Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS INFARK MIOKARD AKUT (IMA) DI RUANG EBONI
RS.CITRA MEDIKA SIDOARJO

Disusun Oleh :
NAMA : ACH.AGUS WIDODO
NIM : 202073028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021

0
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh :


Nama : ACH.AGUS WIDODO
NIM : 202073028
Program Studi : Prodi Profesi NERS
Judul Asuhan Keperawatan :
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Infark Miokard Akut (IMA)
di ruang Eboni RS.Citra Medika Sidoarjo.

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan Medikal
Bedah.

Sidoarjo,09 Januari 2021


Pembimbing ruangan, Pembimbing akademik,

( Nurul Hidayatun,S.Kep.Ns ) ( Eny Virda .Y,S.Kep.Ns.M.Kes )

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( Ninik Nurhayati,S.Kep.Ns )

1
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Infark Miokard Akut (IMA)


1.1 Definisi
Infark miokard akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri
koroner.Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture plak ateroma pada
arteri koroner yang kemudian diikuti oleh trombosis,vasokontriksi,reaksi
inflamasi dan mikroembolisasi distal.Kadang – kadang sumbatan akut ini dapat
pula disebabkan oleh spasme arteri koroner,emboli atau vaskulitis (PERKI:2018)
1.2 Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Menurut Rendi dan Margareth (2012) IMA dibedakan menjadi 2
berdasarkan lapisan otot yang terkena yaitu :
1. Infark Miokard Subendokardial
Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang
relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat
penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti
hipotensi, perdarahan dan hipoksia.
2. Infark Miokard Transmural
Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerosik.Penyebab lain lebih jarang di temukan.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG) dan pemeriksaan marka jantung.Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi
(PERKI : 2018)
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI : ST segment elevation
myocardial infarction)
ST-segment elevation myocardial infarction merupakan infark miokard
yang menyebabkan terbentuknya nekrosis miokardium akibat iskemia total.
Oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas
meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi
segmen ST pada elektrokardiografi (EKG). Infark miokard dengan elevasi

2
segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh
darah arteri koroner.Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara
medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi
koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan
angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan
yang bersebelahan.Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan
menunggu hasil peningkatan marka jantung.
ST-segment elevation myocardial infarction terjadi ketika darah menurun
tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner. Perkembangan perlahan dari
stenosis koroner tidak menimbulkan STEMI karena dapat terbentuk pembuluh
darah kolateral. Stsegment elevation myocardial infarction hanya terjadi jika
arteri koroner tersumbat cepat. Sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
arterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi
ruptur yang mengakibatkan oklusi total arteri coroner.
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
Non ST-segment elevation myocardial infarction merupakan tipe IMA
tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi
dan ruptur plak.Lumen arteri koroner mengalami oklusi sebagian dan nekrosis
tidak melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi
segmen ST pada EKG.Erosi dan ruptur plak ateroma menimbulkan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Non ST-segment elevation
myocardial infarction dapat di sebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan
atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. Non ST-segment elevation myocardial infarction terjadi karena
trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner.
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Diagnosis N-STEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika
terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten
di dua sadapan yang bersebelahan.Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa

3
depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang
T pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan.Sedangkan Angina
Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark
miokard yang ditandai dengan peningkatan marka jantung.Marka jantung yang
lazim digunakanadalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan
biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi
Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi ( Non ST-Elevation Myocardial
Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak
meningkat secara bermakna. Pada sindroma coroner akut, nilai ambang untuk
peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai
normal atas (upper limits of normal, ULN).
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau
menunjukkan kelainan yang nondiagnostik sementara angina masih
berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan
EKG tetap menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara keluhan angina
sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang
tiap 6 jam dan setiap terjadi angina berulang.
1.3 Etiologi Infark Miokard Akuat (IMA)
Berdasarkan Nurafif dan Kusuma (2015) faktor penyebab infark miokard akut
(IMA) terdiri dari:
1. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
a. Faktor pembuluh darah : aterosklerosis, spasme, arteritis
b. Faktor sirkulasi : hipotensi, stenosos aorta, insufisiensi
c. Faktor darah : anemia, hipoksemia, polisitemia
2. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hipertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada
a. Kerusakan miokard
b. Hipertropimiokard

4
c. Hipertensi diastolik
Faktor predisposisi
1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause.
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, kalori
b. Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
kompetitif) stres psikologis berlebihan.
1.4 Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut (IMA)
Manifestasi klinis infark miokard akut antara lain sebagai berikut :
1. Nyeri dengan awitan yang biasanya mendadak, sering digambarkan memiliki
sifat meremukkan dan parah. rasa nyeri atau rasa penuh yang sangat terasa,
menetap di tengah dada dan berlangsung selama beberapa menit (biasanya
lebih dari 15 menit). Nyeri menjalar sampai ke bahu, leher, lengan dan
punggung, disertai keringat berlebih, mual atau sesak napas.
2. Terjadi mual dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
3. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka.
4. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokonstriksi simpatis.
5. Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH.
6. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
7. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati
kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormone
stress dan ADH (vasopressin).

5
1.5 Komplikasi
Menurut Price dan Wilson (2005), komplikasi dari infark miokardium antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena
pulmonalis, sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan
mengakibatkan kongesti vena sistemik.
2. Syok kardiogenik
Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang
massif, biasanya timbul mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul
lingkaran setan akibat perubahan hemodinamik progresif hebat yang
ireversibel dengan manifestasi seperti penurunan perfusi perifer, penurunan
perfusi koroner, peningkatan kongesti paru-paru, hipotensi, asidosis metabolic,
dan hipoksemia yang selanjutnya makin menekan fungsi miokardium.
3. Edema paru akut
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya
kongesti paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui
dinding kapiler, merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat
berat. Kongesti paru terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang
berlebihan dari ventrikel kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil
oleh jantung kiri. Oleh karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan
tidak dapat mengembang serta udara tidak dapat masuk, akibatnya terjadi
hipoksia berat.
4. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi
katup mitralis, sehingga memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium
selama sistolik. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran retrograde dari
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran
ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.

6
5. Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan rupture dinding septum
sehingga terjadi defek septum ventrikel.
6. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut.
Dinding nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke
dalam kantong pericardium yang relative tidak elastic dapat berkembang.
Kantong pericardium yang terisi oleh darah menekan jantung, sehingga
menimbulkan tamponade jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi
aliran balik vena dan curah jantung.
7. Aneurisma ventrikel
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan
teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
8. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar
yang merupakan predisposisi pembentukan thrombus. Pecahan thrombus mural
intrakardium dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Emboli sistemik
dapat berasal dari ventrikel kiri. Sumbatan vascular dapat menyebabkan stroke
atau infark ginjal, juga dapat mengganggu suplai darah ke ekstremitas.
9. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak
dan menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan
menimbulkan reaksi peradangan.
10. Aritmia
Pada aritmia, semua kerja jantung berhenti, terjadi kedutan otot yang tidak
seirama (fibrilasi ventrikel), terjadi kehilangan kesadaran mendadak, tidak ada
denyutan, dan bunyi jantung tidak terdengar.

7
1.6 Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalh sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Enzim jantung
a. CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 36-48 jam (3-5 hari).
b. CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
c. LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam 24
jamdan memakan waktu lama untuk kembali normal.
d. AST (Aspartat transaminase)/SGOT : Meningkat
e. Troponin I/T akan meningkat.Troponin I/T mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB.Peningkatan marka jantung hanya
menunjukkan adanya nekrosis miosit,namun tidak dapat dipakai untuk
menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab koroner/
nonkoroner).Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab kelainan kardiak
nonkoroner seperti takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung, hipertrofi
ventrikel kiri, miokarditis/perikarditis.Keadaan nonkardiak yang dapat
meningkatkan kadar troponin I/T adalah sepsis, luka bakar, gagal napas,
penyakit neurologik akut, emboli paru, hipertensi pulmoner, kemoterapi,
dan insufisiensi ginjal.
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q nyata,
elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini
tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami
nekrosis.Selang beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali
normal hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograf
adanya infark lama.

8
3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan beban)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga
untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung.Selain itu tes treadmill
juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan
lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra
untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai
fungsi jantung.
5. Angiografi koroner
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan
kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan
diarteri koroner
6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang
menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk
diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran,
yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang
radiofrekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan
tampilan penampang (irisan) tubuh.
8. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian
dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga
pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar
gamma.

9
1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga
mengurangi kemungkinan terjadnya komplikasi (Muttaqin, 2009).Berikut
beberapa penatalaksanaan yang biasa dilakukan :
1. Pemberian oksigen
2. Farmakoterapi
a. Vasodilator (misal:Nitroglycerin).Efek sampingnya yaitu dapat mengurangi
preload, beban kerja jantung dan after load.
b. Antikoagulan (misal : Heparin) heparin bekerja memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus.
c. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan meluasnya infark, trombolitik yang biasa
digunakan adalah streptokinase,aktifasi plasminogen jaringan (5-14) dan
amistropletase.Streptokinase bekerja dengan melarutkan thrombus dengan
merubahnya menjadi plasminogen menjadi plasmin untuk mengurai fibrin.
Plasmin akan menghancurkan fibrin, fibrinogen dan protein prokoagulan
lain ke dalam fragmen yang larut, efektif diluar maupun di dalam
trombus/embolus.
d. Analgetik
e. Obat antiangina
 Golongan nitrat (ISDN, nitrogliserin)
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut.
Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah
koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler.
 β – blocker (propanolol)
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif sehingga denyut jantung
dan curah jantung dikurangi.
 Calcium channel blocker (Nifedipine)
Cara kerjanya mendilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai
darah ke miokard.

10
3. Bed rest bertahap sesuai dengan kondisi
4. Tindakan pembedahan
a. Percutaneus Coronary Intervensi (PCI)
Primary PCI adalah suatu tindakan untuk mengalirkan kembali arteri
koroner yang tersumbat trombus, yang menyebabkan infark miokard dengan
ST-elevasi(STEMI),dengan menggunakan balon-kateter koroner,baik diikuti
dengan pemasangan stent maupun tidak.
Indikasi dilakukan PCI adalah sebagai berikut.
1) Akut ST Elevasi Myocardial Infarction (STEMI)
2) Non ST Elevasi Myocardial Ifarction (NONSTEMI)
3) Unstable Angina Pectoris
4) Gagal trombolitik
b. Intra Aortic Balloon Pump (IABP)
Intra Aortic Ballon Pump adalah bentuk bantuan hemodinamik yang paling
sering diberikan pada pasien infark miokard akut dengan komplikasi syok
kardiogenik.Intra Aortic Balloon Pump (IABP) merupakan alat bantu
jantung mekanik yang bermanfaat pada pasien dengan masalah sirkulasi
yang nyata atau mengancam keselamatan. Intra Aortic Balloon Pump
(IABP) dapat mengurangi resistensi ejeksi ventrikel kiri, serta
meningkatkan aliran darah koroner dan sistemik.

11
Kelaianan metabolisme (lemak, koagulasi darah dan keadaan
1.8 Pathway
biofisika/biokimia dinding arteri)

Aterosklerosis

Akumulasi/penimbunan ateroma/plak di intima arteri

Sel-sel endotel menyusun lapisan dinding dalam pumbuluh darah

Berkurangnya aliran darah Mengganggu absorbsi nutrien


& oksigen
Suplai darah ke jantung tidak adekuat
Pembuluh darah nekrotik
Iskemia
Tumbuh jaringan parut
INFARK
Lumen sempit dan kaku
Kebutuhan oksigen jantung meningkat Kontraksi miokard menurun
Aliran darah tersumbat
Cedera sel seluler Perubahan dari metabolisme Vasodilatasi pembuluh darah
aerobik menjadi anaerobik Mk: Penurunan curah jantung
CKMB m LDH 1 > LDH 2 Tekanan darah meningkat
Merangsang keluarnya
Merangsang reseptor nyeri asam laktat Penurunan cardiac output
P↓perfusi jaringan
Merangsang pengeluaran zat Menurunnya PH sel P↓ kemampuan tubuh untuk Gg. Perfusi organ ginjal
kimia spt bradikinin, serotonin, menyediakan energi
histamin Retensi Na & air
Kelemahan
Spinal cord Penurunan haluaran urine
Merangsang aktivator simpatis
Anterolateral Mk: Intoleransi aktivitas P↓ protein plasma
spinotalamikus Efek pada GIT  P hidrostatik

Talamus Pergerakan makanan lambat Menyerap cairan interstitial

Korteks serebri Reflek regang lambung Mual, muntah & anoreksia


muncul respon nyeri Mk: Hipervolemia
Mk: Nyeri Akut Mk: Defisit Nutrisi

12
II. Konsep asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Data Subjektif
Data perawatan yang dikaji dan mesti didapatkan pada pasien mencakup hal
sebagai berikut :
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama,umur,jenis
kelamin,alamat rumah,agama,status pendidikan,status perkawinan dan
pekerjaan serta Identitas penanggungjawab.
b. Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang
rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.Nyeri
dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher,
rahang, atau bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan
nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian nitrogliserin.
c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri,
punggug,rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah
dan pusing.
 Riwayat penyakit dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai
riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel
endotel vaskuler berakibat berkurangnya produksi nitri oksida sehingga
terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah.
 Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit bawaan atau turunan dari anggota keluarga.riwayat
penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol
darah, kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik
berdasarkan kebiasaan keluarganya..

13
d. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1. Pola nutrisi dan metabolik
Kaji pola, kebiasaan, frekuesi, porsi, jenis makanan dan minuman dan
berat badan kaji sebelum dan saat sakit.Pada pasien infark miokard akut
biasanya kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/
sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
2. Pola eleminasi
Kebiasaan BAB dan BAK, BAB sebelum sakit dan frekuensi,warna dan
konsistensi BAB, terkhir kali BAB, diare atau tidak
3. Pola Istirahat Tidur
Mengkaji durasi,gangguan tidur,kualitas tidur nyeyak atau sering
terbangun.Pasien infark miokard akut akan mengalami keletihan atau
kelelahan terus menerus sepanjang hari,insomnia,nyeri dada sehingga
akan mengganggu istirahat tidurnya.
4. Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.Gelisah, perubahan status
mental seperti letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.Maka pasien
akan mengalami keterbatasan aktivitas yang menyebabkan semua
bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan pasien membutuhkan
bantuan orang lain.
5. Pola Kognitif perseptual
Kemampuan pasien untuk menggunakan semua indera dalam
mengenali lingkungan sekitar,meliputi fungsi kognitif dan
memori,fungsi dan keadaan indera.biasanya pasien akan mengalami
gangguan ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan
penyakit.

14
6. Pola persepsi terhadap kesehatan
Mengkaji persepsi pasien tentang kesehatanya dan apakah dibawa
kerumah sakit saat sakit,apakah terdapat alergi makanan obat atau
minuman.
7. Pola seksualitas
Pola seksual dan fungsi reproduksi,pasien tidak dapat melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan
aktivitas serta nyeri yang dialami.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.Pada pasien infark miokard akut mekanisme koping
yang dialami dapat menjadi tidak efektif akibat pasien ansietas, kawatir
dan takut.Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan
finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
9. Pola nilai dan kepercayaan
Nilai kepercayaan tujuan hidup,adat istiadat dan tradisi yang
berhubungan dengan kesehatan.
10. Pola Peran Hubungan
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan.Dan pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena pasien harus menjalani rawat inap.
11. Pola konsep diri
Mengkaji kemampuan pasien untuk mengatasi rasa sakitnya.Dampak
yang timbul pada pasien yaitu ketakutan,rasa cemas,dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal karena
penyakitnya.
2.1.2 Data Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
a. Pemeriksaan umum
 Kesadaran : normal/compos mentis
 Keadaan umum : lemas, pucat, baik/tidak

15
 BB dan TB
 TTV : TD, N, S, RR
b. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus
 B1 (Breathing)
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi
otot – otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas
tambahan ronchi atau wheezing.
 B2 (Blood)
Perlu dilakukan apakah ada penurunan kadar Hb, Ht, dan leukosit,
ketidakstabilan tekanan darah, nadi, distensi vena jugularis, adanya suara
jantung P2, S3, S4 menunjukkan insufisiensi mitral akibat dilatasi bilik
kiri atau disfungsi otot papilaris.
 B3 (Brain)
Kesadaran pasien biasanya composmentis,tidak didapatkan sianosis
perifer.Pengkajian objektif pasien berupa adanya wajah menyeringai
kesakitan,menangis merintih karena nyeri.
 B4 (Bladder)
Kaji apakah terjadi nokturia (rasa ingin kencing di malam hari), terjadi
karena perfusi ginjal dan curah jantung akan membaik saat istirahat.Kaji
pula apakah perlu dilakukan pemasangan kateter terkait dengan kelelahan
dan kelemahan yang dialami oleh pasien.
 B5 (Bowel)
Kaji pola makan pasien apakah sebelumnya terdapat peningkatan
konsumsi garam dan lemak.Adanya nyeri akan memberikan respon
kehilangan nafsu makan, mual/muntah.Palpasi abdomen didapatkan nyeri
tekan pada ulu hati.Penurunan peristaltik usus merupakan tanda kardial
pada IMA.
 B6 (Bone / Muskuluskeletal/ekstremitas)
Adakah kelainan tulang pada pasien dan adakah nyeri tekan,kekutan otot
menurun/tidak.Pasien akan mengalami gangguan akivitas karena adanya
keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul serta kelelahan.

16
2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (iskemia,infark
miokard)
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan,stress,mual muntah).

17
2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri
selama 1x 2 jam diharapkan nyeri menurun Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat nyeri intensitas nyeri
1. Melaporkan keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan skala nyeri 3 (0-10) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
2. Tidak tampak ekspresi meringis 4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Tidak gelisah 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Tidak kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
5. Frekuensi nadi normal 7. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Kontrol nyeri 8. Monitor tanda-tanda vital dan ECG.
1. Melaporkan nyeri terkontrol Terapeutik
2. Mampu mengenali onset nyeri 9. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Mampu mengenali penyebab nyeri (mis.tehnik distraksi dan relaksasi)
4. Mampu menggunakan teknik 10. Berikan oksigen bila perlu.
nonfarmakologis (distraksi dan relaksasi) 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
5. Keluhan nyeri berkurang ruangan, pencahayaan, kebisingan)

18
12. Fasilitasi istirahat dan tidur (membatasi pengunjung,mematikan
lampu saat akan tidur)
Edukasi
13. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian obat - obatan.
2 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi
Aktivitas selama 3x24 jam diharapkan toleransi Observasi
aktivitas meningkat. 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur.
sehari – hari meningkat. Terapeutik
2. Kekuatan tubuh meningkat. 4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
3. Keluhan lelah menurun. cahaya,suara,kunjungan)
4. Dyspnea saat aktivitas menurun. 5. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.
6. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan.
7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.

19
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring.
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (2018) Pedoman Tatalaksana


Sindrom Koroner Akut ,Edisi 4. Jakarta : PERKI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ,Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia ,Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

21
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO

IDENTITAS PASIEN IDENTITAS


a. Nama : Tn.S PENANGGUNG JAWAB
b. Tanggal lahir : 02 November 1968 a. Nama : Ny.M
c. Status Perkawinan : Kawin b. Status Perkawinan : Kawin
d. Pendidikan : SMA c. Pekerjaan : Swasta
e. Pekerjaan : Swasta d. Alamat : Jetis Mojokerto
f. Agama : Islam Hubungan dengan klien : Istri
g. Alamat : Jetis Mojokerto
h. MRS Tanggal : 06/01/2021
i. Dx Masuk : IMA
j. Ruang : Eboni 1
k. Pengkajian tanggal : 06/01/2021
l. Pukul : 18.30

A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri,nyeri menjalar ke lengan kiri dan tembus
punggung sejak 2 jam yang lalu,sebelumnya pasien mandi setelah itu makan tape dan
minum kopi.kemudian pasien mengeluh nyeri dada , mual , muntah dan pasien
mengatakan badan terasa lemah dan lelah bila aktivitas,pasien tampak menyeringai
kesakitan.Dan pasien di bawa keluarga ke IGD RS.Citra Medika Sidoarjo untuk
mendapatkan pengobatan.Dari hasil pengkajian nyeri didapatkan :
P = Nyeri dirasakan bertambah bila dibuat gerak.
Q = Nyeri dirasakan terasa panas dan seperti ditusuk tusuk.
R = Nyeri pada dada kiri menjalar ke lengan kiri dan tembus punggung.
S = Skala nyeri 6
T = Nyeri terus menerus.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan 2 tahun lalu MRS dengan sakit mag,pasien sebelumnya tidak
pernah nyeri dada.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa orang tuanya ada yang menderita darah tinggi (Bapak).

22
B. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (GORDON)
1. POLA PERSEPSI KESEHATAN / PENANGANAN KESEHATAN
Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting, karena jika sakit pasien tidak bisa
melakukan aktifitas sehari-hari.Bila pasien sakit,selalu mendatangi tempat pelayanan
kesehatan untuk berobat.
2. POLA NUTRISI
Selama di RS : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang di berikan
dari rumah sakit,tapi porsi makan tidak dihabiskan karena mual dan nyeri jadi tidak
enak makan,minum air putih 4 gelas perhari.
3. POLA AKTIVITAS
Kemampuan perawatan diri
Jenis 0 1 2 3 4
Makan /minum √
Berpakaian √
Mandi √
Toileting √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
ROM √
0 = Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
1 = Mamerlukan penggunaan alat.
2 = Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.
3 = Memerlukan bantuan,pengawasan orang lain dan peralatan.
4 = Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan sendiri.
Keterangan : Semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena nyeri dada
bertambah dila dibuat gerak dan pasien merasa lelah,lemah setelah aktivitas,pasien
bed rest ditempat tidur.
4. POLA ELIMINASI
Selama di RS : pasien mengatakan terakhir BAB kemarin saat dirumah.BAK pasien
terpasang kateter,warna urine kuning ,jernih.
5. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
Selama di RS : Pasien mengatakan tidur kurang nyenyak karena nyeri pada dada kiri

23
,pasien tidur kurang lebih 4-5 jam sehari.
6. POLA PERAN
Pasien mengatakan setelah sakit pasien terbaring di RS dan peran sebagai
pasien,sehingga saat ini pasien tidak bisa bekerja karena sakit.
7. POLA KOGNITIF DAN PERSEPSI
Daya pikir dan daya ingat pasien baik,pasien memahami keadaannya.Pasien
mengatakan sakit dan rasa nyeri itu sangat tidak enak,nyeri pada dada kiri,nyeri
bertambah pada saat dibuat gerak,nyeri terasa panas dan seperti ditusuk - tusuk,
pasien nampak memegang dada kiri,skala nyeri 6,nyeri dirasakan terus menerus dan
pasien berharap sakitnya akan segera sembuh setelah menjalani perawatan.
8. POLA KEBERSIHAN DIRI
Selama di RS: pasien hanya diseka 2x sehari pagi dan sore dengan di bantu oleh
keluarganya.
9. POLA KOPING TERHADAP STRESS
Pasien nampak menerima dan pasrah dengan keadaannya dan pasien berharap
sakitnya akan segera sembuh setelah menjalani perawatan.
10. POLA SEKSUALITAS DAN REPRODUKSI
Pasien berjenis kelamin laki - laki.
11. KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN
Pasien mengatakan beragama islam,selama sakit pasien selalu berdoa kepada Tuhan
agar segera diberikan kesembuhan,karena pasien yakin sehat atau sakit adalah
pemberian Tuhan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis,GCS 15 (E4 M5 V6)
3. TTV
a. Tensi : 130/90 mmhg
b. Nadi : 104 x/menit
c. Suhu : 36,5 C
d. Respirasi : 21 x/ menit
4. Pemeriksaan Fisik.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi : Hidung tampak bersih,pola nafas teratur,pasien tidak sesak,

24
pergerakan dada simetris,frekuensi nafas 21 x/menit,pasien memakai
O2 nasal 4 Lpm.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,taktil fremitus normal,tidak ada benjolan
pada hidung dan dada.
Perkusi : Sonor disemua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
b. B2 (Blood)
Inspeksi : Konjungtiva tidak anemis,tidak sianosis dan tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Palpasi : Akral berkeringat,CRT < 2 detik.frekuensi Nadi 104 x/menit,irama
nadi reguler.
Perkusi : Sonor.
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal,tidak ada bunyi tambahan seperti
mur mur.TD = 130/90mmHg.
c. B3 (Brain)
Kesadaran composmentis,GCS 15 (E4 M5 V6)
d. B4 (Bladder)
Inspeksi : Pasien terpasang kateter.
Palpasi : Tidak ada distensi kandung kemih dan tidak ada nyeri tekan pada
daerah kandung kemih.
e. B5 (Bowel)
Inspeksi : Keadaan mulut bersih,mukosa bibir lembab,gigi lengkap,abdomen
datar,tidak ada lesi.tidak ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus 14 x/menit.
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium,tidak ada distensi abdomen, tidak teraba
pembesaran hepar.
Perkusi : Suara abdomen timpani.
f. B6 (Bone)
Inspeksi : Tidak ada luka pada ekstremitas,pasien terpasang infus PZ pada
tangan kanan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas,tidak ada edema
ekstremitas,tonus otot 5 5
5 5

25
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi
HGB 15,4 11,5 – 16,5 gr/dL
HCT 43,5 37,0 – 45,0 %
WBC 17.820 4,0 – 11,0 10^3/uL
PLT 292.000 150 - 400 10^3/uL
Elektrolit
Natrium 139,3 135 – 148 mmol/L
Kalium 3,38 3,5 – 5,3 mmol/L
Chlorida 104,7 98 – 107 mmol/L
Tes Fungsi Ginjal
UREA 25,14 S : 10 – 50 mg/dl U : 20 35 mg/dl mgr/dl
0,6 – 1,3
Creatinin 0,94 mg/dl

Tes Fungsi Hati


Albumin 4,56 3,8 – 5,1
SGOT 16,00 Sampai 41 U/L
SGPT 26,86 Sampai 42 U/L
Rapid test antibodi
Anti SARS – Cov – 2 Non Reaktif Non Reaktif
Fungsi jantung
Troponim 116,6 < 2,0 Mg/L

26
2. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Hasil ECG
Interpretasi
Irama : Reguler
HR : 91 x/menit
Gelombang P : Ada dan selalu diikuti QRS kompleks.
PR Interval : Ada
QRS kompleks : Lebar
Kelainan : ST elevasi pada V2,V3,V4,V5,V6,I,aVL = Anterolateral
ST elevasi pada II,III,aVF = Inferior
Kesan : IMA anterolateral dan Inferior.

3. Terapi
Infus PZ 14 tpm.
Inj.Ceftri 2 x 1 gr.
Inj.Arixtra 1-0-0.
Inj.Furosemid 1-0-0.

27
Inj.Ondancentron 3 x 4 mg.
Inj.Santagesik 3 x 1 ampl.
Loading Aspilet 300 mg lanjut aspilet 1x1 tablet.
Loading CPG 300 mg lanjut 1x1 tablet.
ISDN 5 mg 3x1 tablet.
Ramipril 2,5 mg 1-0-0
Atorvastatin 20mg 0-0-1
Sucralfat syrup 3xC1.
E. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada dada Agen pencedera fisiologis Nyeri Akut
(iskemia,infark miokard)
kiri.
P : Nyeri bertambah pada saat dibuat Kebutuhan oksigen jantung
meningkat
gerak.
Q : Terasa panas dan seperti ditusuk - cedera sel seluler
tusuk.
CKMB meningkat,
R : Nyeri pada dada kiri menjalar ke LDH 1>LDH 2
lengan kiri dan tembus punggung.
Merangsang reseptor nyeri
S : Skala nyeri 6 (0 - 10)
Merangsang pengeluaran
T : Terus menerus.
bradikinin,serotonin,histamin
DO :
Spinal cord
 Pasien tampak menyeringai kesakitan.
 Tidur kurang nyenyak karena nyeri Anterolateral spinotalamikus
pada dada kiri.
Thalamus
 Semua aktivitas pasien di bantuan
keluarga. Korteks serebri
 Makan tidak dihabiskan karena mual
dan nyeri. Nyeri Akut
 Nadi = 104 x/mnt.
 Pasien terpasang O2 nasal 4 Lpm.
 Hasil ECG :IMA anterolateral,Inferior

28
2 DS : Pasien mengatakan badan terasa lemah Iskemia,infark miokard Intoleransi
dan lelah bila aktivitas. Aktivitas
DO : Kontraksi miokard menurun.
 Semua aktivitas pasien di bantuan
keluarga. Vasodilatasi pembuluh darah

 Pasien bed rest ditempat tidur.


 Pasien terpasang O2 nasal 4 Lpm. Tekanan darah meningkat.

 Nadi = 104 x/mnt.


 Hasil ECG : IMA Anterolateral, Penurunan cardiac output.
Inferior.

Penurunan kemampuan tubuh


untuk menyediakan energi

Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (iskemia,infark miokard)
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

29
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri
selama 1x 2 jam diharapkan nyeri menurun Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat nyeri intensitas nyeri
1. Melaporkan keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan skala nyeri 3 (0-10) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
2. Tidak tampak ekspresi meringis 4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Tidak gelisah 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Tidak kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
5. Frekuensi nadi normal 7. Monitor efek samping penggunaan analgesik
Kontrol nyeri 8. Monitor tanda-tanda vital dan ECG.
1. Melaporkan nyeri terkontrol Terapeutik
2. Mampu mengenali onset nyeri 9. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Mampu mengenali penyebab nyeri (mis.tehnik distraksi dan relaksasi)
4. Mampu menggunakan teknik 10. Berikan oksigen bila perlu.
nonfarmakologis (distraksi dan relaksasi) 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
5. Keluhan nyeri berkurang ruangan, pencahayaan, kebisingan)

30
12. Fasilitasi istirahat dan tidur (membatasi pengunjung,mematikan
lampu saat akan tidur)
Edukasi
13. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian obat - obatan.
2 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi
Aktivitas selama 3x24 jam diharapkan toleransi Observasi
aktivitas meningkat. 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur.
sehari – hari meningkat. Terapeutik
2. Kekuatan tubuh meningkat. 4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
3. Keluhan lelah menurun. cahaya,suara,kunjungan)
4. Dyspnea saat aktivitas menurun. 5. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.
6. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan.
7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.

31
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring.
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang.
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

32
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Waktu
Implementasi Respon Paraf
DX Tgl/Jam
1 Rabu Manajemen nyeri
Observasi
06- 01- 2021
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 1. Pasien mengatakan nyeri pada dada kiri,nyeri bertambah pada Agus
Jam.18.30 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. saat dibuat gerak,nyeri terasa panas dan seperti ditusuk - tusuk,
pasien nampak memegang dada kiri,nyeri dirasakan terus
menerus.

2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Skala nyeri 6 ( 0 – 10)


3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal 3. Pasien tampak menyeringai kesakitan.
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat 4. Nyeri bertambah pada saat dibuat gerak.
dan memperingan nyeri
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan 5. Pasien mengatakan sakit dan rasa nyeri itu sangat tidak enak.
keyakinan tentang nyeri
6. Memonitor efek samping penggunaan 6. Pasien tidak alergi obat analgesik.
analgesik
7. Memonitor tanda-tanda vital 7. TD = 130/90 mmhg,N = 104x/mnt,S = 36,5 C,RR= 21 x/ menit
Terapeutik
8. Memfasilitasi istirahat dan tidur 8. Pasien terbaring ditempat tidur,dan berharap bisa tidur,tidak
(membatasi pengunjung dan mematikan sering terbangun karena nyeri.
lampu saat akan tidur)
9. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan. 9. Pasien terpasang O2 nasal 4 Lpm.aliran oksigen lancar.

33
Edukasi
10. Menjelaskan penyebab, periode dan 10. Pasien mengetahui penyebab nyeri.
pemicu nyeri
11. Menjelaskan strategi meredakan nyeri 11. Pasien mengetahui cara mengatasi nyeri yaitu dengan cara
mengurangi gerak.
12. Menganjurkan memonitor nyeri secara 12. Pasien mengerti cara memonitor nyeri dengan cara mengurangi
mandiri gerak.
13. Mengajarkan teknik nonfarmakologis 13. Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi,mengatur nafasnya
untuk mengurangi rasa nyeri(mengatur saat nyeri timbul.
nafas dan relaksasi)
Kolaborasi
14. Melakukan kolaborasi pemberian obat – 14. Pemberian terapi injeksi santagesik 1 ampul melalui IV.
obatan. Injeksi.arixtra 2,5 mg melalui SC.
Loading Aspilet 300 mg.
Loading CPG 300 mg.
ISDN 5 mg 1 tablet.

2 Rabu Manajemen Energi


06- 01- 2021 Observasi Agus
Jam.18.30 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh 1. Pasien mengalami gangguan jantung yang Nampak dari hasil
yang menyebabkan kelelahan. ECG : IMA anterolateral,inferior.
2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional. 2. Pasien mengatakan kelelahan setelah melakukan aktivitas.
3. Memonitor pola dan jam tidur. 3. Pasien mengatakan tidur kurang nyenyak karena nyeri pada dada
kiri ,pasien tidur kurang lebih 4-5 jam sehari.

34
Terapeutik
4. Menyediakan lingkungan nyaman dan 4. Membatasi kunjungan untuk pasien biar pasien bisa istirahat.
rendah stimulus (mematikan lampu sebelum
tidur dan batasi kunjungan)
5. Melakukan latihan rentang gerak pasif atau 5. Pasien hanya bisa duduk ditempat tidur dan dibantu oleh
aktif. perawat.
6. Memberikan aktivitas distraksi yang 6. Pasien menonton TV.
menyenangkan.
7. Memfasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika 7. Pasien hanya bisa duduk ditempat tidur dengan sandaran.
tidak dapat berpindah atau berjalan.
Edukasi
8. Menganjurkan tirah baring. 8. Pasien nampak duduk ditempat tidur dengan sandaran.
9. Menganjurkan melakukan aktivitas secara 9. Pasien hanya bisa duduk ditempat tidurdengan sandaran.
bertahap.
10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda 10. Pasien tekan bel perawat bila butuh bantuan.
dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Kolaborasi
11. Pasien diit TKTP,makan masih tidak enak dan agak mual
11. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
sehingga makan tidak dihabiskan.
meningkatkan asupan makanan.

35
1 Kamis Manajemen nyeri
07- 01- 2021 Observasi Agus
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 1. Pasien mengatakan nyeri pada dada kiri berkurang,nyeri masih
Jam.08.00
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri sedikit – sedikit,nyeri dirasakan kadang – kadang hilang timbul.

2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Skala nyeri 4 ( 0 – 10)


3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal 3. Pasien kadang – kadang tampak menyeringai kesakitan.
4. Memonitor efek samping penggunaan 4. Pasien tidak alergi obat analgetik
analgesik
5. Memonitor tanda-tanda vital 5. TD = 140/90 mmhg,N = 96x/mnt,S = 36,3 c,RR= 20 x/ menit

Terapeutik 6. Pasien terbaring ditempat tidur dan mengatakan tidur kadang –


6. Memfasilitasi istirahat dan tidur kadang terbangun karena nyeri hilang timbul.
7. Memberikan O2 sesuai kebutuhan 7. Pasien memakai oksigen nasal 4 Lpm.aliran oksigen lancar.

Edukasi
8. Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi,nafas dalam saat nyeri
8. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
timbul.
mengurangi rasa nyeri(nafas dalam dan
relaksasai)
Kolaborasi
9. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik 9. Pemberian terapi injeksi santagesik 1 ampul melalui IV.
jika perlu. Injeksi.arixtra 2,5 mg melalui SC.
Loading Aspilet 75 mg 1 tablet.
Loading CPG 75 mg 1 tablet.
ISDN 5 mg 1 tablet.

36
2 Kamis Manajemen Energi
07- 01- 2021 Observasi Agus

Jam.08.00 1. Memonitor kelelahan fisik dan emosional. 1. Pasien mengatakan sudah enakan bila melakukan aktivitas.
2. Memonitor pola dan jam tidur. 2. Pasien mengatakan sudah bisa tidur semalam.

Terapeutik
3. Membatasi kunjungan untuk pasien biar pasien bisa istirahat.
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mematikan lampu sebelum
tidur dan batasi kunjungan)
4. Pasien sudah bisa duduk disamping tempat tidur dan dibantu
4. Melakukan latihan rentang gerak pasif atau
oleh perawat.
aktif.
5. Pasien menonton TV dan mendengarkan musik.
5. Memberikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan.
Edukasi
6. Pasien sudah bisa duduk disamping tempat tidur.
6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap.
7. Pasien tekan bel perawat bila butuh bantuan.
7. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang.

37
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara 8. Pasien diit TKTP,makan mulai enak,habis ½ porsi,tidak mual.

meningkatkan asupan makanan.

38
I. EVALUASI KEPERAWATAN
No EVALUASI
Tgl /jam Paraf
DX S-O-A-P
1 Rabu S:
06 - 01- 2021  Pasien mengatakan nyeri agak berkurang. Agus
Jam.22.00 P = Nyeri bertambah saat bergerak.
Q = Nyeri terasa panas dan seperti ditusuk -tusuk.
R = Nyeri pada dada kiri menjalar ke lengan kiri
dan punggung.
S = Skala nyeri 5 (0-10)
T = Nyeri hilang timbul.
O:
 Pasien tampak menyeringai kesakitan.
 Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi,nafas
dalam saat nyeri timbul.
 Tidur sering terbangun karena nyeri.
 Makan tidak dihabiskan karena mual dan nyeri.
 TD = 130/90 mmhg,N = 104 x/mnt,S = 36,5 C,
RR= 21 x/ menit.
 Hasil ECG : IMA Anterolateral, Inferior.
A : Nyeri akut.
P : Lanjutkan intervensi (1,2,3,9,10,13,19,20)

2 Rabu S : Pasien mengatakan badan terasa lemah dan lelah bila


06 - 01- 2021 aktivitas. Agus
Jam.22.00 O:
 Semua aktivitas pasien di bantuan keluarga.
 Pasien bed rest ditempat tidur.
 Pasien terpasang O2 nasal 4 Lpm.
 Nadi = 104 x/mnt.
 Hasil ECG : IMA Anterolateral, Inferior.
A : Intoleransi aktivitas.
P : Lanjutkan intervensi (2,3,4,,5,6,7,9,10,11)

39
1 Kamis S:
07– 01- 2021  Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang. Agus
Jam.13.00 P = Nyeri kadang –kadang bertambah saat
bergerak.
Q = Nyeri seperti ditusuk –tusuk sedikit.
R = Nyeri pada dada kiri saja.
S = Skala nyeri 4 (0-10)
T = Nyeri hilang timbul.
O:
 Pasien kadang – kadang tampak menyeringai
kesakitan.
 Pasien dapat melakukan tehnik relaksasi,nafas
dalam saat nyeri timbul.
 Tidur kadang – kadang terbangun karena nyeri
hilang timbul.
 Makan sudah mulai enak,tidak mual,makan habis ½
porsi.
 TD = 140/90 mmhg,N = 96 x/mnt,S = 36,3 C,
RR= 20 x/ menit
A : Nyeri akut.
P : Lanjutkan intervensi (1,2,3,10,13,19,20)

2 Kamis S : Pasien mengatakan badan sudahenak, tidak terasa lelah Agus


07– 01- 2021 bila aktivitas.
Jam.13.00
O:
 Pasien mulai bisa duduk disebelah tempat tidur.

 Pasien mulai aktivitas bertahap.


 Pasien terpasang O2 nasal 4 Lpm.

 Nadi = 96 x/mnt.
 Hasil ECG : IMA Anterolateral, Inferior.
A : Intoleransi aktivitas.
P : Lanjutkan intervensi (2,3,4,,5,6,7,9,10,11)

40

Anda mungkin juga menyukai