peningkatan tekanan

abdomen contoh mengejan, batuk.

42
EVALUASI KEPERAWATAN

TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI


22/07/2014 Nyeri dada berhubungan dengan S : Pasien mengatakan masih

iskemia dan infark miokard nyeri dada. Skala 5. Lama nyeri

3 menit
O:
- Tampak gelisah
- T= TD= 110/63 mmHg, HR=

89x/menit, suhu 36,60C, RR

20x/menit, PU= 100 cc/jam


- disritmia (-), takikardia(-),

takipnea (-), hipotensi(-)


- ECG: Stemi Anterior, Normal

axis

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-6

Intoleransi aktivitas berhubungan S: Pasien mengatakan masih

dengan ketidakseimbangan antara terasa nyeri dada saat makan

suplai dan kebutuhan oksigen dan aktivitas


O:
- Pasien istirahat di tempat tidur

dengan posisi semifowler


- Mobilisasi px diatas tempat

43
tidur
- Kebutuhan px dibantu

sebagian oleh keluarga dan

perawat.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-3
23/07/2014 Nyeri dada berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri

iskemia dan infark miokard dada sudah mulai berkurang


O:
- Tampak nyaman
- T= TD= 111/83 mmHg, HR=

97x/menit, suhu 36,60C, RR

19x/menit, PU= 110 cc/jam


- disritmia (-), takikardia(-),

takipnea(-), hipotensi(-)
- ECG: STemi anterior, Normal

axis

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-6

Intoleransi aktivitas berhubungan S: Pasien mengatakan saat

dengan ketidakseimbangan antara makan dan aktivitas jarang

suplai dan kebutuhan oksigen terasa nyeri dada


O:
- Pasien istirahat di tempat tidur

44
dengan posisi semifowler
- Mobilisasi px diatas tempat

tidur
- Kebutuhan px dibantu

sebagian oleh keluarga dan

perawat.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-3

Nyeri dada berhubungan dengan S : Pasien mengatakan sudah

iskemia dan infark miokard tidak nyeri dada


O:
- Tampak nyaman
- T= TD= 120/75 mmHg, HR=

24/07/2014 93x/menit, suhu 36,70C, RR

20x/menit, PU= 100 cc/jam


- disritmia (-), takikardia(-),

takipnea(-), hipotensi(-)
- ECG: Stemi anterior, Normal

axis

A: Masalah teratasi

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-4

Intoleransi aktivitas berhubungan S: Pasien mengatakan bisa

dengan ketidakseimbangan antara aktivitas tanpa nyeri dada


O:

45
suplai dan kebutuhan oksigen - Pasien istirahat di tempat tidur

dengan posisi semifowler


- Mobilisasi px diatas tempat

tidur
- Kebutuhan px dibantu

sebagian oleh keluarga dan

perawat.

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi nomer

1-3

Cat : Pasien tanggal 25/07/2014 sudah pindah ke ruang IW

46

Anda mungkin juga menyukai